Proposal Penelitian
Diajukan Oleh :
ANGGELLIA JOPA SARI
G1b117027
ii
Akhir kata semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman.
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR BAGAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Temuan Artikel.............................................................................. 26
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh rom
exercise bola karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke.
5
6
7
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa,
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
2.1.3. Etiologi
Penyebab stroke menurut: 12
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka. Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
8
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest.
3) Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
2.1.4. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada
otak yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung
lama dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu
yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak. 10
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak
mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna.
Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-
neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark. 10
10
e. Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i. Nyeri kepala hebat,
j. Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak.
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik,
misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis,
emboli serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi. 9
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding
aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
13
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara
memeriksakan darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan
serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit.
2.1.8. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi: 4
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi
antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan
kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau
melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk
menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran
darah pada daerah yang dipengaruhi.
3. Bola karet
Bola ini terbuat dari karet. Bola ini terdiri dari 2 jenis
(permukaan halus dan permukaan dengan sedikit tonjolan). Cara
penggunaan dengan meletakkan bola ditangan kemudian diremas
dengan lembut dengan sesekali ditekan dalam beberapa detik. Bola
dapat diremas 60 kali dan dilakukan 1 kali dalam sehari, boleh diulang
2 sampai 3 kali sehari jika mampu. Keuntungan latihan menggunakan
bola ini dapat meningkatkan kekuatan jari, pergelangan dan lengan
tangan; dan menstimulasi titik akupresur pada tangan dan jari. Gerak
pada tangan dapat distimulasi dengan latihan fungsi menggenggam
yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu membuka tangan, menutup
jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan
menggenggam. Spherical grip digunakan seperti ketika
mencengkeram bola bisbol. Hal ini mirip dengan cylindrical grip
kecuali ada penyebaran yang lebih besar di jari. Tulang sendi
metacarphopalangeal menghasilkan tarikan lebih banyak daripada
aktifitas interoseus. Salah satu bentuk dari ROM aktif-asistif
(spherical grip) merupakan latihan fungsional tangan dengan cara
menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola karet pada
telapak tangan, dimana saat responden melakukan latihan dengan bola
karet, beban yang diangkat lebih besar daripada responden yang
melakukan latihan dengan benda lain seperti tissue gulung yang
menyebabkan kontraksi otot dengan tenaga yang besar dan kontraksi
yang terjadi lebih kuat sehingga menghasilkan peningkatan motor unit
yang diproduksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.7
Bola yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola karet
berbentuk bulat, bergerigi dengan sifat elastis, dapat ditekan dengan
kekuatan minimal. Penggunaan bola dengan tonjolan-tonjolan kecil
21
2.5. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Genggam
Pasien Stroke
latihan ROM menggenggam bola dengan menggunakan bola karet
selama 3 hari yang dilanjutkan dengan latihan menggenggam bola dengan
menggunakan bola tenis selama 2 hari dengan cara meletakkan bola karet
diatas tangan yang mengalami kelemahan, kemudian jari-jari klien
menggenggam sempurna, kemudian lakukan posisi wrist joint 45 derajat, d
ilanjutkan dengan menggenggam kuat selama 5 detik kemudian rileks
selama 10 detik, diulangi latihan sebanyak 10 kali dengan frekwensi latihan
3 kali sehari pagi, siang dan sore dapat meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas atas pasien stroke iskemik yang mengalami kelemahan otot
ekstremitas atas.
Pengaruh dari latihan ROM dengan bola karet terhadap kekuatan otot
tangan pasien stroke non hemoragik, dapat disebabkan karena latihan ROM
dengan bola karet merupakan metode gerakan kompleks. Penggunaan
gerakan kompleks berdasarkan pada prinsip-prinsip stimulasi organ
neuromuscular dengan bantuan tambahan dari seluruh gerakan. Reseptor-
reseptor dalam otot dan sendi merupakan elemen penting dalam stimulasi
sistem motorik. Prinsip-prinsip dasar dapat meningkatkan reaksi yang
diinginkan dan digunakan untuk mencapai fungsi optimal, ketika otot
berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group otot yang lain
yang tegang akan menstimulasi tuntutan yang terjadi dengan efektifitas
optimal . Hal ini membuat otot bekerja menjadi lebih keras, terjadinya
peningkatan rekruitmen motor unit sehingga semakin banyak motor unit
yang terlibat menyebabkan terjadi hipertropi karena peningkatan kekuatan
otot.
STROKE
Kehilangan Motorik
25
26
1. Kriteria inklusi bahan kajian yang digunakan pada penelitian ini antara
lain:
a. Artikel yang mengandung topik yang sama dengan topik penelitian
b. Artikel yang mengandung kata kunci “Rom Exercise “ untuk search
engine pubmed dan Elsevier, kata kunci “Latihan Menggenggam
Bola Stroke” untuk search egine portal garuda dan google scholar
c. Artikel yang memiliki desain pra eksperimen atau quasy
eksperiment.
d. Artikel menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa inggris
e. Berupa original research/article (bukan review artikel)
f. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun terakhir yaitu
tahun 2010 sampai tahun 2020.
g. Artikel tersedia dalam bentuk full text
2. Kriteria eksklusi antara lain
a. Artikel tidak terakreditasi
b. Artikel yang tidak memiliki kelengkapan data.
c. Artikel yang memiliki desain cross sectional.
d. Hasil temuan dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Temuan Artikel
Data Based Temuan Literatur Terpilih
Portal Garuda
Google scholars
Pubmed
Jumlah (n= ) (n= )
27
Pencarian Literatur
Basic Data: Pubmed
Pencarian Literatur
Basic Data: Google scholar
Pencarian Literatur
Basic Data: Portal Garuda
1. Astriani, Ni Made Dwi Yunica. 2016. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Non Hemoragik.
2. Budi, Hendri. 2019. Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom)
Menggenggam Bola Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pasien Stroke
Iskemik
3. Brosseau L., et al. 2011. Evaluation of Thermotherapy for the Treatment
of Cutaneous Leishmaniasis in Kabul, Afghanistan: A Randomized
Controlled Trial
4. Chaidir, Reny. 2012. Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstremitas
Atas Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragi Di Ruang Rawat Stroke RSSN Bukittinggi Tahun 2012
5. Faridah, Umi. 2018. Pengaruh Rom Exercise Bola Karet Terhadap Kekuatan
Otot Genggam Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo Pati
6. Feigin, V..2006. Stroke : Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan
Pemulihan Stroke. Cetakan ketiga. Alih bahasa: Brahm Udumbara. Jakarta :
PT. Bhuana Ilmu Populer
7. Gehan A. Younis and Safaa E. Sayed Ahmed. 2015. Effectiveness fassive
Range of Motion Exercises on Hemodynamic parameters and Behavioral pain
Intensity among Adult Mechanically Ventilated Patients
8. Irene. H. L. Chan. 2016. Effects of Arm Weight Support Training to Promote
Recovery of Upper Limb Function for Subacute Patients after Stroke with
Different Levels of Arm Impairments.
9. J Brent Feland,. et al. 2011. The Effect of Duration of Stretching
of the Hamstring Muscle Group for Increasing Range of Motionin
People Aged 65 Years or Older.
10. Junaidi, I., (2011). Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta : Penerbit Andi.
11. Lex D de jong .,et al. 2012. Repeated Measurements of Arm Joint Passive
Range of Motion After Stroke: Interobserver Reliability and Sources of
Variation.
12. Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., Bucher, L., et al. (2007). Medical surgical
nursing: Assesment and management of clinical Problems (Vol. 2, 7th Ed).
St.Louis: Mosby Elsevier
13. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
14. Potter & Perry.,2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta:EGC
15. Wedri, Ni Made. 2016. Pemberian Latihan Rom Dengan Bola Karet Terhadap
Kekuatan Otot Tangan Pasien Stroke Non Hemoragik.