Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN FISIK DENGAN MOTIVASI


KESEMBUHAN PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN POLI
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT TK. II ROBERT WOLTER
MONGISIDI KOTA MANADO

DISUSUN OLEH:
JENDRIKO ROLLIES RUMBAY
1801119

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
2021

i
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN FISIK DENGAN MOTIVASI


KESEMBUHAN PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN POLI
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT TK. II ROBERT WOLTER
MONGISIDI KOTA MANADO

DISUSUN OLEH:
JENDRIKO ROLLIES RUMBAY
1801119

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
2021

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROPOSAL
HUBUNGAN KEMAMPUAN FISIK DENGAN MOTIVASI
KESEMBUHAN PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN POLI
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT TK. II ROBERT WOLTER
MONGISIDI KOTA MANADO

Diajukan oleh:
Jendriko Rollies Rumbay
1801119

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., M.Kes


NIDN: 0921018205

Pembimbing II

Ns. Irma M. Yahya, S.Kep., M.Kes


NIDN: 0915019102

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat limpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan prosal ini
dengan judul “Hubungan Kemampuan Fisik dengan Motivasi Kesembuhan pada
Pasien Stroke di Rumah Sakit Tk. II Robert Wolter Mongisidi Manado”.
Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Manado.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki penulis.dalam penulisan proposal ini, penulis telah
banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun pihak lain yang menaruh minat terhadap masalah ini.

Penulis

Jendriko Rollies Rumbay

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kemampuan Fisik............................................................. 6


B. Jenis Mobilitas .............................................................................. 6
C. Motivasi Senbuh............................................................................ 7
D. Penyakit Storke ............................................................................. 8
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep .......................................................................... 22


B. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 22
C. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .......................................................................... 24


B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 24
D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 25
E. Analisa Data .................................................................................. 26
F. Etika Penelitian.............................................................................. 27

iv
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28
LAMPIRAN

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3 Lembar Kuesioner kemampuan fisik

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke menjadi masalah kesehatan bagi penduduk dunia, karena menjadi

penyebab kematian maupun kecacatan. Serangan stroke tiba-tiba dapat

menyebabkan kematian, kecacatan fisik maupun mental. Serangan stroke ini

kebanyakan terjadi pada usia produktif maupun usia lanjut. Stroke terbagi dua,

yaitu stroke iskemik dikarenakan karena terdapatnya trombus serta embolus,

sebaliknya stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang

menimbulkan perdarahan intraserebral ataupun ruang subarakhnoid. Angka

kejadian stroke iskemik sebanyak 87%, sebaliknya stroke hemoragik 13% yang

terdiri dari 10% pendarahan intraserebral serta 3% subarakhnoid. Hal ini

membuktikan kejadian stroke iskemik lebih banyak di banding stroke hemoragik.

Stroke iskemik maupun stroke hemoragik mengalami peningkatan setiap tahun,

Menurut data Dunia (WHO), menyebutkan bahwa setiap tahun sebanyak 15 juta

penduduk mengalami stroke, 6 juta penduduk meninggal akibat stroke yang

terjadi setiap 40 detik dan meninggal setiap 4 menit (Safruddin dkk, 2018).

Di Indonesia, stroke menempati peringkat ke 3 dunia sebagai penyebab

kematian (WHO). Hasil Riskesdas 2007 menyatakan jumlah penderita stroke

sebanyak 8,3/1000 penduduk, sedangkan hasil Riskesdas 2013 menyatakan

sebanyak 12,1/1000 penduduk yang Riskesdas 2018 sebanyak 14.7/1000

penduduk penderita stroke. Angka kejadian stroke menurut provinsi tahun 2018

tertinggi berada pada provinsi Kalimantan timur sebanyak 14.7/1000, daerah

Istimewa Yogyakarta sebesar 14.6/1000 penduduk dan peringkat ke 3 Propinsi

1
Sulawesi Utara sebanyak 14.2/1000 penduduk dan terendah di Propinsi Papua

sebesar 4.1.

Di Rumah sakit Robert Wolter Mongisidi Manado jumlah kunjungan

pasien stroke dalam 2 Tahun terakhir yaitu tahun 2019 sebanyak 72 orang dan

Tahun 2020 sebanyak 21 orang. Dari survey awal yang peneliti lakukan adanya

keinginan dari penderita stroke untuk mendapatkan kesembuhan.

Stroke menyebabkan kecacatan dalam waktu yang lama hilangnya

sebagian kekuatan otot pada sebagian tubuh menjadi penyebab sepertiga dari

penderita stroke memiliki ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fisik

dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari seperti memenuhi kebutuhan nutrisi,

personal hygine, berpakaian, toileting, melakukan pengobatan dan berjalan.

Pasien stroke yang bertahan hidup memerlukan bantuan dalam melaksanakan

kegiatan sehari-hari karena ketidakmampuan fisik. Sebanyak 20% pasien stroke

yang bertahan hidup masih memerlukan perawatan di berbagai fasilitas kesehatan

setelah 3 bulan pasca stroke dan 15-30% pasien mengalami kecacatan yang

permanen. Selain itu ketidakmampuan fisik atau kecacatan yang dialami dapat

menimbulkan perasaan tidak berguna, tidak ada gairah hidup dan keputusasaan.

Keputusaan adalah kondisi seseorang yang memandang adanya keterbatasan atau

tidak tersedianya alternatif pemecahan masalah yang dihadapai (Rahmi, 2019).

Penurunan kondisi fisiologis seperti ketidakmampuan fisik akibat penyakit

kronis seperti stroke merupakan faktor penyebab dari keputusasaan (PPNI, 2017).

Keputusasaan memberikan dampak yaitu meningkatnya resiko berperilaku

kekerasan, depresi resiko terbesar yakni munculnya resiko bunuh diri (Pratami

2
dkk, 2016) dalam penelitiannya di RSUD Ulin Banjarmasin menyimpulkan bahwa

sebanyak 50% pasien stroke mengalami keputusasaan sedang. Rahmi dkk (2019)

dalam penelitiannya di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi terhadap 62

responden menyimpulkan ada hubungan antara ketidakmampuan fisik dengan

keputusasaan pada pasien stroke, keputusasaan disebabkan karena adanya

keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga sebagian besar

penderita stroke memiliki pikiran negatif serta berujung pada keputusasaan.

Faktor resiko yang lain dari stroke ialah penurunan fungsi kognitif, 20-

30% resiko terjadinya gaangguan kognitif 2 tahun sesudah terjadinya stroke

Ganguan kognitif pasca stroke termasuk dalam suatu kelompok gangguan kognitif

yang disebut dengan Vascular Cognitive Impairment (VCI) meliputi gangguan

kognitif ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari (Vascular Cognitive

No Dementia) sampai yang paling berat berupa demensia vaskuler. Gangguan

kognitif dapat mengenai satu atau lebih domain kognitif seperti atensi, bahasa,

memori, visuospasial, dan fungsi eksekutif (Malik dan Maulana, 2015).

Gangguan kognitif yang umumnya muncul pada saat stroke adalah

gangguan orentasi, registrasi, atensi, kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa

disfungsi eksekutif sehingga sangat mempengaruhi pasien stroke. Resiko

terjadinya gangguan kognitif pada pasien stroke akan semakin meningkat apabila

pasien tersebut menderita penyakit seperti hipertensi, diabetes militus, penyakit

jantung, dan lain-lain. Adanya lesi pada hemisfer kiri, lesi pada supra tentorial

teritori arteri serebri serta posterior merupakan faktor yang berperan dalam

penurunan fungsi kognitif. Resiko untuk menderita gangguan fungsi kognitif 3

3
kali lipat meningkat setelah serangan awitan stroke dan berkembang menjadi

demensia pascastroke sebanyak 25% sampai 50% (Yuwanda dkk, 2020).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti apakah

ada hubungan antara ketidakmampuan fisik dengan motivasi kesembuhan pada

pasien stroke di ruangan Poli rawat jalan Rumah Sakit TK. II Robert Wolter

Mongisidi Manado.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini ialah apakah ada hubungan antara kemampuan fisik dengan

motivasi kesembuhan pada pasien stroke di Ruangan Poli rawat jalan Rumah

Sakit TK. II Robert Wolter Mongisidi Manado?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Mengetahui hubungan antara kemampuan fisik dengan motivasi

kesembuhan pada pasien stroke di Ruangan Poli rawat jalan Rumah Sakit

TK. II Robert Wolter Mongisidi Manado.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan fisik dengan motivasi

kesembuhan pada pasien stroke di Ruangan Poli rawat jalan Rumah Sakit

TK. II Robert Wolter Mongisidi Manado.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan untuk dapat meningkatkan pengetahuan perawat

melalui pelatihan-pelatihan dalam memberikan perawatan pada pasien

stroke untuk mengatasi kemampuan fisik pada pasien pasca stroke.

2. Bagi Keluarga Pasien

Melibatkan keluarga dalam perawatan dengan memenuhi kebutuhan fisik

sehingga memberi motivasi kesembuhan kepada penderita stroke.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bagi penulis dalam penulisan karya tulis mengenai

kemampuan fisik dengan motivasi kesembuhan pada pasien stroke.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kemampuan Fisik

Mobilitas atau kemampuan fisik merupakan kemampuan individu untuk

bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan

bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010).

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan

dengan bebas (Kozier, 2010).

Jadi mobilitas atau kemampuan fisik adalah kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

B. Jenis Mobilitas

1) Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh

area tubuh seseorang.

2) Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area

tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

6
1. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem

muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan

tulang.

2. Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya

terjadi hemiplegia karena stroke, parapelgia karena cedera tulang

belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik

dan sensorik (Widuri, 2010).

C. Motivasi Sembuh

Istilah motivasi digunakan sejak awal abad ke dua puluh. Selama beratus-

ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelektual yang

memilih tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah yang

menentukan apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas untuk memilih dengan

pilihan yang baik atau buruk tergantung pada intelegensi dan pendidikan individu.

Oleh karenanya, manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya

(shaleh, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) kesembuhan merupakan

suatu keadaan (status) individu yang sehat atau utuh secara fisik, mental, serta

sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan

kelemahan.

7
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama

pakar filsafat. Bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal,

akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan diluar kontrol

manusia. Lahirlah sebuah pendapat bahwa manusia disamping sebagai makhluk

rasional ia juga sebagai makhluk mekanistik, yaitu yang digerakkan sesuatu diluar

nalar yang biasanya disebut naluri atau insting (Chaplin, 2004).

Sembuh didefinisikan sebagai suatu kondisi keseimbangan antara status

kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual yang memungkinkan orang

tersebut hidup secara mandiri dan produktif yang memerlukan intervensi

pengobatan dan perawatan karena keduanya memiliki peran yang sama dalam

penyembuhan penyakit (Hardhiyani, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa motivasi sembuh merupakan suatu dorongan

(dari dalam diri individu) yang dapat mengakibatkan individu kembali pada

keadaan normal dan lebih baik setelah ia mengalami sakit.

D. Penyakit Stroke

1. Pengertian

Stroke adalah keadaan dimana pasokan darah keotak terputus karena

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, yang menyebabkan

terjadinya kematian sel-sel pada sebagian area di otak (Kemenkes 2016).

Menurut WHO (World Health Organization), stroke adalah deficit

neurologis, fokal dan global yang berkembang dengan cepat dan

berlangsung selama 24 jam atau lebih serta dapat mengakibatkan kematian,

8
tanpa penyebab lain yang jelas selain vascular. Pasca stroke menjadi

penyebab demensia dan depresi (Pusdatin, 2019).

2. Faktor Risiko Stroke

Menurut Purwanto (2016), meyebutkan bahwa faktor risiko stroke yaitu;

a. Hipertensi

b. Obesitas

c. Hiperkolesterol

d. Peningkatan Hematokrit

e. Penyakit kardiovaskuler: AMI (Akut Miokard Infark), CHF

(Congestive Heart Failure), LVH (Left Ventricular Hyperthropi), AF

(Atrial Fibrilasi).

f. Diabetes Mellitus

g. Merokok

h. Alkoholime

i. Penyalagunaan obat seperti kokain

3. Etiologi

Penyebab dari stroke, yaitu;

a. Trombosis Cerebral

Sumbatan pada pembuluh darah oleh thrombosis menyebabkan

kematian jaringan otak yang dapat mengakibatkan odem dan kongesti

disekitar otak. Trombosis kebanyakan terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur.hal ini terjadi penurunan aktivitas

simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan

9
iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis selalu memburuk pada 48

jam setelah thrombosis. Penyebab thrombus pada otak, yaitu;

1) Atherosklerosis

Atherosklerosis ialah pembuluh darah yang mengeras atau

kelenturan/elastisitas pembuluh darah yang berkurang, sehingga

lumen arteri menjadi sempit mengakibatkan aliran darah berkurang.

Adanya penyumbatan pembuluh darah karena thrombus, yang akan

melepaskan kepingan thrombus (emboli) sehingga elastisitas

dinding arteri menurun dan terjadi pelebaran pembuluh darah akibat

lemahnya struktur dinding pembuluh darah tersebut maka dinding

pembuluh darah tersebut pecah.

2) Hipercoagulasi pada polysitemia

Darah yang mengental menyebabkan terjadinya gesekan dalam

pembuluh darah, sehingga hematokrit meningkat yang akan

melambatkan aliran darah serebral

3) Adanya peradangan pada arteri (arteritis)

b. Emboli

Adanya emboli seperti bekuan darah, lemak dan gelembung udara

menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah otak berlangsung

cepat dan munculnya gejala 10-30 detik. Emboli pada umumnya berasal

dari thrombus jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri

serebral. Beberapa penyakit jantung yang menyebabkan emboli seperti;

10
adanya kerusakan pada katup jantung akibat penyakit Rheumatik heart

desease, myocard infark, fibrilasi dan endokarditis.

c. Haemorhagic

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam

ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini

dapat terjadi karena atherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya

pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam

parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,

oedema, dan mungkin herniasi otak.

4. Klasifikasi Stroke

Klasifikasi stroke berdasarkan patologi serangan stroke menurut Purwanto

(2016), yaitu;

a. Stroke hemoragik

Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara

spontan bukan oleh karenatrauma kapitis, disebabkan oleh karena

pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.

b. Stroke non hemoragik/iskemik

Stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah beristirahat, baru

bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun iskemia

11
yang menimbulkan hipoksia selanjutnya dapat timbul edema sekunder

serta umumya kesadaran membaik. Stadium perjalanan penyakit:

1) Transient Ischaemic Attack (TIA)

Transient Ischaemic Attack (TIA), merupakan serangan stroke yang

berlangsung ringan bisanya trjadi selama beberapa jam dan gejala

yang timbul akan hilang dengan spontan dalam waktu kurang dari

24 jam.

2) Stroke involusi

Stroke involusi adalah stroke yang terjadi terus sehingga gangguan

neurologis semakin berat/buruk dan berlangsung selama 24 jam

atau beberapa hari.

3) Stroke kompliturologis yang timbul menetap, dapat diawali dengan

serangan TIA berulang.

5. Patofisiologi

Infark. serebral. adalah. berkurangnya.suplai.darah.ke area.tertentu.di otak.

Luasnya.infark. bergantung. pada. faktor-faktor. seperti. lokasi. dan

besarnya.pembuluh.darah.dan adekuatnya.sirkulasi.kolateral.terhadap.area.

yang.disuplai.oleh.pembuluh.darah.yang tersumbat. Suplai.darah.ke otak

dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena

gangguan.umum.(hipoksia. karena. gangguan. paru. dan jantung).

Atherosklerotik. sering/cenderung. sebagai. faktor. penting.t erhadap.otak,

thrombus.dapat.berasal.dari.flak.arterosklerotik, atau darah dapat beku.

12
pada.area.yang.stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau

terjadi.turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah

terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan :

a. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang

bersangkutan.

b. Edema dan kongesti disekitar area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area

infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau

kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema

pasien mulai menunjukan perbaikan. Karena thrombosis biasanya tidak

fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah

serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding

pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa

infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan

dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan

perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada

otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi

pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan

menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit

cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang

anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat

reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila

13
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena

gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest. Ada dua bentuk

patofisiologi stroke hemoragik :

a. Perdarahan intra cerebral ialah pecahnya pembuluh darah otak terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan

menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi

dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena

herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah

putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.

Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding

permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.

b. Perdarahan subarachnoid adalah pecahnya pembuluh darah karena

aneurisma. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan

pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada

jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun

didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan

keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,

sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk

dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK

yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subarakhnoid pada

retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat

14
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini

seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai

puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.

Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan

yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis

dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat

mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan

kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia

dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak

dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi

kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan

menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan

glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari

20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak

25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa

plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada

saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses

metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah

otak.

6. Manifestasi Klinik

a. Kehilangan atau menurunnya kemampuan motorik

b. Kehilangan atau menurunnya kemampuan komunikasi

15
c. Gangguan persepsi

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

e. Disfungsi 12 saraf cranial, kemampuan sensorik, reflex otot, kandung

kemih.

7. Komplikasi Stroke

a. Hipoksia serebral

b. Penurunan aliran darah serebral

c. Embolisme serebral

d. Pneumonia aspirasi

e. ISK, Inkontinensia

f. Kontraktur

g. Tromboplebitis

h. Abrasi kornea

i. Dekubitus

j. Encephalitis

k. CHF

l. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. CT Scan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya

jaringan otakyang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.

Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang

masuk ke ventrikel, atau menyebar kepermukaan otak.

16
b. MRI

Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi

serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya

didapatkan area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.

c. Angiografi Serebri

Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteri ovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler.

d. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis)

e. EEG

Pemeriksaan EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik

dalam jaringan otak.

f. Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang

berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat

pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada

perdarahan subarakhnoid.

g. Fungsi Lumbal

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal

menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan

17
pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya

proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya

dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil

biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari

pertama.

h. Pemeriksaan Laboratorium; Darah rutin, Gula darah, Urine rutin,

Cairan serebrospinal, Analisa gas darah (AGD), Biokimia darah dan

Elektrollit

9. Penatalaksanaan

a. Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis

sebagai berikut:

1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan

pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan

trakeostomi, membantu pernafasan.

b) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

1) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

2) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

3) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat

mungkin

4) Pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan

gerak pasif.

18
b. Pengobatan konservatif

1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara

percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat

dibuktikan.

2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin

intra arterial.

3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk

menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi

sesudah ulserasi alteroma.

c. Pengobatan pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu

dengan membuka arteri karotis di leher.

2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan

manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.

3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

d. Pencegahan stroke

1) hidari merokok

2) Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah

kegemukan)

3) Batasi intake garam bagi penderita hipertensi

19
4) Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat,

keju dan lain-lain)

5) Olahraga secara teratur

e. Penanganan dan Perawatan Stroke di Rumah

1) Berobat secara teratur ke dokter

2) Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat

tanpa petunjuk dokter

3) Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan

kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh

4) Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur dirumah

5) Bantu kebutuhan klien

6) Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik

7) Periksa tekanan darah secara teratur

8) Segera bawa klien kedokter atau rumah sakit jika timbul tanda

gejala stroke

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kejadian stroke dipengaruhi salah

satunya oleh umur. Safruddin dkk (2018), dalam penelitiannya di Rumah sakit

Umum daerah Kota Makassar dengan melibatkan 30 responden pasien stroke

menyatakan bahwa sebanyak 21 atau 70% responden dengan usia ≥ 50 tahun

menderita stroke. Umur individu yang sudah menginjak dewasa akan terjadi

perubahan struktur pembuluh darah yang mengalami penurunan elastisitas

sehinggah darah yang membawa oksigen dan nutrisi lainnya kejaringan

mengalami hambatan dan menyebabkan stroke. Kejadian stroke umumnya terjadi

20
pada umur 41-60 Tahun. Sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani

dan Hutagalung (2020), di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dengan

melibatkan responden sebanyak 24 responden bahwa penderita stroke sebagian

besar berumur kurang dari 60 tahun sebanyak 62,5%, umur berhubungan

signifikan dengan kejadian stroke.

Penderita stroke dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari

perempuan. Ramadhani dan Hutagalung (2020), di Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara dengan melibatkan responden sebanyak 24 responden bahwa

penderita stroke sebagian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak

62,5% sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 37,5%. Hasil penelitian ini

sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdia dkk (2019), dalam

penelitiannya di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo terhadap 87 responden

menyatakan bahwa kejadian stroke lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu

55.2%. dibandingkan jenis kelamin perempuan, lebih lanjut dijelaskan bahwa

dominan penderita stroke pada laki-laki di akibatkan oleh perilaku yang sering

mengkonsumsi alkohol, merokok, dll.

21
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Varibel Independen Variabel Dependen

Motivasi Kesembuhan Pada


Kemampuan Pasien Stroke di Rumah Sakit
Fisik TK.II R.W Monginsidi
Manado

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kemampuan Fisik Dengan Motivasi


Kesembuhan Pada Pasien Stroke di Poli Rawat Jalan Rumah
Sakit TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado

Keterangan :
Variabel yang diteliti

Hubungan

B. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan motivasi


kesembuhan pada pasien stroke di Poli rawat jalan Rumah Sakit
Tk. II Robert Wolter Mongisidi Manado.
Ha : Ada hubungan antara kemampuan fisik dengan motivasi
kesembuhan pada pasien stroke di Poli rawat jalan Rumah Sakit
Tk. II Robert Wolter Mongisidi Manado.

22
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Kemampuan Keterbatasan pasien Kuesioner Ordinal Mandiri = < 15
Fisik stroke dalam The Barthel (2)
memenuhi
kebutuhan sehari- Index
Memerlukan
hari seperti makan,
toileting, berhias, bantuan = ≥ 15
mandi, berpakaian (1)
dan lain-lain
2 Motivasi Suatu keadaan Kuesioner Ordinal Harapan Sembuh
Kesembuhan emosional pasien Beck = < 30
pada pasien stroke yang (1)
stroke memiliki harapan Hopeleenes
s Scale Tidak ada Harapan
atau perasaan
pesimis tentang Sembuh
masa = ≥ 30
depan/kesembuhan (2)

23
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian analitik observasional, merupakan

penelitian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan

pengujian hipotesis, dengan pendekatan cross-sectional dimana variabel

independen dan variabel dependen diobservasi sekaligus pada waktu yang

sama (Susila dan Suyanto, 2015).

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian akan dilaksanakan bulan April 2021.

2. Tempat penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Tk. II Robert Wolter

Mongisidi Manado.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya atau keseluruhan atau totalitas

objek/subjek yang cirri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nazir

dkk, 2011). Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pasien stroke baik

hemoragik maupun non hemoragik berkunjung ke Rumah Sakit R.W

Monginsidi Manado berjumlah 93 orang.

24
2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah accidental

sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, ialah

siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok

sebagai sumber data. Menurut Sujarweni (2014), apabila populasi

< 10.000, maka ketepatan sampel yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

N
n=
1+ N ¿ ¿

93
n=
1+ 93(0,05) ²

93
n= =75.45 dibulatkan 75 pasien
1.345

Kriteria inklusi:

1. Pasien rawat jalan dengan diagnosis stroke oleh dokter saraf stroke.

2. Memiliki kesadaran compos mentis dan bersedia menjadi responden.

Kriteria eklusi:

Pasien dengan kelemahan anggota gerak akibat kecelakaan, infeksi,

trauma kepala.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner. Untuk mengukur kemampuan fisik menggunakan kuesioner The

Barthel Index yang terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan dengan

menggunakan skala Gutman, Jawaban Mandiri diberi kode 2 dan jawaban

25
dibantu orang lain atau memerlukan bantuan diberi kode 1. Dan harapan

sembuh menggunakan kuesioner Beck Hopelessness Scale yang terdiri dari 20

pertanyaan, pertanyaan ini menggunakan skala Gutman, pertanyaan positif

terdiri dari 8 pertanyaan dan diberi kode (2) sedangkan 21 pertnyaan negatif

diberi kode (1). Kuesioner ini sudah pernah dipakai oleh Ardi (2011) dalam

penelitiannya pada pasien stroke di Kota Makassar.

E. Analisa Data

Pelaksanaan analisis data dengan menggunakan SPSS ((Statistical Packages

for Servis Solution) Versi 22 dan uji statistik yang digunakan, yaitu;

a. Analisis univariat

Analisis univariat untuk mendeskripsikan atau menggambarkan setiap

variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi

frekuensi untuk memperoleh informasi secara umum dari tiap-tiap variabel.

Yang termasuk dalam analisis univariat dalam penelitian ini yaitu

kemampuan fisik, dan harapan sembuh pada pasien stroke.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk menjelaskan hubungan antar variabel independen

dan dependen. Variabel independen yaitu ketidakmampuan fisik dan

kognitif dengan variabel dependen keputusasaan pada pasien stroke,

analisis statistik yang digunakan ialah uji chi square, dengan nilai p = <

α = 0.05.

26
F. Etika Penelitian

Masturoh dan Anggita (2018), menyatakan bahwa dalam melaksanakan

penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang oleh seorang peneliti, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Sebelum peneliti turun kelapangan, peneliti sudah mempersiapkan

formulir persetujuan (informed concent) untuk berpartisipasi sebagai

subjek penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Peneliti harus menghargai privasi dalam hal

ini peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian berupa

informasi mengenai identitas subjek penelitian, peneliti hanya memberi

initial/coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness). Prinsip keterbukaan dan adil, menjamin bahwa semua

subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan gender, agama, etnis dll.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefit). Peneliti berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan subjek penelitian seperti mengurangi rasa sakit, cidera, stress

dan lain-lain. Penelitian harus memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan

berdasarkan hati nurani, moral, kejujuran, kebebasan dan tanggung jawab.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, M. (2011). Analisis Hubungan Ketidakmampuan Fisik dan Kognitif Dengan


Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Makassar.Tesis, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia. Jakarta. http://scholar.google.co.id/
citations?user=n9-1fRoAAAAJ&hl=id. Diakses 19 Januari 2021. Jam
diakses pukul 17.24 Wita.

Chaplin, James P. 2014. Kamus Lengkap Psikoligi. Jakarta: Rajawali Press.

Hardhiyani, Rizky. 2013. Hubungan Komunikasi Therapeautic Perawat Dengan


Motivasi Sembuh Pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kalisari Batang.
Skripsi.

Kemenkes, RI. (2013). Data Kesehatan Indonesia,Riskesdas, 2013.Jakarta.

Kemenkes, RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Kemenkes (2016). Pengertian Stroke.

Mastoroh, I dan Anggita, T.N (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Bahan


Ajar Rekam Medis dan Informatika Kesehatan (RMIK). Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembagan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta.

Nasir, A., Muhith, A., dan Ideputri, M.E. (2011). Buku Ajar, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Nuha Medika. Jakarta

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Salemba Medika.

Pratami, S.P., Diani, N., dan Wahid A. (2016). Kemampuan Basic Activity Dayly
Living Dengan Keputusasaan Pada Pasien Stroke di RSUD Ulin
Banjarmasin. Dunia Keperawatan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2016: 55-59
https://www.researchgate.net/publication/327247660_.pdf Di Akses 20
Maret 2021. Jam akses pukul 17.23 Wita

Pusat Data dan Informasi Kesehatan.(2019). Peningkatan Gaya Hidup Sehat


Dengan Perilaku Cersik, Fakta Penyakit Stroke. Jakarta Selatan.

Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak, Keperawatan Medikal II,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Pendidikan Sumber daya
Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Jakarta.

28
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, (2017).Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I, Cetakan III (Revisi).

Rahmi, M., Fidora, I. dan Ningsih, R. (2019).Hubungan Ketidakmampuan Fisik


Dengan Keputusasaan Pada Pasien stroke di Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Jurnal Menara Medika, p-ISSN 2622-657X, e-ISSN 2723-6862.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2172pdf
Diakses 20 Januari 2021. Jam akses pukul 17.31 Wita

Ramadhani, S.S dan Hutagalung, H.S. 2020.Hubungan Stroke Iskemik Dengan


Fungsi Kognitif Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Scripta Score
Scientific Medcal Jurnal, Vol.2, No.1 Agustus 2020. pISSN: 2088-8686.
eISSN:2686-0864. https://talenta.usu.ac.id/scripta/article/view/3373 Diakses
18 Januari 2021. Jam akses pukul 20.12 Wita

Ramdia, A., Keliat, B.A., dan Wardhani, I.Y. 2019. Hubungan Kemampuan
Mengubah Pikiran Negatif Dengan Depresi dan Ketidakberdayaan Pada
Klien Stroke. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences).
Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019. http://jurnal.alinsyirah.ac.id/index
.php/keperawatan. Diakses 2 Februari 2021. Jam Akses 2012 Wita

Saleh, Abdul Rahman. 2009. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Kencana

Yuwanda, K,. Widyastuti, K., dan Laksmidewi, A.A.P. (2020). Hubungan Antara
Lokasi Stroke Dengan GAngguan Kognitif Pada Penderita Stroke Di RSUP
Sanglah Denpasar. Arikel Collosum Neurology, Volume 3, Nomor 1:1-5.
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284. http://callosumneurology.org/
index.php/callosumneurology/article/view/101Pdf. Diakses 5 Februari 2021.
Jam akses pukul 16.32 Wita

29
Lampiran I
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/ibu responden
di –
Tempat
Dengan Hormat.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa S1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Manado
Nama : Jendriko Rollies Rumbay
Nim : 1801119
Akan mengadakan penelitian berjudul :
“HUBUNGAN KEMAMPUAN FISIK DENGAN MOTIVASI
KESEMBUHAN PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN POLI RAWAT
JALAN RUMAH SAKIT TK. II WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang dapat merugikan bagi
saudara/i sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan di
publikasikan.
Apabila saudara/i menyetujui, peneliti mohon kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan.
Atas kerjasama dan kesediaan saudara/i menjadi responden, peneliti ucapkan
terima kasih.
Manado, Maret 2021

Peneliti Responden

( Jendriko R. Rumbay ) ( )

30
Lampiran 2
PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama Inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah
mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Jendriko Rollies Rumbay
dengan judul “HUBUNGAN KEMAMPUAN FISIK DENGAN MOTIVASI
KESEMBUHAN PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT TK. II WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO” saya
memutuskan untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela dan
tanpa paksaan.

Manado, Maret 2020


Yang membuat pernyataan

( )

31
Lampiran 3

1. Kuesioner Kemampuan Fisik

No Aktivitas Memerlukan Mandiri


Bantuan
1 Bagaimana kemampuan transfer
(perpindahan posisi) bapak/ibu dari
posisi tidur ke posisi duduk?
2 Bagaimana kemampuan berjalan
(mobilisasi) bapak/ibu?
3 Bagaimana kemampuan bapak/ibu
dalam membersihkan diri (lap muka,
sisir rambut, sikat gigi)?
4 Bagaimana penggunaan toilet (pergi
ke/dari wc, melepas/mengenakan
celana, menyeka, menyiram)
bapak/ibu?
5 Bagaimana kemampuan bapak/ibu
dalam buang air besar?

6 Bagaimana kemampuan bapak/ibu


dalam buang air kecil?
7 Bagaimana kemampuan bapak/ibu
dalam membersihkan diri (mandi)?
8 Bagaimana kemampuan bapak/ibu
dalam berpakaian (mengenakan
baju/celana)?
9 Bagaimana kemampuan makan
bapak/ibu?
10 Bagaimana kemampuan bapak/ibu
untuk naik turun tangga?

32
2. Kuesioner Beck Hopelessness Scale

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya memandang masa depan saya dengan
penuh harapan
2. Saya menyerah karena tidak dapat berbuat
sesuatu hal yang lebih baik bagi diri saya
sendiri
3. Saya merasa tidak memiliki harapan dengan
kondisi seperti ini selamanya
4. Saya tidak dapat membayangkan akan hidup
10 Tahun kedepan
5. Saya memiliki cukup waktu untuk melakukan
hal-hal yang saya lakukan
6. Dimasa yang akan datang berharap dapat
sukses dengan apa yang saya tekuni
7. Masa depan saya terlihat gelap
8. Saya merasa beruntung dan berharap akan
mendapatkan lebih banyak hal-hal yang lebih
baik dalam hidup saya dibandingkan dengan
kebanyakan orang
9. Saya tidak mendapatkan kesempatan untuk
beristirahat dan tidak punya alasan untuk
mendapatkan kesempatan yang akan datang
10. Pengalaman masa lalu saya telah dipersiapkan
dengan baik untuk masa depan
11. Semua yang akan terjadi dimasa depan saya
Nampak lebih banyak yang tidak
menyenangkan dari pada yang menyenangkan
12. Saya tidak berharap bisa memperoleh apa
yang benar-benar saya inginkan
13. Jika saya memandang kemasa depan, saya
berharap bisa lebih bahagia daripada saat ini
14. Segala sesuatunya tidak berjalan sesuai
dengan yang saya inginkan
15. Saya memiliki keyakinan yang kuat tentang
masa depan
16. Saya tidak pernah mendapatkan apa yang
saya inginkan, jadi merupakan suatu hal
percuma bagi saya jika mengharapkan sesuatu
17. Sangat tidak lazim bahwa saya akan
mendapatkan kepuasan yang nyata dimasa
depan
18. Masa depan terlihat samar dan tidak pasti bagi
saya

33
19. Saya dapat menanti datangnya masa yang
lebih baik daripada masa yang buruk
20. Tidak ada gunanya bersungguh-sungguh
mencoba mendapatkan segala yang saya
inginkan, karena saya mungkin tidak akan
mendapatkannya
Sumber: Ardi, M (2011)

34
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama : Jendriko Rollies Rumbay
NIRM : 1801119
Judul : Hubungan kemampuan fisik dengan Motivasi Kesembuhan
pada pasien Stroke di Ruangan Poli Rawat Jalan RS. Tk. II
Wolter Mongisidi Manado
Pembimbing I : Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., M.Kes
No Hari /
Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf
. Tanggal
1. Judul Proposal Menyetujui judul
yang diajukan yaitu
Hubungan
ketidakmampuan fisik
dan kognitif dengan
keputusasaan pada
pasien Sroke di RS.
Tk II Wolter
Monginsidi Manado

2. 09 Maret 2021 BAB I-IV Menambah referensi


tentang
1. Ketidakmampuan
fisik dan kognitif
2. Keputusasaan
3. 11 Maret 2021 BAB I-IV Memeperbaiki
sistematika penulisan
masalah spasi dan
tanda baca
4. 18 Maret 2021 ACC

35
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama : Jendriko Rollies Rumbay
NIRM : 1801119
Judul : Hubungan kemampuan fisik dengan Motivasi Kesembuhan
pada pasien Stroke di Ruangan Poli Rawat Jalan RS. Tk. II
Wolter Mongisidi Manado
Pembimbing II : Ns. Irma M. Yahya, S.Kep., M.Kes
No Hari /
Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf
. Tanggal
1. Judul Proposal Menyetujui judul
yang diajukan yaitu
Hubungan
ketidakmampuan fisik
dan kognitif dengan
keputusasaan pada
pasien Sroke di RS.
Tk II Wolter
Monginsidi Manado

2. 09 Maret 2021 BAB I-IV Memperbaiki cara


pengetikan
proposal/sistematika
penulisan
3. 11 Maret 2021 BAB I-IV Menambahkan
penelitian terkait
4. 18 Maret 2021 ACC

36

Anda mungkin juga menyukai