OLEH :
FRANESYA K. PATTIPAWAEJ
NPM : 12114201180201
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
pembimbing I yang telah memberi motivasi dan bimbingan sehingga proposal ini
yang ada.
Maluku.
iii
4. Seluruh Dosen Program Studi Keperawatan yang senantiasa
perkuliahan.
5. Papa dan Mama serta semua saudara yang sudah mendoakan dan
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
melengkapi penulisan ini kedepanya. Sehingga proposal ini dapat berguna serta
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitan……………………………………………………….. 6
1. Tujuan Umum……………………………………………………… 6
2. Tujuan Khusus……………………………………………………… 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 7
1. Manfaat Teoritis……………………………………………………. 7
2. Manfaat Praktis…………………………………………………….. 7
iv
3. Mekanisme Karies Gigi……………………………………………. 10
4. Klasifikasi Karies Gigi…………………………………………….. 11
5. Tanda Dan Gejala Karies Gigi…………………………………… .. 11
6. Status Karies Dan Pengukuran Keaktifan Karies Gigi…………….. 12
7. Faktor Penyebab Dari Dalam Mulut……………………………….. 12
8. Faktor Luar Penyebab Karies Gigi…………………………………. 15
9. Pencegahan Karies Gigi Pada Anak………………………………… 16
B. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah………………………….. 18
1. Pengertian…………………………………………………………… 18
2. Karakteristik Anak Sekolah…………………………………………. 18
3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Sekolah……………… 19
4. Aspek-Aspek Perkembangan………………………………………... 20
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan………………………………….. 21
1. Pengertian……………………………………………………………. 21
2. Tingkat Pengetahuan………………………………………………… 21
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan……………………22
4. Pengetahuan Tentang Teknik Menyikat Gigi……………………….. 23
5. Pengetahuan Tentang Frekuensi Menggosok Gigi………………….. 26
6. Pengetahuan Tentang Waktu Menyikat Gigi………………………... 27
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap………………………………………….. 27
1. Pengertian……………………………………………………………. 27
2. Tingkat Sikap………………………………………………………… 28
3. Ciri-Ciri Sikap………………………………………………………... 28
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap…………………………… 29
E. Tinjauan Umum Tentang Peran Orang Tua……………………………… 30
1. Pengertian……………………………………………………………. 30
2. Peran Orang Tua Mencegah Karies Gigi…………………………. … 31
F. Kerangka Konsep………………………………………………………… 33
G. Hipotesis Penelitian………………………………………………………. 33
v
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 34
A. Rancangan Penelitian…………………………………………………… 34
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian…………………………………………… 34
1. Lokasi Penelitian……………………………………………………. 34
2. Waktu Penelitian……………………………………………………. 34
C. Populasi Dan Sampel……………………………………………………. 34
1. Populasi……………………………………………………………… 34
2. Sampel………………………………………………………………. 34
D. Variabel Penelitian……………………………………………………… 35
E. Defenisi Operasional……………………………………………………. 35
F. Instrumen Penelitian…………………………………………………..... 36
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas…………………………………………... 38
H. Pengumpulan Data……………………………………………………… 38
I. Pengolahan Data Dan Analisa Data……………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
agar pembentukan plak pada permukaan gigi dapat diatasi, yaitu dengan cara
1
gigi pada anak-anak. Menurut Edwina menyikat gigi sangat penting
angka kejadian karies gigi pada anak masih sebesar 60-90%. Hasil penelitian
hidup bagi anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zetu (2019) karies
kemampuan dalam belajar, anak yang mengalami nyeri gigi tidak akan
diganggu oleh nyeri gigi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
dari beberapa dampak tersebut , secara langsung dan tidak langsung akan
2
yang muncul karena karies gigi juga akan berpengaruh terhadap kualitas
tidur anak dan pola makan anak karena rasa nyeri yang dirasakan. Kondisi
anak.
frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi anak. Selain itu, terdapat faktor luar
terjadinya karies gigi antara lain pengetahuan,sikap ,dan peran orang tua
pada anak. Hal ini dkarenakan anak tidak mengetahui cara memlihara
kejadian karies gigi. Hal ini didukung oleh penelitian Hardika (2018) yang
menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada anak
berhubungan signifikan dengan kejadian karies gigi pada anak. Artinya anak
3
hampir tiga kali lebih tinggi untuk terkena karies gigi dibandingkan dengan
hubungan sikap dengan kejadian karies gigi. Penelitian ini sejalan dengan
Mardianti et al., (2017) yang menjelaskan sikap yang buruk dalam menjaga
kesehatan gigi akan beresiko terjadinya karies gigi. Jika mengacu pada teori
yang ada maka diketahui bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran sikap
dalam membersihkan gigi maka semakin rendah tingkat kejadian karies gigi
pada anak.
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Orang tua juga mempunyai
peran yang sangat besar dalam pencegahan terjadinya akumulasi plak dan
terjadinya karies gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan ada hubungan
yang signifikan antara peran orang tua dengan kejadian karies gigi. Hal ini
sejalan dengan Qiu, Tao, Zhou, Zhi, dan Lin (2018) bahwa orang tua yang
4
Hasil survey yang dilakukan peneliti di SD Negeri 142 Maluku Tengah
terakhir yaitu pada tahun 2019 hingga 2021 terjadi peningkatan kasus karies
gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah. Pada tahun 2019 yang
mengalami karies gigi sebanyak 37 siswa (56,9%) dan pada tahun 2020 tidak
ada data karies gigi yang diambil karena adanya penyakit covid 19 yang
Negeri 142 Maluku Tengah dikatakan bahwa setiap tahun selalu ada
program penyuluhan dan juga pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang
UKGS yang seharusnya menjadi program sekolah ketika ada siswa yang
sakit ternyata tidak aktif. Hal ini dikarenakan kurangnya peran guru UKS
dan fasilitas yang tidak memadai dan ada juga beberapa guru yang menjual
kesehatan gigi dan mulut. Siswa mengatakan bahwa siswa tidak mengetahui
apa itu karies gigi dan apa saja penyebab munculnya karies gigi dan dampak
apa saja yang akan terjadi jika mengalami karies gigi. Siswa mengatakan
hanya menggosok gigi ketika ingin pergi ke sekolah saja dan ada juga siswa
5
yang tidak menggosok gigi sama sekali karena merasa itu hal yang biasa
saja. Siswa juga mengatakan bahwa siswa sering meminta uang dari orang
lainnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya peran orang tua dalam
mengontrol dan membiasakan anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian karies
gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian karies gigi
pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
b. Mengetahui hubungan sikap terhadap kejadian karies gigi pada
siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
6
c. Mengetahui hubungan peran orang tua terhadap kejadian karies gigi
pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
keperawatan komunitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi SD Negeri 142 Maluku Tengah
b. Bagi Responden
7
dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali
dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan
gigi (pit,fissures,dan daerah inter proksimal ),kemudian meluas ke arah
pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan juga dapat
timbul pada satu permukaan gigi atau lebih serta dapat meluas ke
bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enabel ke dentin atau
ke pulpa. Terdapat beberapa faktor dalam mulut yang menyebabkan
terjadinya karies gigi diantaranya adalah
karbohidrat,mikroorgansime,dan saliva,permukaan dan anatomi gigi
(Tarigan,2013).
Karies gigi disebabkan oleh bakteri dimana hasil fermentasi
sukrosa digunakan dalam perekatan sel bakteri pada permukaan
enamel gigi. Bakteribakteri tersebut saling berkolonisasi serta
membentuk agregat dalam plak gigi (Sari, Ulfiana & Rachmawati,
2019). Cara mencegah timbulnya karies gigi yaitu membersihkan gigi
secara teratur agar tidak ada sisa makanan yang menempel pada
permukaan gigi, mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi juga
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang berakibat buruk bagi
kesehatan gigi. Kebiasaaan buruk yang mempunyai pengaruh tidak
baik untuk kesehatan gigi dan mulut atau sering disebut bad oral habit
diantaranya : bruxisme atau suka menggesek – gesekan gigi antara
rahang atas dan rahang bawah, mengunyah makanan pada satu sisi
9
rahang, menggigit benda keras, menjadikan gigi sebagai gunting dan
merokok (Rahmadhan, 2010).
2. Etiologi
Menurut Irma & Intan (2013) karies gigi disebabkan oleh 3
faktor atau komponen yang saling berinteraksi yaitu :
a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi: komposisi
gigi, morphologi gigi, posisi gigi, PH saliva, kuantitas saliva,
kekentalan saliva.
b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu streptococcus, laktobasil.
c. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.
10
Streptococcus Mutans (SM) yang merupakan mikroorganisme
penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi. Bakteri tersebut
bersifat menempel pada email, dapat hidup di lingkungan asam,
berkembang pesat dilingkungan yang kaya sukrosa dan menghasilkan
bakteriosin substansi yang dapat membunuh organisme kompetitornya
(Suyuti 2010).
11
yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh.
Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri.
Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan
makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan
nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih
lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga
menjadi berbahaya (Dona Pratiwi, 2013).
12
terletak dalam lengkung rahang normal, mengakibatkan posisi gigi
geligi akan tumbuh crowded dan saling tumpang tindih, hal ini
membuat daerah stagnasi plak, sehingga menjadi predisposisi karies
gigi. Gigi yang jarang memiliki kerentanan karies yang rendah. Bentuk
lengkung rahang yang bulat memiliki kerentanan karies yang rendah
karena proses pembersihan gigi oleh lidah dan pipi lebih baik.
(Welbury, Duggal, & Hosey, 2018).
Gigi dengan kandungan fluoride yang tinggi (enamel berbintik-
bintik) diketahui tahan terhadap karies, sebaliknya gigi yang
mengalami hipoplasia lebih rentan terhadap karies. Ukuran gigi yang
lebih kecil cenderung memiliki lesi karies bila dibandingkan dengan
gigi yang lebih besar mungkin karena luas permukaan yang lebih
rendah (Abanto, Vidigal, Carvalho, & Bönecker, 2017).
Saliva (air ludah) merupakan sistem pertahanan utama terhadap
terjadinya karies gigi. Sekresi air ludah terbentuk pada glandula
sublingualis,submandibularis, dan parotis, serta pada beberapa kelenjar
saliva yang berukuran kecil. Permukaan gigi dan juga mukosa mulut
akan dibasahi oleh sekresi air ludah sehingga permukaan gigi dan
mukosa menjadi basah. Pembersihan sisa-sisa makanan di rongga
mulut yang dilakukan oleh saliva bertujuan untuk mencegah bakteri
agar tidak bisa tumbuh dan berkembang. Saliva dalam keadaan normal
selalu membasahi gigi geligi. Saliva memiliki fungsi yang sangat
besar, karena daya tahan gigi terhadap terjadinya karies dipengaruhi
lingkungan saliva (Tarigan, 2014 ).
13
dan perkembang biakan mikroorganisme di permukaan email.Substrat
juga memengaruhi metabolisme bakteri pada plak dengan
memfasilitasi bahan untuk menghasilkan asam sehingga terjadinya
karies gigi (Kidd & Sally, 2013). Menurut Koch, Poulsen, Espelid, dan
Haubek, (2017), Faktor yang diperhatikan dalam mengkonsumsi
karbohidrat yakni:
1) Sifat fisik karbohidrat yang padat dan lengket lebih mungkin
menyebabkan karies daripada karbohidrat semipadat dan cair (seperti
air tebu).
2) Sifat kimia: karbohidrat kurang kompleks (monosakarida dan
disakarida) lebih mudah difermentasi daripada yang lebih kompleks
(polisakarida) dan menghasilkan lebih banyak asam oleh karena itu
lebih bersifat kariogenis. Kebanyakan disakarida dan sukrosa (gula
meja) adalah penyebab utama terjadinya karies gigi. Asupan
karbohidrat yang berlebihan terutama sukrosa, lebih banyak
kemungkinan untuk terjadinya karies, karena adanya pasokan substrat
untuk bakteri yang dapat menghasilkan asam terus-menerus. Pada
orang dengan diet kaya protein dan lemak dijumpai sedikit atau sama
sekali tidak ada karies gigi.Hal ini menunjukkan dalam terjadinya
karies gigi karbohidrat memegang peranan yang sangat penting
(Pintauli & Hamada, 2015).
Berikut ini ada beberapa komponen makanan pelindung, yaitu:
1) Fluoride: Asam lemak yang menghambat metabolisme karbohidrat,
meningkatkan pembersihan,bertindak sebagai penghalang fisik pada
permukaan gigi yang rentan, dan antimikroba; Kalsium laktat, dimana
rasa asam yang terdapat dalam minuman dan makanan, meningkatkan
pembersihan dan merangsang air liur dengan kapasitas buffer yang
tinggi.
2) Teh menghambat amilase dan karena itu menjadi pelindung.
14
3) Keju sebagai anti kariogenik karena kehadiran kalsium laktat dan asam
lemak, memicu remineralisasi dan stimulasi aliran saliva
(Bonotto,Montes, Ferreira, da Silva Assunção, & Fraiz, 2017).
c. Plak & Mikroorganisme (bakteri)
Pada proses awal terjadinya karies, bakteri merupakan faktor
paling berperan, Karbohidrat difermentasi oleh bahteri sehingga
menghasilkan asam. Bakteri, bahan-bahan saliva seperti sisa-sisa sel
jaringan mulut, musim dan sisa-sisa makanan merupakan bagian dari
plak gigi yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi. Penumpukan
bakteri ini bukan terjadi spontan, tetapi melewati beberapa proses. Jika
permukaan email yang bersih terpapar di rongga mulut, maka akan
ditutupi oleh lapisan organik yang disebut pelikel (Welbury, Duggal,
& Hosey, 2018).
Sifat patogen bakteri kariogenik yaitu: menghasilkan asam
dengan fermentasi karbohidrat (acidogenic), pH rendah, tumbuh dan
bermetabolisme dalam kondisi asam (aciduric), berhubungan antara
jumlah bakteri dengan aktivitas karies, secara teratur ditemukan pada
lesi karies, dan menghasilkan ekstraseluler polisakarida (glukan dan
fruktans) dan intraseluler polisakarida.Glukan berkontribusi plak
matriks sedangkan fruktans yang labil dan dapat dimetabolisme dalam
kondisi karbohidrat dibatasi. Polisakarida intraseluler adalah senyawa
penyimpanan glikogen seperti yang digunakan untuk produksi energi
dan diubah menjadi asam ketika gula bebas tidak tersedia (Pintauli &
Hamada, 2015).
d. Waktu
Karies gigi merupakan penyakit kronis pada manusia yang
perkembangannya membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun.
Waktu memengaruhi kecepatan terjadinyanya karies dan ketebalan
substrat menempel di permukaan gigi. Perkembangan karies gigi untuk
15
menjadi sebuah kavitas berbedabeda pada setiap orang, lebih kurang
waktu yang perlukan sekitar 6-48 bulan (Pintauli & Hamada, 2015).
16
Menyikat gigi dapat mencegah terjadinya karies yaitu dengan
cara menghilangkan plak yang merupakan penyebab
utamanya.Konsistensi plak diawali dari bentuk yang cair dan dalam
waktu lama akan menjadi kelat sebagai tempat tumbuhnya
mikroorganisme. Anak harus dibiasakan berkumur dengan air putih
sehabis makan makanan yang manis, karena plak akan kembali
muncul setelah dibersihkan sebab kuman di dalam mulut 100 persen
tidak akan bisa hilang. Upaya mengendalikan pembentukan plak di
dalam mulut diperlukan kebiasaan menyikat gigi yang benar
(Rahmadhan, 2010; Tarigan, 2014). Menurut Hugh Roadman Leavell
dan E Guerney Clark (Leavell & Clark) yang dikutip Pintauli &
Hamada (2015), tahapan pencegahan penyakit ada lima yaitu:
1) Promosi kesehatan, pemberian informasi kesehatan yang ditujukan
untuk masyarakat agar mereka mau dan mampu meningkatkan
kesehatan mereka.
2) Perlindungan khusus, pemberian perlindungan agar kelompok yang
memiliki risiko dapat bertahan.
3) Pengobatan yang cepat dan tepat dan diagnosis dini, orang-orang yang
sudah sakit dapat didiagnosis dan diobati dengan segera
4) Pembatasan kecacatan, usaha untuk mencegah, menunda, atau
mengurangi risiko kecacatan sampai tingkat minimal.
5) Rehabilitasi, masa pemulihan agar orang sakit yang dalam masa
penyembuhan dapat pulih dan beraktivitas kembali. Kelima tahapan di
atas jika dikelompokkan ke dalam tiga tindakan pencegahan karies gigi
adalah sebagai berikut :
a) Pencegahan primer meliputi perlindungan khusus serta Promosi
kesehatan (Promkes) yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
penyakit pada gigi. Upaya Promkes yang dimaksud meliputi
edukasi bagaimana teknik menyingkirkan plak yang efektif, dengan
17
menggunakan benang gigi dan cara menyikat gigi yang benar dan
tepat. Upaya perlindungan khusus untuk pencegahan karies pada
gigi adalah upaya melindungi host dari serangan penyakit dengan
membentuk barrier terhadap mikroorganisme dengan aplikasi
topikal flouride dan aplikasi pit dan fissure sealant.
b) Pencegahan sekunder (pengobatan yang cepat dan tepat serta
diagnosis dini ) kegiatan yang dilakukan menambal pada lesi karies
yang masih kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang
luas.
c) Pencegahan tersier meliputi pembatasan kecacatan dan rehabilitasi,
yang bertujuan mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya adalah
pemasangan gigi tiruan dan implan (Pintauli & Hamada, 2015).
Menurut American Dental Association (ADA) sebaiknya ukuran
kepala sikat gigi maksimal pada balita adalah 18x7 mm dan pada
anak- anak 20x7 mm. Pilihan sikat gigi terbaik untuk anak adalah
sikat gigi yang tangkainya mudah digenggam, pada bagian kepala
sikat berbentuk bulat dan mengecil tujuannya agar anak mudah
mencapai bagian dalam rongga mulutnya. Agar tidak bersifat
abrasif sebaiknya ujung bulu sikat bulat atau licin. Supaya tidak
terjadi iritasi pada gusi gigi anak di pilihlah bulu sikat yang halus
dan lembut (Pintauli & Hamada, 2015).
18
Anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai
karakteristik yang mulai mencoba untuk mengembangkan kemandirian
dan menentukan batasan-batasan norma. Di sinilah variasi individu
mulai lebih dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola
aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan
makanan (Yatim, 2005).
Ada beberapa karateristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut:
a. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
b. Aktivitas fisik anak semakin meningkat.
c. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya. Anak akan banyak berada
di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak
semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah,++bermain
dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan ene++rgi.Apabila anak
tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi
pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi,
sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan, 2010).
Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan sangat
mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya, terutama teman sebaya
yang pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan
kebiasaan temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan. Peranan
orangtua sangat penting dalam mengatur aktivitas anaknya sehari
misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak.
(Khomsan,2010)
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan
bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan
bertambahnya banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersal
pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya
perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam
19
nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya.(Kindd&Bechal,2014)
Pada masa anak-anak banyak mengalami perubahan-perubahan
di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya tinggi dan berat badan.
Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril secara umum pertumbuhan
tinggi badan pada masa anak-anak akan mengalami kenaikan pertahun
5-7cm, untuk anak perempuan umur 11 tahun rata-rata mempunyai
tinggi badan 147,3cm sedangkan anak laki-laki 146cm. Berat badan
mengalami kenaikan yang lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi
badan, berkisar antara sampai 1,5-2,5kg pertahun. Anak perempuan
umur 11 tahun, rata-rata mempunyai berat badan 44,25 kg sedangkan
anak laki-laki 42,75 kg.(Kidd&Bechal,2014).
Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi
organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan
ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan
bertambahnya pandainya keterampilan dan perilaku. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama-sama secara
utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurna
bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya
kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan
keterampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh
bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal (Devi, 2012).
4. Aspek-aspek Perkembangan
Aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah, meliputi :
(Imelda,2017)
a. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik
Halus Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
20
melibatkan otot-otot besar seperti duduk dan berdiri. Motorik halus
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
menjimpit dan menulis.
b. Perkembangan Kognitif (Berfikir)
Aspek ini ditandai dengan perasaan ingin tahu, anak berusaha
mengerti dunia luar dan melalui pengalaman sensori motorik anak
belajar berfikir.
c. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberi
respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah
dan sebagainya.
d. Perkembangan Emosi
Mula-mula emosi tenang atau senang dan terangsang timbul
karena rangsangan fisik, dengan bertambahnya usia emosi senang dan
tidak senang timbul karena rangsangan psikis dan selanjutnya muncul
variasi emosi (takut,marah,kecewa,benci,sedih,dan lain-lain).
e. Perkembangan social
Ketrampilan dan penguasaan dalam bidang fisik,
motorik,mental,emosi sudah meningkat. Anak makin ingin melakukan
bermacam-macam kegiatan dan ingin bersosialisasi dengan sekitarnya.
21
Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, dia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut (Notoatmojo, 2016).
Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif
sesuai dengan pengalaman yang dialami. Proses pengetahuan tersebut
melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapat informasi, proses
transformasi dan evaluasi. Informasi baru yang didapat merupakan
pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan dari informasi sebelumnya
(Mubarak,2011).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2016) terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (shyntesis)
22
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
telah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
23
sehingga status sosial, ekonomi akan mempengaruhi pengtahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
24
pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini. Arah gerakan
menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah
tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal
atau labial, sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lingual
atau palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan
mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila menyikat gigi
tidak benar dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi terlihat
(Ginandjar 2007).
c. Teknik Charter’s
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu
sikat menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan
kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45˚ pada daerah leher gigi. Tekan
pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal
10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan
terlebih dulu untuk membersihkan plak di daerah sela- sela gigi, pada
pasien yang memakai orthodontic cekat atau kawat gigi dan pada
pasien dengan gigi tiruan yang permanen (Pratiwi 2009).
d. Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana,
paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu
sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal.
Ujung bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan- lahan melalui
permukaan gigi sehingga permukaan belakang kepala sikat bergerak
dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi,
kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi
gerakan ini sampai kurang lebih 12 kali sehingga tidak ada yang
terlewatkan. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan
membersihkan sisa makanan di daerah interproksimal. Menyikat gigi
dengan roll teknik untuk membersihkan kuman yang menempel pada
25
gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar (Pratiwi
2009).
e. Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah
leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa
sehingga bulu sikat terletak 45˚terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu
sikat mengarah ke leher gingiva. Sikat kemudian ditekan kearah
gingiva dan digerakkan dengan gerakkan memutar yang kecil sehingga
bulu sikat masuk kearah leher gingiva dan juga terdorong masuk
diantara gigi geligi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila
jaringan terinflamasi dan sensitif. Bila gingiva dalam keadaan sehat,
teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik
ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak
(Ginandjar 2007).
f. Teknik Stilman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari arah
gusi ke gigi secara berulang-ulang. Setelah sampai dipermukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45˚ dengan sumbu
tegak gigi seperti pada metode bass (Pratiwi 2009).
g. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler
Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan
pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan
mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah (Pratiwi 2009).
h. Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang
lunak. Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikat gigi
menyerupai jalannya makanan, yaitu dari mahkota kearah gusi. Letak
26
bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat
gigi dipegan horizontal (Pratiwi 2009).
i. Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal (kiri-
kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar), setelah itu
dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama
bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun
umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah
(Pratiwi 2009).
5. Pengetahuan Tentang Frekuensi Menggosok Gigi
Membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan
mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan
mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi.
Frekuensi menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan gigi mulut
anak-anak. Ini dikuatkan dengan penelitian Silvia dkk (2005) bahwa
sekitar 46,9% anak yang menggosok gigi kurang dari dua kali sehari
memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang kurang.Pengalaman
mendapatkan pendidikan kesehatan juga mempengaruhi kebersihan
gigi dan mulut hal ini ditunjukan dalam penelitian Riyanti (2005)
bahwa dilakukan empat kali pendidikan kesehatan lalu diukur tingkat
kebersihan gigi mulutnya disetiap pertemuan. Kesehatan mulut tidak
dapat lepas dari etiologi,dengan plak sebagai faktor bersama pada
terjadinya karies dan periodonsium. Penting disadari bahwa plak pada
dasarnya dibentuk terus menerus. Dengan susah payah gigi- geligi dan
gusi dibersihkan dari plak.
27
paling tepat menyikat gigi adalah beberapa saat setelah makan agar
memberi kesempatan enzim pencerna di dalam rongga mulut untuk
bekerja.Menyikat gigi setelah makan membantu mengikis sisa
makanan dengan segera dan memberi kesempatan kepada pH gigi
kembali normal. Menyikat gigi sebelum tidur penting dikarenakan
pada waktu tidur, air ludah berkurang sehingga asam yang dihasilkan
oleh plak akan menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak
gigi tentunya lebih besar (Kusumawardhani, 2011). Dari data
RISKESDAS (2013) terungkap bahwa orang yang menggosok gigi
pada pagi hari setelah sarapan hanya 3,2% dan menggosok gigi pada
malam hari sebelum tidur sebesar 27,3% .Kesadaran masyarakat
Indonesia khususnya anak-anak sekolah dasar,tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah dan belum menjadi
prioritas.Sebagian besar murid mengatakan bahwa mereka kurang
mengerti cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut
kemungkinan diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Hasil penelitian
menyimpulkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
karies gigi.
28
tindakan) terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan
dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan
perasaan terhadap objek tertentu (Maulana, 2014).
2. Tingkat Sikap
Menurut Notoadmodjo (2016), sikap terdiri dari beberapa tingkat
yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau
salah, berarti seseorang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Rina (2013), antara lain sebagai berikut :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat
29
ini yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti
lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
30
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menetukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
31
tumbuh dan kembang anak berjalan secara maksimal perlu
diterapkannya pola asih, asuh dan asah kepada anak (Papalia, Old, &
Feldman, 2008). Seperti halnya kebiasaan menyikat gigi yang benar
dan teratur diharapkan mampu untuk ditiru oleh anak-anak yang belum
masuk sekolah.
3. Metode yang dapat dilakukan orang tua kepada anak, menurut Ulfah &
Al-Shodiq (2005) ada beberapa metode yaitu:
a. Edukasi melalui proses kebiasaan.
Kegiatan yang diterapkan setiap hari oleh anak akan menghasilkan
proses pembiasaan, internalisasi dan pada akhirnya menjadi bagian
dari kehidupannya.
32
b. Mendidik dengan cara keteladanan.
Khususnya pada anak usia dini, mereka mencontoh kegiatan yang
dibuat oleh orang disekelilingnya. Dalam menerapkan metode
keteladanan membutuhkan sosok pribadi yang dapat diamati secara
nyata, dilihat, dirasakan oleh anak sendiri, hingga akhirnya anak
mempunyai keinginan untuk mencontohnya.
c. Edukasi dengan melalui nasihat serta dialog.
Sesuai tingkat pemikiran anak diharapkan orang tua mampu
memberikan pemahaman yang benar.
d. Edukasi dengan pemberian reward atau punishment.
Secara tidak langsung cara ini dapat menanamkan etika dan
menghargai orang-orang di sekelilingnya. Sikap orang tua sangat
berpengaruh terhadap sikap anak, perilaku kesehatan pada anak
memiliki hubungan yang erat dengan orang tuanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ada hubungan
peran orang tua dengan kejadian karies gigi. Anak yang mempunyai
kebiasaan menyikat gigi yang baik dipengaruhi peran orang tua. Jika
orang tua perhatian dan peduli saat anak menyikat gigi maka anak
akan merasa nyaman saat menyikat gigi. Hal tersebut dikarenakan
orang tua telah memberikan dukungan yang dapat mempermudah anak
dalam melakukan aktifitas menyikat gigi misalnya mengajari anak
menyikat gigi, memberikan pujian agar anak teratur menyikat gigi,
mencegah cara terjadinya gigi berlubang dan rutin menyikat gigi 1
bulan sekali agar anak merasa nyaman saat menyikat gigi (Ana
Suciari, 2012).
33
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan
Peran Orang
Tua
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan rancangan deskriptif analitik
dengan pendekatan (croos section) yaitu yang bertujuan mendeskripsikan
atau menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas dan selanjutnya
menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan atau pengukuran
variable korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara stimulant dan
waktu yang bersamaan (Notoadmodjo,2016).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 142 Maluku Tengah
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan juni 2022
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi
pada penelitian ini adalah 47 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu sendiri
(Nursalam,2018). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari
kelas III sampai kelas VI SD Negeri 142 Maluku Tengah. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total
Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 47 siswa.
35
D. Variabel Penelitian
Variabel Independen pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap,
dan peran orang tua. Variabel Dependen pada penelitian pada penelitian ini
adalah Karies Gigi.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel adalah variabel berdasarkan sesuatu yang
dilaksanakan dalam penelitian sehingga variabel tersebut dapat
diukur,diamati, atau dihitung kemudian timbul variasi (Dharma,2018).
36
3. Peran Orang Adalah Kusioner Baik (jika ordinal
Tua mengontrol skor >8).
atau Kurang
mengawasi (jika
anak dalam skor<8).
menjaga
kesehatan
gigi dan
mulut untuk
mencegah
terjadinya
karies gigi.
F. Instrument Penelitian
37
2. Kusioner Pengetahuan
3. Kusioner Sikap
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh Masyita
(2020) dengan memberikan kusioner sikap yang dijadikan instrument
dalam penelitian ini. Kusioner sikap didapatkan 5 pertanyaan valid
untuk setiap item pertanyaan dengan nilai crombach alpha lebih dari
0,4.
Kusioner ini terdiri dari 5 pertanyaan tentang sikap dan jawaban
responden berupa setuju dan tidak setuju. Kusioner diisi dengan
menggunakan tanda checklist. Jika benar nilainya 1 dan jika salah
nilainya 0. Adapun cara menghitung hasil kusioner :
a. Baik (skor ≥ 4)
b. Kurang (skor < 4)
38
4. Kusioner Peran Orang Tua
Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh Masyita (2020)
dengan memberikan kusioner peran orang tua yang dijadikan
instrument dalam penelitian ini. Kusioner peran orang tua didapatkan
10 pertanyaan valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai
crombach alpha lebih dari 0,4.
Kusioner ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang peran orang tua,
dengan alternatif jawaban bentuk pilihan ganda (multiple choise), bila
benar nilainya 1 dan bila salah nilai 0. Adapun cara menghitung hasil
kusioner :
a. Baik (jika skor >8)
b. Kurang (jika skor <8)
39
H. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan
cara door to door dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kusioner.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Puskesmas Wilayah Kerja Booi-Paperu dan SD
Negeri 142 Maluku Tengah.
I. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan dengan
cara:
a. Editing
Setelah data dikumpulkan maka dilakukan kembali pemeriksaan
data dan kelengkapan jawaban.
b. Coding
40
dinarasikan secara kualitatif kemudian digambarkan dalam bentuk
tabel.
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik
subjek penelitian dengan menghitung frekuensi dan populasi. Adapun
karakteristik yang dinilai adalah : karakteristik yang meliputi
pengetahuan , sikap, serta peran orang tua terhadap kejadian karies
gigi.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan dengan dengan uji chi square untuk
mengetahui hubungan signifikan antara masing-masing variabel bebas
dengan variabel terikat . Dasar pengambilan Hipotesis penelitian
berdasarkan tingkat signifikan (nilai p), yaitu :
1. Jika nilai P>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
2. Jika nilai P<0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ghofur, A., 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi danMulut. Penerbit Mitra Buku,
Yogyakarta.
Husna, Asmaul. 2015. Peran Orang Tua dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi
dengan Kejadian Karies Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan, Nomor 1,:17-23
Jurnal of Nursing and Public Health (2018) . Faktor –faktor kejadian karies gigi
Kartikasari Yuwan Hana & Nuryanto. 2014. Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan
Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar.
Journal Of Nutrition Collage, 3(3), 414-421
___________., 2013. Laporan Hasil RISKESDAS Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Prasasti, Ika. 2016. Hubungan Peran Orang Tua dalam Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar di Taman Kanak-
Kanak (TK) PGRI Kelurahan Ngesrep Semarang. Skripsi. Universitas
Diponogoro.
Riskesdas, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta,: 118-119 Sehari-hari. Jakarta: Kompas
Wahyu Ihsan. Faktor-faktor lingkunga ang berhubungan dengan status karies gigi
pada anak sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. FKM, Unifersitas Indonesia.
Warni, L. “hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan
mulut terhadap status karies gigi diwilayah kecamatan delitua kabupaten deli
serdang” skripsi FKM UI 2009.
Wisnu Candara Firmansah (2017) Hubungan peran orang tua dengan kejadian karies
gigi anak prasekolah TK Kartika rini Sleman Yogyakarta
Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta, C.,Dumitrescu, A.L., 2014.Gender Varietion
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
B. Pengetahuan
Pilihlah jawaban yang paling benar menurut anda, dengan memberikan tanda
silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia:
1. Gigi berlubang dapat terjadi karena makan makanan yang?
a. Manis
b. Asam
c. Panas
2. Berapa kali dalam sehari adik menyikat gigi?
a. 1 x sehari
b. 2 x sehari atau lebih
c. Tidak teratur
3. Waktu menyikat gigi yang benar adalah
a. Pagi dan sore sewaktu mandi
b. Pagi hari sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur
c. Pagi hari, sore hari dan malam
4. Permukaan gigi yang mana yang harus adik sikat?
a. Bagian sebelah depan saja
b. Bagian depan dan dalam
c. Seluruh permukaan gigi yaitu bagian depan, dalam dan dataran
pengunyahan
5. Apa yang adik lakukan supaya gigi tidak berlubang?
a. Rajin menyikat gigi
b. Mengurangi makan yang manis-manis
c. Semua benar
6. Jenis jajanan makanan yang baik untuk kesehatan gigi?
a. Minuman yang dibuat sendiri (teh, susu, dan juice buah-buahan)
b. Makanan yang berserat seperti buah-buahan, kacang, dan nasi
c. Semua benar
7. Jenis jajanan makanan yang merusak gigi adalah
a. Minuman kemasan siap saji (susu, fanta, okky jelly drink, Teh Sisri)
b. Permen, gulali, cokelat, ciki, taro dan biscuit
c. Semua benar
8. Bila gigi adik berlubang sebaiknya dilakukan
a. Pencabutan gigi
b. Tambal gigi
c. Dibiarkan
9. Kapan adik sebaiknya ke dokter gigi?
a. Jika sakit gigi
b. Enam bulan sekali (2x dalam setahun)
c. Satu tahun sekali
10.Seberapa banyak adik menggunakan odol gigi?
a. Sebesar biji jagung/kacang polong
b. Selapis tipis/ sepanjang bulu sikat gigi
c. Tidak menggunakan pasta
ii
C. Sikap
Berilah tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda
tehadap pernyataan.
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Setuju Tidak
Setuju
1. Jika adik sering makan permen, akan
menyebabkan sakit gigi
2. Seandainya menyikat gigi 2x sehari,
maka gigi akan bersih
3. Seandainya adik menyikat gigi, harus
menggunakan odol gigi
4. Jika mau tidur, adik harus menyikat gigi
5. Jika belum timbul rasa sakit maka gigi
berlubang tidak perlu diobati
iii
b. Tidak
5. Apakah Ibu membawa adik ke dokter gigi secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Ibu mengganti sikat gigi adik secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Ibu mengantar adik ke Puskesmas dengan membawa surat rujukan
dari sekolah?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah Ibu membawa adik ke puskesmas sewaktu sakit gigi, pencabutan
gigi dan membersihkan karang gigi?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ada jajanan makanan yang selalu dilarang Ibu?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ada jajanan makanan yang sering dianjurkan Ibu untuk adik dibeli?
a. Ya
b. Tidak
iv