Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA

SD NEGERI 142 MALUKU TENGAH

OLEH :

FRANESYA K. PATTIPAWAEJ

NPM : 12114201180201

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan judul ”Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi

Pada Siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah”.

Ucapan terima kasih kepada Ns Sinthia.R.Maelissa, M.Kep selaku

pembimbing I yang telah memberi motivasi dan bimbingan sehingga proposal ini

terselesaikan tepat waktu. Terima kasih juga kepada Ns Joan.H. Herwawan,

M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberi

bimbingan, motivasi, saran dalam kesempurnaan proposal ini, perkenankan

penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada :

1. Dr . Henky H. Hetharia, M.Th selaku Rektor Universitas Kristen

Indonesia Maluku, bersama pembantu Rektor I-IV beserta seluruh staf

yang ada.

2. B. Talarima SKM, M.Kes selaku dekan dan para pembantu dekan

I,II,III Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

3. Ns. Sinthia. R. Maelissa S.Kep, M.Kep selaku ketua program studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia

Maluku.

iii
4. Seluruh Dosen Program Studi Keperawatan yang senantiasa

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan selama mengikuti

perkuliahan.

5. Papa dan Mama serta semua saudara yang sudah mendoakan dan

selalu memberi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Keluarga besar Pattipawaej-Joseph, atas doa, pengertian, pengorbanan

serta dorongan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Teman –teman Program Studi Keperawatan angakatan 2018 yang

selalu memberikan dukungan bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna

melengkapi penulisan ini kedepanya. Sehingga proposal ini dapat berguna serta

bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Ambon, April 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL………………………………………………………………. v

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitan……………………………………………………….. 6
1. Tujuan Umum……………………………………………………… 6
2. Tujuan Khusus……………………………………………………… 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 7
1. Manfaat Teoritis……………………………………………………. 7
2. Manfaat Praktis…………………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 9

A. Tinjauan Umum Tentang Karies Gigi………………………………….. 9


1. Pengertian…………………………………………………………... 9
2. Etiologi……………………………………………………………... 10

iv
3. Mekanisme Karies Gigi……………………………………………. 10
4. Klasifikasi Karies Gigi…………………………………………….. 11
5. Tanda Dan Gejala Karies Gigi…………………………………… .. 11
6. Status Karies Dan Pengukuran Keaktifan Karies Gigi…………….. 12
7. Faktor Penyebab Dari Dalam Mulut……………………………….. 12
8. Faktor Luar Penyebab Karies Gigi…………………………………. 15
9. Pencegahan Karies Gigi Pada Anak………………………………… 16
B. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah………………………….. 18
1. Pengertian…………………………………………………………… 18
2. Karakteristik Anak Sekolah…………………………………………. 18
3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Sekolah……………… 19
4. Aspek-Aspek Perkembangan………………………………………... 20
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan………………………………….. 21
1. Pengertian……………………………………………………………. 21
2. Tingkat Pengetahuan………………………………………………… 21
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan……………………22
4. Pengetahuan Tentang Teknik Menyikat Gigi……………………….. 23
5. Pengetahuan Tentang Frekuensi Menggosok Gigi………………….. 26
6. Pengetahuan Tentang Waktu Menyikat Gigi………………………... 27
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap………………………………………….. 27
1. Pengertian……………………………………………………………. 27
2. Tingkat Sikap………………………………………………………… 28
3. Ciri-Ciri Sikap………………………………………………………... 28
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap…………………………… 29
E. Tinjauan Umum Tentang Peran Orang Tua……………………………… 30
1. Pengertian……………………………………………………………. 30
2. Peran Orang Tua Mencegah Karies Gigi…………………………. … 31
F. Kerangka Konsep………………………………………………………… 33
G. Hipotesis Penelitian………………………………………………………. 33

v
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 34

A. Rancangan Penelitian…………………………………………………… 34
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian…………………………………………… 34
1. Lokasi Penelitian……………………………………………………. 34
2. Waktu Penelitian……………………………………………………. 34
C. Populasi Dan Sampel……………………………………………………. 34
1. Populasi……………………………………………………………… 34
2. Sampel………………………………………………………………. 34
D. Variabel Penelitian……………………………………………………… 35
E. Defenisi Operasional……………………………………………………. 35
F. Instrumen Penelitian…………………………………………………..... 36
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas…………………………………………... 38
H. Pengumpulan Data……………………………………………………… 38
I. Pengolahan Data Dan Analisa Data……………………………………. 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Defenisi Operasional…………………………………………… …… 35

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep……………………………………………… 33

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut anak di Indonesia masih sangat

memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius dari

tenaga kesehatan karena gigi dan mulut merupakan “pintu gerbang”

masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan organ

tubuh lainnya (Abdullah,2018). Kejadian karies gigi banyak dialami baik

oleh anak-anak maupun orang dewasa. Umumnya karies gigi terjadi di

Negara berkembang dibandingkan di Negara maju karena prevalensi karies

gigi di Negara maju terus menurun sedangkan pada Negara berkembang

prevalensi karies gigi cenderung terus meningkat.

Tingginya angka kejadian karies gigi memerlukan penanganan yang

optimal terutama dalam pencegahan karies adalah dengan mengusahakan

agar pembentukan plak pada permukaan gigi dapat diatasi, yaitu dengan cara

menyikat gigi. Dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi anak,

diperlukan upaya kesehatan yang termasuk di dalamnya adalah

pencegahan dan perawatan gigi serta pengetahuan tentang masalah-

masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya kerusakan atau karies

1
gigi pada anak-anak. Menurut Edwina menyikat gigi sangat penting

dilakukan dalam mengontrol karies gigi (Aritonang,2017).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menyatakan

angka kejadian karies gigi pada anak masih sebesar 60-90%. Hasil penelitian

di Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia termasuk Indonesia, ternyata

bahwa 90-100% anak di bawah 18 tahun terserang karies gigi. Riset

Kesehatan Dasar (2013) prevalensi nasional karies aktif ialah 53,2%

kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 56,6%

(Riskesdas,2018). Pada provinsi Maluku Kabupaten dengan prevalensi

karies tertinggi adalah di Maluku Tenggara Barat (56,88%), Maluku Tengah

(54,65%) dan Seram Bagian Barat (58,56%). Secara keseluruhan prevalensi

karies aktif di Provinsi Maluku sebesar 56,28% (Riskesdas,2018).

Karies membawa dampak buruk dan dapat mempengaruhi kualitas

hidup bagi anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zetu (2019) karies

akan menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan. Hal ini akan

mengganggu aktivitas anak di sekolah. Anak akan mengalami penurunan

kemampuan dalam belajar, anak yang mengalami nyeri gigi tidak akan

mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan sebaik anak yang tidak

diganggu oleh nyeri gigi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

dari beberapa dampak tersebut , secara langsung dan tidak langsung akan

mempengaruhi kualitas pembelajaran anak ketika di kelas. Dampak lain

2
yang muncul karena karies gigi juga akan berpengaruh terhadap kualitas

tidur anak dan pola makan anak karena rasa nyeri yang dirasakan. Kondisi

ini akan mempengaruhi nutrisi, pertumbuhan dan pertambahan berat badan

anak.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak,

diantaranya adalah suka mengkonsumsi makanan-makanan manis

(permen,cokelat,susu), kebersihan mulut yang berhubungan dengan

frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi anak. Selain itu, terdapat faktor luar

sebagai faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan

terjadinya karies gigi antara lain pengetahuan,sikap ,dan peran orang tua

terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Lany,dkk,2016).

Pengetahuan merupakan salah satu penyebab terjadinya karies gigi

pada anak. Hal ini dkarenakan anak tidak mengetahui cara memlihara

kesehatan gigi dengan baik. Penelitian Astanudinsyah et al.,(2019) dan V.A.

Damanik, (2020) menjelaskan adanya hubungan pengetahuan dengan

kejadian karies gigi. Hal ini didukung oleh penelitian Hardika (2018) yang

menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada anak

adalah pengetahuan tentang perawatan gigi dan mulut. Penelitian Alini

(2018) juga menyatakan bahwa pengetahuan tentang menyikat gigi

berhubungan signifikan dengan kejadian karies gigi pada anak. Artinya anak

dengan pengetahuan tentang menyikat gigi yang salah memiliki peluang

3
hampir tiga kali lebih tinggi untuk terkena karies gigi dibandingkan dengan

anak yang memiliki pengetahuan menyikat gigi dengan benar.

Hasil penelitian oleh Hardika (2018) juga menjelaskan adanya

hubungan sikap dengan kejadian karies gigi. Penelitian ini sejalan dengan

Mardianti et al., (2017) yang menjelaskan sikap yang buruk dalam menjaga

kesehatan gigi akan beresiko terjadinya karies gigi. Jika mengacu pada teori

yang ada maka diketahui bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran sikap

dalam membersihkan gigi maka semakin rendah tingkat kejadian karies gigi

pada anak.

Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan

pengertian,mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak

dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Orang tua juga mempunyai

peran yang sangat besar dalam pencegahan terjadinya akumulasi plak dan

terjadinya karies gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan ada hubungan

yang signifikan antara peran orang tua dengan kejadian karies gigi. Hal ini

sejalan dengan Qiu, Tao, Zhou, Zhi, dan Lin (2018) bahwa orang tua yang

menerapkan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dan melakukan

tindakan pencegahan lainnya merupakan dorongan terkuat anak melakukan

tindakan yang sama.

4
Hasil survey yang dilakukan peneliti di SD Negeri 142 Maluku Tengah

didapatkan sumber data dari Puskesmas Booi-Paperu diketahui sejak 3 tahun

terakhir yaitu pada tahun 2019 hingga 2021 terjadi peningkatan kasus karies

gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah. Pada tahun 2019 yang

mengalami karies gigi sebanyak 37 siswa (56,9%) dan pada tahun 2020 tidak

ada data karies gigi yang diambil karena adanya penyakit covid 19 yang

muncul sehingga semua kegiatan belajar mengajar dirumahkan (belajar dari

rumah) kemudian mengalami peningkatan di tahun 2021 sebanyak 44 siswa

(66,1%). Dari hasil wawancara peneliti dengan Wakil Kepala Sekolah SD

Negeri 142 Maluku Tengah dikatakan bahwa setiap tahun selalu ada

program penyuluhan dan juga pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang

dilakukan oleh tenaga Kesehatan dari Puskesmas Booi-Paperu dan terakhir

dilakukan pada tahun 2021. Peneliti juga menanyakan tentang program

UKGS yang seharusnya menjadi program sekolah ketika ada siswa yang

sakit ternyata tidak aktif. Hal ini dikarenakan kurangnya peran guru UKS

dan fasilitas yang tidak memadai dan ada juga beberapa guru yang menjual

makanan-makanan ringan di kelas. Peneliti kemudian melakukan wawancara

dengan 5 orang siswa tentang pengetahuan dan sikap dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut. Siswa mengatakan bahwa siswa tidak mengetahui

apa itu karies gigi dan apa saja penyebab munculnya karies gigi dan dampak

apa saja yang akan terjadi jika mengalami karies gigi. Siswa mengatakan

hanya menggosok gigi ketika ingin pergi ke sekolah saja dan ada juga siswa

5
yang tidak menggosok gigi sama sekali karena merasa itu hal yang biasa

saja. Siswa juga mengatakan bahwa siswa sering meminta uang dari orang

tua untuk membeli jajan-jajan sepeti pemen,cokelat, dan makanan manis

lainnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya peran orang tua dalam

mengontrol dan membiasakan anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies

gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah?

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

peneltian ini adalah “ Faktor-Faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian karies gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah”?

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian karies
gigi pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kejadian karies gigi
pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
b. Mengetahui hubungan sikap terhadap kejadian karies gigi pada
siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.

6
c. Mengetahui hubungan peran orang tua terhadap kejadian karies gigi
pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian,sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan kejadian karies gigi sehingga dapat dijadikan

sebagai dasar pengembangan ilmu keperawatan khususnya pada

keperawatan komunitas.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi SD Negeri 142 Maluku Tengah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

karies gigi pada siswa SD Negei 142 Maluku Tengah.

b. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan panutan dalam

menjaga pola hidup sehat terutama mengetahui tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian karies gigi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data

dan juga pembanding bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan

7
dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi

pada siswa SD Negeri 142 Maluku Tengah.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Karies Gigi

1. Pengertian
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali
dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan
gigi (pit,fissures,dan daerah inter proksimal ),kemudian meluas ke arah
pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan juga dapat
timbul pada satu permukaan gigi atau lebih serta dapat meluas ke
bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enabel ke dentin atau
ke pulpa. Terdapat beberapa faktor dalam mulut yang menyebabkan
terjadinya karies gigi diantaranya adalah
karbohidrat,mikroorgansime,dan saliva,permukaan dan anatomi gigi
(Tarigan,2013).
Karies gigi disebabkan oleh bakteri dimana hasil fermentasi
sukrosa digunakan dalam perekatan sel bakteri pada permukaan
enamel gigi. Bakteribakteri tersebut saling berkolonisasi serta
membentuk agregat dalam plak gigi (Sari, Ulfiana & Rachmawati,
2019). Cara mencegah timbulnya karies gigi yaitu membersihkan gigi
secara teratur agar tidak ada sisa makanan yang menempel pada
permukaan gigi, mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi juga
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang berakibat buruk bagi
kesehatan gigi. Kebiasaaan buruk yang mempunyai pengaruh tidak
baik untuk kesehatan gigi dan mulut atau sering disebut bad oral habit
diantaranya : bruxisme atau suka menggesek – gesekan gigi antara
rahang atas dan rahang bawah, mengunyah makanan pada satu sisi

9
rahang, menggigit benda keras, menjadikan gigi sebagai gunting dan
merokok (Rahmadhan, 2010).

2. Etiologi
Menurut Irma & Intan (2013) karies gigi disebabkan oleh 3
faktor atau komponen yang saling berinteraksi yaitu :
a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi: komposisi
gigi, morphologi gigi, posisi gigi, PH saliva, kuantitas saliva,
kekentalan saliva.
b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu streptococcus, laktobasil.
c. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.

3. Mekanisme Karies Gigi


Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
faktor tersebut yaitu, bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan
dan tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri.
Faktor-faktor tersebut sangat berperan dalam proses terjadinya karies.
Ketiga faktor tersebut akan bekerjasama dan saling mendukung satu
sama lain (Edwina 2013). Bakteri plak akan memfermentasikan
karbohidrat misalnya sukrosa kemudian hasil dari fermentasi tersebut
menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam
waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5.0. pH akan kembali normal pada pH
sekitar7 dalam waktu 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini
terjadi secara terus- menerus maka akan menyebabkan demineralisasi
email gigi. Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh bakteri
kariogenik yang berada dirongga mulut dikenal dengan nama

10
Streptococcus Mutans (SM) yang merupakan mikroorganisme
penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi. Bakteri tersebut
bersifat menempel pada email, dapat hidup di lingkungan asam,
berkembang pesat dilingkungan yang kaya sukrosa dan menghasilkan
bakteriosin substansi yang dapat membunuh organisme kompetitornya
(Suyuti 2010).

4. Klasifikasi Karies Gigi


Klasifikasi karies menurut Tarigan (2014) adalah:
a. Karies superfisialis yaitu karies terjadi pada jaringan keras enamel.
b. Karies media yaitu karies telah mencapai dentin, namun tidak
melewati separuh dentin.
c. Karies profunda yaitu jangkauan karies pada gigi telah melebihi
separuh dentin dan terkadang mencapai pulpa. Karies profunda
dikategorikan menjadi tiga stadium: Stadium I, karies sudah melebihi
setengah bagian dari dentin, belum ditemui peradangan pada pulpa.
Stadium II, sudah terdapat peradangan pada bagian pulpa,dan Stadium
III, kamar pulpa telah tertembus dan ditemui berbagai infeksi pulpa.

5. Tanda dan Gejala Karies Gigi


Tanda awal terjadi karies gigi adalah munculnya spot putih
seperti kapur pada permukaan gigi. Ini menunjukkan area
demineralisasi akibat asam. Proses selanjutnya, warnanya akan
berubah menjadi coklat, kemudian mulai membentuk lubang. Proses
sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang
sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi.
Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies.
Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila email
dan dentin susah mulai rusak,lubang semakin semakin tampak. Daerah

11
yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh.
Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri.
Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan
makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan
nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih
lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga
menjadi berbahaya (Dona Pratiwi, 2013).

6. Status Karies dan Pengukuran Keaktifan Karies Gigi


Status karies gigi adalah suatu ukuran untuk melihat kerusakan
gigi dengan memakai pengukuran DMF-T, melibatkan semua gigi
yang terkena karies dan tidak mendapatkan perawatan (D); semua gigi
yang dicabut (M) dan semua gigi berlubang yang telah dilakukan
penambalan (F). Pengukuran seperti ini disebut indeks DMF-T yang
berarti tingkat penyebaran karies kumulatif terhadap kelompok dalam
masyarakat. DMF-T dipakai dalam menyatakan gigi yang berlubang,
dicabut dan telah dilakukan penambalan. Indeks yang serupa untuk
gigi susu yaitu DMF-T, (D) meliputi semua gigi susu yang karies dan
tidak mendapatkan perawatan,(E) memperlihatkan total gigi susu yang
diekstraksi dan (F) memperlihatkan total gigi atau permukaan gigi
yang telah dilakukan penambalan.(Putri, Maemunah & Rahayu,2017).

7. Faktor Penyebab Dari Dalam Mulut


a. Host (gigi & saliva)
Variasi bentuk gigi memengaruhi ketahanan gigi terhadap karies.
Karies terjadi umumnya pada bentuk gigi yang memiliki pit dan fisur
yang dalam. Pada pit dan fisur gigi yang dalam tersebut sisa-sisa dari
makanan maupun bakteri mudah menumpuk, sehingga daerah ini
berisiko untuk terjadinya lubang gigi. Posisi gigi geligi yang tidak

12
terletak dalam lengkung rahang normal, mengakibatkan posisi gigi
geligi akan tumbuh crowded dan saling tumpang tindih, hal ini
membuat daerah stagnasi plak, sehingga menjadi predisposisi karies
gigi. Gigi yang jarang memiliki kerentanan karies yang rendah. Bentuk
lengkung rahang yang bulat memiliki kerentanan karies yang rendah
karena proses pembersihan gigi oleh lidah dan pipi lebih baik.
(Welbury, Duggal, & Hosey, 2018).
Gigi dengan kandungan fluoride yang tinggi (enamel berbintik-
bintik) diketahui tahan terhadap karies, sebaliknya gigi yang
mengalami hipoplasia lebih rentan terhadap karies. Ukuran gigi yang
lebih kecil cenderung memiliki lesi karies bila dibandingkan dengan
gigi yang lebih besar mungkin karena luas permukaan yang lebih
rendah (Abanto, Vidigal, Carvalho, & Bönecker, 2017).
Saliva (air ludah) merupakan sistem pertahanan utama terhadap
terjadinya karies gigi. Sekresi air ludah terbentuk pada glandula
sublingualis,submandibularis, dan parotis, serta pada beberapa kelenjar
saliva yang berukuran kecil. Permukaan gigi dan juga mukosa mulut
akan dibasahi oleh sekresi air ludah sehingga permukaan gigi dan
mukosa menjadi basah. Pembersihan sisa-sisa makanan di rongga
mulut yang dilakukan oleh saliva bertujuan untuk mencegah bakteri
agar tidak bisa tumbuh dan berkembang. Saliva dalam keadaan normal
selalu membasahi gigi geligi. Saliva memiliki fungsi yang sangat
besar, karena daya tahan gigi terhadap terjadinya karies dipengaruhi
lingkungan saliva (Tarigan, 2014 ).

b. Substrat / Diet Karorganik (Karbohidrat)


Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh setiap
orang dari hari ke hari. Substrat mempunyai pengaruh dalam
terbentuknya plak, sebab plak memicu terjadi proses kolonisasi

13
dan perkembang biakan mikroorganisme di permukaan email.Substrat
juga memengaruhi metabolisme bakteri pada plak dengan
memfasilitasi bahan untuk menghasilkan asam sehingga terjadinya
karies gigi (Kidd & Sally, 2013). Menurut Koch, Poulsen, Espelid, dan
Haubek, (2017), Faktor yang diperhatikan dalam mengkonsumsi
karbohidrat yakni:
1) Sifat fisik karbohidrat yang padat dan lengket lebih mungkin
menyebabkan karies daripada karbohidrat semipadat dan cair (seperti
air tebu).
2) Sifat kimia: karbohidrat kurang kompleks (monosakarida dan
disakarida) lebih mudah difermentasi daripada yang lebih kompleks
(polisakarida) dan menghasilkan lebih banyak asam oleh karena itu
lebih bersifat kariogenis. Kebanyakan disakarida dan sukrosa (gula
meja) adalah penyebab utama terjadinya karies gigi. Asupan
karbohidrat yang berlebihan terutama sukrosa, lebih banyak
kemungkinan untuk terjadinya karies, karena adanya pasokan substrat
untuk bakteri yang dapat menghasilkan asam terus-menerus. Pada
orang dengan diet kaya protein dan lemak dijumpai sedikit atau sama
sekali tidak ada karies gigi.Hal ini menunjukkan dalam terjadinya
karies gigi karbohidrat memegang peranan yang sangat penting
(Pintauli & Hamada, 2015).
Berikut ini ada beberapa komponen makanan pelindung, yaitu:
1) Fluoride: Asam lemak yang menghambat metabolisme karbohidrat,
meningkatkan pembersihan,bertindak sebagai penghalang fisik pada
permukaan gigi yang rentan, dan antimikroba; Kalsium laktat, dimana
rasa asam yang terdapat dalam minuman dan makanan, meningkatkan
pembersihan dan merangsang air liur dengan kapasitas buffer yang
tinggi.
2) Teh menghambat amilase dan karena itu menjadi pelindung.

14
3) Keju sebagai anti kariogenik karena kehadiran kalsium laktat dan asam
lemak, memicu remineralisasi dan stimulasi aliran saliva
(Bonotto,Montes, Ferreira, da Silva Assunção, & Fraiz, 2017).
c. Plak & Mikroorganisme (bakteri)
Pada proses awal terjadinya karies, bakteri merupakan faktor
paling berperan, Karbohidrat difermentasi oleh bahteri sehingga
menghasilkan asam. Bakteri, bahan-bahan saliva seperti sisa-sisa sel
jaringan mulut, musim dan sisa-sisa makanan merupakan bagian dari
plak gigi yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi. Penumpukan
bakteri ini bukan terjadi spontan, tetapi melewati beberapa proses. Jika
permukaan email yang bersih terpapar di rongga mulut, maka akan
ditutupi oleh lapisan organik yang disebut pelikel (Welbury, Duggal,
& Hosey, 2018).
Sifat patogen bakteri kariogenik yaitu: menghasilkan asam
dengan fermentasi karbohidrat (acidogenic), pH rendah, tumbuh dan
bermetabolisme dalam kondisi asam (aciduric), berhubungan antara
jumlah bakteri dengan aktivitas karies, secara teratur ditemukan pada
lesi karies, dan menghasilkan ekstraseluler polisakarida (glukan dan
fruktans) dan intraseluler polisakarida.Glukan berkontribusi plak
matriks sedangkan fruktans yang labil dan dapat dimetabolisme dalam
kondisi karbohidrat dibatasi. Polisakarida intraseluler adalah senyawa
penyimpanan glikogen seperti yang digunakan untuk produksi energi
dan diubah menjadi asam ketika gula bebas tidak tersedia (Pintauli &
Hamada, 2015).
d. Waktu
Karies gigi merupakan penyakit kronis pada manusia yang
perkembangannya membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun.
Waktu memengaruhi kecepatan terjadinyanya karies dan ketebalan
substrat menempel di permukaan gigi. Perkembangan karies gigi untuk

15
menjadi sebuah kavitas berbedabeda pada setiap orang, lebih kurang
waktu yang perlukan sekitar 6-48 bulan (Pintauli & Hamada, 2015).

8. Faktor Luar Penyebab Karies Gigi


a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase
karies pada anak laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan
dengan perempuan sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sekar (2012), keterampilan
menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-
laki.
b. Usia
Memasuki usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap.
Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi
primer. Kontrol motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi
anak masih membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua dala
menggosok gigi (Potter & Perry, 2005).
c. Pengetahuan
Manusia menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang
nantinya mempengaruhi kualitas kehidupannya. Terciptanya manusia
tidak semata- mata terjadi begitu saja. Untuk memahami itu semua
memerlukan proses bertingkat dari pengetahuan, ilmu, dan filsafat.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia yang hanya sekedar
menjawab pertanyaan apa (Notoatmodjo, 2010).

9. Pencegahan Karies Gigi Pada Anak


Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi pada
anak adalah :
a. Menyikat gigi.

16
Menyikat gigi dapat mencegah terjadinya karies yaitu dengan
cara menghilangkan plak yang merupakan penyebab
utamanya.Konsistensi plak diawali dari bentuk yang cair dan dalam
waktu lama akan menjadi kelat sebagai tempat tumbuhnya
mikroorganisme. Anak harus dibiasakan berkumur dengan air putih
sehabis makan makanan yang manis, karena plak akan kembali
muncul setelah dibersihkan sebab kuman di dalam mulut 100 persen
tidak akan bisa hilang. Upaya mengendalikan pembentukan plak di
dalam mulut diperlukan kebiasaan menyikat gigi yang benar
(Rahmadhan, 2010; Tarigan, 2014). Menurut Hugh Roadman Leavell
dan E Guerney Clark (Leavell & Clark) yang dikutip Pintauli &
Hamada (2015), tahapan pencegahan penyakit ada lima yaitu:
1) Promosi kesehatan, pemberian informasi kesehatan yang ditujukan
untuk masyarakat agar mereka mau dan mampu meningkatkan
kesehatan mereka.
2) Perlindungan khusus, pemberian perlindungan agar kelompok yang
memiliki risiko dapat bertahan.
3) Pengobatan yang cepat dan tepat dan diagnosis dini, orang-orang yang
sudah sakit dapat didiagnosis dan diobati dengan segera
4) Pembatasan kecacatan, usaha untuk mencegah, menunda, atau
mengurangi risiko kecacatan sampai tingkat minimal.
5) Rehabilitasi, masa pemulihan agar orang sakit yang dalam masa
penyembuhan dapat pulih dan beraktivitas kembali. Kelima tahapan di
atas jika dikelompokkan ke dalam tiga tindakan pencegahan karies gigi
adalah sebagai berikut :
a) Pencegahan primer meliputi perlindungan khusus serta Promosi
kesehatan (Promkes) yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
penyakit pada gigi. Upaya Promkes yang dimaksud meliputi
edukasi bagaimana teknik menyingkirkan plak yang efektif, dengan

17
menggunakan benang gigi dan cara menyikat gigi yang benar dan
tepat. Upaya perlindungan khusus untuk pencegahan karies pada
gigi adalah upaya melindungi host dari serangan penyakit dengan
membentuk barrier terhadap mikroorganisme dengan aplikasi
topikal flouride dan aplikasi pit dan fissure sealant.
b) Pencegahan sekunder (pengobatan yang cepat dan tepat serta
diagnosis dini ) kegiatan yang dilakukan menambal pada lesi karies
yang masih kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang
luas.
c) Pencegahan tersier meliputi pembatasan kecacatan dan rehabilitasi,
yang bertujuan mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya adalah
pemasangan gigi tiruan dan implan (Pintauli & Hamada, 2015).
Menurut American Dental Association (ADA) sebaiknya ukuran
kepala sikat gigi maksimal pada balita adalah 18x7 mm dan pada
anak- anak 20x7 mm. Pilihan sikat gigi terbaik untuk anak adalah
sikat gigi yang tangkainya mudah digenggam, pada bagian kepala
sikat berbentuk bulat dan mengecil tujuannya agar anak mudah
mencapai bagian dalam rongga mulutnya. Agar tidak bersifat
abrasif sebaiknya ujung bulu sikat bulat atau licin. Supaya tidak
terjadi iritasi pada gusi gigi anak di pilihlah bulu sikat yang halus
dan lembut (Pintauli & Hamada, 2015).

B. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah


1. Pengertian
Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World Health
Organization)yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun,
sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah

18
Anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai
karakteristik yang mulai mencoba untuk mengembangkan kemandirian
dan menentukan batasan-batasan norma. Di sinilah variasi individu
mulai lebih dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola
aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan
makanan (Yatim, 2005).
Ada beberapa karateristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut:
a. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
b. Aktivitas fisik anak semakin meningkat.
c. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya. Anak akan banyak berada
di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak
semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah,++bermain
dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan ene++rgi.Apabila anak
tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi
pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi,
sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan, 2010).
Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan sangat
mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya, terutama teman sebaya
yang pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan
kebiasaan temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan. Peranan
orangtua sangat penting dalam mengatur aktivitas anaknya sehari
misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak.
(Khomsan,2010)
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan
bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan
bertambahnya banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersal
pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya
perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam

19
nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya.(Kindd&Bechal,2014)
Pada masa anak-anak banyak mengalami perubahan-perubahan
di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya tinggi dan berat badan.
Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril secara umum pertumbuhan
tinggi badan pada masa anak-anak akan mengalami kenaikan pertahun
5-7cm, untuk anak perempuan umur 11 tahun rata-rata mempunyai
tinggi badan 147,3cm sedangkan anak laki-laki 146cm. Berat badan
mengalami kenaikan yang lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi
badan, berkisar antara sampai 1,5-2,5kg pertahun. Anak perempuan
umur 11 tahun, rata-rata mempunyai berat badan 44,25 kg sedangkan
anak laki-laki 42,75 kg.(Kidd&Bechal,2014).
Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi
organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan
ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan
bertambahnya pandainya keterampilan dan perilaku. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama-sama secara
utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurna
bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya
kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan
keterampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh
bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal (Devi, 2012).

4. Aspek-aspek Perkembangan
Aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah, meliputi :
(Imelda,2017)
a. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik
Halus Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

20
melibatkan otot-otot besar seperti duduk dan berdiri. Motorik halus
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
menjimpit dan menulis.
b. Perkembangan Kognitif (Berfikir)
Aspek ini ditandai dengan perasaan ingin tahu, anak berusaha
mengerti dunia luar dan melalui pengalaman sensori motorik anak
belajar berfikir.
c. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberi
respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah
dan sebagainya.
d. Perkembangan Emosi
Mula-mula emosi tenang atau senang dan terangsang timbul
karena rangsangan fisik, dengan bertambahnya usia emosi senang dan
tidak senang timbul karena rangsangan psikis dan selanjutnya muncul
variasi emosi (takut,marah,kecewa,benci,sedih,dan lain-lain).
e. Perkembangan social
Ketrampilan dan penguasaan dalam bidang fisik,
motorik,mental,emosi sudah meningkat. Anak makin ingin melakukan
bermacam-macam kegiatan dan ingin bersosialisasi dengan sekitarnya.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


1. Pengertian
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
tindakan seseorang karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.

21
Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, dia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut (Notoatmojo, 2016).
Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif
sesuai dengan pengalaman yang dialami. Proses pengetahuan tersebut
melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapat informasi, proses
transformasi dan evaluasi. Informasi baru yang didapat merupakan
pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan dari informasi sebelumnya
(Mubarak,2011).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2016) terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis (shyntesis)

22
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
telah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Budiman (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang semakin mudah menerima
informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
b. Informasi atau media masa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya
informasi mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial, Budaya, Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran sehingga akan bertambah pengetahuanya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

23
sehingga status sosial, ekonomi akan mempengaruhi pengtahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

4. Pengetahuan Tentang Teknik Menyikat Gigi


a. Teknik Horizontal
Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan gerakan
menyikat gigi ke depan dan ke kebelakang dari permukaan bukal dan
lingual. Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan labial, bukal,
palatinal, lingual, dan oklusal dikenal sebagai scrub brush. Caranya
mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan
kunyah. Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah
horizontal dan dengan penekanan berlebihan adalah bentuk yang
paling sering ditemukan (Ginandjar 2007).
b. Teknik Vertikal
Menyikat gigi dengan metode teknik vertikal merupakan cara
yang mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang belum diberi

24
pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini. Arah gerakan
menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah
tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal
atau labial, sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lingual
atau palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan
mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila menyikat gigi
tidak benar dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi terlihat
(Ginandjar 2007).
c. Teknik Charter’s
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu
sikat menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan
kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45˚ pada daerah leher gigi. Tekan
pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal
10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan
terlebih dulu untuk membersihkan plak di daerah sela- sela gigi, pada
pasien yang memakai orthodontic cekat atau kawat gigi dan pada
pasien dengan gigi tiruan yang permanen (Pratiwi 2009).
d. Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana,
paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu
sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal.
Ujung bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan- lahan melalui
permukaan gigi sehingga permukaan belakang kepala sikat bergerak
dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi,
kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi
gerakan ini sampai kurang lebih 12 kali sehingga tidak ada yang
terlewatkan. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan
membersihkan sisa makanan di daerah interproksimal. Menyikat gigi
dengan roll teknik untuk membersihkan kuman yang menempel pada

25
gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar (Pratiwi
2009).
e. Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah
leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa
sehingga bulu sikat terletak 45˚terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu
sikat mengarah ke leher gingiva. Sikat kemudian ditekan kearah
gingiva dan digerakkan dengan gerakkan memutar yang kecil sehingga
bulu sikat masuk kearah leher gingiva dan juga terdorong masuk
diantara gigi geligi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila
jaringan terinflamasi dan sensitif. Bila gingiva dalam keadaan sehat,
teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik
ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak
(Ginandjar 2007).
f. Teknik Stilman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari arah
gusi ke gigi secara berulang-ulang. Setelah sampai dipermukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45˚ dengan sumbu
tegak gigi seperti pada metode bass (Pratiwi 2009).
g. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler
Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan
pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan
mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah (Pratiwi 2009).
h. Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang
lunak. Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikat gigi
menyerupai jalannya makanan, yaitu dari mahkota kearah gusi. Letak

26
bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat
gigi dipegan horizontal (Pratiwi 2009).
i. Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal (kiri-
kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar), setelah itu
dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama
bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun
umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah
(Pratiwi 2009).
5. Pengetahuan Tentang Frekuensi Menggosok Gigi
Membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan
mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan
mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi.
Frekuensi menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan gigi mulut
anak-anak. Ini dikuatkan dengan penelitian Silvia dkk (2005) bahwa
sekitar 46,9% anak yang menggosok gigi kurang dari dua kali sehari
memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang kurang.Pengalaman
mendapatkan pendidikan kesehatan juga mempengaruhi kebersihan
gigi dan mulut hal ini ditunjukan dalam penelitian Riyanti (2005)
bahwa dilakukan empat kali pendidikan kesehatan lalu diukur tingkat
kebersihan gigi mulutnya disetiap pertemuan. Kesehatan mulut tidak
dapat lepas dari etiologi,dengan plak sebagai faktor bersama pada
terjadinya karies dan periodonsium. Penting disadari bahwa plak pada
dasarnya dibentuk terus menerus. Dengan susah payah gigi- geligi dan
gusi dibersihkan dari plak.

6. Pengetahuan Tentang Waktu Menyikat Gigi


Untuk waktu menyikat gigi,yang dianjurkan adalah 2 kali sehari,
yaitu pagi setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.Waktu yang

27
paling tepat menyikat gigi adalah beberapa saat setelah makan agar
memberi kesempatan enzim pencerna di dalam rongga mulut untuk
bekerja.Menyikat gigi setelah makan membantu mengikis sisa
makanan dengan segera dan memberi kesempatan kepada pH gigi
kembali normal. Menyikat gigi sebelum tidur penting dikarenakan
pada waktu tidur, air ludah berkurang sehingga asam yang dihasilkan
oleh plak akan menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak
gigi tentunya lebih besar (Kusumawardhani, 2011). Dari data
RISKESDAS (2013) terungkap bahwa orang yang menggosok gigi
pada pagi hari setelah sarapan hanya 3,2% dan menggosok gigi pada
malam hari sebelum tidur sebesar 27,3% .Kesadaran masyarakat
Indonesia khususnya anak-anak sekolah dasar,tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah dan belum menjadi
prioritas.Sebagian besar murid mengatakan bahwa mereka kurang
mengerti cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut
kemungkinan diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Hasil penelitian
menyimpulkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
karies gigi.

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap


1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoadmodjo, 2016).
Menurut Azwar (2015), sikap merupakan keteraturan tertentu dalam
hal kognitif (pemikiran), afektif (perasaan) dan konatif (predisposisi

28
tindakan) terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan
dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan
perasaan terhadap objek tertentu (Maulana, 2014).
2. Tingkat Sikap
Menurut Notoadmodjo (2016), sikap terdiri dari beberapa tingkat
yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau
salah, berarti seseorang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Rina (2013), antara lain sebagai berikut :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat

29
ini yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti
lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap


Menurut Azwar (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap terhadap objek sikap antara lain :
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalama pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.

30
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menetukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

E. Tinjauan Umum Tentang Peran Orang Tua


1. Pengertian
Peran adalah kemampuan seseorang untuk memantau,
memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Ibu dan ayah
kandung disebut sebagai orang tua,terikat dalam sebuah perkawinan
dan bersedia memikul tanggung jawab dari anak-anak yang dilahirkan.
Orang tua merupakan orang yang pertama mengajarkan pengetahuan
pada anak-anak dan bertanggung jawab pada proses pertumbuhan
mereka. Peranan lingkungan dan peran orang tua juga memengaruhi
perkembangan anak. Setiap aktivitas merawat dan mengasuh anak agar

31
tumbuh dan kembang anak berjalan secara maksimal perlu
diterapkannya pola asih, asuh dan asah kepada anak (Papalia, Old, &
Feldman, 2008). Seperti halnya kebiasaan menyikat gigi yang benar
dan teratur diharapkan mampu untuk ditiru oleh anak-anak yang belum
masuk sekolah.

2. Peran Orang Tua Mencegah Karies Gigi


Peran orang tua dalam usaha mencegah karies gigi pada anak adalah ;
a. Melakukan pengawasan ketika anak menyikat gigi dan membantunya
untuk membersihkan gigi, khususnya bila anak dibawah usia lima
tahun.
b. Memberitahu anak dan mengawasi saat yang benar menyikat
gigi,setelah sarapan dan malam sebelum tidur, ini dilakukan untuk
membentuk kebiasaan baik yang permanen kepada anak.
c. Menyiapkan pasta dan sikat gigi.
d. Memeriksakan gigi pada anak secara berkala ke praktik dokter gigi.
e. Melakukan pengawasan terhadap jenis makanan jajanan yang dipilih
oleh anak.
f. Mengantar anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mmeriksa dan
merawat gigi dan mulut secara berkala.
g. Melakukan pemeriksaan terhadap gigi anaknya untuk melihat ada
tidaknya karaies gigi (Hutabarat, 2009 & Husna, 2016)

3. Metode yang dapat dilakukan orang tua kepada anak, menurut Ulfah &
Al-Shodiq (2005) ada beberapa metode yaitu:
a. Edukasi melalui proses kebiasaan.
Kegiatan yang diterapkan setiap hari oleh anak akan menghasilkan
proses pembiasaan, internalisasi dan pada akhirnya menjadi bagian
dari kehidupannya.

32
b. Mendidik dengan cara keteladanan.
Khususnya pada anak usia dini, mereka mencontoh kegiatan yang
dibuat oleh orang disekelilingnya. Dalam menerapkan metode
keteladanan membutuhkan sosok pribadi yang dapat diamati secara
nyata, dilihat, dirasakan oleh anak sendiri, hingga akhirnya anak
mempunyai keinginan untuk mencontohnya.
c. Edukasi dengan melalui nasihat serta dialog.
Sesuai tingkat pemikiran anak diharapkan orang tua mampu
memberikan pemahaman yang benar.
d. Edukasi dengan pemberian reward atau punishment.
Secara tidak langsung cara ini dapat menanamkan etika dan
menghargai orang-orang di sekelilingnya. Sikap orang tua sangat
berpengaruh terhadap sikap anak, perilaku kesehatan pada anak
memiliki hubungan yang erat dengan orang tuanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ada hubungan
peran orang tua dengan kejadian karies gigi. Anak yang mempunyai
kebiasaan menyikat gigi yang baik dipengaruhi peran orang tua. Jika
orang tua perhatian dan peduli saat anak menyikat gigi maka anak
akan merasa nyaman saat menyikat gigi. Hal tersebut dikarenakan
orang tua telah memberikan dukungan yang dapat mempermudah anak
dalam melakukan aktifitas menyikat gigi misalnya mengajari anak
menyikat gigi, memberikan pujian agar anak teratur menyikat gigi,
mencegah cara terjadinya gigi berlubang dan rutin menyikat gigi 1
bulan sekali agar anak merasa nyaman saat menyikat gigi (Ana
Suciari, 2012).

33
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap Kejadian Karies


Gigi

Peran Orang
Tua

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


G. Hipotesis Penelitian
1. Ha :
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian karies gigi
b. Ada hubungan antara sikap denga kejadian karies gigi
c. Ada hubungan peran orang tua dengan kejadian karies gigi
2. H0 :
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadia karies gigi
b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadia karies gigi
c. Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan kejadian karies
gigi

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan rancangan deskriptif analitik
dengan pendekatan (croos section) yaitu yang bertujuan mendeskripsikan
atau menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas dan selanjutnya
menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan atau pengukuran
variable korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara stimulant dan
waktu yang bersamaan (Notoadmodjo,2016).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 142 Maluku Tengah
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan juni 2022
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi
pada penelitian ini adalah 47 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu sendiri
(Nursalam,2018). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari
kelas III sampai kelas VI SD Negeri 142 Maluku Tengah. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total
Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 47 siswa.

35
D. Variabel Penelitian
Variabel Independen pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap,
dan peran orang tua. Variabel Dependen pada penelitian pada penelitian ini
adalah Karies Gigi.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel adalah variabel berdasarkan sesuatu yang
dilaksanakan dalam penelitian sehingga variabel tersebut dapat
diukur,diamati, atau dihitung kemudian timbul variasi (Dharma,2018).

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


operasional
A. Independen
1. Pengetahuan Adalah Kusioner Baik (jika Ordinal
segala skor 8-10).
sesuatu yang Cukup (jika
diketahui skor 5-7).
oleh siswa Kurang(jika
tentang karies skor 0-4).
gigi.

2. Sikap Adalah Kusioner 1.Baik (skor Ordinal


respon atau ≥ 4)
kebiasaan 2.Kurang
siswa yang (skor < 4)
dapat
menyebabkan
terjadinya
karies gigi

36
3. Peran Orang Adalah Kusioner Baik (jika ordinal
Tua mengontrol skor >8).
atau Kurang
mengawasi (jika
anak dalam skor<8).
menjaga
kesehatan
gigi dan
mulut untuk
mencegah
terjadinya
karies gigi.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh


peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah
diolah (Suryono,2016)
Alat pengumpul data atau instrument yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kusioner. Kusioner terbagi menjadi 4 bagian, secara rinci
penjelasan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Kusioner A karakteristik responden
Kusioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait karakteristik
demograf responden atau identitas responden sebagai instrument untuk
mengumpulkan biodata dan karakteristik responden.

37
2. Kusioner Pengetahuan

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh


Masyita (2020) dengan memberikan kusioner pengetahuan yang
dijadikan instrument dalam penelitian ini. Kusioner pengetahuan
didapatkan 10 pertanyaan valid untuk setiap item pertanyaan dengan
nilai crombach alpha lebih dari 0,4.

Kusioner ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan,


dengan alternatif jawaban bentuk pilihan ganda (multiple choise), bila
benar nilainya 1 dan bila salah nilai 0. Adapun cara menghitung hasil
ukur menurut Masyita (2020) :

a. Baik (jika skor 8-10)


b. Cukup (jika skor 5-7)
c. Kurang (jika skor 0-4)

3. Kusioner Sikap
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh Masyita
(2020) dengan memberikan kusioner sikap yang dijadikan instrument
dalam penelitian ini. Kusioner sikap didapatkan 5 pertanyaan valid
untuk setiap item pertanyaan dengan nilai crombach alpha lebih dari
0,4.
Kusioner ini terdiri dari 5 pertanyaan tentang sikap dan jawaban
responden berupa setuju dan tidak setuju. Kusioner diisi dengan
menggunakan tanda checklist. Jika benar nilainya 1 dan jika salah
nilainya 0. Adapun cara menghitung hasil kusioner :
a. Baik (skor ≥ 4)
b. Kurang (skor < 4)

38
4. Kusioner Peran Orang Tua
Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh Masyita (2020)
dengan memberikan kusioner peran orang tua yang dijadikan
instrument dalam penelitian ini. Kusioner peran orang tua didapatkan
10 pertanyaan valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai
crombach alpha lebih dari 0,4.
Kusioner ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang peran orang tua,
dengan alternatif jawaban bentuk pilihan ganda (multiple choise), bila
benar nilainya 1 dan bila salah nilai 0. Adapun cara menghitung hasil
kusioner :
a. Baik (jika skor >8)
b. Kurang (jika skor <8)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas


Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Reabilitas menunjukkan suatu
instrument cukup dan dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrument tersebut sudah cukup baik (Arikunto,2010).
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Instrument yang reliable adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Metode yang digunakan pada uji reliabilitas
adalah metode Crombach Alpha. Perhitungan Cronbach Alpha dilakukan
dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan
dalam kusioner. Variabel dikatakan reliable jika nilai alphanya lebih dari 0,4.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kusioner dengan nilai crombach
alpha.

39
H. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan
cara door to door dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kusioner.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Puskesmas Wilayah Kerja Booi-Paperu dan SD
Negeri 142 Maluku Tengah.
I. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan dengan
cara:
a. Editing
Setelah data dikumpulkan maka dilakukan kembali pemeriksaan
data dan kelengkapan jawaban.
b. Coding

Coding adalah usaha memberikan kode-kode tertentu pada


jawaban responden sehingga lebih mudah dan sederhana.
c. Processing
Pengisian data dilakukan dengan cara mengisi data dari kusioner
dari kusioner ke program software.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali
2. Analisa Data
Data yang telah dianalisa kemudian diolah secara deskriptif yang
dilaksanakan untuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti.
Masing-masing variabel dianalisa secara deskripstif frekuensi dan

40
dinarasikan secara kualitatif kemudian digambarkan dalam bentuk
tabel.
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik
subjek penelitian dengan menghitung frekuensi dan populasi. Adapun
karakteristik yang dinilai adalah : karakteristik yang meliputi
pengetahuan , sikap, serta peran orang tua terhadap kejadian karies
gigi.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan dengan dengan uji chi square untuk
mengetahui hubungan signifikan antara masing-masing variabel bebas
dengan variabel terikat . Dasar pengambilan Hipotesis penelitian
berdasarkan tingkat signifikan (nilai p), yaitu :
1. Jika nilai P>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
2. Jika nilai P<0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta:


PT Rineka Cipta. 2006.

Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Eddy, F. N. E. and Mutiara, H. (2015) ‘Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan


Gigi Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar’, Medical Journal
of Lampung University, 4(8), pp. 1–6. Available
at:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1464
Diakses tanggal 22 November 2019

Ghofur, A., 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi danMulut. Penerbit Mitra Buku,
Yogyakarta.

Husna, Asmaul. 2015. Peran Orang Tua dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi
dengan Kejadian Karies Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan, Nomor 1,:17-23

Indry Worotitjan, Christy N. Mintjelungan, Paulina Gunawan, 2013. Pengalaman


Karies Gigi Serta Pola Makan Dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Skripsi.Universitas Sam Ratulangi
Manado

Jurnal of Nursing and Public Health (2018) . Faktor –faktor kejadian karies gigi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019) Kesehatan Gigi Nasional,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available
at:https://pusdatin.kemkes.go.id/download. (Accessed: 25 Maret 2020).

Kartikasari Yuwan Hana & Nuryanto. 2014. Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan
Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar.
Journal Of Nutrition Collage, 3(3), 414-421
___________., 2013. Laporan Hasil RISKESDAS Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Notoadmojo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Natamiharja,L.,Margaret. (2011). Peran Orang Tua Terhadap Pemeliharaan


Kesehatan Gigi dan Mulut Anak kelas II SD Medan.Dentika Dental
Journal.Vol.16 (2)

Potter dan Perry., 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta :


Salemba Medika.

Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi

Prasasti, Ika. 2016. Hubungan Peran Orang Tua dalam Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar di Taman Kanak-
Kanak (TK) PGRI Kelurahan Ngesrep Semarang. Skripsi. Universitas
Diponogoro.

Riskesdas, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta,: 118-119 Sehari-hari. Jakarta: Kompas

Rhamadhan. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune. 2010

Sariningrum dan Irdawati. (2009). Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap, dan


Pengetahuan, Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak
dengan Tingkat Kejadian Karies di Jatipurno. Berita Ilmu Keperawatan. Vol 2
(03). Hlm 119-124

Sriyono. (2005). Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Medika


Fakultas Kedokteran UGM
Simanjuntak, Arta Deborah. 2014. Hubungan Peran Orang Tua Dalam Perawatan
Gigi Anak Terhadap Resiko Kejadian Karies Pada Anak Usia 6-8 Tahun Di
Sekolah Dasar Kelurahan Sungai Beliung Pontianak. Jurnal Keperawatan

Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Jakarta: ECC

WHO. 2013. The World Oral Health Report. http:// www.who.int/oral


health/media/en/orh-report03- en.pdf (diakses pada tanggal 20 November
2017)

Wahyuni Eka, Kadrianti Erna, Haskas Yusran. 2012. Hubungan Perilaku


Membersihkan Gigi Dengan Karies Gigi pada Murid SD Amassangang
Kabupaten Pinrang. Skripsi. STIKES Nani Hasanuddin Makassar.

Wahyu Ihsan. Faktor-faktor lingkunga ang berhubungan dengan status karies gigi
pada anak sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. FKM, Unifersitas Indonesia.

Warni, L. “hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan
mulut terhadap status karies gigi diwilayah kecamatan delitua kabupaten deli
serdang” skripsi FKM UI 2009.

Wisnu Candara Firmansah (2017) Hubungan peran orang tua dengan kejadian karies
gigi anak prasekolah TK Kartika rini Sleman Yogyakarta

Yohandri, E. (2012). Gambaran Pengetahuan Murid SD Kelas II tentang Karies Gigi


di SDN 003 Seibeduk Kelurahan Tanjung Piayu Batam Tahun 2012.
http://yohandrie. blogspot.com, diaksestanggal 25 Juli 2015

Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta, C.,Dumitrescu, A.L., 2014.Gender Varietion

In Psychological Factor As Defined By The Theory Of Planned Of Oral


Hygiene Behavior. Procedia-Social And Behavioral, [e-journal] 124
LAMPIRAN
LEMBARAN KUSIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA

DI SD NEGERI 142 MALUKU TENGAH

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan


Kelas :
No.Responden :

B. Pengetahuan
Pilihlah jawaban yang paling benar menurut anda, dengan memberikan tanda
silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia:
1. Gigi berlubang dapat terjadi karena makan makanan yang?
a. Manis
b. Asam
c. Panas
2. Berapa kali dalam sehari adik menyikat gigi?
a. 1 x sehari
b. 2 x sehari atau lebih
c. Tidak teratur
3. Waktu menyikat gigi yang benar adalah
a. Pagi dan sore sewaktu mandi
b. Pagi hari sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur
c. Pagi hari, sore hari dan malam
4. Permukaan gigi yang mana yang harus adik sikat?
a. Bagian sebelah depan saja
b. Bagian depan dan dalam
c. Seluruh permukaan gigi yaitu bagian depan, dalam dan dataran
pengunyahan
5. Apa yang adik lakukan supaya gigi tidak berlubang?
a. Rajin menyikat gigi
b. Mengurangi makan yang manis-manis
c. Semua benar
6. Jenis jajanan makanan yang baik untuk kesehatan gigi?
a. Minuman yang dibuat sendiri (teh, susu, dan juice buah-buahan)
b. Makanan yang berserat seperti buah-buahan, kacang, dan nasi
c. Semua benar
7. Jenis jajanan makanan yang merusak gigi adalah
a. Minuman kemasan siap saji (susu, fanta, okky jelly drink, Teh Sisri)
b. Permen, gulali, cokelat, ciki, taro dan biscuit
c. Semua benar
8. Bila gigi adik berlubang sebaiknya dilakukan
a. Pencabutan gigi
b. Tambal gigi
c. Dibiarkan
9. Kapan adik sebaiknya ke dokter gigi?
a. Jika sakit gigi
b. Enam bulan sekali (2x dalam setahun)
c. Satu tahun sekali
10.Seberapa banyak adik menggunakan odol gigi?
a. Sebesar biji jagung/kacang polong
b. Selapis tipis/ sepanjang bulu sikat gigi
c. Tidak menggunakan pasta

ii
C. Sikap
Berilah tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda
tehadap pernyataan.

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Setuju Tidak
Setuju
1. Jika adik sering makan permen, akan
menyebabkan sakit gigi
2. Seandainya menyikat gigi 2x sehari,
maka gigi akan bersih
3. Seandainya adik menyikat gigi, harus
menggunakan odol gigi
4. Jika mau tidur, adik harus menyikat gigi
5. Jika belum timbul rasa sakit maka gigi
berlubang tidak perlu diobati

D. Peran Orang Tua


Pilihlah jawaban yang paling benar menurut anda, dengan memberikan tanda
silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia:
1. Sebelum tidur malam, apakah Ibu selalu mengingatkan adik untuk sikat
gigi?
a. Ya
b. Tidak
2. Sewaktu adik menyikat gigi, apakah Ibu selalu mengawasi
a. Ya
b. Tidak
3. Apa Ibu selalu menyediakan sikat gigi di rumah?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Ibu memeriksa gigi adik di rumah secara rutin?
a. Ya

iii
b. Tidak
5. Apakah Ibu membawa adik ke dokter gigi secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Ibu mengganti sikat gigi adik secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Ibu mengantar adik ke Puskesmas dengan membawa surat rujukan
dari sekolah?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah Ibu membawa adik ke puskesmas sewaktu sakit gigi, pencabutan
gigi dan membersihkan karang gigi?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ada jajanan makanan yang selalu dilarang Ibu?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ada jajanan makanan yang sering dianjurkan Ibu untuk adik dibeli?
a. Ya
b. Tidak

iv

Anda mungkin juga menyukai