Anda di halaman 1dari 38

STUDI LITERATUR : PENGARUH ROM EXERCISE BOLA

KARET TERHADAP KEKUATAN OTOT GENGGAM


PASIEN STROKE

Proposal Penelitian

Diajukan Oleh :
ANGGELLIA JOPA SARI
G1b117027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal ini dengan judul “Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap
Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke”.
Dalam penelitian proposal ini peneliti mendapat banyak bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc.,Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.
2. Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
3. Ns. Yosi Oktarina, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Universitas Jambi dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Metodologi
yang telah membimbing dengan sabar dan telah berkenan meluangkan waktu
dan segala kesibukan aktivitas beliau untuk berdiskusi, memberi saran dan
masukan serta motivasi kepada peneliti selama proses penulisan proposal
penelitian ini.
4. Dr. Muthia Mutmainah, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat Selaku Ketua Jurusan
Ilmu Keperawatan Universitas Jambi
5. Ns. Nurhusna,S.Kep.,M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Substansi yang telah
banyak membimbing, memberikan waktu, arahan, masukan dan motivasi
kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
6. Seluruh Dosen, beserta Staf Prodi S1 Keperawatan Universitas Jambi yang
telah memberikan ilmunya selama peneliti berada di bangku kuliah.
7. Orang tua, dan adik serta keluarga besar peneliti yang sangat peneliti cintai,
terima kasih atas do’a dorongan semangat, pengorbanan dan kepercayaan
yang telah di berikan selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan dalam suka maupun duka atas semua dukungan
dan kebersamaannya selama ini.
9. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan proposal ini.

ii
Akhir kata semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman.

Jambi, Maret 2021

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Dasar Stroke .................................................................. 6
2.2. Range Of Motion ........................................................................ 13
2.3. Jenis Terapi Bagi Para Penderita Stroke ................................... 17
2.4. Latihan Gerak Aktif-Assitif (Sperichal Drip) Menggenggam
Bola karet Terhadap Kekuatan Otot Jari Tangan Pada Pasien
Stroke ..........................................................................................
.................................................................................................18
2.5. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot
Genggam Pasien Stroke ..............................................................
.................................................................................................21
2.6. Kerangka Teori ........................................................................... 22
2.7. Kerangka Konsep ...................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Rancangan Strategi Pencaharian Studi Literatur......................... 25
3.2. Kriteria Studi Literatur ............................................................... 25
3.3. Tahapan Studi Literatur .............................................................. 27
3.4. Peta Studi Literatur ..................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 23


Bagan 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 24

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Hasil Temuan Artikel.............................................................................. 26

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Konsul Pembimbing I dan Pembimbing II.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler berpengaruh
pada arteri utama di otak, stroke akan terjadi saat pembuluh darah
mengangkut oksigen dan nutrisi menuju otak pecah sehingga pasokan darah
ke otak tiba-tiba berhenti, oksigen dan glukosa tidak akan dapat dikirim ke
otak sehingga otak tidak akan mendapat darah yang dibutuhkan. Jika
kejadian berlangsung lebih atau sama dengan dari 10 detik akan
menimbulkan kerusakan permanen otak1.
Berdasarkan data yang didapatkan setiap tahunnya pasien meng
alami stroke sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat,
kurang lbih 5 juta orang mengalami stroke. Sementara di negara Inggris
didapatkan 250.000 orang hidup dengan kecacatan karena stroke. Di Asia
terutama di Indonesia, setiap tahun diperkirakan lebih kurang 500.000 orang
mengalami stroke. 1
Angka penyakit stroke dan penyakit kanker di Indonesia menagalami
peningkatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
didapatkan bahwa peningkatan pengidap penyakit stroke naik secara
signifikan. Jika dibandingkan dengan hasil riset pada tahun 2013, penderita
stroke dari 7% menjadi 10,9%.7
Setelah mengalami serangan stroke yang pertama, sebanyak 15%
sampai dengan 30% penderita stroke akan menjalani hidup dengan kondisi
defisit kemampuan yang permanen. National Stroke Association
mengemukakan di Amerika Serikat, kurang lebih empat juta orang
mengalami defisit kemampuan dan kerusakan karena stroke. Dari jumlah
ini, 31% memerlukan asistensi, 20% memerlukan bantuan untuk berjalan,
16% dirawat di pusat fasilitas perawatan jangka panjang dan 71%
mengalami kerusakan vokasional setelah 7 tahun.9

1
2

Sebesar 80% pasien stroke biasanya mengalami kelemahan pada


salah satu sisi tubuhnya. Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke
akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan
karena berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah,
sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan
medula spinalis. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada stroke
terjadi pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam
rongga otak meningkat hal ini menyebabkan kerusakan jaringan otak
bertambah banyak. Oedema serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam
6 jam pertama dinamakan Golden Periode.4
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian
khusus. Berdasarkan kejadian yang ada dilapangan pemberian mobilisasi
dini pada pasien stroke belum mendapat perhatian. Kurangnya aktivitas fisik
setelah stroke dapat menghambat rentang gerak sendi sehingga apabila hal
ini terus terjadi akan menyebabkan ketergantungan total, kecacatan bahkan
sampai kematian.4
Salah satu dampak yang terjadi pada penderita stroke yaitu
mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh yang terpengaruh stroke.
Kelemahan ini menimbulkan ketidakseimbangan dan kesulitan saat
beraktifitas karena kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, oleh
karena itu pasien stroke memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat
fisik agar dapat menjalani aktifitas secara normal. Rehabilitasi sedini
mungkin secara cepat dan tepat sehingga membantu pemulihan fisik yang
cepat dan optimal. Serta menghindari kelemahan otot yang dapat terjadi
apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah pasien terkena stroke.2
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi maslah hemiparese pada ekstremitas atas pasien stroke adalah
dengan melakukan latihan Range Of Motion (ROM) baik aktif maupun
pasif. Salah satu latihan ROM aktif yaitu latihan menggenggam bola.
Latihan genggaman pada tangan dapat dilakukan dengan menggunakan
spherical grip karena paling mudah dan praktis digunakan, yaitu dengan
3

memberikan benda berbentuk bulat (seperti bola tenis), lakukan koreksi


pada jari-jari agar menggenggam sempurna, kemudian posisi wrist joint 45
derajat, selanjutnya berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam
kuat) selama lima detik kemudian rileks, ini dilakukan pengulangan
sebanyak tujuh kali.7
Pasien stroke yang bisa menggunakan latihan menggenggam bola
yaitu pasien stroke non hemoragik, dimana pasien stroke tersebut
mengalami kelumpuhan 15-20%. Pasien stroke non hemoragik bisa
melakukan latihan tersebut 2-3 kali sehari setiap hari dengan tujuan melatih
sensorik dan motorik sehingga tidak mengalami kekauan pada sendi.7
Latihan fungsi menggenggam dimana gerakan mengepalkan tangan
rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk membantu membangkitkan
kembali kendali otak terhadap otot-otot (Levine, 2009). Latihan ROM pada
tangan yang penting untuk aktivitas sehari-hari seperti adduksi, abduksi,
fleksi, serta ekstensi, diberikan 2 kali sehari selama 8 hari. Teknik ini akan
melatih reseptor (nosiseptor) sensorik dan motorik. Korteks yang menuju ke
otot lain juga membesar ukurannya jika pembelajaran motorik melibatkan
otot-otot ini.9
Latihan pemulihan menggegam bola karet secara dini sangat
diperlukan, untuk keberhasilan latihan tersebut sangat dipengaruhi oleh
kepatuhan pasien itu sendiri. Adapun latihan pemulihan dan pengobatan
harus dijalani dengan kesabaran dan keihlasan, motivasi dari diri sendiri
keluarga dan teman dekat juga sangat dibutuhkan untuk meberikan hasil
kesembuhan dari kelumpuhan yang maksimal dari stroke, mencoba
beradaptasi dengan keadaan serta menjalani terapi latihan yang dilakukan
oleh fisioterapi secara teratur. Untuk tingkat kesembuhan atau pemulihan
pasien saat melakukan letihan tersebut bisa mencapai 100 %, ada pula yang
hanya 50 %saja. Kesembuhan ini tergantung dari parah atau tidaknya
serangan stroke, kondisi tubuh penderita, ketaatan penderita dalam
menjalani proses penyembuhan, ketekunan dan semangat penderita untuk
sembuh.
4

Penelitian yang dilakukan Wedri (2016) mengenai pemberian latihan


rom dengan bola karet terhadap kekuatan otot tangan pasien stroke non
hemoragik, didapatkan bahwa hasil analisis Independent T test nilai p=
0,000 < 0,05, disimpulkan ada pengaruh latihan ROM dengan bola karet
terhadap kekuatan otot tangan pasien stroke non hemoragik.
Sedangkan pada penelitian Budi (2019) mengenai pengaruh latihan
Range Of Motion (ROM) menggenggam bola terhadap kekuatan otot
ekstremitas atas pasien stroke iskemik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kekuatan otot ekstremitas atas pada bagian bahu (nilai p = 0.004),
pada bagian siku (nilai p = 0.000), pada bagian tangan (nilai p = 0.000), dan
pada bagian jari (nilai p = 0.004) pasien.
Perawat memiliki peranan penting dalam proses kesembuhan pasien,
latihan ROM menggenggam bola ini perlu diketahui oleh pasien, perawat,
dan keluarga yang terlibat langsung dalam perawatan pasien stroke yang
mengalami hemiparise ekstremitas atas agar dapat melaksanakan latihan
tersebut agar kekuatan otot pasien dapat meningkat. Dengan demikian
semakin banyak serabut otot teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan
yang dihasilkan oleh otot tersebut.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan studi literatur mengenai “Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang didapat, maka rumusan masalah
yang muncul dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Rom Exercise
Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke ?”

1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh rom
exercise bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke.
5

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Literatur riview ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi
mengenai pengaruh rom exercise bola karet terhadap kekuatan otot
genggam pasien stroke.

1.4.2. Bagi Propesi Keperawatan


Penelitian ini bermanfaat bagi perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan supaya dapat mencegah kekakuan otot dengan
cara latihan rom exercise bola karet terhadap kekuatan otot genggam
pasien stroke.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
perbandingan ataupun data dalam penelitian mengenai pengaruh rom
exercise bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Stroke


2.1.1. Definisi Stroke
Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau
hemoragi sirkulasi saraf otak. Stroke adalah suatu keadaan yang timbul
karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian. 9
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang
bersifat :9
1. Fokal dan atau global
2. Akut
3. Berlangsung antara 24 jam atau lebih
4. Disebabkan gangguan aliran darah otak
5. Tidak disebabkan karena tumor/infeksi
2.1.2. Klasifikasi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar
perjalanan penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 12
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis
fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan
stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit
neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya
pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap.

6
7

Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa,
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
2.1.3. Etiologi
Penyebab stroke menurut: 12
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka. Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
8

4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian


robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD).
2) Myokard infark.
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak
akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
9

3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest.
3) Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
2.1.4. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada
otak yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung
lama dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu
yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak. 10
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak
mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna.
Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-
neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark. 10
10

Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada


metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari
glukosa  dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak. 10
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang
menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar
dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada
pembuluh darah otak. 7
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh
fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai
direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi
sekitar  7-10 hari setelah perdarahan pertama. 7
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian
tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan
tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak
terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma
yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan
cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia,
hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan. 7
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak.
Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat
menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi
pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan
menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan
11

kompikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,


iskmik otak dan infark.
2.1.5. Tanda dan Gejala
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya. 4
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk
kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
2.1.6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke. 4
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak,
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik),
c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
12

e. Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i. Nyeri kepala hebat,
j. Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak.
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik,
misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis,
emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi. 9
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial  dinding
aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
13

7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara
memeriksakan darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan
serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit.
2.1.8. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi: 4
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi
antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan
kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau
melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk
menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid  endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri  anatomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran
darah pada daerah yang dipengaruhi.

2.2. Range Of Motion


2.2.1. Pengertian
Range of motion (ROM) adalah jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu
sagital, transversal dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang
melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian
kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
14

membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal


adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah. 4
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan
konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap
potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi
(jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan
frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah
pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan
dorsofleksi dan plantarfleksi (kaki).14
Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena
penyakit, ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi yaitu
latihan rentang gerak pasif untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Gerakan
pada latihan ini dapat dilihat dari tulang yang digerakkan oleh otot ataupun
gaya eksternal lain dalam ruang gerak persendian. Latihan range of motion
(ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot. 14
2.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari tindakan Range of Motion antara lain :
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kekakuan dan kontraktur sendi
d. Merangsang sirkulas darah
2.2.3. Manfaat
Range of Motion bermanfaat untuk : 9
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi dan otot
15

c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi


d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
2.2.4. Jenis
Range of Motion dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 9
a. ROM Aktif
Merupakan gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Kekuatan otot
yang digunakan mencapai 75%.
Gerakan ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh klien secara
aktif yakni dari kepala sampai ujung jari kaki klien.
b. ROM Pasif
Merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan untuk
latihan berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal.
Kekuatan otot yang digunakan pada gerakan ini adalah 50%.
Range of Motion pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot individu lain
secara pasif, misalnya perawat membantu mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif
adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
2.2.5. Indikasi Range of Motion
a. Pasien stroke atau penurunan tingkat kesadaran
16

b. Pasien yang memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan


persendian sepenuhnya.
c. Fase rehabilitas fisik
d. Klien dengan tirah baring lama. 12
2.2.6. Kontraindikasi Range of Motion
a. Trombus/ emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi/tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung). 12
2.2.7. Prinsip Latihan Range of Motion
Adapun prinsip latihan ROM antara lain : 12
a. Pemeriksaan dan penilaian kelemahan pasen, tentukan prognosis,
pencegahan serta rencana intervensi
b. Tentukan kemampuan pasien untuk mengikuti program
c. Tentukan seberapa banyak gerakan yang dapat diberikan
d. Tentukan pola gerak ROM
e. Pantau kondisi umum pasien
f. Catat serta komunikasikan temuantemuan serta intervensi
g. Lakukan penilaian ulang serta modifikasi intervensi bila diperlukan
h. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
i. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
j. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
k. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
2.2.8. Macam-Macam Gerakan ROM
Terdapat berbagai macam gerakan ROM antara lain : 10
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
17

e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.


f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama14

2.3. Jenis Terapi Bagi Para Penderita Stroke


Jenis terapi bagi para penderita stroke antara lain : 2
1. Latihan kemampuan motorik
K o n d i s i penderita stroke pascaserangan terjadi bisa dibilang
cukup memprihatinkan karena dalam sekejap mereka bisa saja kehilangan
kemampuan untuk melakukan hal-hal dasar. Sehingga, untuk melatih
mereka kembali aktif, dibutuhkan latihan motorik. Latihan ini bertujuan
untuk memperbaiki kekuatan otot dan koordinasi. Selain itu, latihan ini
juga bisa memperbaiki kemampuan menelan.
2. Latihan menggerakkan tubuh
Pada terapi ini, alat bantu gerak seperti tongkat, kursi roda, atau
gelang kaki khusus, umum digunakan. Gelang tersebut akan membantu
menyeimbangkan dan memperkuat pergelangan kaki untuk menopang
berat badan saat kembali belajar berjalan.
3. Latihan Menggenggam Bola
Latihan menggengam bola salah satu upaya latihan Range of
Motion (ROM) aktif. Salah satu media latihan yang bisa digunakan
yaitu penggunaan bola seperti bola karet. Latihan untuk menstimulasi
18

gerak pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam /


mengepalkantangan rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk
membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot
tersebut
4. Terapi paksaan
Dinamakan terapi paksaan karena pada jenis ini, anggota tubuh
yang sehat selepas terjadinya serangan stroke akan ditahan
pergerakannya. Lalu, anggota tubuh yang terkena dampak stroke akan
berlatih untuk memperbaiki fungsinya.
5. Terapi rentang gerak
Akan dilakukan beberapa latihan pergerakan, yang dapat
meringankan ketegangan otot, sehingga dapat lebih mudah bergerak.

2.4. Latihan Gerak Aktif-Assitif (Sperichal Drip) Menggenggam Bola karet


Terhadap Kekuatan Otot Jari Tangan Pada Pasien Stroke
2.4.1. Pengertian
Latihan menggenggam bola merupakan suatu modalitas rangsang
sensorik raba halus dan tekanan pada reseptor ujung organ berkapsul pada
ekstremitas atas. Respon akan disampaikan ke korteks sensorik di otak
jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melaui
system limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon cepat
pada saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut (Angliadi,
2016). Latihan menggengam bola salah satu upaya latihan Range of
Motion (ROM) aktif. Salah satu media latihan yang bisa digunakan
yaitu penggunaan bola seperti bola karet. Latihan untuk menstimulasi
gerak pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam /
mengepalkantangan rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk
membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot-otot
tersebut. 7
Latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot untuk
berkonstraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya
19

dengankarakteristik latihan yang menggunakan bola tenis hangat dengan


tekstur lentur dan halus akan melatih reseptor sensorik dan motorik7
2.4.2. Jenis Bola
1. Bola tangan Cina (Chinese Hand Balls)
Bola ini tidak hanya meningkatkan kekuatan tangan,
genggaman, pergelangan dan jari tangan tetapi juga memperbaiki
koordinasi tangan dan menstimulasi aliran darah dan energi vital
dalam tubuh. Menurut pengobatan tradisional Cina yang telah
berlangsung sejak 2500 tahun yang lalu menjelaskan bahwa berbagai
energi meridian keluar dari tangan dan jari. Energi meridian ini
mempunyai hubungan dengan berbagai organ seperti otak, jantung,
usus kecil, paru-pau, dan usus besar. Latihan secara teratur dengan
bola ini menstimulasi titik akupuntur energi meridian yang pada
akhirnya menstimulasi organ yang dipengaruhi. Latihan ini sesuai
untuk seseorang yang bekerja menggunakan tangan seperti penulis,
pemusik, operator komputer dan bahka pasien stroke yang mengalami
kelemahan otot tangan.7
Bola tangan Cina terbuat bias terbuat dari baja, perunggu, batu
dan marmer. Cara menggunakan ini dengan meletakkan dua buah bola
di tangan. Kemudian dengan gerakan keempat jari dan ibu jari, bola
dipindahkan dari posisi semula menuju posisi bola yang lain. Bola
satu dengan lainnya dijaga agar selalu bersentuhan dan tidak terlepas
dari tangan. Lakukan hingga tangan merasa hangat. Latihan tiap
tangan dapat dilakukan setiap 10-15 menit kemudian bergantian.7
2. Thera-Band Hand Exercisers
Thera-Band Hand Exercisers terbuat dari Polymer dan sangat
lentur. Bolaini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan tangan,
jari dan lengan bawah. Bola ini juga dapat dikombinasikan untuk
terapi hangat dan dingin. Untuk terapi hangat bola dapat dihangatkan
dalam microwave sekitar 5 detik (maksimum 15 detik) dan untuk
20

terapi dingin dapat diletakkan di lemari es 1,5 sampai 2 jam kemudian


digunakan.7

3. Bola karet
Bola ini terbuat dari karet. Bola ini terdiri dari 2 jenis
(permukaan halus dan permukaan dengan sedikit tonjolan). Cara
penggunaan dengan meletakkan bola ditangan kemudian diremas
dengan lembut dengan sesekali ditekan dalam beberapa detik. Bola
dapat diremas 60 kali dan dilakukan 1 kali dalam sehari, boleh diulang
2 sampai 3 kali sehari jika mampu. Keuntungan latihan menggunakan
bola ini dapat meningkatkan kekuatan jari, pergelangan dan lengan
tangan; dan menstimulasi titik akupresur pada tangan dan jari. Gerak
pada tangan dapat distimulasi dengan latihan fungsi menggenggam
yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu membuka tangan, menutup
jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan
menggenggam. Spherical grip digunakan seperti ketika
mencengkeram bola bisbol. Hal ini mirip dengan cylindrical grip
kecuali ada penyebaran yang lebih besar di jari. Tulang sendi
metacarphopalangeal menghasilkan tarikan lebih banyak daripada
aktifitas interoseus. Salah satu bentuk dari ROM aktif-asistif
(spherical grip) merupakan latihan fungsional tangan dengan cara
menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola karet pada
telapak tangan, dimana saat responden melakukan latihan dengan bola
karet, beban yang diangkat lebih besar daripada responden yang
melakukan latihan dengan benda lain seperti tissue gulung yang
menyebabkan kontraksi otot dengan tenaga yang besar dan kontraksi
yang terjadi lebih kuat sehingga menghasilkan peningkatan motor unit
yang diproduksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.7
Bola yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola karet
berbentuk bulat, bergerigi dengan sifat elastis, dapat ditekan dengan
kekuatan minimal. Penggunaan bola dengan tonjolan-tonjolan kecil
21

pada permukaannya diharapkan dapat menstimulasi titik akupresur


pada tangan yang akan memberikan stimulus ke syaraf sensorik pada
permukaan tangan kemudian diteruskan ke otak.7
Latihan menggunakan bola dipilih karena dari sisi harga relatif
murah jika dibandingkan dengan teknik lain yang menggunakan
teknologi yang lebih canggih seperti robot yang digunakan di negara
maju. Bola karet dapat dijadikan sebagai alat komplimenter yang
dapat digunakan oleh pasien dan keluarga secara mandiri tanpa
perawat harus senantiasa mengajari atau memberikan latihan kepada
pasien disaat ada tindakan keperawatan yang prioritas untuk dilakukan
pada pasien yang lain. Untuk Range Of Motion (ROM) AktifAsisitif
sendiri dilakukan dengan latihan baik oleh diri sendiri ataupun
perawat dan menggunakan ekstremitas atas. Ekstremitas atas
merupakan salah satu bagian dari tubuh yang penting untuk dilakukan
ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas fungsinya sangat penting
dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan merupakan bagian yang
paling aktif, maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan
kelemahan ekstremitas akan sangat menghambat dan mengganggu
kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang.7
2.4.3. Langkah-langkah latihan ekstremitas atas dengan bola
Latihan dengan menggunakan bola pada ekstremitas atas akan dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : 9
1. Meremas bola dengan jari-jari tangan
2. Istirahat 1 menit
3. Ulangi gerakan a
4. Istirahat 1 menit
5. Ulangi gerakan a
6. Selesai
22

2.5. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Genggam
Pasien Stroke
latihan ROM menggenggam bola dengan menggunakan bola karet
selama 3 hari yang dilanjutkan dengan latihan menggenggam bola dengan
menggunakan bola tenis selama 2 hari dengan cara meletakkan bola karet
diatas tangan yang mengalami kelemahan, kemudian jari-jari klien
menggenggam sempurna, kemudian lakukan posisi wrist joint 45 derajat, d
ilanjutkan dengan menggenggam kuat selama 5 detik kemudian rileks
selama 10 detik, diulangi latihan sebanyak 10 kali dengan frekwensi latihan
3 kali sehari pagi, siang dan sore dapat meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas atas pasien stroke iskemik yang mengalami kelemahan otot
ekstremitas atas.
Pengaruh dari latihan ROM dengan bola karet terhadap kekuatan otot
tangan pasien stroke non hemoragik, dapat disebabkan karena latihan ROM
dengan bola karet merupakan metode gerakan kompleks. Penggunaan
gerakan kompleks berdasarkan pada prinsip-prinsip stimulasi organ
neuromuscular dengan bantuan tambahan dari seluruh gerakan. Reseptor-
reseptor dalam otot dan sendi merupakan elemen penting dalam stimulasi
sistem motorik. Prinsip-prinsip dasar dapat meningkatkan reaksi yang
diinginkan dan digunakan untuk mencapai fungsi optimal, ketika otot
berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group otot yang lain
yang tegang akan menstimulasi tuntutan yang terjadi dengan efektifitas
optimal . Hal ini membuat otot bekerja menjadi lebih keras, terjadinya
peningkatan rekruitmen motor unit sehingga semakin banyak motor unit
yang terlibat menyebabkan terjadi hipertropi karena peningkatan kekuatan
otot.

2.6. Kerangka Teori


Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori yang
digunakan adalah
23

STROKE

Embolik mengurangi sirkulasi dan darah ke otak

Kematian neuron otak

Kehilangan Motorik

Kehilangan fungsi gerak

ROM Gangguan ADL

Merangsang neuron motorik


dengan pelepasan transmitter Macam-macam kegiatan Faktor yang
(asctikolin) ADL mempengaruhi ADL

Makan Umur & sttus


Mandi perkembangan
Merangsang sel untuk
Perawatan diri Kesehatan fisiologis
mengaktifkan kalsium Berpakaian Fungsi kognitif
Buang air kecil Fungsi psikososial
Buang air besar Tingkat stress
Terjadi intregitas protein Penggunaan toilet Ritme biologis
Transfer Status mental
Mobilitas Pelayanan kesehatan
Aktin dan myosin dipertahankan Naik turun tangga
sehingga fungsi otot skeletal hingga
akan terjadi peningkatan tonus otot

Bagan 3.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Feigin, V (2006) dan Chaidir (2012)


2.7. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian disesuaikan dengan kerangka teori yang
ada. Maka dalam kerangka konsep ini yang menjadi variabel independen
yaitu Rom Exercise Bola Karet, sedangkan yang menjadi variabel dependen
yaitu kekuatan otot genggam pasien stroke. Secara skematis kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
24

Variabel Independen Variabel Dependen

Rom Exercise Bola Karet Kekuatan Otot Genggam


Pasien Stroke

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Strategi Pencaharian Studi Literatur


Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode
studi kepustakaan atau literatur review. Jenis penulisan yang digunakan
adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan yang
berkaitan dengan topik atau variabel penulisan.
Sumber literatur yang digunakan pada penelitian ini di telusuri
melalui, Portal garuda, Google Scholar, Elsevier dan PUBMED dengan
menggunakan kata kunci, “Rom Exercise Bola Karet”, “Latihan
Menggenggam Bola Stroke”. Penelusuran dilakukan sejak bulan September
hingga bulan November tahun 2020.Variabel konseptual adalah variabel
yang tidak terlihat secara fakta dan tersembunyi dalam suatu konsep.
Variabel konsep hanya bisa diketahui berdasarkan indikator yang tampak.
Karena variabel konseptual tersembunyi didalam konsep, maka keakuratan
data yang terdapat pada variabel konsep tergantung keakuratan indikator
dari beberapa konsep yang sudah dikembangkan oleh peneliti.

3.2. Kriteria Studi Literatur


Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian
dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun
terbit jurnal, rancangan studi, tujuan penelitian, sampel, instrument (alat
ukur) dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut
dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alfabel dan tahun terbit jurnal
dan sesuai dengan format tersebut di atas. Kriteria inklusi dan ekskklusi
penelitian antara lain :

25
26

1. Kriteria inklusi bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara
lain:
a. Artikel yang mengandung topik yang sama dengan topik penelitian
b. Artikel yang mengandung kata kunci “Rom Exercise “ untuk search
engine pubmed dan Elsevier, kata kunci “Latihan Menggenggam
Bola Stroke” untuk search egine portal garuda dan google scholar
c. Artikel yang memiliki desain pra eksperimen atau quasy
eksperiment.
d. Artikel menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa inggris
e. Berupa original research/article (bukan review artikel)
f. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun terakhir yaitu
tahun 2010 sampai tahun 2020.
g. Artikel tersedia dalam bentuk full text
2. Kriteria eksklusi antara lain
a. Artikel tidak terakreditasi
b. Artikel yang tidak memiliki kelengkapan data.
c. Artikel yang memiliki desain cross sectional.
d. Hasil temuan dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Temuan Artikel
Data Based Temuan Literatur Terpilih
Portal Garuda
Google scholars
Pubmed
Jumlah (n= ) (n= )
27

3.3. Tahapan Studi Literatur


3.3.1. Hasil penelusuran Artikel menggunakan Search Egine Pubmed

Pencarian Literatur
Basic Data: Pubmed

Jurnal atau artikel disaring atas dasar


kata kunci : Rom Exercise Bola Karet

Hasil pencarian (n=)

Jurnal atau artikel disaring atas dasar


rentang tahun 2015-2020

Hasil pencarian yang akan diproses


kembali (n=)

Jurnal atau artikel disaring kembali


dengan ncbi filter text availability
(full text)

Hasil pencarian yang akan diproses


kembali (n=)

Artikel atau jurnal yang dibaca dengan


memilih berdasarkan topik penelitian

Artikel atau jurnal yang relevan


dengan penelitian ini (n=)

Gambar 3.1. Bagan Tahapan studi literature menggunakan Search Egine


Pubmed

Hasil pencarian yang akan diprosesHasil pencarian yang akan diproses


kembali (n=13) kembali (n=13)
28

3.3.2. Hasil penelusuran Artikel menggunakan Search Engine google


scholar

Pencarian Literatur
Basic Data: Google scholar

Dengan menggunakan penelusuran


lanjutan dengan menggunakan kata
kunci : Rom Exercise Bola Karet

Disaring berdasarkan dalam judul


artikel

Arikel atau jurnal disaring dengan


berdasarkan tahun (2015-2020)

Hasil penelusuran (n=)

Artikel atau jurnal yang dibaca dengan


memilih berdasarkan topik penelitian

Artikel atau jurnal yang relevan


dengan penelitian ini (n=)

Gambar 3.2. Bagan Tahapan studi literature menggunakan Search Egine


Google Scholar

Hasil pencarian yang akan diproses


kembali (n=13)
29

3.3.3. Hasil penelusuran Artikel menggunakan Search Egine portal garuda

Pencarian Literatur
Basic Data: Portal Garuda

Jurnal atau artikel disaring


berdasarkan kata kunci : Rom
Exercise Bola Karet

Hasil penelusuran (n=)

Arikel atau jurnal disaring dengan


berdasarkan tahun (2015-2020)

Hasil penelusuran (n=)

Artikel atau jurnal yang dibaca dengan


memilih berdasarkan topik penelitian

Artikel atau jurnal yang relevan


dengan penelitian ini (n=)

Gambar 3.3. Bagan Tahapan studi literature menggunakan Search Egine


Portal Garuda
30

3.4. Peta Studi Literatur

Pengaruh Rom Exercise Bola Karet


Terhadap Kekuatan Otot Genggam
Pasien Stroke Non Hemoragik
Pengaruh Latihan Range Of Motion
(Rom) Menggenggam Bola Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
Pasien Stroke Iskemik
Pengaruh Latihan Range Of Motion
Pada Ekstremitas Atas Dengan Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot
Pasien Stroke Non Hemoragi Di
Ruang Rawat Stroke RSSN
Bukittinggi Tahun 2012
Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Rom Exercise Bola Terhadap Kekuatan Otot Genggam
Karet Pasien Stroke Di Rsud Raa
Soewondo Pati
Pemberian Latihan Rom Dengan Bola
Karet Terhadap Kekuatan Otot
Tangan Pasien Stroke Non
Pengaruh Rom Exercise Hemoragik
Evaluation of Thermotherapy for the
Bola Karet Terhadap
Treatment of Cutaneous
Kekuatan Otot Genggam Leishmaniasis in Kabul,
Pasien Stroke Afghanistan: A Randomized
Controlled Trial
Effectiveness fassive Range of
Motion Exercises on Hemodynamic
Kekuatan Otot parameters and Behavioral pain
Genggam Intensity among Adult Mechanically
Ventilated Patients
Effects of Arm Weight Support Training
to Promote Recovery of Upper Limb
Function for Subacute Patients after
Stroke with Different Levels of Arm
Impairments
Repeated Measurements of Arm Joint
Passive Range of Motion After
Stroke: Interobserver Reliability and
Sources of Variation
Effect of Duration of
stretching of the Hamstring Muscle
Group for Increasing Range of
Motion in People Aged 65 Years or
Older
DAFTAR PUSTAKA

1. Astriani, Ni Made Dwi Yunica. 2016. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Non Hemoragik.
2. Budi, Hendri. 2019. Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom)
Menggenggam Bola Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pasien Stroke
Iskemik
3. Brosseau L., et al. 2011. Evaluation of Thermotherapy for the Treatment
of Cutaneous Leishmaniasis in Kabul, Afghanistan: A Randomized
Controlled Trial
4. Chaidir, Reny. 2012. Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstremitas
Atas Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragi Di Ruang Rawat Stroke RSSN Bukittinggi Tahun 2012
5. Faridah, Umi. 2018. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan
Otot Genggam Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo Pati
6. Feigin, V..2006. Stroke : Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan
Pemulihan Stroke. Cetakan ketiga. Alih bahasa: Brahm Udumbara. Jakarta :
PT. Bhuana Ilmu Populer
7. Gehan A. Younis and Safaa E. Sayed Ahmed. 2015. Effectiveness fassive
Range of Motion Exercises on Hemodynamic parameters and Behavioral pain
Intensity among Adult Mechanically Ventilated Patients
8. Irene. H. L. Chan. 2016. Effects of Arm Weight Support Training to Promote
Recovery of Upper Limb Function for Subacute Patients after Stroke with
Different Levels of Arm Impairments.
9. J Brent Feland,. et al. 2011. The Effect of Duration of Stretching
of the Hamstring Muscle Group for Increasing Range of Motionin
People Aged 65 Years or Older.
10. Junaidi, I., (2011). Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta : Penerbit Andi.
11. Lex D de jong .,et al. 2012. Repeated Measurements of Arm Joint Passive
Range of Motion After Stroke: Interobserver Reliability and Sources of
Variation.
12. Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., Bucher, L., et al. (2007). Medical surgical
nursing: Assesment and management of clinical Problems (Vol. 2, 7th Ed).
St.Louis: Mosby Elsevier
13. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
14. Potter & Perry.,2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta:EGC
15. Wedri, Ni Made. 2016. Pemberian Latihan Rom Dengan Bola Karet Terhadap
Kekuatan Otot Tangan Pasien Stroke Non Hemoragik.

Anda mungkin juga menyukai