Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG

KARIES GIGI PADA ANAK

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Kepada
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Diploma III Keperawatan Gigi

Disusun oleh :
NADYA MENTARI AYU PUTRI
P1337425117065

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nadya Mentari Ayu Putri, NIM.P1337425117065


Dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Orangtua tentang Karies gigi pada
Anak” telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Semarang,15 November 2020

Pembimbing I

( Prasko. S, S.IT, M.H)

NIP.1981082 3200501 1005

Pembimbing II

( Salikun, S.Pd, M.Kes)

NIP.19620406 198803 1002


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nadya Mentari Ayu Putri, NIM.P1337425117065


Dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Orangtua tentang Karies gigi pada
Anak” telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 16 Januari 2020

Tim Penguji

(drg. Lanny Sunarjo, MDSc) Evaluator

NIP.19640604 199203 2002

(Prasko. S, S.IT, M.H) Pembimbing I

NIP.1981082 3200501 1005

(Salikun, S.Pd, M.Kes) Pembimbing II

NIP.19620406 198803 1002

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi

Tri Wiyatini, S.KM, M.Kes(Epid)

NIP.19700105 199101 2001


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………… iv

DAFTAR TABEL…………………………………………….... v

DAFTAR GAMBAR…………………………………………… vi

INTISARI..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN……………………………… 1

A. Latar Belakang………………….………….. 1
B. Rumusan Masalah…………….………….… 2
C. Tujuan Penelitian………..……………..…… 3
D. Manfaat Penelitian…………………….…..... 3
E. Keaslian Penelitian………...……….……….. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………….…............ 5

A. Pengetahuan …………………………..……. 5
B. Karies………………….……………..…....... 10
C. Kerangka Konsep……………………..……. 17
D. Pertanyaan Penelitian……….………….…... 18

BAB III METODE PENELITIAN……………………….. 19

A. Jenis Penelitian……………………………… 20
B. Sumber Penelitian…………………………… 20
C. Instrumen penelitian...................……………. 21
D. Prosedur pelaksanaan penelitian...................... 21
E. Pengumpulan data……………..…………….. 22
F. Tujuan penelitian.............................................. 23

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Orangtua...................................... 24

B. Karies Gigi........................................................ 26
BAB V PENUTUP

KESIMPULAN..................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian………………………………. 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karies gigi………………………………………… 10

Gambar 2.2 Faktor penyebab karies………………….……..… 11

Gambar 2.3 Makanan sehat dan merusak gigi……………..…. 15

Gambar 2.4 Teknik menyikat gigi………………………..…… 16

Gambar 2.5 Sebelum dan sesudah fissure sealent……..…….. 16


INTISARI

Nadya Mentari,2020. Pengaruh Pengetahuan Orangtua tentang Karies Gigi


pada Anak. Pembimbing 1 : Prasko. S, S.IT, M.H. Pembimbing 2 : Salikun,
S.Pd, M.Kes.

Kata Kunci : Pengetahuan , Orangtua, Karies Gigi pada anak

Anak usia prasekolah yaitu 3-5 tahun memiliki persentase karies yang tinggi
yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia prasekolah yaitu
frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung fluor,
jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling
penting adalah Pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta
kesadaran untuk membimbing anak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mereview literatur “Pengaruh pengetahuan


orangtua tentang karies gigi anak” penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitiatif, dan jenis penelitian yang digunakan dalam kepustakaan
(library research) Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, pada
penelitian ini penulis berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data
dan informasi yang diperlukan

Penelitian yang dilakukan oleh (Yulianti dan Abi, 2011) diketahui terdapat
hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Orangtua dengan kejadian karies
gigi pada anak. Penelitian ini jika dihubungkan dalam hasil penelitian (S
Rahayu, 2016) dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada
tingkat pendidikan rendah yaitu 34 orang (68%) sedangkan 16 orang (32%)
berada pada tingkat pendidikan tinggi. Hasil di atas diperkuat dengan hasil uji
statistik bivariat dengan menggunakan chi square dengan α = 5% (0,05)
diperoleh p sebesar 0,001 sehingga p < 0,05, dimana ada hubungan tingkat
pendidikan dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mancasan

Hasil kesimpulan penelitian literatur review yang diperoleh, dapat ditarik


kesimpulan yaitu terdapat pengaruh pengetahuan orangtua tentang karies gigi
pada anak, jika orangtua memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi mereka
cenderung memperhatikan kesehatan gigi anak sedangkan orangtua yang
kurang memiliki pengetahuan terhadap kesehatan gigi lebih acuh akan keadaan
kesehatan gigi anak, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap upaya
perawatan kesehatan gigi dan nutrisi makanan berserat yang dapat mencegah
karies.
KATA PENGANTAR

Puji syukir atas berkat dan karunia Tuhan YME sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah berjudul “ Pengaruh Pengetahuan Orangtua
tentang Karies Gigi pada Anak”. Karya tulis ini disusun unyuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan
Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan serta


pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menemukan
berbagai kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
baik material maupun moral, maka karya tulis ini dapat terselesaikan. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Marsum, BE S.Pd., MHp, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Semarang
2. Tri Wiyatini, SKM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
3. Prasko, S.Si.T,M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Gigi dan pembimbing I karya tulis ilmiah
4. Salikun S.Pd, M.Kes, selaku pembimbing II karya tulis ilmiah
5. Dosen Program studi D III Keperwatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang yang telah memberikan ilmunya
6. Keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan memberi
semangat selama pengerjaan karya tulis ilmiah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang
(Notohartojo & Ghani, 2015). Gigi merupakan satu kesatuan dengan
anggota tubuh yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi
kesehatan anggota tubuh lainya, sehingga akan mengganggu aktivitas
sehari-hari (Rakhmatto,2017)
Upaya kesehatan gigi dinilai dari beberapa aspek, salah satunya
pengetahuan, pengetahuan adalah hasil ranah tahu dan ini terjadi karena
seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, melalui
pancaindra pendengaran(telinga) dan indra pengelihatan(mata)
(Notoatmodjo,2010). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun
secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan(Rakhmatto,2017)
Peran serta orangtua sangat diperlukan untuk membimbing memberi
pengertian , mengingatkan, menyediakan fasilitas kepada anak agar
anak dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Selain itu orangtua
juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya
akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orangtua
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan
tersebut dapat diperoleh baik secara alami maupun secara terencana
yaitu melalui proses pendidikan. Orangtua dengan pengetahuan rendah
mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari
perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak
(Widayati, Nur, 2014)
Karies gigi terdapat diseluruh dunia, tanpa memandang umur,
bangsa, ataupun keadaaan ekonomi. Menurut penelitian di Negara-
negara eropa, amerika dan asia. Termasuk indonesia ternyata 80-95%
anak di bawah 18 tahun terserang karies(Tarigan, Rasinta. 2013). Karies
gigi merupakan email dan dentin yang hancur, serta lubang pada gigi.
Karies gigi pada anak akan membawa dampak pada pertumbuhan dan
perkembangan gigi. Karies gigi yang tidak mendapatkan penanganan
cepat dapat menyebabkan pembengkakan pada wilayah gigi
(Gunadi,2011).
Prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia masih sangat besar,
berdasarkan RISKESDAS(Riset Kesehatan Dasar)2018. Sebanyak
57,6% orang Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut. Gawatnya,
angka anak-anak yang mengalami masalah gigi menurut RISKESDAS
2018 mencapai 93%. Salah satu penyebab tingginya prevalensi karies
gigi anak Indonesia adalah karena karies ini bisa terjadi pada siapa saja.
Anak usia prasekolah yaitu 3-5 tahun memiliki persentase karies
yang tinggi yaitu 40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia
prasekolah yaitu frekuensi menyikat gigi anak, suplai air yang kurang
mengandung fluor, jauhnya jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi,
diet dan yang paling penting adalah pengetahuan orang tua mengenai
kesehatan gigi dan mulut serta kesadaran untuk membimbing
anak(Purwaka, 2014)
Berdasarkan studi literatur purwaka, 2014 yang mengatakat bahwa.
Pengetahuan orangtua sangat penting dalam mendasari terbentuknya
perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan
mulut anak serta tingginya prevalensi karies gigi pada anak menurut
RISKESDAS 2018. Keadaan tersebut menarik perhatian penulis untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pengetahuan Orangtua
tentang Karies Gigi pada Anak ”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana review litetarur tentang Pengaruh Pengetahuan orangtua
tentang karies gigi pada Anak ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mereview literatur “pengaruh
pengetahuan orangtua tentang karies gigi pada anak” dengan cara
mengkaji hasil-hasil dari penelitian terdahulu menggunakan jurnal
atau buku yang ada kaitannya dengan judul penelitian
2. Tujuan khusus
a. Mereview literatur pengaruh pengetahuan orangtua tentang
karies gigi pada anak
b. Mereview literatur karies gigi pada anak
c. Mereview tentang keadaan ekonomi dan status pendidikan
d. Mereview dampak yang di akibatkan oleh karies gigi

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian kesehatan
khususnya mengenai Pengaruh Pengetahuan Orangtua tentang
Karies Gigi pada Anak

2. Bagi Responden
Dapat mengetahui Pengaruh Pengetahuan Orangtua tentang Karies
Gigi pada Anak, serta diharapkan dapat melaksanakan upaya-upaya
pencegahan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut
E. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain :
Tabel 1.1 Keaslian penelitian

JUDUL VARIABEL VARIABEL SUBJEK HASIL


BEBAS TERIKAT
Widayati, Nur. Faktor Karies gigi Anak usia bahwa faktor
yang
2014. Faktor 4-6 tahun
memiliki
yang hubungan yang
kuat adalah
berhubungan
kebiasaan
dengan karies memberi makan
manis, lengket,
gigi pada anak
dan minum susu
usia 4-6 tahun. dengan nilai P =
0,504.
Jurnal Berkala
Sedangkan
Epidemiologi, 2, faktor yang
memiliki
196–205.
hubungan yang
lemah yaitu
kebiasaan
pemeliharaan
kebersihan gigi
anak dan
kebiasaan
pemeriksaan
gigi dan mulut
anak
Purwaka, D, P. Pengetahuan Angka karies Anak TK Hasil uji
2014. Hubungan ibu laksmi menunjukan
Antara Tingkat bahwa variabel
Pendidikan, pengetahuan
Pengetahuan, ibu memiliki
dan Perilaku Ibu hubungan yang
Terhadap Status signifikan
Karies Pada dengan status
Anak Usia karies gigi anak
Prasekolah di pra sekolah
TK Laksmi, pada tingkat
Kartasura, Kab. signifikan 95%
Sukoharjo. sedangkan
Surakarta. tingkat
Skripsi, UMS pendidikan dan
perilaku ibu
tidak.
Pengaruh Pengetahuan Karies gigi Anak
pengetahuan orangtua anak
orangtua tentang
karies gigi pada
anak

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah ranah hasil yang terjadi karena
seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,
melalui panca indra manusia. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia. yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan
telinga (Rompis, dkk. 2016)
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-
beda. Secara garis besar dibagi dalam enam tingkatan pengetahuan,
yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang
diperlajari sebelumnya. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan.
2) Memahami (comprehension)
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang
untu menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan atau memisahkan. Kemudian mencari hubungan antara
bagian-bagian yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadapa suatu objek
tertentu.
Pengetahuan orangtua sangat penting dalam
mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung terhadap kesehatan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alamiah maupun
terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Orangtua dengan
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang rendah
merupakan factor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Yulianti &
Muhlisin. 2017)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :


1) Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat
menuntukan kematangan seseorang. Baik dalam berfikir,
bertindak, maupun belajar. Kematangan dalam berfikir
seseorang yang dapat mempengaruhi baik pengetahuan,
sikap, maupun praktik seseorang, karena tahapan kehidupan
yang telah dijalani seseorang dapat memberikan suatu
pengalaman yang tidak mudah dilupakan(Yulianti &
Muhlisin. 2017)
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir sesorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Dalam
kehidupan individu mengalami kejadian dan peristiwa yang
datang silih berganti, tidak sedikit yang merekam kejadian
atau peristiwa tersebut dan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan pengalaman
yang dimiliki responden dalam kehidupan sehari-hari akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. (Yulianti &
Muhlisin. 2017)
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi pikiran seseorang. Seseorang yang
berpendidikan ketika menemui suatu masalah akan berusaha
dipikirkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Orang yang berpendidikan cenderung akan mampu
berpikir tenang terhadap suatu masalah. Melalui proses
pendidikan yang melibatkan serangkaian aktivitas, maka
seorang individu akan memperoleh pengetahuan,
pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih tinggi
(Yulianti & Muhlisin. 2017)
3) Pekerjaan
Orangtua yang berkerja mempunyai banyak pilihan, ada
yang memilih bekerja di luar rumah ada juga yang memilih
bekerja di rumah seperti usaha rumahan. Jika orangtua
memilih bekerja diluar rumah, maka harus pandai-pandai
mengatur waktu untuk keluarga terutama seorang ibu karena
pada hakikatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu
mengatur urusan rumah tangga termasuk mengawasi,
mengatur, dan membimbing anak-anak (Yulianti &
Muhlisin. 2017)
Seseorang yang bekerja secara umum akan mendapatkan
pendapatan, sehingga segala aspek yang dibutuhkan
terutama dalam menunjang pencegahan maupun pengobatan
keluarga akan terpenuhi. Hal ini semua dengan model
Andersen dalam Notoatmodjo(2012), pekerjaan merupakan
hal untuk memperoleh pendapatan yang cukup untuk dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan
khususnya kesehatan gigi dan mulut.
Pada dasarnya berkerja merupakan suatu kebutuhan,
dengan berkerja keluarga dapat memenuhi kebutuhan baik
kebutuhan fisiologi dasar seperti, makan, minum, tempat
tinggal, pakaian, dan sejenisnya, maupun kebutuhan sosial
yaitu kebutuhan yang timbul dalam hubungan interaksi
seseorang dengan lingkungan untuk hidup yang lebih layak
dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga(Yulianti &
Muhlisin. 2017)
4) Minat
Suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang mendalam. Selain pendidikan
yang berpengaruh, pengetahuan seseorang dipengaruhi pula
oleh intelegensi, perhatian, dan minat seseorang. Dalam hal
ini khususnya bagi para orangtua dalam mendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan dan keingintahuan
responden untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
gigi dan mulut dari tetangga, teman, maupun berbagai media
massa seperti surat kabar, radio, televise, dan juga poster-
poster yang dipasang petugas kesehatan.
Sehingga dimungkinkan untuk meningkatkan
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut
meskipun pendidikan orangtua masih dalam kategori dasar
namun memiliki pengetahuan relative baik (Yulianti &
Muhlisin. 2017)
5) Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami sesorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan
untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek
tersebut maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya,
dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
6) Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi untuk pembentukan
sikap dan pribadi seseorang, saat masyarakat sekitar
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan maka akan terbawa juga kedalam diri seseorang
untuk menjaga diri termasuk kebersihan gigi dan mulut.
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat
membantu mempercepat seseorang dalam memperoleh
pengetahuan yang baru (Yulianti & Muhlisin. 2017)

c. Pengetahuan orangtua tentang karies gigi pada anak


Menurut (Wangidjaja.2014), orangtua perlu mengetahui
bahwa pembentukan gigi geligi dimulai sejak bayi masih
dalam kandungan yaitu pada minggu ke-6 kehamilan sampai
bayi lahir. Pertumbuhan gigi masih berlangsung terus
didalam rahang bayi dan tidak terlihat dari luar.
Sepanjang hidup kita pasti mengalami 2 kali masa/periode
pertumbuhan gigi :
a. Pertama : periode pertumbuhan gigi sulung usia 0-
24 bulan. Periode gigi sulung sampai usia 6 tahun,
kemudian gigi sulung mulai tanggal dan digantikan
dengan gigi permanen
b. Kedua : periode pertumbuhan gigi tetap usia 6-
12 tahun. Periode ini juga biasanya masih menjadi
terjadi periode gigi campuran, karena ada dua
macam gigi yaitu gigi sulung dan gigi permanen di
dalam rahang anak.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut.
Perilaku merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi
pola hidup yang di jalaninya. Proses pembentukan perilaku anak yang
baik di ajarkan oleh orangtua. Hal ini membutuhkan waktu, kemauan,
dan kemampuan dari orangtua untuk mengajarkan kepada anak.
Sejak erupsi gigi yang pertama, orangtua harus membersihkan
gigi tersebut setiap habis menyusui. Bila gigi bayi tidak dibersihkan
sejak awal maka saat usia 1-2 tahun gigi anak bisa rusak dan berlubang
sehingga akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Dan saat anak
dalam usia pra-sekolah maupun sekolah, mereka mulai belajar hidup
bermasyarakat dan berkembang. Pada usia ini mereka akan mengalami
banyak hal, antara lain:
1) Mengenal banyak teman
2) Sudah bisa diajak komunikasi
3) Mengeluarkan pendapat apa yang dia mau
4) Memulai memilih-milih apa yang dia sukai
5) Mengenal dan meminta banyak macam makanan
6) Mencontoh dan menirukan apa yang dilihatnya
Dampaknya akan berakibat menguntungkan atau merugikan
bagi kesehatan gigi anak. Hal-hal yang harus di perhatikan pada masa
ini :
1) Memilih makanan yang baik untuk kesehatan gigi anak
seperti buah-buahan dan sayuran
2) Mengurangi makanan yang dapat merusak gigi yaitu
makanan yang manis dan lengket seperti permen coklat
dan biscuit
3) Mengingatkan dan mengawaasi anak untuk menyikat
gigi yang baik dan benar minimal dua kali sehari, pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur
4) Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut anak
minimal enam bulan sekali ke klinik/dokter gigi

2. Karies
a. Pengertian karies
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan
gigi, plak atau biofilm, dan diet, khususnya komponen
karbohidrat yang difermentasikan oleh bakteri plak menjadi
asam, terutama asam laktat dan asetat sehingga terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu
untuk kejadiaannya(putri, dkk, 2015). Menurut Tarigan (2013),
karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure,
dan daerah interproksimal) dan meluas ke arah pulpa.
Gambar 2.1. Karies gigi

Sumber : Prasko, 2012


Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi,
yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh
aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan.Tandanya adalah demineralisasi jaringan
keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian
pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang
dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat
mungkinnya terjadi remineralisasi, pada stadium yang sangat
dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd & Bechal, 2013)

b. Faktor penyebab karies


Gambar 2.2 Faktor penyebab karies

Sumber .Selwitz,.dkk.2007
Karies terjadi bukan disebabkan karna satu kejadian saja
tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama
beberapa kurun waktu. Terjadinya proses karies disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Host atau
tuan rumah, mikroorganisme, substrat, dan waktu merupakan
faktor internal, sedangkan usia, jenis kelamin, perilaku,
pengetahuan dan sosial ekonomi merupakan faktor eksternal.
(Pintauli, 2010)
1) Faktor internal
a. Host atau tuan rumah
ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi
sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor
morfologi gigi(ukuran dan bentuk gigi), struktur
email, faktor kimia dan kristolografis pit dan fissure
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies
karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di
daerah tersebut terutama pit dan fissure yang dalam.
Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu
perkembangan karies.
b. Agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peran penting dalam
menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan, jika plak
tersebut dibiarkan semakin tebal maka hal ini akan
menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak
tersebut sehingga proses karies pun dimulai
c. Substrat atau diet
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan
plak karena membantu kembang biak dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada perrmukaan enamel.
Selain itu, dapat mempengaruhi metabolism bakteri
dalam plak, dengan menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain
yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
Hasil penelitian menunjukan bahwa orang yang
banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi,
sebaiknya pada orang diet yang banyak mengandung
lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali
tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting
menunjukan bahwa karbohidrat memegang peranan
penting dalam terjadinya karies

d. Waktu
Secara umum karies dianggap sebagai penyakit
kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu
beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavita cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
2) Faktor eksternal
a. Usia
Penelitian epdemiologi menunjukan terjadinya
peningkatan prevalensi karies sejalan dengan
bertambahnya umur, gigi yang paling terakhir erupsi
lebih rentan terkena karies,kerentanan ini meningkat
karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang
erupsi sampai mempunyai resiko karies yang paling
tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan
orangtua lebih beresiko terhadap karies akar.
b. Jenis kelamin
Dari hasil penelitian oleh milhahn-turkeheim pada
gigi terlihat bahwa persentase karies gigi pada
wanita lebih tinggi dibanding dengan
pria(Tarigan,2013), selama masa anak-anak dan
remaja wanita menunjukan nilai DMF yang tinggi
dari pada pria. Walaupun demikian oral hygiene
wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang
hilang lebih sedikit dibandingkan dengan pria.
c. Sosial ekonomi
Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial
ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan
dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada
kelompok sosial ekonomi tinggi. Pendidikan adalah
faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi status kesehatan, seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan
sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk
hidup sehat. Sebaliknya mereka yang kurang
pengetahuan tentang pentingnya akan hidup sehat
dapat mempengaruhi dalam menjaga kesehatan.
Sehingga hal inilah yang memicu status kesehatan
masyarakat golongan tersebut menjadi
rendah(Pintauli. 2010)

c. Proses terjadinya karies


Menurut (prasuda,dkk.2017) pengetahuan orangtua
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut
anak. Terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut,
karies gigi yang terjadi pada anak dapat bermula dari
pengetahuan orangtua yang menentukan sikap dan tindakan
mereka sehingga akan dicontoh oleh anak apa yang
dilakukan orangtuanya.

Tingkat pengetahuan orangtua sikap orangtua

Tindakan orangtua ditiru oleh anak

Di dalam mulut kita hidup berbagai macam bakteri.


Bakteri-bakteri ini ada yang berkumpul membentuk suatu
lapisan yang lunak dan lengket bernama plak yang menempel
pada gigi. Biasanya plak sangat mudah menempel pada
permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada
permukaan gigi, di sekitar tambalan gigi dan di batas antara
gigi dan gusi. Bakteri yang terdapat dalam plak bisa
mengubah gula atau karbohidrat yang berasal dari makanan
dan minuman menjadi asam yang bisa merusak gigi dengan
cara melarutkan mineral-mineral yang terdapat pada gigi.
Proses hilangnya mineral dari struktur gigi ini dinamakan
remineralisasi.
Pada dasarnya pencegahan plak yang utama adalah
melalui kesadaran dan kebiasaan menyikat gigi. Bila anda
membersihkan gigi dengan benar dan teratur, terutama di
sela-sela gigi, maka plak akan bersih sebelum mengeras.
Disini peran orangtua untuk mengajarkan dan membiasakan
anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dari sedini
mungkin agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut
terutama karies gigi

d. Pencegahan karies anak


Gigi berlubang biasanya bisa dicegah dengan cara
menjaga kebersihan gigi dan mulut dan memperkuat
pertahanan gigi dengan fissure sealent
1) Menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah cara
menghilangkan penyebab utama, yaitu plak. Setelah
dibersihkan plak akan muncul kembai karena bakteri
di dalam mulut kita tidak akan hilang 100%. Oleh
karena itu, rutinitas menyikat gigi, flossing,
menggunakan obat kumur juga dapat mengurangi
bakteri didalam mulut, mengurangi frekuensi
“ngemil” di antara jam makan ataupun dengan
mengunyah permen karet yang mengandung
xylitol,sangat diperlukan untuk mengendalikan
pembentukan plak yang ada di dalam mulut.
Memperbanyak makanan yang dapat menyehatkan
kesehat gigi dan mulut yaitu makanan yang berserat
dan berair seperti buah dan sayuran(makanan yang
menyehatkan) serta mengurangi makanan yang dapat
merusak gigi makanan manis dan lengket seperti
permen dan coklat(makanan yang merusak.

Gambar 2.3. Makanan yang menyehatkan (a) dan yang


merusak gigi (b)

a b
sumber : natureworldreport.com
2) Kurang terampil menyikat gigi, ada orang-orang yang
memiliki keterbatasan motorik dalam menyikat gigi. Orang-
orang seperti ini biasanya rentan terkena karies gigi apabila
tidak dibantu untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya. Dianjurkan bagi orang-orang seperti ini untuk
melakukan perwatan dengan fluoride. Selain itu, anak-anak
yang agak sulit untuk menyikat gigi dengan bersih juga
dianjurkan untuk melakukan perawatan fluoride juga.
Gambar 2.4. Teknik menyikat gigi yang baik

Sumber : pakargigi.com

Fissure sealent atau celah-celah yang ada di daerah


pengunyahan dengan keadaan yang cukup dalam maka
adalah tempat unntuk sisa makanan menempel kerena celah
yang dalam maka akan sulit untuk dibersihkan dengan
menyikat gigi saja, jika plak yang terdapat didalam celah
yang sulit dibersihkan maka lama kelamaan akan
membentuk lubang gigi.Untuk mencegahnya, biasanya
dokter akan mengajukan untuk melakukan fissure sealent
yaitu suatu perawatan untuk menutup celah-celah yang ada
pada daerah pengunyahan dengan bahan
tambalan(Ramadhan.2010)
Gambaran 2.5. sebelum dan sesudah perawatan fissure
sealent
Sumber : moderndentistry.com
Program pencegahan karies merupakan proses yang
kompleks dan melibatkan faktor-faktor yang tidak berkaitan.
Tujuan utama pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah
bakteri kariogenik. Pencegahan harus dimulai denngan
mempertimbangkan keseluruhan daya tahan paasien akan
infeksi yang akan disebabkan oleh bakteri kariogenik
meskipun kesehatan umum pasien, riwayat pemankaian
fluoride, dan fungsi system imun serta kelenjar saliva
memiliki suatu dam pak yang signifikan pada risiko pasien
akan karies, namun pasien sendiri dapat memiliki sedikit
kontrol atas faktor-faktor ini. Pasien umumnya mampu
mengendalikan faktor-faktor lainnya, seperti pola makan
kebersihan oral, penggunaan antimikroba, serta perawatan
gigi (Putri, dkk.2015)
B. Kerangka Konsep

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Pengetahuan Orangtua Karies gigi anak


tentang karies gigi

Variabel tak terkendali

Variabel Terkendali 1. Tingkat


pendidikan
2. Ekonomi
3. Status sosial
Orangtua

Gambar 2.6. Kerangka Konsep


Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti

C. Pertanyaan penelitian
Bagaimana Pengaruh pengetahuan orangtua tentang
karies gigi pada anak.
BAB III
METODE PENELI TIAN

A. Jenis penelitian
Menurut peneliti, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitiatif, dan jenis penelitian yang digunakan dalam kepustakaan
(library research), yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah
yang berkaitan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang
bersifat kepustakaan. Atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan
pendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan
Menurut M Nazir studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan, selanjutnya M Nazir juga menambahkan bahwa studi
kepustakaan merupakan langkah yang penting, dimana setelah seorang
peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan kajian yang berkaitan dengan teori topik penelitian. Dalam
pencarian teori peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber
kepustakaan dapat di peroleh dari buku, jurnal, majalah, hasil penelitian,
dan sumber lain yang sesuai. Bila telah memperoleh kepustakaan yang
relevan, maka segera disusun secara teratur untuk di pergunakan dalam
penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum
seperti mengidentifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka dan
analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik
penelitian
B. Sumber data penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan topik penelitian berupa jurnal dan
buku (text book).

C. Instrument
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, penelitian ini
penulis berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan
informasi yang diperlukan memilih sumber, data, melakukan
pengumpulan data, menafsirkan data, membandingkan data dari
berbagai literatur, dan membuat kesimpulan.

D. Prosedur pelaksanaan penelitian


Ada delapan langkah yang harus di tempuh oleh seorang peneliti dalam
melakukan penelitian
1. Mendaftar semua variabel yang perlu di teliti
2. Mencari setiap variabel pada subjek
3. Memilih deskripsi bahan-bahan yang di perlukan dari sumber-
sumber yang tersedia
4. Memeriksa indeks yang memuat variabel-variabel dan topik
masalah yang di teliti
5. Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel,
buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan
bahan yang relevan dengan maslah yang diteliti
6. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian
mereview dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urusan
kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang diteliti
7. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat,
diatur, dan ditulis kembali. Untuk keperluan ini biasanya peneliti
dapat menggunakan dua macam kartu, yaitu kartu bibliografi
dan kartu catatan. Agar dapat dibedakan, kedua kartu tersebut
dapat berbeda namanya. Kartu bibliografi dibuat untuk mencatat
keterangan dengan judul buku, majalah, surat kabar, dan jurnal.
Catatan pada kartu bibliografi berisikan nama pengarang, judul
buku, penerbit, dan tahun penerbitannya. Sedangkan pada kartu
catatan, peneliti dapat menulis kutipan (quotation) dari tulisan
tertentu, saduran, ringkasan, tanggapan atau komentae peneliti
terhadap apa yang telah dibaca.
8. Langkah terakhir, yaitu proses penulisan penelitian dari bahan-
bahan yang telah terkumpul dijadikan satu dalam sebuah konsep
penelitian

E. Pengumpulan data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, oleh karena itu
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan
data literer yaitu bahan-bahan yang koherem dengan objek-objek
pembahasan yang dimaksud (Arikunto, S 1990 : 4). Data yang ada
dalam kepustakaan tersebut di kumpulkan dan diolah dengan cara :
1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan
keselaran makna antara yang satu dengan yang lain
2. Organizing, yaitu mengorganisir data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah diperlukan
3. Penemuan hasil penelitian, yaitu melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan
kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah di tentukan
sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan
hasil jawaban dari rumusan masalah.
F. Tujuan studi kepustakaan
Peneliti melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama
dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sistematis
tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penelitian yang dilakukan dan diusahakan
menunjukan kondisi dari bidang ilmu tersebut. Studi kepustakaan yang
dilakukan sebelum penelitian bertujan untuk:
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah
yang akan diteliti
4. Untuk membuat uraian teoritik dan emperik yang berkaitan
dengan faktor, indikator, variabel dan parameter penelitian yang
tercermin di dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan
5. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang
yang akan diteliti
6. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan. Artinya hasil penelitian
terdahulu mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai hal
lain yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti
7. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu
masalah yang sudah pernah diteliti untuk menghidari agar tidak
meneliti hal yang sama
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan orangtua

Diketahui bahwa hasil literatur review menurut (Sariningrum, E.


2009) pengetahuan orangtua sangat penting dalam mendasari
terbentuknya sikap dan perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut
dapat diperoleh secara alami maupun secara proses pendidikan.
Orangtua yang memiliki pengetahuan rendah tentang kesehatan gigi
dan mulut merupakan faktor predesposisi dari sikap dan perilaku
yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. Sedangkan
menurut penelitian (Jayanti tahun 2012), yang menyatakan bahwa
tingkat pengetahuan orangtua tentang karies gigi menunjukan rata-
rata memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Menurutnya, pengetahuan
tentang kejadian karies tersebut merupakan besarnya pengetahuan
atau pemahaman orangtua tentang pengertian, sebab, gejala,
klasifikasi, faktor risiko, dan pencegahan karies gigi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang karies gigi
adalah lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal yang
memudahkan untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi
dan mulut khususnya karies gigi lewat media massa, penyuluhan dari
petugas kesehatan, dan iklan-iklan secara tidak sadar dapat
meningkatkan pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi dan
mulut khususnya karies gigi, pendapat ini diperkuat oleh
Jayanti,2012 bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
karies gigi pada anak, adalah kebiasaan-kebiasaan orangtua yang
kurang baik terhadap pemeliharaan kesehatan gigi anak. orangtua
sebenarnya memahami bahwa sebelum tidur anak seharusnya
menyikat gigi, namun setiap kali diajak menyikat gigi anak marah
atau ngambek, akhirnya ibu membiarkan anak tidur tanpa menyikat
gigi terlebih dahulu. Kebiasaan orangtua lainnya adalah kebiasaan
jajan dan mengonsumsi makanan dan minuman manis, ketika
orangtua mengonsumsi makanan dan minuman tersebut otomatis
anak juga ingin mengonsumsinya.

Menurut pendapat penulis sendiri, orangtua yang memiliki


pengetahuan yang baik didapat karena adanya pengalaman pribadi
dan kemudahan akses untuk mencari maupun mendapat informasi.
Sedangkan orangtua yang masih memiliki pengetahuan yang buruk,
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya antusiame dalam menjaga
kesehatan gigi atau bersifat mengabaikan kesehatan gigi

Menurut J Puntonuwu, dkk (2014) pengetahuan yang tepat


mempengaruhi tindakan kesehatan dalam meningkatkan kesehatan
khususnya kesehatan gigi dan mulut. Sebaliknya pengetahuan yang
kurang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut
termasuk karies. Faktor sosial ekonomi orangtua berhubungan
dengan status kesehatan gigi mereka. Peran aktif orangtua terhadap
perkembangan anak sangat diperlukan pada saat mereka masih
berada di bawah usia 5-6 tahun. Peran aktif orangtua tersebut yang
dimaksud adalah usaha langsung tehadap anak seperti membimbing,
memberi pengertian, mengingatkan, memberikan arahan, serta
menyediakan fasilitas terhadap anak mereka (Suherman, 2000)
Sedangkan menurut penelitian (Hamadi, 2015) yang menyatakan
bahwa orangtua yang bekerja cenderung kurang memperhatikan
kesehatan anak dan waktu kebersamaan dengan anak juga berkurang,
menurutnya orangtua perlu mengetahui, mengajarkan hal-hal yang
baik pada anak, serta melatih anak sejak dini untuk merawat gigi
sendiri. Sebaliknya bila orangtua memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai pencegahan karies, cenderung kurang memperdulikan
kesehatan gigi dan mulut anak sehingga dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Menurut penelitian Noreba (2015), bahwa
pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan, responden yang
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu luang
lebih banyak sehingga digunakan untuk menggali ilmu dan informasi
dari berbagai sumber tentang kesehatan. Hasil ini juga didukung
pendapat Yuliasri & Fatmawati (2014) bahwa pekerjaan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan individu yang
memiliki kesempatan untuk menambah ilmu dengan pengalaman
pekerjaan. Pekerjaan akan menghasilkan pendapatan seseorang,
sehingga seseorang yang berpendapat tinggi akan mengalokasikan
pendapatan untuk mencari tahu yang diinginkan

B. Karies gigi

Diketahui dari hasil penelitian Afriati, R.dkk (2017) Karies gigi


adalah penyakit pada gigi yang paling sering ditemui di
masyarakat.terjadinya karies disebabkan oleh serangkaian proses dan
faktor yang saling mempengaruhi selama beberapa waktu. Terdapat
empat faktor utama penyebab karies, keempat faktor tersebut adalah
host, mikroorganisme, substrat dan waktu. Sedangkan menurut
(Irma, 2013 : 18 ) karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi
yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui
perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Hasil ini juga di
jelaskan oleh (Mansjoer, 2000 : 151) yang menyatakan bahwa karies
merupakan suatu jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum)
yang bersifat kronik progresif dan disebabkan oleh aktifitas jasad
renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan ditandai dengan
demineralisasi jaringan keras diikuti kerusakan pada zat organiknya.
Kesehatan gigi menjadi hal yang penting, khususnya bagi
perkembangan anak. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh
(Sinaga tahun 2013) Karies gigi adalah salah satu gangguan
kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang
menempel pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran
gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah.
Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan
terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang
maksimal. Hasil lain juga di tulis oleh (Itjiningsih tahun 2002) yang
mengatakan bahwa karies gigi merupakan masalah yang penting
karena tidak saja menyebabkan keluhan sakit tetapi juga menyebakan
infeksi kebagian tubuh lainnya mengakibatkan menurunya
produktifitas tubuh. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi
kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar,
mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga
mempengaruhi status gizi dan gangguan pertumbuhan fisik.

Masalah terbesar yang dihadapi penduduk indonesia seperti juga di


negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) di samping
penyakit gusi. Karies gigi adalah suatu kerusakan jaringan gigi yang
mengakibatkan gigi berlubang. Karies gigi ditandai dengan adanya
kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang gigi).
Kebiasaan anak-anak yang suka makan makanan manis dan lengket
serta tidak melakukan sikat gigi sebelum tidur dapat mengakibatkan
gigi karies karena keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu
hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama
gula menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan
membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi,
lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk selama
20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan
jaringan keras gigi larut dan terjadi karies gigi. Perdani APN, (2018).
Menurut literatur penelitian Hamadi (2015) dalam jurnal e-Gigi
bahwa status karies gigi anak laki-laki lebih rendah dibandingkan
anak perempuan. Menurut pendapat Rizka & Muhlisin (2012) waktu
erupsi gigi anak perempuan lebih cepat 1-6 bulan dibandingkan anak
laki-laki disebakan oleh faktor hormonal yaitu pengaruh hormon
esterogen. Erupsi gigi yang lebih cepat mengakibatkan gigi lebih
lama terpapar makanan kariogenik. Sedangkan menurut pendapat
Nurfauzia (2017) menyatakan bahwa memasuki usia prasekolah (3-6
tahun) risiko anak mengalami karies sangat tinggi. Gigi susu lebih
mudah terserang karies dibanding gigi permanen karena enamel pada
gigi permanen lebih banyak mengandung mineral sehingga lebih
kuat dari gigi susu. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya
angka karies pada anak. Peningkatan prevalensi karies dihubungkan
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Anak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Ketika kebiasaan
tersebut tidak diimbangi dengan kondisi mulut yang baik maka dapat
meningkatkan jumlah bakteri kariogenik penyebab karies gigi
(Evanson,dkk,2010)
Sasaran secara menyeluruh tahun 2014 menurut WHO 90% anak
berumur <5 tahun bebas karies (Trimurni Abidin, 2010). Dalam
pencapaian target indonesia sehat 2010, dilakukan peningkatan status
kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk
melakukan pencegahan secara global.
Prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia masih sangat besar,
berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2018. Sebanyak
57,6% orang Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut. Gawatnya,
angka anak-anak yang mengalami masalah gigi menurut
RISKESDAS 2018 mencapai 93%. Salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies gigi anak Indonesia adalah karena karies ini bisa
terjadi pada siapa saja. Dampak yang terjadi bila sejak awal sudah
mengalami karies adalah selain fungsi pengunyahan yang terganggu,
rewel, gusi bengkak anak juga akan mengalami gangguan dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari, sehingga anak tidak mau makan
dan akibatnya yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak
dapat belajar karena tidak dapat berkonsentrasi sehingga
mempengaruhi kecerdasan. Akibat lain dari kerusakan gigi pada anak
adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran
darah, saluran pernafasan, saluran pencernaan apalagi bila anak
mengalami malnutrisi, hal tersebut menyebabkan daya tahan tubuh
anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Bila gigi
berlubang dan rusak maka dapat diramalkan gigi dewasanya tidak
akan sehat nantinya (Martapura, 2012). Ahli gigi telah meganjurkan
agar lebih banyak makan buah-buahan serta sayuran. Walaupun
begitu, makanan yang menimbulkan keasaman dalam mulut seperti
apel, tidak di anjurkan untuk di konsumsi pada waktu malam hari,
hal ini merupakan langkah pencegahan yang efektif pada anak
dengan gigi manis (sweet tooth). Sodikin(2011). Menggosok gigi
dengan menggunakan fluoride merupakan suatu tambahan dalam
pencegahan karies gigi (Nyvad, 2013), sedangkan menurut Agus
Sunsanto (2013) orangtua dapat membantu anaknya membersihkan
gigi jika anak belum dapat memegang sikat gigi. Setelah mampu
memegang sikat gigi sebaiknya orangtua mulai melatih cara
menggosok gigi yang benar. Orangtua juga perlu membatasi jenis
makanan manis dan lengket yang dikonsumsi oleh anak. Jika
terpaksa harus mengkonsumsi makanan tersebut maka anak harus
segera menggosok gigi atau setidaknya berkumur air putih

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yulianti dan Abi, 2011) diketahui
terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh Pengetahuan Orangtua
dengan kejadian karies gigi pada anak. Hasil penelitian ini jika dihubungkan
dalam hasil penelitian (S Rahayu, 2016) dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berada pada tingkat pendidikan rendah yaitu 34 orang (68%)
sedangkan 16 orang (32%) berada pada tingkat pendidikan tinggi. Hasil di atas
diperkuat dengan hasil uji statistik bivariat dengan menggunakan chi square
dengan α = 5% (0,05) diperoleh p sebesar 0,001 sehingga p < 0,05, dimana ada
hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian karies gigi pada anak balita di
Desa Mancasan. Sebagaimana yang dikutip oleh Mubarak, et al. (2007), bahwa
pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan. Di mana semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang
diperolehnya. Selain pendidikan ada faktor lain yang mempengaruhi antara lain
pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi. Menurut
Slameto (2003) dan Mubarak (2006) dalam Muhlisin, (2011) mengungkapkan
bahwa selain pendidikan yang berpengaruh pengetahuan seseorang ada pula
intelegensi, perhatian, minat seseorang. Dalam hal ini khususnya bagi para
orangtua dalam mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan keinginan
tahuan responden untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi dan
mulut dari tetangga, teman, maupun berbagai media massa seperti surat kabar,
radio, televisi dan juga poster-poster yang dipasang petugas kesehatan.
Sehingga meningkatkan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan
mulut meskipun pendidikan orang tua masih dalam kategori dasar namun
memiliki pengetahuan yang relatif baik
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasli kesimpulan penelitian literatur review yang diperoleh dapat
ditarik kesimpulan yaitu terdapat pengaruh pengetahuan orangtua tentang karies
gigi pada anak. Jika orangtua memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi
mereka cenderung memperhatikan kesehatan gigi anak sedangkan orangtua yang
kurang memiliki pengetahuan terhadap kesehatan gigi lebih acuh akan keadaan
kesehatan gigi anak, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap upaya
perawatan kesehatan gigi dan nutrisi makanan berserat yang dapat mencegah
karies, oleh karena sebagian besar orangtua yang memiliki status sosial yang baik,
maka hal tersebut juga memiliki pengaruh pengetahuan yang baik dalam merawat
gigi anak.

SARAN
Adapun saran dalam penelitian ini adalah yaitu, meningkatkan pengetahuan
orangtua mengenai gejala umum gigi berlubang tahap awal, anjuran menyikat gigi
yang baik dan melakukan evaluasi yang berkaitan dengan waktu menyikat gigi
anak, pengawasan jumlah pasta gigi yang digunakan serta waktu kunjungan ke
dokter gigi serta mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan
sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Kidd & Bechal. 2013. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya.


EGC: Jakarta, Indonesia
Notoatmodjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta,
Indonesia
Pintauli, Sondang dan Taizo Hamada. 2010. Menuju Gigi dan mulut sehat:
pencegahan dan pemeliharaan. USU Press: Medan
Putri, dkk. 2015. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan
pendukung gigi. EGC: Jakarta, Indonesia.
Ramadhan, Gilang .Ardyan. 2010. Serba-serbi kesehatan gigi dan mulut. Penerbit
Bukune: Jakarta, Indonesia
Rompis, dkk. 2016. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi
anak dengan tingkat keparahan karies anak TK di Kota Tahuna Manado. Jurnal
e-Gigi, 4, 46–52.
Tarigan, Rasinta. 2013. Karies gigi. Hipokrates:.Jakarta.
Wangidjaja, Itjiningsih. 2014. Anatomi gigi. EGC
Widayati, Nur. 2014. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada
anak usia 4-6 tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2, 196–205.
Yulianti & Muhlisin. 2017. Hubungan antara pengetahuan orangtua tentang
kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN V Jaten
Karanganyar. LPPMUMS, 25–34.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notohartojo, I, T., Ghani, L. pemeriksaan Karies Gigi Pada Beberapa
Kelompok Usia Oleh Petugas dengan Latar Belakang Berbeda di
Provinsi Kalimantan Barat. Buletin Penelitian, Vol. 43, No 4, Desember 2015:
257-264. Bogor
Purwaka, D, P. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,
dan Perilaku Ibu Terhadap Status Karies Pada Anak Usia Prasekolah di TK
Laksmi, Kartasura, Kab. Sukoharjo. Surakarta. Skripsi, UMS
Rakhmatto, E, C. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Kesehatan Gigi dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Pada Anak Usia
6-12 Tahun di Desa Mudal Temanggung. Surakarta. Skripsi, UMS
Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS, 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI 2018.
Noreba. 2015. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Siswa Kelas I dan
II SDN 005 Bukit Kapur Dumai Tentang Karies Gigi. Jom FK Volume 2
Nomor 2.

Nurfauzia. 2017. Gambaran Karakterristik Pada Anak Usia Praseklah (3-6)


Tahun dengan Karies Gigi di Ciputat Timur. Jakarta. Skripsi, Universitas Islam
Negeri Hidayatullah Jakarta

Jayanti, C, D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi


dengan Kejadian Karies Karies Gigi Pada Anak TK Aisyiyah
Kateguhanan Sawit Boyolali. Surakarta. Skripsi, UMS.

Hamadi, D, A., Gunawan, P, N., & Mariati, NN. 2015. Gambaran Pengetahuan
Orang Tua Tentang Pencegahan Karies dan Status Karies Murid SD Kelurahan
Mendino Kecamatan Kintom Kabupaten Banggi. Jurnal e-Gigi (eG),Vol.3
Nomor 1.

Rizka, P, Y., & Muhlisin, A. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua
Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak di
SDN Jateng Keranganyar. Surakarta. Skripsi, FIK UMS.

Syafriani, I., Sihombing, K.P., 2019. Gambaran Pengetahuan orangtua siswa


kelas 1 tentang karies pada molar satu permanen http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/3961/1241, Vol 6, No 1 (2019)  di akses
pada selasa 7 januari 2020
Ekoningtyas, E.A., Apriliani,U.S., Mardiati, E., 2014. Pengaruh Peran Ibu dalam
pemeliharaan Kesehatan gigi dan mulut terhadap Kejadian Karies Gigi pada
siswa kelas 1 SD Negeri Jubelan 02 kecamatan Sumowono.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/3301, Vol 1, No
1 (2014) di akases pada selasa 7 januari 2020
Shabani LF, Begzati A, and Dragidella F. The Correlation between DMFT and
OHI-S Index among 10-15 Years Old Children in Kosova.Journal of Dental and
Oral Health. 2015; 1(4):1-4.
Afiati R, Adhani R, Ramadhani K. Hubungan Perilaku Ibu Tentang Pemeliharaan
Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies Gigi Anak. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi. 2017; 2 (1): 1
Nyvad B. Role of dental hygiene, dalam Fejerskov O, Kidd EAM, Nyvad B,
Baelum V ed. Dental caries the disease and its clinical management 2nded.
Tunbridge Wells: Blackwell Munksgaard, 2008, 263 p
Maliderou M, Reeves S, and Noble C. The effect of social demographic factors,
snack comsumption and vending machine use on oral health of children living in
London.British Dent J. 2006; 201(7): 441-444.
Maulani C. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Elex Media; 2015. 15-22 p.
Fejerskov O, Kidd E. Dental Caries The Disease and its Clinical Management.
2nd ed. UK: Munksgaard Ltd; 2008. 122-123 p.
Sinaga A. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu dalamMencegah
Karies Gigi Anak Usia 1-5 Tahun Di Puskesmas Babakan Sari Bandung. Jurnal
Dama Agung. 2013.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Salemba Medika,
Jakarta.
Puntonuwu J, Mariati NW, Wicaksono DA. Gambaran status karies anak SD
Kelurahan Kinilow 1 Kecamatan Tomohon Utara. Manado: FKG Univ Sam
Ratulangi Manado. 2014. h. 3.
Suherman. Buku saku perkembangan anak. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000.
Martapura.2012.Skripsi Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Gigi
Dengan Kejadian Karies pada Anak Prasekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal II
PerumnasMadeLamongan.http://skripsi.hubungan.pengetahuan.ibu.dengan.gigi.k
aries.pada.anak.httml (diakses pada tanggal 20 Maret 2020 jam 20.15)
APN Perdani, Sikap Ibu tentang Pencegahan Gigi Karies pada Anak pra Sekolah
di TK AL-QODIRI KABUPATEN JEMBER. Jurnal MID-Z (Midwivery Zigot)
jurnal ilmiah..,2018- ejurnal.uij.ac.id
Sariningrum E. Hubungan tingkat pendidikan, sikap dan pengetahuan orang tua
tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak balita 3-5 tahun dengan tingkat
kejadian karies di paud jatipurno. 2009
Itjingningsih WH, Anatomi Gigi.Jakarta: EGC, 2002
Mansjoer, Arif. dkk.2000.Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Irma I, (2013). “Penyakit Gigi, Mulut dan THT”. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yulianti Rizka Puji Dan Abi Muhlisin. 2011.Hubungan antara Pengetahuan
Orangtua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi pada
Anak di SDN V Jaten Karanganyar. Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahayu Setyaningsih, Irfan Prakoso. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Sosial Ekonomi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang Perawatan Gigi
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak usia balita di Desa Mancasan Baki
Sukoharjo“KOSALA” JIK. Vol. 4 No. 1 Maret 2016.13
RIWAYAT HIDUP

Nadya Mentari Ayu Putri dilahirkan di Semarang, tanggal 28


Januari 1996, anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan
Bapak Ir.Kuswanto dan Ibu Menik Sugiarti. Pendidikan
Tamat SD tahun 2009, SMP tahun 2011, SMA tahun 2015.

Pendidikan berikutnya ia tempuh di Politeknik Kesehatan


Semarang. melanjutkan ke tingkat DIII Jurusan Keperawatan
Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang. bukan mahasiswa aktif
di bidang akademik maupun non akademik. Hidup sebagai
mahasiswa kuker “Kuliah dan Kerja” memiliki skill di bidang
ilmu kefarmasian dan bekerja sebagai Asisten Apoteker
selama kurang lebih dua tahun sebelum berkuliah.
Melanjutkan pendidikan pada keperawatan gigi dengan
modal ingin meningkatkan taraf hidup serta mendalami ilmu
tentang kesehatan gigi. Bekerja selama kuliah dengan
menjadi AA pada tahun awal semester dan menjadi part time
perawat gigi pada saat di butuhkan, guna mengasah dan
memperdalam ilmu keperawatan gigi. Tujuan hidup memiliki
satu unit apartemen dan bekerja di PBB pada bidang
kesehatan negara.

Anda mungkin juga menyukai