Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN


EFIKASI DIRI PADA PASIEN STROKE
DI RSUD DR.M.HAULUSSY
AMBON

CINDY VANESSA SAPTENNO


NPM: 12114201140039

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadiratan Tuhan Yesus Kristus,

karena atas limpahan berkat kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini dengan judul “Hubungan Motivasi Dan Efikasi Diri

Pada Pasien Stroke di RSUD dr. M. Haulussy Ambon 2019”. Proposal ini

merupakan syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Kesehatan Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

Dengan terselesaikannya proposal ini, maka pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Dr. J. Damamain M. Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku

dan Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku.

2. B Talarima., SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku dan Para Pembantu Dekan I, II, III.

3. Ns.S.R.Maelissa, S.Kep, M.Kep selaku ketua Program Studi Keperawatan

Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

4. Ns. M. Pattipeilohy, S.Kep,. M.Kep selaku Pembimbing I yang telah banyak

mengarahkan, membimbing serta memberikan banyak motivasi kepada

penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

5. G. J. Wakanno, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian membimbing penulis hingga terselesainya proposal

ini.

iii
6. Drs. Izack Noya, M.Kes selaku penasehat Akademik yang selalu memotivasi

penulis selama melaksanakan seluruh aktivitas pendidikan di Fakultas

Kesehatan Program Studi Keperawatan.

7. Direktur RSUD dr. M. Haulussy Ambon beserta staf yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk pengambilan data awal.

8. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan dan karyawati yang selama ini telah

membimbing dan membina penulis selama melaksanakan seluruh aktivitas

pendidikan di Fakultas Kesehatan Program Studi Keperawatan.

9. Kepada keluarga tercinta yang senantiasa memberikan perhatian, kasih

sayang, motivasi dan dukungan dalam doa kepada penulis selama ini.

10. Sahabat-sahabat serta teman-teman Program Studi Keperawatan Angkatan

2014.

Akhir kata penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. untuk itu saran maupun kritik sangat

penulis harapkan guna perbaikan lebih lanjut sehingga proposal ini dapat berguna

serta bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Ambon, Juni 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBARAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang stroke ........................................................ 7


B. Tinjauan Umum Tentang efikasi diri ................................................. 21
C. Tinjauan Umum Tentang motivasi .................................................... 25
D. Kerangka Konsep ................................................................................ 34
E. Hipotesis penelitian ............................................................................ 34
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian ........................................................................... 35


B. Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 35
C. Populasi dan sampel ............................................................................. 35
D. Variabel penelitian ............................................................................... 37
E. Defenisi operasional ............................................................................. 38
F. Instrument penelitian ............................................................................ 40
G. Pengumpulan data ................................................................................ 40
H. Pengolahan Data................................................................................... 41
I. Analisa data .......................................................................................... 42
J. Etika penelitian..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Defenisi Operasional .................................................................................40

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar kerangka konsep..............................................................................35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Lembar Formulir Persetujuan (Informed consent)

Lampiran 2. Lembar Data Demografi

Lampiran 3. Lembar Kuisioner Efikasi Diri

Lampiran 4.Lembar Kuisioner Motivasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah tanggung jawab kita bersama, kesehatan

merupakan salah satu bagian pokok dan esensial dari kualitas hidup yang

bercermin pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia, salah satu kesehatan

yang mengancam adalah stroke, karena stroke merupakan penyakit yang bisa

disembuhkan tapi tidak seutuhnya ditandai adanya perubahan aktifitas gerak

yang tidak optimal kembali (Wijaya, 2015). Stroke merupakan penyakit

cerebrovascular yang terjadi karena adanya gangguan fungsi otak yang

berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak

(Wardhani & Santi,2015).

Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian

reaksi biokimia yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak.

Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang

dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul

mendadak, progresif, dan cepat akibat gangguan peredaran darah otak non

traumatik. Gangguan tersebut secara mendadak menimbulkan gejala antara lain

kelumpuhan sesisi wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak

jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain

(Riscther, 2015)

Berdasarkan data World Health Association (WHO, 2013), stroke

menduduki urutan kedua penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung

1
iskemik. Terdapat sekitar 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. Di

antaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang

lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Berdasarkan Riskesdas 2013,

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per

mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara

(10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta

masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes

dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta

(16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil,

posisi ke 27 ada Maluku dengan prevelensi (4,2‰) (Riskesdas, 2013).

Sedangkan berdasarkan Rikesdes 2018 stroke di Indonesia berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 permil dan yang terdiagnosis tenaga

kesehatan atau gejala sebesar 10,9‰. Berdasarkan Riskesdes 2018 provinsi

Maluku (9,0‰ atau sekitar 4.351 penduduk) berada pada peringkat ke 31 dari

34 provinsi, Peringkat pertama Kalimantan Timur (14,7‰ atau sekitar 9.696

penduduk), peringkat kedua DI Yogyakarta (14,6‰ atau sekitar 10.975

penduduk), dan peringkat ketiga Sulawesi Utara (14,2‰ atau sekitar 6.827

penduduk). Prevalensi stroke yang terdiagnosis oleh Riskesdas maupun

berdasarkan diagnosis pada laki -laki (11,0‰ atau sekitar 355.726 penduduk)

dan perempuan (10,9‰ atau sekitar 358.056 penduduk). (Hasil Rikesdes

2018).

2
Menurut penelitian Nazli (2017) Motivasi pasien post stroke yang

menjalani fisioterapi dapat menurun disebabkan oleh pengobatan yang lama

sehingga menimbulkan masalah psikologis seperti frustasi, cemas, dan depresi.

Masalah psikologis ini dapat mempengaruhi motivasi pasien untuk melakukan

pengobatan. Motivasi pasien yang rendah dapat mempengaruhi efikasi diri

pasien, sehingga pengobatan pasien tidak akan berjalan dengan baik dan akan

memperlambat proses penyembuhan pada pasien.

Pasien yang menderita stroke umumnya akan kehilangan sebagian atau

seluruh fungsi tubuh tertentu (Lingga, 2013). Suplai darah yang sempat terhenti

inilah yang menyebabkan tubuh tidak lagi berfungsi dengan baik. Adapun

dampak dari stroke adalah kelumpuhan atau cacat, rendah diri, malu, menutup

diri, karena adanya stressor yang dapat menimbulkan efikasi diri rendah.

Adapun penyebab yang membuat pasien stroke menjadi kurang percaya diri

yaitu kelumpuhan atau kecacatan. Pasien dengan efikasi diri rendah

menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu

yang ada disekitarnya. Sementara orang dengan efikasi diri yang tinggi akan

berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada. Efikasi diri yang

tinggi dapat membuat seorang pasien dapat menerima keadaan dirinya, akan

tetapi sebaliknya jika seorang pasien mempunyai efikasi diri yang rendah dapat

menyebabkan kecemasan yang akan berdampak terhadap proses penyembuhan

pasien. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung

mudah menyerah. (Marthin, 2018).

3
Menurut penelitian Purba (2017) Dukungan keluarga mempengaruhi

motivasi penderita stroke dalam melakukan latihan juga berpengaruh besar

dalam peningkatan kekuatan otot. Keluarga memiliki peranan penting dalam

upaya peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam

masyarakat mengingat keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat.

Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan dalam hal ini

dapat meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya. (Dion, 2013).

Motivasi merupakan faktor yang penting terhadap kepatuhan pasien dalam

mengikuti pengobatan.

Terjadinya serangan stroke pada penderita stroke umumnya dipicu dari

psikologis pasien yang merasa menyerah terhadap penyakit dan kondisi

tubuhnya yang mengalami kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang pasca

stroke, sehingga penderita tidak dapat melakukan aktivitas dan berperan

seperti sebelumnya. Rendahnya motivasi dan harapan sembuh penderita serta

kurangnya dukungan keluarga sangat berpotensi menimbulkan beban dan

berujung pada stress, untuk itu perlu adanya motivasi dari keluarga ataupun

motivasi dari dalam diri pasien itu sendiri untuk sembuh. (Daniati, 2013). Bagi

pasien stroke untuk memulai sesuatu yang baru merupakan beban bagi dirinya,

memang tidak mudah membangkitkan semangat bagi pasien sroke.

Semangat dari pasien stroke akan dapat timbul dengan adanya

kepercayaan diri pasien, agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang perlu

dalam mencapai tingkat kinerja atau tujuan tertentu seperti melakukan kegiatan

sehari-hari dirumah (Makan, Minum, Mandi secara mandiri tanpa bantuan dari

4
orang lain). Dalam keadaan lumpuh atau cacat pasien akan merasa rendah diri,

malu, menutup diri sehingga akan memperlambat proses penyembuhan dan

pemulihan, sehingga dibutuhkan efikasi diri yang tinggi pada pasien stroke.

Efikasi diri adalah peningkatkan kepercayaan diri untuk membangkitkan harga

diri dan semangat pasien untuk sembuh. Dengan begitu pasien tidak akan

merasa malu dengan keadaannya sekarang, menerima semua cobaan yang

dihadapinya dengan ikhlas dan lapang dada.

Berdasarkan pengambilan data awal yang diperoleh dari Poliklinik Saraf di

RSUD Dr.M.Haulussy Ambon total pasien stroke sebanyak 1547. Tahun 2016

berjumlah 463 pasien yang cacat sebanyak 254, Tahun 2017 berjumlah 519

pasien yang cacat sebanyak 264 dan Tahun 2018 berjumlah 565 pasien yang

cacat sebanyak 310. Dari hasil wawancara penulis dengan 5 pasien didapatkan,

penulis menanyakan apa yang dirasakan oleh pasien stroke, saat mengalami

kelumpuhan, 4 pasien mengatakan pada saat mengalami stroke, pasien malu

selain malu dengan kondisinya pasien juga tidak dapat melakukan berbagai

aktifitas sendiri tanpa bantuan dari keluarga seperti makan, mandi, memakai

atau melepas baju sendiri. Bentuk dukungan keluarga yaitu keluarga selalu

mendukung pasien dengan cara mendampingi pasien saat melakukan

pengobatan, mengingatkan pasien untuk tidak lupa meminum obat,

mengingatkan pasien untuk berolahrga kecil seperti latihan berjalan di dalam

rumah. Penulis mendapati ada juga keluarga yang tidak mendukung pasien

seperti: tidak sempat mengantarkan pasien saat melakukan terapi, yang di

karenakan kesibukan untuk mengurus pekerjaan rumah, melihat cucu pergi ke

5
sekolah. Pasien stroke sering merasa malu saat keluar rumah untuk berinteraksi

dengan orang lain. Saat ingin berbicara pasien takut orang lain tidak mengerti

apa yang di katakan dan 1 pasien mengatakan kalau tidak perlu malu dengan

kondisinya. Harus menerima kondisi dengan lapang dada, karena semua yang

terjadi dalam kehidupan merupakan Anugerah Tuhan.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis merasa perlu dilakukan

penelitian tentang Hubungan Antara Motivasi Dan Efikasi Diri Pada Pasien

Stroke Di RSUD dr.M.Haulussy Ambon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas,

dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah Ada

Hubungan Antara Motivasi Dan Efikasi Diri Pada Pasien Stroke Di RSUD

Dr.M.Haulussy Ambon?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Apakah Ada Hubungan Antara Motivasi Dan Efikasi

Diri Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr.M.Haulussy Ambon

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui motivasi pada pasien stroke di RSUD dr.M.Haulussy

Ambon

b. Mengetahui efikasi diri pasien stroke di RSUD dr.M.Haulussy Ambon

c. Mengetahui hubungan antara motivasi dan efikasi diri Pada Pasien

Stroke di RSUD dr.M.Haulussy Ambon

6
D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Bagi Universitas

Diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan dan kepustakaan bagi

Universitas Kristen Indonesia Maluku khususnya Fakultas Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan.

2. Manfaat Bagi Perawat

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam ilmu keperawatan agar dapat

menangani masalah stroke.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga

dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang masalah kesehatan

khususnya dalam perawatan pasien stroke.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stroke

1. Defenisi Stroke

Stroke merupakan penyakit jantung koroner dan kanker yang sangat

mematikan ketiga dunia baik di negara maju maupun negara berkembang.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (American Heart

Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara tahunnya 15 juta orang

terserang stroke beberapa diantaranya meninggal dan sisanya mengalami

kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Penyebab utama dari stroke

yaitu kecacatan dapat dicegah (American Heart Association,2014).

Stroke merupakan penyebab dari gangguan suplai darah segar yang

mengangkut oksigen yang terjadi secara mendadak. Beberapa penyebab

dari stroke adalah penyumbatan di arteri oleh emboli (suatu benda padat

yang mengalir dalam plasma darah yang berasal dari bagian lain tubuh),

thrombosis (aterosklerosis adalah suatu penyumbatan arteri di dalam otak

yang diakibatkan oleh kerusakan dinding arteri), dan pendarahan di dalam

otak yang disebabkan oleh hipertensi, pecahnya aneurisma (pembesaran

pembuluh darah pada otak akibat dinding pembuluh darah lemah),

maupun tumor otak. Kematian jaringan otak disebabkan karena Gangguan

suplai darah ke otak, dengan adanya kematian jaringan otak, dapat

mengakibatkan fungsi jaringan tidak dapat dikendalikan, seperti

8
kelumpuhan di anggota badan, hilangnya kemampuan bicara bahkan

hilangnya sebagian ingatan (Sayoga: 2013).

Stroke terjadi tidak hanya pada usia 45-60 tahun, tetapi juga dapat

terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebab utama meningkatnya

penderita stroke usia dewasa muda disebabkan karena oleh gaya hidup,

terutama kebiasaan makan yang tinggi kolesterol. Menurut penelitian dari

beberapa rumah sakit, stroke usia dewasa muda dapat terjadi akibat

kesibukan kerja yang berlebih sehingga menyebabkan seseorang jarang

olahraga, kurang tidur, dan stres berat (Dourman : 2013).

2. Jenis Stroke

a. Stroke Hemoragi disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau

perdarahan subarakhniod karena pembuluh darah otak pecah sehingga

darah memenuhi jaringan otak (AHA, 2015). Perdarahan atau pecahnya

pembuluh darah di otak yang terjadi dapat menimbulkan gejala

neurologic dengan cepat menurunan kesadaran, nadi cepat, pernapasan

cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan hemiplegia (Yeyen, 2013).

b. Stroke Iskemik disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah diotak

yang tersumbat yang menyebabkan hipoksia pada otak dan yang tidak

menyebabkan perdarahan (AHA, 2015). Stroke iskemik ini dapat

ditandai dengan kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual

muntah, pendangan kabur, dan disfagia (Yeyen, 2013).

Dikatakan stroke apabila didiagnosis oleh tenaga (dokter/ perawat/

bidan) kesehatan menderita stroke atau belum pernah didiagnosis oleh

9
tenaga kesehatan tapi pernah secara mendadak mengalami keluhan

kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh yang disertai dengan rasa

kesemutan pada sisi tubuh, mulut mencong tanpa kelumpuhan otot

mata, bicara pelo atau sulit bicara/ komunikasi dan kurang jelas dalam

berbicara. (Kemenkes, 2013)

3. Patogenesis Stroke

Patogenesis adalah pathos, penyakit, dan genesis, penciptaan dalam

istilah kedokteran yang berasal dari bahasa Yunani. Pathogenesis

merupakan keseluruhan proses tahapan perkembangan penyakit atau

patogen, termasuk setiap proses tahapan perkembangan, rantai kejadian

yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian

perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya

seperti sel, jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor eksternal

seperti faktor mikrobial, kimiawi, dan fisis (Wikipedia, 2013,).

Menurut Jusuf Misbach (2013), patogenesis stroke berdasarkan

jenisnya sebagai berikut :

a. Stroke Iskemik (Stroke Non haemorragic)

Stroke iskemik otak dapat bersifat fokal dan global. Pada

iskemik global, aliran di otak secara menyeluruh menurun akibat

tekanan perfusi, misalnya karena syok irreversible (aliran darah

menjadi sangat lambat, akibatnya terjadi penurunan denyut jantung

dan tekanan darah), perdarahan sistemik yang massif atau besar,

fibrilasi atrial atau denyut jantung tidak beraturan yang sangat

10
berat dan lain-lain. Iskemik fokal dapat terjadi akibat menurunnya

tekanan perfusi otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh adanya

sumbatan di salah satu pembuluh darah otak atau tertutupnya aliran

darah sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak.

Penyebabnya adalah terbentuknya trombus, adanya emboli,

dan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh dikarenakan

adanya gangguan denyut jantung. Adanya penutupan aliran darah

pada bagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses

patologik pada daerah iskemi. Perubahan ini dimulai dari tingkat

seluler, berupa perubahan pada fungsi dan struktural sel yang

diikuti kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari

susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron.

Selain itu terjadi pula perubahan milliu ekstra seluler, karena

peningkatan pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat

neurotransmitter (glutamat), serta metabolisme sel-sel yang

iskemik, disertai kerusakan sawar darah otak (blood brain barrier).

b. Stroke Perdarahan (Stroke Haemorragic)

Menurut anatominya pecahnya pembuluh darah di otak dapat

dibedakan: perdarahan intraserebal dan perdarahan sub-araknoid.

Berdasarkan penyebabnya, perdarahan intraserebral dibagi atas

perdarahan intraserebral primer dan perdarahan intraserebral

sekunder. Perdarahan intraserebral primer disebabkan oleh

11
hipertensif kronik yang dapat menyebabkan vaskulopati serebral

dengan akibat pecahnya pembuluh darah di otak.

Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah yang pecah

terdapat di dalam otak atau pada massa otak. Pada perdarahan sub-

araknoid, ruang subarachnoid adalah tempat pecahnya pembuluh

darah. Pecahnya pembuluh darah dapat disebabkan karena adanya

kerusakan dinding arteri (arteriosklerosis) atau karena kelainan

kongenital seperti malfirmasi arteri-vena, infeksi (sifilis), dan

trauma.

4. Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke adalah kondisi dari penyakit atau kelainan yang

terdapat pada pasien yang memiliki potensi untuk memudahkan

seseorang mengalami serangan stroke pada saat tertentu atau dapat

terjadi secara mendadak. Faktor risiko stroke sangat bersifat individual

pada seseorang (Dourman : 2013). Faktor risiko yang berkaitan dengan

stroke meliputi:

a. Faktor risiko tidak dapat dikendalikan

Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan, meliputi :

1) Umur

Pertambahan usia sangat mempengaruhi peningkatkan

resiko terhadap penyakit stroke. Peningkatan resiko dapat

disebabkan dengan melemahnya fungsi tubuh secara

menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh

12
darah. Sekitar dua pertiga penderita stroke adalah yang berusia

kira-kira 65 tahun (Lingga, 2013). Pada usia dewasa muda

dapat memicu terjadinya penyakit stroke, kira-kira sekitar 28%

penderita stroke dapat terjadi di bawah usia 65 tahun

(Dourman, 2013).

2) Jenis kelamin

Stroke juga sangat berpengaruh pada jenis kelamin, pria

memiliki resiko terkena stroke dibandingkan wanita. Beberapa

hal yang menunjang pria memiliki resiko stroke antara lain:

gaya hidup yang tidak teratur, pada umumnya pria memiliki

kebiasaaan merokok berlebihan, kebiasaan minum-minaman

beralkohol, resiko hipertensi, hiperurisemia, dan

hipertrigliseridemia yang lebih tinggi terjadi pada pria

dibandingkan wanita. Tetapi angka kematian stroke wanita

lebih tinggi dibandingkan pria (Lingga: 2013).

3) Ras

Stoke juga mempengaruhi variasi yang cukup besar

antara kelompok etnis yang berbeda. Dari ras Afrika memiliki

risiko lebih tinggi untuk terjadinya semua jenis stroke

dibandingkan dengan dari ras kaukasia. Risiko ini lebih tinggi

1,2 kali dan bahkan lebih tinggi dari jenis stroke pendarahan di

otak (Intracerebral Hemorrahage) (Arne Lindgren dan Bo

Norrving (Eds), 2014 :10)

13
b. Faktor Risiko Dapat Dikendalikan

Faktor risiko yang dapat dikendalikan meliputi :

1) Migrain

Migrain atau sakit kepala merupakan tipe nyeri

kepala yang sangat umum terjadi pada usia dewasa muda

sampai yang sudah tua, dengan prevalensi sebesar 4% sebelum

masa pubertas, dan sebesar 25% tejadi pada wanita di usia 30

tahun (A. Yulianto, 2011 : 66). Penderita migrain atau sakit

kepala mempunyai risiko untuk penyakit stroke baik terjadi

pada pria maupun wanita, terutama di bawah usia 50 tahun.

Kira-kira kurang lebih 1,8 – 3 % sumbatan penyakit stroke

terjadi pada orang-orang yang menderita migraine (Dourman,

2013 : 33).

2) Obesitas

Pola makan yang tidak baik atau obesitas dapat

meningkatkan risiko stroke baik perdarahan maupun sumbatan,

tergantung pada faktor risiko yang ikut menyertainya

(Dourman, 2013 : 32). Fakta membuktikan bahwa stroke

banyak dialami oleh mereka yang mengalami kelebihan berat

badan dan penderita obesitas umumnya terjadi pada kasus

stroke (Lingga, 2013 : 25).

14
3) Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol

Efek sekunder terhadap peningkatan tekanan darah

terjadi pada pasien yang mengkonsumsi alkohol berlebihan,

peningkatan osmolaritas plasma, peningkatan plasma

homosistein, kardiomiopati, dan aritmia yang semuanya dapat

meningkatkan risiko stroke. Konsumsi alkohol yang berat dan

akut dihubungkan dengan 4-7 kali lebih besar terjadinya stroke

emboli. Penggunaan alkohol yang kronik dihubungkan dengan

kurva J shaped. Mengkonsumsi alkohol satu sampai dua kali

minum per hari (< 24 jam) memperlihatkan efek proteksi yaitu

dapat menurunkan risiko stroke. Sebaliknya, minum alkohol

lebih dari dua kali per hari dapat meningkatnya risiko stroke

(Arne Lindgren dan Bo Norrving (Eds), 2014 :13).

4) Aktifitas Fisik

Kurangnya pergerakan dapat menyebabkan kekakuan

otot serta pembuluh darah. Selain itu pasien yang kurang gerak

akan menjadi kegemukan yang menyebabkan terjadinya

timbunan dalam lemak yang berakibat pada tersumbatnya

aliran darah oleh lemak (atheroklerosis). Akibatnya aliran

darah akan mengalami kemacetan yang dapat menyebabkan

terjadinya penyakit stroke (Dourman, 2013: 33).

15
5) Merokok

Merokok secara berlebihan mengakibatkan peningkatan

dua kali lipat risiko stroke iskemik dan sampai peningkatan

empat kali lipat risiko stroke haemorragic. Hal ini terkait

dengan penumpukan pada zat lemak (aterosklerosis) pada

arteri karotid, arteri utama pada leher yang memasok darah ke

otak (NINDS, 2014). Seseorang yang mempunyai kebiasaan

merokok dengan jumlah 1 pak atau lebih per hari mempunyai

risiko untuk stroke hingga 2-2,5 kali dibanding dengan bukan

perokok (Dourman, 2013 : 31).

6) Stres yang Berkepanjangan

Seseorang yang memiliki situasi stres berat mempunyai

risiko lebih tinggi timbulnya stroke. Tingginya tingkat stres

dapat menimbulkan tekanan darah (Dourman, 2013: 33). Stres

merupakan faktor risiko hipertensi, PJK, obesitas, dan diabetes

yang merupakan faktor risiko penyebab stroke (Lingga, 2013 :

52).

5. Dampak Stroke

Menurut Lingga (2013: 71-81), dampak yang ditimbulkan akibat

penyakit stroke antara lain :

a. Kelumpuhan

Dampak paling umum yang dialami oleh pasien stroke adalah

kelumpuhan atau kecacatan. Umumnya stroke ditandai dengan cacat

16
pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), jika dampaknya tidak terlalu

parah hanya menyebabkan anggota tubuh tersebut menjadi tidak

bertenaga atau lemah (hemiparesis). Kelumpuhan dapat terjadi di

berbagai bagian tubuh, mulai dari wajah, tangan, kaki, lidah, dan

tenggorokan.

b. Gangguan Berkomunikasi

Stroke menyebabkan sebagian besar penderitanya dapat

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Gangguan komunikasi

yang dialami setiap pasien berbeda-beda antara lain:

c. Dysarthia

Gangguan komunikasi ini disebabkan otot lidah, tenggorokan,

dan otot disekitar muka melemah, sehingga dapat menyebabkan

seseorang mengalami kesulitan untuk berbicara.

d. Afasia Anomik

Afasia anomik disebabkan kerusakan ringan yang terjadi pada

otak yang dapat menyebabkan pasien lupa nama orang atau benda

tertentu yang sebelumnya telah dikenalnya.

e. Afasia Ekspresif

Pasien yang mengalami afasia ekspresif masih dapat

menyampaikan pikirannya, tetapi sulit untuk menyampaikannya

dalam bentuk kata-kata. Seringkali kata-kata dapat terucap, tetapi

maknanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang

mendengarkannya.

17
f. Afasia Represif

Pasien yang mengalami afasia represif kesulitan untuk mengerti

bahasa lisan atau tulisan yang disampaikan orang lain. Selain itu, kata-

kata yang diucapkannya juga tidak mengandung arti.

g. Afasia Global

Pasien yang mengalami afasia global menyebabkan pasien tidak

lagi mengerti bahasa yang semula dipahaminya dan tidak lagi mampu

mengungkapkan pikirannya kepada orang lain.

h. Perubahan mental

Depresi merupakan keadaan umum dari perubahan mental yang

selalu dialami oleh pasien stroke. Tanda depresi dari penyakit stoke

antara lain: sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin makan

terus, lesu, menarik diri dari pergaulan, mudah tersinggung, cepat

letih, membenci diri sendiri, dan berfikir untuk bunuh diri. Depresi

seperti ini dapat menghalangi penyembuhan/rehabilitasi, bahkan dapat

mengarah kepada kematian akibat bunuh diri.

i. Gangguan emosi

Marah, sedih, dan tidak berdaya seringkali menurunkan

semangat hidup dari pasien stroke sehingga muncul dampak

emosional berupa kecemasan yang lebih berbahaya. Pada umumnya

pasien stroke tidak mampu mandiri, sebagian besar mengalami

kesulitan mengendalikan emosi. Penderita mudah merasa takut,

gelisah, marah, dan sedih tidak terima akan kekurangan fisik dan

18
mental yang mereka alami. Keadaan tersebut berupa emosi yang tidak

menyenangkan yang sedang dialami oleh pasien stroke karena merasa

khawatir tentang kemungkinan hal buruk yang akan terjadi.

j. Hilangnya indera perasa

Manifestasi klinis yang muncul akibat dari stroke infark salah

satunya penurunan kemampuan fungsi menelan. Menelan merupakan

proses yang kompleks karena melibatkan beberapa fungsi saraf

kranial. Gangguan menelan disebabkan oleh paresis atau kerusakan

nervus fasialis, nervus trigeminus, nervus hipoglosus, nervus

glossoparingeus, dan nervus vagus. Nervus-nervus tersebut berperan

dalam proses mengunyah dan bicara. Adanya gangguan pada salah

satu nervus tersebut maka akan berdampak pada keadekuatan fungsi

menelan, mengunyah atau fungsi wicara. Timbulnya gangguan fungsi

menelan dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi, malnutrisi, bahkan

pneumonia akibat kerusakan katup epiglotis yang memungkinkan

terjadinya aspirasi cairan atau makanan ke dalam saluran pernafasan.

k. Kehilangan kemampuan dasar sebagai individu normal

Saat masih dapat beraktifitas secara normal, pasien dapat

menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Saat sakit pasien kehilangan

kemampuan dasar seperti kelumpuhan sesisi wajah atau anggota

badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan

kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain.

19
6. Pencegahan Stroke

Terdapat 8 langkah untuk mencegah stroke menurut Dourman (2013 :

68-70) antara lain :

a. Rutin Memeriksakan Tekanan Darah

Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis

stroke, karena Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi juga

risiko terkena stroke.

b. Mewaspadai Gangguan Irama Jantung (Atrial Fibrillation)

Irama detak jantung yang tidak normal dapat menunjukkan adanya

darah yang terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak

jantung dapat menggerakkan gumpalan darah tersebut, sehingga

masuk pada aliran darah dan dapat mengakibatkan terjadinya stroke.

Cara mendeteksi gangguan irama jantung dapat diketahui dengan

menilai detak nadi.

c. Berhenti Merokok dan Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit stroke

sebanyak dua kali lipat. Selain itu, alkohol juga dapat meningkatkan

risiko terjadinya stroke dan penyakit lain seperti liver.

d. Memeriksakan Kadar Kolesterol Dalam Tubuh

Kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko stroke, waspadalah jika

mengetahui kolestrol tinggi. Jika kolesterol tinggi, maka

mengkonsumsi makanan rendah kolesterol dapat menurunkannya.

20
e. Kontrol Kadar Gula Darah

Diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. Untuk

penderita diabetes, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter

mengenai makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi agar dapat

menurunkan kadar gula darah.

f. Olahraga Secara Teratur

Menurunkan resiko stroke juga dapat dilakukan dengan jalan cepat

minimal 30 menit. Selain itu, juga bisa dengan melakukan olahraga

renang, sepeda, dansa, golf, tenis, atau olahraga lainnya dan lakukan

secara teratur tiga kali seminggu.

g. Konsumsi Garam Rendah Sodium dan Diet Lemak

Mengurangi konsumsi garam bersodium tinggi, karena jika

mengkonsumsi garam bersodium tinggi dapat membuat hipertensi

yang memicu terjadinya penyakit stroke. Sebaliknya jika kita,

mengkonsumsi buah, sayuran, dan gandum akan mengurangi risiko

stroke.

h. Mewaspadai Gangguan Sirkulasi Darah

Stroke sangat berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri, dan vena.

Tiga bagian ini sangat penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh

termasuk dari jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang

akan menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat.

21
B. Tinjauan Tentang Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura (Amir, 2016) pertama kali mengemukakan efikasi diri

(self efficacy) sebagai keyakinan seseorang akan kemampuannya dari

hasil kerja yang diperoleh. Efikasi diri dapat dimiliki oleh seseorang

berbeda-beda. Secara umum efikasi diri dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu efikasi diri khusus dan umum. Untuk efikasi khusus

sangat beragam, tergantung pada tugas khusus dan dapat diolah secara

kognitif oleh individu tersebut sebelum usaha tersebut dikembangkan

dan sebaliknya efikasi diri umum merujuk pada keyakinan orang

dalam mencapai keberhasilan prestasi hidup.

Efikasi diri (self efficacy) menurut Bandura, Smith dan Betz

(Irfan & Suprapti, 2014) juga merupakan sebuah cara seseorang untuk

mengontrol diri di lingkungannya dengan maksud dapat membantu

dalam menghadapi tantangan dengan cara yang positif. Trouillet (Irfan

& Suprapti, 2014) efikasi diri merupakan pertimbangan yang dapat

dilakukan oleh seseorang untuk mempengaruhi suatu keadaan

eksternal. Schultz (Sandra & Djalali, 2013) berpendapat bahwa efikasi

diri adalah perasaan individu terhadap kecukupan, efisiensi atau usaha

dan kemampuannya dalam mengatasi kehidupan hidup.

Efikasi diri merupakan suatu bentuk kepercayaan individu

terhadap kemampuan untuk meningkatkan prestasi atau potensi

kehidupannya. Efikasi diri dapat berupa perasaan individu, cara

22
berpikir, motivasi diri dan keinginan memiliki terhadap sesuatu hal.

Gist dan Mitchell (Sujarwo, 2014) mengatakan bahwa efikasi diri

dapat membawa perilaku yang berbeda-beda antara individu yang satu

dengan individu yang lain dengan kemampuan yang sama, akan tetapi

efikasi diri dapat mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah

serta kegigihan individu dalam berusaha untuk mencapai sesuatu.

Smith dan Vetter (Sujarwo, 2014) berpendapat efikasi diri merupakan

sejumlah perkiraan tentang kemampuan yang dapat dirasakan

seseorang.

2. Aspek-aspek efikasi diri (self efficacy)

Bandura (Rahman, 2013) mengungkapkan ada beberapa aspek dalam

efikasi diri (self efficacy) yang penting, yaitu:

a. Tingkat kesulitan tugas (magnitude)

Individu akan memiliki pekerjaan yang berdasarkan

kemampuan agar dapat mengerjakan pekerjaan tersebut.

Individu juga akan melakukan pekerjaan yang hanya dapat

dilakukan dan tidak dianggap tidak keluar batas dari

kemampuannya.

b. Kekuatan keyakinan (strength)

Adanya kekuatan keyakinan sangat berkaitan dengan

kemampuan individu. Keberadaan individu memiliki harapan

yang sangat kuat agar mampu mendorong individu untuk

23
memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu hal

meskipun hanya memiliki sedikit pengalaman.

c. Generalisasi (generalization)

Perilaku yang dimiliki individu terkait di lapangan, karena

individu harus merasa yakin dengan kemampuan yang

dimiliknya. Hal ini terjadi karena adanya kepercayaan individu

dalam menagani kegiatan tertentu dengan kemampuan dan

situasi di bidang ketenagakerjaan atau banyak situasi yang

sangat beragam.

Efikasi diri (self efficacy) memiliki aspek yang akan dapat

membuat masing-masing individu mampu memiliki keyakinan

untuk mencapai tujuannya tersebut. Bandura (Rahman, 2013)

menyebutkan bahwa aspek-aspek tersebut adalah memiliki

tingkat kesulitan, kekuatan dan generalisasi. Ketiga aspek

tersebut merupakan bagian-bagian terpenting yang dapat

merupakan dasar akan adanya efikasi diri pada individu.

3. Faktor-Faktor Efikasi Diri

Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri Menurut Bandura dalam

Mawanti (2014: 39):

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri, diantaranya:

a. Sifat tugas yang dihadapi, situasi-situasi atau jenis tugas

tertentu dapat menuntut kinerja yang sangat sulit dan berat dari

pada situasi tugas yang lain.

24
b. Insentif eksternal, insentif dapat berupa hadiah (reward) yang

diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan keberhasilan

seseorang yang dapat menguasai atau melaksanakan suatu

tugas yang diberikan. Misalnya memberikan pujian, materi,

dan lainnya.

c. Status atau peran individu dalam lingkungan. Derajat status

sosial seseorang sangat mempengaruhi penghargaan diri orang

lain dan rasa percaya dirinya.

d. Informasi tentang kemampuan diri, efikasi diri seseorang akan

dapat meningkat atau bahkan menurun jika mendapat

informasi yang positif atau negatif tentang dirinya.

4. Bentuk Efikasi Diri

Menurut Bandura dalam Wening (2013: 21) efikasi diri dapat

menghasilkan perbedaan dalam cara berpikir, merasakan dan bertindak.

Keyakinan efikasi diri sangat pengaruh terhadap pilihan yang dibuat dan

tindakan yang dicapai oleh individu. Keyakinan pada diri sendiri turut

menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan individu, serta berapa

lama mampu untuk bertahan dalam menghadapi situasi yang kurang

menguntungkan dan yang menguntungkan. Selain hal itu menurut

Bandura dalam Wening (2013: 22) menyatakan bahwa efikasi diri akan

meningkatkan kekebalan terhadap rasa cemas, stres dan depresi serta

mengaktifkan perubahan-perubahan biokemis yang akan dapat

mempengaruhi berbagai ancaman aspek dari fungsi kekebalan. Penelitian

25
oleh Bandura dalam Wening (2013: 22) menunjukkan bahwa efikasi diri

memiliki peran dalam hubungannnya dengan cemas dan stres yang dapat

melibatkan sistem imun dan perubahan fisiologis seperti tekanan darah,

detak jantung, dan hormon stres.

C. Tinjauan Tentang Motivasi

1. Definisi Motivasi

Menurut Putri. A. A. (2014) Motivasi adalah sesuatu yang

mendorong, atau menjadi pendorong bagi seseorang untuk bertingkah

laku agar dapat mencapai tujuan tertentu. Tingkah laku seseorang

dilatar belakangi akan adanya kebutuhan dan yang diarahkan pada

tujuan tertentu. Menurut Nursalam (2008) dalam Pratiwi (2016),

motivasi adalah karakteristik dari psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang untuk mencapai suatu

tujuan. Terdapat tiga hal yang sangat penting dalam pengertian

motivasi, yaitu adanya hubungan antara kebutuhan, dorongan dan

tujuan. Kebutuhan dapat terjadi atau muncul karena adanya sesuatu

yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik secara fisiologis maupun

psikologis. Dorongan merupakan suatu arahan untuk memenuhi

kebutuhan tertentu, sedangkan tujuan merupakan akhir dari siklus

motivasi.

Menurut Sobur. A (2013) dalam Pratiwi (2016), motivasi

merupakan istilah yang sangat umum menunjuk pada seluruh proses

gerakan, termasuk situasi yang menimbulkan suatu dorongan,

26
dorongan yang timbul atau muncul dalam diri individu, tingklah laku

yang dilakukannya, dan tujuan atau akhir dari sebuah gerakan atau

perbuatan. Motivasi dapat juga dikatakan membangkitkan motif atau

dorongan, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang

atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan

atau tujuan.

2. Pembagian Motivasi

Motivasi menurut Woodworth dan Marquis dalam Sari (2015):

a. Motivasi Internal

Motivasi internal merupakan motivasi yang timbul dari

dalam diri seseorang atau diri sendiri sehingga mempengaruhi

pikiran dan perilaku untuk mencapai tujuan. Suatu kebutuhan

dan keinginan yang berasal dalam diri seseorang akan

menimbulkan motivasi internal. Kekuatan ini dapat

mempengaruhi pikiran, yang selanjutnya akan dapat

mengarahkan perilaku orang tersebut.

Motivasi Internal dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Motivasi Fisiologi merupakan motivasi alamiah (biologis),

seperti keinginan seseorang akan lapar, haus dan hubungan

seksual.

2) Motivasi Psikologis: dikelompokkan dalam tiga kategori

dasar, yaitu:

27
a) Motivasi kasih sayang (afferetional motivation) yaitu

motivasi untuk menciptakan dan memelihara

kehangatan, keharmonisan, dan kepuasan batiniah

(emosional) dalam menciptakan hubungan dengan

orang lain.

b) Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive

motivation) yaitu motivasi untuk melindungi

kepribadian, menghindari diri agar tidak ditertawakan

dan tidak kehilangan muka, mempertahankan sebuah

kehormatan dan mendapatkan kebanggaan bagi diri

sendiri.

c) Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation)

yaitu motivasi untuk mengembangkan suatu

kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan

mendapatkan pengakuan orang lain, untuk

memuaskan diri dengan penguasannya terhadap orang

lain. Motivasi Internal merupakan motivasi yang

dapat timbul dari dalam diri seseorang sehingga

dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku untuk

mencapai tujuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi internal

yaitu:

28
(1) Kebutuhan (need), seseorang melakukan suatu

aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor

kebutuhan baik secara biologis maupun psikologis,

misalnya motivasi pasien stroke yang dibawah ke

rumah sakit untuk menjalani terapi.

(2) Harapan (expectancy), seseorang dapat dimotivasi

oleh karena adanya keberhasilan atau harapan

keberhasilan yang bersifat memuaskan diri

seseorang, keberhasilan dan harga diri dapat

meningkat dan menggerakkan seseorang ke suatu

arah untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya

keluarga pasien stroke membawa pasien ke rumah

sakit untuk diperiksa atau menjalani dengan harapan

agar pasien stroke dapat sembuh.

(3) Minat adalah suatu keinginan atau dorongan dalam

diri seseorang dan rasa keinginan pada suatu hal

tanpa ada yang menyuruh atau diperintah, misalnya

keluarga pasien stroke membawa pasien ke rumah

sakit tanpa adanya pengaruh dari orang lain tetapi

karena adanya minat ingin bertemu dengan tenaga

kesehatan (dokter, bidan, perawat) utnuk merawat

pasien.

29
b. Motivasi eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi eksternal yaitu:

1) Dorongan keluarga pasien stroke membawa pasien ke

rumah sakit bukan kehendak dari diri sendiri tetapi

dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman.

Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga akan

semakin menguatkan motivasi keluarga untuk

memberikan sesuatu yang terbaik bagi pasien stroke.

Dorongan positif yang diperoleh keluarga, akan

menimbulkan kebiasaan yang baik pula, karena dalam

setiap bulannya pasien dibawah ke rumah sakit dilakukan

oleh keluarga akan dengan senang hati.

2) Lingkungan adalah tempat atau suatu kawasan dimana

seseorang tinggal. Lingkungan juga dapat

mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi

untuk melakukan sesuatu. Lingkungan juga mempunyai

peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam

merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan

yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa

kesetiakawanan yang tinggi. Misalnya dalam konteks

terdapat individu lain yang terkena stroke, maka orang-

orang di sekitar lingkungan keluarga akan mengajak,

30
mengingatkan, ataupun memberikan informasi pada

keluarga lain tentang pemeriksaan stroke di rumah sakit.

3) Imbalan, seseorang dapat termotivasi karena adanya

suatu imbalan sehingga orang tersebut dapat melakukan

sesuatu, misalnya keluarga pasien stroke membawa

pasien ke rumah sakit karena akan mendapatkan imbalan

seperti mendapatkan obat dari rumah sakit agar dapat

diberikan di rumah. Imbalan yang positif ini akan

semakin memotivasi keluarga untuk datang ke rumah

sakit dengan harapan bahwa pasien akan menjadi lebih

sehat, agar dapat beraktifitas seperti biasa.

3. Teori Motivasi

Sari (2015), banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu merumuskan

konsep atau teori tentang motivasi, beberapa diantaranya yaitu:

a. Teori McClelland, bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi,

yakni:

1) Motivasi primer atau dorongan yang tidak dapat

dipelajari, motivasi primer timbul pada setiap manusia

secara biologis, motif ini dapat mendorong seseorang

untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

2) Motivasi sekunder adalah motif yang ditimbulkan karena

dorongan adanya dari luar akibat interaksi dengan orang

31
lain atau interaksi sosial yang kemudian dibedakan

menjadi tiga motif, yakni :

3) Motif untuk berprestasi (need for achievement) adalah

dorongan agar sukses dalam situasi kompetisi yang

didasarkan pada ukuran ―keunggulan‖ dibanding dengan

standar ataupun kemampuan yang dimiliki orang lain.

4) Motif untuk berafiliasi (need for affiliation) adalah

dorongan untuk berinteraksi antara satu manusia dengan

manusia lain menjadi bermakna atau terpenuhi.

5) Motif untuk berkuasa (need for power) adalah

kecenderungan untuk seseorang dapat mempengaruhi dan

menguasai orang lain, baik dalam suatu kelompok sosial

kecil maupun besar.

b. Teori McGregor

Dapat disimpulkan bahwa teori motivasi dalam teori X & Y

berdasarkan pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan

pandangan baru atau modern (teori Y). Untuk menumbuhkan

keyakinan diantara para pemimpin suatu kelompok bahwa mereka

dapat mengarahkan dan saling memotivasi anggotanya.

c. Teori Herzberg

Ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam kegiatan,

tugas dan pekerjaannya, yaitu:

32
1) Faktor-faktor penyebab kepuasan (satisfier) atau faktor

motivasional yang menyangkut kebutuhan psikologis

seseorang, yang meliputi serangkaian kondisi instrinsik.

2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction).

Menyangkut kebutuhan yang tidak dipenihi.

d. Teori Maslow

Mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara

kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan materil (biologis)

dan kebutuhan non materi (psikologis).

4. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan dari motivasi adalah untuk menggerakkan

atau menggugah seseorang agar timbul suatu niat atau keinginan dan

serta kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil dan mencapai tujuan yang baik. Setiap tindakan yang

memotivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin

jelas suatu tujuan yang diharapkan atau akan tercapai, maka semakin

jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan

memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan

didasari oleh individu yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap

individu yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus

mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,

kebutuhan, serta kepribadian setiap individu yang akan dimotivasi.

33
5. Unsur – Unsur Motivasi

Pratiwi (2016), bahwa adapun motivasi yang terbagi dari beberapa

aspek seperti kebutuhan, dorongan, dan tujuan:

a. Dorongan yang dapat terjadi dengan sendirinya atau terjadi

secara spontan dan tidak ditimbulkan manuasia dengan

sengaja.

b. Kebutuhan Motif atau dorongan pada dasarnya bukan hanya

merupakan suatu dorongan secara fisik saja, tetapi juga

keyakinan yang diarahkan pada suatu kebutuhan. Kebutuhan

secara fisiologis dan psikologis seperti keamanan pribadi, yang

merasa diri bagian dari masyarakat, dan harga diri. Konsep lain

yang lebih abstrak mengenai kebutuhan seperti akutualisasi

atau kemauan diri, kebutuhan kognitif (rasa ingin tahu),

kebutuhan ekspresi.

c. Tujuan

Unsur ketiga dari komponen motivasi ialah tujuan yang sangat

berfungsi untuk memotivasikan tingkah laku individu tertentu.

Tujuan juga menentukan bagaimana aktifnya setiap individu

dalam melakukan tingkah lakunya. Selain ditentukan oleh

suatu dorongan dasar, tingkah laku juga dapat ditentukan oleh

keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan

lebih aktif dalam bertingkah laku.

34
6. Fungsi Motivasi

Menurut Mala. A (2011) dalam Pratiwi (2016), motivasi memiliki 2

komponen, yaitu

a. Menggerakkan, yakni menimbulkan kekuatan pada seseorang,

serta mendorong untuk bertindak dengan cara tertentu.

b. Mengarahklan, mengarahkan tingkah laku untuk mencapai

suatu tujuan. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan

sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan

mendekatkan, dan apabila tujuan tersebut tidak diinginkan oleh

individu, maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau

tujuan.

c. Menopang, menjaga dan menopang tingkah laku dimana

lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas serta

dorongan-dorongan dan kekuatan individu.

D. Kerangka Konsep

MOTIVASI EFIKASI DIRI


PASIEN STROKE

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel dependen

: Penghubung

35
E. Hipotesis Penelitian

Ha : ada hubungan motivasi dan efikasi diri pada pasien stroke Di RSUD

Dr.M.Haulussy Ambon.

Ho : Tidak ada hubungan motivasi dan efikasi diri pada pasien stroke Di

RSUD Dr.M.Haulussy Ambon.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik

menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang

dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. (Azwar,2014)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Neurology RSUD dr.M.Haulussy

Ambon.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80), populasi dapat didefenisikan

sebagai berikut: "Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya".

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita stroke di

poliklinik neurology RSUD.dr.M.Haulussy Ambon Tahun 2019

selama dua bulan terakhir berjumlah 100 orang

37
2. Sampel

Teknik pengambilan sampel ini adalah accidental

sampling. Accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel

yang dilakukan secara kebetulan, yaitu untuk siapa saja yang

secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel (Sugiyono, 2015:156).

Untuk menghitung penelitian jumlah sampel dari populasi

tertentu yang dikembangkan, maka penulis menggunakan

perhitungan rumus Slovin:

Keterangan:

n : ukuran sampel

N : populasi

e : Taraf kesalahan atau nilai kritis (10%)


Diketahui :
n= ( )

n= ( )

n=

= = 50

38
Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah sampel dalam penilitian
ini sebanyak 50 responden.
a. Kriteria Inklusi Pasien

1. Pasien berumur 40-65 tahun

2. Kondisi pasien bersedia dan memungkinkan untuk mengisi

kuesioner yang diajukan oleh peneliti.

b. Kriteria Ekslusi

1. Memiliki penyakit mental

2. Tidak dapat baca tulis, dan pasien yang diluar kriteria

inklusi.

Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil secara accidental

bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk sampel.

D. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel Yaitu Variabel Bebas

(Variabel Independen) dan Variabel Terikat (Variabel Dependen) yang

diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Pengertian variabel independen (bebas) menurut Sugiyono

(2016:39) ―Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat)‖. Variabel Independen dalam penelitian ini

adalah Motivasi.

39
2. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu skor kualitas tingkah

laku. (Nursalam 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Efikasi Diri Pasien Stroke.

E. Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang dapat diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena tertentu menurut Hidayat

(2016).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

NO Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Ukur

1. Motivasi Bentuk motivasi Kuesioner 1.Tinggi, jika Ordinal


secara: skor > 20
Intrinsik: 2.Rendah,
Pasien ingin cepat jika skor ≤
sembuh dan 20
kembali normal,
terhindar dari
resiko kecacatan,
melakukan
fisioterapi atas
kemauan sendiri,
sadar akan
pentingnya
fisioterapi, dan
pasien semangat
melakukan

40
fisioterapi.

Ekstrinsik:
Mendukung
pasien,
memberikan kasih
sayang,
memberikan
support,
membantu pasien
dalam
beraktifitas.
2. Efikasi diri Suatu keyakinan Kuisioner 1.Positif : ordinal
dalam diri pasien jika skor > 27
Stroke untuk %
menghadapi 2.Negatif :
berbagai masalah. jika skor ≤
Mampu menerima 27%
keadaan dirinya,
serta mampu
beradaptasi
dengan
lingkungan
disekitar.

F. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner.

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan jenis kuisioner tertutup dalam

hal ini jawaban dan isinya sudah ditentukan, sehingga subjek tidak

memberikan respon atau jawaban yang lain. Lembar Kuisioner dalam

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Instrument A

41
Lembar kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang

digunakan sebagai data demografi atau identitas pasien yang meliputi

inisial responden, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

dan pendapatan per bulan.

2. Instrument B

Lembar kuesioner yang pertama yaitu kuesioner motivasi, yang

akan diisi oleh pasien dengan 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya

dan tidak yang digunakan oleh (Ulfa nazli. 2017), sehingga sudah teruji

validasinya. Pernyataan ya benilai 1 dan tidak bernilai 2.

3. Instrument C

Lembar kuesioner yang pertama yaitu kuesioner motivasi, yang

akan diisi oleh pasien dengan 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban

positif dan negative yang digunakan oleh (Nuriati Purba. 2018) ),

sehingga sudah teruji validasinya. Pernyataan positif Nilai 1 = TP =>

Tidak Pernah, Nilai 2= KD => Kadang-Kadang, Nilai 3= SR => Sering,

Nilai 4 = SL => Selalu dan penilaian berdasarkan pernyataan negatif

Nilai 1 = SL => Selalu, Nilai 2 = SR => sering, Nilai 3= KD =>

Kadang-Kadang, dan Nilai 4 = TP => Tidak Pernah.

G. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dimulai dengan

prosedur administrasi dan menyiapkan surat izin penelitian. Setelah

42
peneliti menerima persetujuan pelaksanaan penelitian maka peneliti mulai

mengumpulkan data. Data dapat dikumpulkan dengan menanyakan lebih

dahulu kesediaan calon responden untuk menjadi responden penelitian.

Peneliti memberikan lembar informed consent untuk dibaca dan

ditandatangani apabilah calon responden bersedia menjadi peserta

penelitian. Setelah semua kuesioner di isi, data dikumpulkan untuk di olah

oleh peneliti.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer

dengan program sistem pengolahan data computer Menurut

Notoatmodjo (2012). Adapun langkah-langkah pengolahan data

dilakukan sebagai berikut :

a. Editing

Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti

akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data berupa

kuesioner yang dikumpulkan oleh responden dan data yang di

dapat selama penelitian.

43
b. Skoring

Skoring merupakan dasar pemberian nilai pada data sesuai

dengan skor yang telah ditentukan oleh peneliti saat pemberian

terapi selesai dilakukan.

c. Entry data

Merupakan kegiatan memasukan data yang sudah

didapatkan saat penelitian ke dalam program komputer SPSS.

d. Tabulating (Pentabulasian)

Memasukan data dari hasil penelitian ke dalam table-tabel

sesuai kriteria.

e. Cleaning

Merupakan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan, ketidaklengkapan,

kemudian dilakukan kreksi.

2. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam

Sugiyono, 2013:244). Analisa data digunakan dengan computer

menggunakan program SPSS.

44
a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan karakteristik variabel-variabel yang diteliti.

Variabel penelitian di deskripsikan berdasarkan jenis datanya.

Variabel penelitian ini yaitu motivasi dan efikasi diri pada

pasien stroke merupakan jenis data kategorik akan disajikan

dalam bentuk proporsi yang disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi. Analisa univariat sekaligus untuk melihat jumlah

responden berdasarkan karakeristik demografi individu yaitu

dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status

kepegawaian.

b. Analisa Bivariat

Pada tahap ini dilakukan analisa untuk menguji hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisa

tersebut menggunakan table silang dari masing-masing variabel

dengan uji chi-square. Uji chi-square merupakan uji komparatif

yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan

antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan

dilakukan dengan batas kemaknaan (αα, berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Apabila uji chi square tidak memenuhi syarat parametic

(nilai expected count >20%), maka dilakukan uji alternative

Kolmogorov-smirnov (Notoatmodjo, 2010).

45
I. ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

melakukan suatu penelitian mengingat penelitian dalam keperawatan

sangat berhubungan erat dengan manusia. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan prinsip-prinsip etik sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar ini juga

dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian.

Apabila responden menolak, maka peneliti tidak boleh

memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut

dapat diberikan kode pengganti nama responden.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

46
DAFTAR PUSTAKA

American Stroke Association. Understanding Risk (database on the internet)


American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics
Subcommittee. Heart disease and stroke statistics—2014 update: a report
from the American Heart Association. Circulation. 2014.
American Heart Association (2015). About Cardiac Arrest (SCA) Face Sheet,
CPR
Statistics.http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArres
t/AboutCardia UCM 307905 Article.jsp
Azwar, Saifuddin (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dourman K. Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta: Cerdas Sehat; 2013.
Dwi Mawanti, Studi Efikasi Diri Mahasiswa yang Bekerja Pada Saat Penyusunan
Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2014)
Gist, M. E. dan R. T. Mitchell. 1992. Self-Efficacy: A Theoritical Analysis Of Its
Determinants and Malleability. Academy of Management Review. 17(2):
183-211.
Hidayat A.A., (2016). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,
Jakarta: Heath Books
Irfan, M dan Veronika Suprapti. 2014. Hubungan Self-Efficacy Dengan
Penyesuaian Diri Terhadap Perguruan Tinggi Pada Mahasiswa Baru
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Surabaya: JURNAL Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan Volume 3, No. 3
Jusuf Misbach. 1999. Stroke, aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta:
Fakultas Kedokteran.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke Hidup sebelum dan pasca Stroke, Jakarta:
PT. Elex Media Kompitindo.
Nazli, Ulfa. 2017 Hubungan Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien Post Stroke
yang Menjalani Fisioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta
: Rineka cipta

1
Nuridin., dan Pratiwi, Intan. (2016). Pengaruh Lingkungan dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT Kubik Madani. Jurnal Manajemen Bisnis
Krisnadwipayana. Vol. 4, No. 2.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis :
Jakarta : SalembaMedika.
Pratiwi, Putri Eliza. 2013. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Berwirausaha
Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Ekonomi
Univeristas Pendidikan Indonesia). Skripsi Universitas Pendidikan
Indonesia.
PURBA, NURIATI. 2018 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi
Pasien Stroke Melakukan Fisioterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Skripsi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Puspita, Restin Dwi . 2018 Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Penerimaan
Diri Pada Pasien Penyakit Jantung. Skripsi UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA YOGYAKARTA
Putrianti, Indah, 2015. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke
Usia Dewasa Muda (18-40 Tahun) Di Kota Semarang. Skripsi
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Rahman, U. 2013. Efikasi Diri, Kepuasan Kerja, dan Guru Organizational
Citizenship Behavior Pada Guru MAN Di Sulawesi. Lentera Pendidikan.
16(1). 1-15.
Sandra, K. I dan Djalali, M. A. (2013). Manajemen Waktu, Efikasi Diri dan
Prokrastinasi. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. Sept. 2013. Vol. 2, No.
3, Hal. 217 – 222.
Sari, Yanti Komala. 2014. Pengaruh kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Komala di Dumai.Jurnal Tepak
Manajemen Bisnis, Vol. IV, No. 2.
Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
(Bandung: ALFABETA)
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.

2
Sujarwo, Sawi. (2014). Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan belajar
matematika pada siswa IPS kelas XI SMA Karya Ibu Palembang. Jurnal
Ilmiah PSYCHE, 08 (01), hlm. 68.
Tim Riskesdes (2018). Laporan Nasional RISKESDAS. KEMENTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
Wardhani, I.O., & Santi M. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke
dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 3, No. 1 ( Hlm. 24-34)
Wijaya, (2015), Stroke Masalah Kesehatan Yang Harus Diperhatikan
http://www.yayasanstrokeindonesia.com 2/11/2015 (Diakses pada tanggal 5
Januari 2016)
Yeyen, Mohammad. (2013). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah
Pohawato Tahun 2012. Skripsi S-1 [on-line]. Universitas Negeri Gorontalo.
Diakses pada 9 Juni 2015 dari http://eprints.ung.ac.id/1917/.
.

3
LAMPIRAN I

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan mengenai manfaat dan hal-hal yang


berhubungan dengan penelitian mengenai “Hubungan Motivasi Dan Efikasi
Diri Pada Pasien Stroke Di RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon” dan memahami
segala yang akan dilakukan untuk penelitian. Dengan ini saya menyatakan setuju
untuk diikutsertakan sebagai responden dalam penelitian ini. Demikian surat
persetujuan ini saya buat dalam keadaan baik dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Ambon, - - 2019

Responden

( )

4
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

INDONESIA CHRISTIAN UNIVERSITY OF MOLLUCAS

FAKULTAS KESEHATAN

HEALTH FACULTY

Jln. OT PATTIMAIPAUW Telp/Fax : (0911) 342007 ;

Email :ukimmaluku@yahoo.com

Judul : HUBUNGAN MOTIVASI DAN EFIKASI DIRI PADA

PASIEN STROKE di RSUD DR.M.Haulussy Ambon

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Kode Sampel :

A. Identitas Responden

Inisial Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Agama : Islam Protestan Katolik

Pendidikan : SD SMP SMA

Diploma/ Perg. Tinggi

Pekerjaan : PNS Petani Wiraswasta IRT

TNI/Polri Pensiun

Pendapatan orang tua/ bulan : < Rp.2.300.000

>Rp.2.300.000

5
KUISIONER MOTIVASI

Petunjuk pengisian:

Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan kondisi Bpk/
Ibu/ Sdra/ I/:

No Pertanyaan Ya Tidak

MOTIVASI INSTRINSIK

1. Apakah fisioterapi ini bermanfaat untuk klien?


2. Apakah klien melakukan fisioterapi ini karena ingin
cepat pulih kembali?
3. Apakah klien berharap kelemahan pada bagian
tubuh yang sakit akan dapat kembali normal jika
melakukan fisioterapi?
4. Apakah klien berharap dapat terhindar dari risiko
kecacatan yang menetap jika melakukan fisioterapi?
5. Apakah klien mengharapkan kelemahan pada
bagian tubuh klien yang sakit dapat segera sembuh
sesuai harapan klien?
6. Apakah klien melakukan fisioterapi atas dasar
kemauan sendiri?
7. Apakah klien melakukan fisioterapi karena sadar
tentang pentingnya fisioterapi pasca serangan
stroke?
8. Seandainya klien mengalami keluhan pada saat
pelaksanaan fisioterapi apakah klien akan tetap
melakukannya?
9. Apakah selama tidak melakukan fisioterapi klien
tetap melatih gerakan-gerakan pada bagian tubuh
yang sakit?
10. Apakah klien bersemangat saat melakukan
fisioterapi?
MOTIVASI EKSTRINSIK
11. Apakah keluarga mendukung klien untuk
melakukan fisioterapi?
12. Apakah keluarga menemani klien selama
melakukan fisioterapi?

6
13. Apakah petugas kesehatan (fisioterapis, dokter dan
perawat) menyemangati klien selama melakukan
fisioterapi?
14. Bila klien melihat orang lain melakukan fisioterapi,
apakah ada dorongan untuk melakukan fisioterapi
juga?
15. Apakah petugas kesehatan (fisioterapis, dokter dan
perawat) menjelaskan apa manfaat fisioterapi yang
dilakukan?
16. Apakah petugas kesehatan (fisioterapis, dokter dan
perawat) mengarahkan klien selama melakukan
fisioterapi?
17. Apakah fasilitas yang adamendukung klien dalam
melakukan fisioterapi?

18. Apakah klien memperoleh informasi mengenai


manfaat fisioterapi selain dari petugas kesehatan
(fisioterapis, dokter dan perawat)?
19. Apakah informasi tersebut yang mendorong klien
untuk melakukan fisioterapi?

20. Apakah klien melakukan fisioterapi hanya karena


disuruh oleh keluarga?

(Nuriati, 2018)

7
INDONESIA CHRISTIAN UNIVERSITY OF MOLLUCAS

FAKULTAS KESEHATAN

HEALTH FACULTY

Jln. OT PATTIMAIPAUW Telp/Fax : (0911) 342007 ;

Email :ukimmaluku@yahoo.com

Judul : HUBUNGAN MOTIVASI DAN EFIKASI DIRI PADA

PASIEN STROKE di RSUD DR.M.Haulussy Ambon

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Kode Sampel :

B. Identitas Responden

Inisial Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Agama : Islam Protestan Katolik

Pendidikan : SD SMP SMA

Diploma/ Perg. Tinggi

Pekerjaan : PNS Petani Wiraswasta IRT

TNI/Polri Pensiun

Pendapatan orang tua/ bulan : < Rp.2.300.000

>Rp.2.300.000

8
KUESIONER (EFIKASI DIRI)

PETUNJUK PENGISIAN

Pertanyaan berikut ini adalah tentang keyakinan bahwa Anda dapat


melakukan beberapa aktivitas yang mungkin sulit dilakukan sejak Anda
mengalami stroke cara memberi tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang
menunjukkan gambaran kemampuan Anda dalam setiap item aktivitas, sebagai
berikut:

Nilai 1 = TP => Tidak Pernah

Nilai 2= KD => Kadang-Kadang

Nilai 3= SR => Sering

Nilai 4 = SL => Selalu

No Pertanyaan SL SR KD TP

1. Saya mampu meyakinkan diri saya untuk


melakukan fisioterapi dengan baik
2. Meskipun fisioterapi dianggap sulit, saya
yakin dapat melakukannya dengan baik
3. Saya mampu berusaha dengan maksimal untuk
melakukan pengobatan fisioterapi sampai
selesai
4. Saya yakin gerakan yang dapat saya lakukan
akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan
gerakan yang tidak dapat saya lakukan
5. Bagi saya terapi yang diberikan akan dapat
memacu saya untuk terus berlatih dengan
sungguh-sungguh
6. Saya merasa bangga ketika saya berhasil
melakukan gerakan yang baru
7. Saya biasanya tidak menyerah untuk melatih
gerakan yang diajarkan hingga saya bisa

9
melakukannya

8. Rasanya saya ingin cepat menyerah ketika


saya tidak dapat melakukan gerakan yang
menurut saya sulit
9. Bila saya merasa terapi tersebut sulit, saya
langsung menolak untuk melakukannya
10. Dengan kemampuan saya sekarang, saya
pesimis dapat melakukan gerakan-gerakan
yang baru
11. Saya merasa malas untuk melakukan gerakan
baru yang menurut saya sulit
12. Dibandingkan pasien lain, saya adalah pasien
yang sangat lemah selama mengikuti
fisioterapi ini
13. Saya ragu-ragu dalam melakukan gerakan
yang diajarkan, karena saya merasa tidak
mampu
14. Bagaimanapun saya berusaha, saya tidak dapat
melakukan terapi yang dianjurkan dengan baik
15. Saya merasa malas untuk mengikuti fisioterapi
ini
(Ulfa, 2017)

10

Anda mungkin juga menyukai