Oleh :
WILDA RAHMI
P07125217080
Proposal Skripsi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahNya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul ” Hubungan Pengetahuan Dengan Status
Gingiva Pada Remaja SMA Negeri 1 Delima Kabupaten Pidie.”
2. Ibu Andriani, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Aceh.
3. Ibu Sisca Mardelita S.Si.T, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan
banyak bimbingan dan saran dalam penyususnan skripsi.
4. Ibu Elfi Zahara, SST, MKM selaku penguji II yang telah memberikan
banyak bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.
ii
DAFTAR ISI
A. Pengetahuan ..........................................................................................9
1. Pengertian Pengetahuan ....................................................................9
2. Tingkat Pengetahaun ........................................................................10
3. Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................................11
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.........................................13
5. Pengukuran Pengetahuan ..................................................................16
B. Gingiva .................................................................................................17
1. Pengertian Gingiva ...........................................................................17
2. Anatomi Gingiva .............................................................................18
3. Gambaran Klinis Gingiva .................................................................21
4. Penilaian Status Gingiva ...................................................................24
C. Kerangka Konsep ...................................................................................30
iii
a. Kerangka Konsep ............................................................................31
b. Definisi Operasional .........................................................................32
c. Hipotesis ..........................................................................................32
B. Metodologi Penelitia ..............................................................................33
a. Jenis Dan Desain Penelitian ..............................................................33
b. Populasi Dan Sampel Penelitian .......................................................33
c. Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................33
d. Instrument Penelitian ........................................................................34
e. Teknik pengumpulan Data ................................................................34
f. Pengolahan Data ...............................................................................34
g. Analisi Data......................................................................................35
h. Jadwal Penelitian ..............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABLE
Table 2.2 Menentukan relasi skor tertinggi dengan kategori kebutuhan perawatan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara
umum. Kesehatan rongga mulut diukur dari kebersihan mulut, karena sumber
penyakit diawali dengan buruknya kebersihan mulut. Penyakit gigi dan mulut
terutama karies dan penyakit periodontal masih banyak diderita baik oleh anak-
awal masa kedewasaan. Remaja merupakan masa transisi dari anak menuju
dewasa atau dikenal sebagai remaja pubertas. Dalam masa pubertas seorang anak
remaja akan mengalami berbagai hal kritis dalam tumbuh kembang menuju
Anak remaja berusia 14-15 tahun telah memiliki gigi permanen yang sudah
ada sejak 3-9 tahun dalam rongga mulut, sehingga pemeriksaan gingiva akan lebih
mengenai status gingiva belum banyak diteliti pada kelompok usia tersebut,
gigi dan mulut merupakan bagian intergral dari kesehatan tubuh secara
1
2
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum. Hal yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah kebersihan gigi dan mulut, untuk
mencapai kesehatan gigi yang optimal dapat dilakukan perawatan secara mekanis
gingiva bengkak 14,0% dan gingiva mudah berdarah 13,9% (Rasni et al., 2020).
mencapai 37,58% dan hanya 2,8% masyarakat di Indonesia menyikat gigi sesuai
Semua orang menginginkan kehidupan yang sehat dan terbebas dari berbagai
jasmani, rohani dan sosial ekonomi. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
dari kesehatan jasmani yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan
memengaruhi tubuh secara keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut mencakup gigi
dan jaringan pendukungnya. Jaringan pendukung gigi salah satunya gingiva yang
dibentuk oleh jaringan berwarna merah muda, melekat dengan kokoh pada tulang
satu penyebab gingivitis adalah plak yang menempel pada gigi. Gingivitis yang
kajian-kajian epidemiologi kesehatan gigi dan mulut pada kelompok usia 12-15
tahun dan ditetapkan sebagai pemantauan global serta merupakan usia kritis untuk
yang sering dijumpai adalah penyakit radang gusi atau gingivitis. Data dari WHO
2007 juga menyebutkan bahwa prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 5-14
tahun 84,37 pada remaja berusia 14 tahun yang ditandai dengan susunan gigi yang
tidak teratur atau faktor hormonal. Hal ini dapat mempengaruhi oleh pengetahuan
dan keadaan jaringan periodontal. Faktor lain mungkin saja disebabkan oleh
tingkat pengetahuan dan kebersihan gigi dan mulutnya, semakin buruk tingkat
2019)
merupakan hal yang sangat penting karena pengetahuan sebagai domain kognitif
dari proses penginderaan terhadap objek tertentu baik secara alami maupun
terencana yaitu melalui ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.
Praktik dan tindakan yang dilakukan sebagai bentuk pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut antara lain: menyikat gigi, pemilihan sikat gigi, menggunakan pasta
terjadi pada gingiva seperti gingival mudah berdarah atau bahkan terasa gatal pada
Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi prosesus
alveolaris dan mengelilingi bagian servikal gigi. Gingiva normal ditandai dengan
warna merah muda dan konsistensi kenyal serta tekstur yang berbentuk stippling
atau seperti kulit jeruk. Jaringan gingiva yang mengalami peradangan tanpa
disertai kehilangan tulang dan perlekatan jaringan ikat disebut sebagai gingivitis.
Kerusakan yang terjadi pada gingivitis bersifat reversibel ditandai dengan adanya
Berdasarkan hasil observasi awal pada 10 orang siswa SMA Negeri 1 Delima,
ada 6 orang siswa mengalami gingiva berdarah saat melakukan sikat gigi dan 4
Kabupaten Pidie.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan pengetahuan dengan status
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
Kabupaten Pidie
Kabupaten Pidie
D. Ruang lingkup
E. Mamfaat Penelitian
1. Mamfaat Teoritis
remaja
2. Mamfaat praktis
a. Peneliti
b. Masyarakat
c. Institusi Sekolah
F. Keaslian penelitian
G. Sistematika Penulisan
1. BAB 1 (PENDAHULUAN)
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
d. Ruang lingkup
e. Manfaat penelitian
1. Manfaat teori
2. Manfaat praktis
f. Keaslian skripsi
a. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
b. Tingkat pengetahuan
e. Pengukuran pengetahuan
b. Gingiva
a. Pengertian gingiva
b. Anatomi gingiva
9
1. Kerangka konsep
2. Definisi operasional
3. Hipotesis
b. Metodologi penelitian
4. Instrument penelitian
6. Jadwal penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Tetapi sebagian besar melalui suatu proses yaitu proses belajar dan
sesuatu hal, bantuan alat misalnya buku dan sebagainya(S. Notoadmodjo , 2012)
pengalaman orang lain. Namun perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua
benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan
berfikir kritis dan logis. Pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan suatu
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
9
10
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word health
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
et al., 2015).
1) Tahu (Know)
mengingat kembali (recall). sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
2) Memahami (Comprehension).
3) Aplikasi (Application).
11
4) Analisa (Analysis).
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
objek tersebut
5) Sintesis (Synthesis)
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemapuan untuk menyusun
6) Evaluasi (Evaluation).
berikut :
12
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain
Prinsip dari cara ini ialah dengan menerima pendapat yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa terlebih dahulu menguji atau
pada penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena menerima dan menganggap
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses
1) Umur
Usia adalah umurr yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai
2) Pendidikan
3) Lingkungan
4) Pekerjaan
5) Sosial ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian variabel ini
6) Kebudayaan
5. Pengukuran pengetahuan
56) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket atau
koesiner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahuai atau
dengan wawancara atau angket yang yang ingin diketahui atau diukur dapat
penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian
menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup (56 – 75%)
B. Gingiva
1. Pengertian Gingiva
Gingiva sering kali dipakai sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena
yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi.
Pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas dari puncak marginal gingiva
antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan
mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaannya licin atau
halus mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibular mandibula maupun
maksila serta permukaan oral mandibula. Gingiva mengelilingi gigi dan meluas
satu sama lain melalui gingiva yang berada di ruang interdental iniPutri MH,
2. Anatomi Gingiva
Secara anatomis gingiva dibagi menjadi dua bagian, yaitu gingiva cekat
(attached gingiva) dan gingiva tidak cekat (unatatached gingiva)yang terdiri atas
gingiva bebas (free gingiva) dan marginal gingiva(Novi Khila Firani dkk, 2020).
Tetapi untuk kepntingan klinis yang khusus, bagian gingiva yang berada di
ruang interdental, dipisahkan secara klinis sebagai suatu bagian khusus dari
gingiva. Hal ini disebabkan baian gingiva tersebut di gunakan sebagai indicator
yang paling akurat untuk mengetahui terjadinya penyakit gingiva sedini mungkin.
bagian, yaitu papilla interdental, marginal gingiva, sulkus gingiva, dan gingiva
gingiva merupakan bagian gingiva yang tidak melekat erat pada gigi,
mengelilingi daerah leher gigi, membuat lekukan seperti kulit kerang. Batas antara
marginal gingiva dengan gingiva cekat merupakan sutau lekukan dangkal yang di
namai free gingiva groove. Free gingiva grooveini dapat dipakai sebagai
Marginal gingiva ini bentuknya agak condong kearah gigi dan ujung
tepinya tipis serta mebulat. Dalam arah mesio-distal, gingiva margin menunjukan
marginal gigiva tidak melekat erat ke gigi, dinding lateral dai margin gingiva ini
merupakan dinding dari sulkus gingiva. Kedalam sulkus gingiva ini dapat di
masukkan sonde atau probe dengan jalan merenggangkan gingiva secara hati-
b. Sulkus gingiva
Sulkus gingiva merupakan suatu celah antar gigi dan marginal gingiva.
Celah ini kearah mesial dibatasi oleh permukaan gigi dan kearah lateral dibatasi
oleh epithelium marginal gingiva sebelah dalam. Bagian dalam celah yang
berbentuk seperti huruf V ini dan kedalamannya berkisar antar 0-6 mm dan rata-
rat 1,8 mm. Sulkus gingiva dapat bertambah dalam karena adanya proses
dan kemunduran dari sel-sel epitel attachment. (Novi Khila Firani dkk, 2020).
Sulkus gingiva berisi cairan yang berasal dari jaringan pengikat gingiva.
Cairan ini merembes keluar melalui epithelium sulkus. Cairan ini berfungsi
cairan ini mengandung plasma protein, anti mikroorganisme, anti body untuk
pertahan gingiva dan medium organisme. Pada sulkus yang normal cairan ini
c. Papila interdental
mengisi ruangan interdental, yaitu ruangan di antara dua gigi yang letaknya
berdekatan dari daerah akar sampai titik kontak. Papila interdental ini terdiri atas
bagian lingual dan bagian masial. Bagian samping menunjukan batas yang di
bentuk oleh gingiva bebas dari dua gigi yang berdekatan dan bagian tengah dari
papila interdental di bentuk oleh gingiva cekat(Novi Khila Firani dkk, 2020).
d. Gingiva cekat
gingiva groove sampai ke parutan mukogingiva. Gingiva cekat ini melekat erat ke
sementum mulai dari sepertiga bagian akar periosteum tulang alveolar. Pada
permukaan gingiva cekat ini terdapat bintik-bintik atau lekukan kecil seperti
lesung pipi yang di sebut stipling. Stipling ini mengakibatkan permukaan gingiva
cekat terlihat seperti kulit jeruk. Stipling di sebabkan oleh adanya tarikan serat-
serat kolagen pada jaringan gingiva cekat ke sementum atau tulang(Novi Khila
Lebar gingiva cekat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain,
juga atara satu gigi dengan gigi yang lain di dalam mulut yang sama. Lebar
gingiva cekat pada rahang bawah berkisar antara 3,3-3,9 mm dan pada rahang atas
berkisar antara 3,5-4,5 mm. Umumnya gingiva cekat yang paling lebar dijumpai
pada region anterior dan semakin menyempit kea rah region posterior. Gingiva
cekat ini paling sempit dijumpai pada region premolar satu rahang bawah, yaitu
berkisar 1,8 mm dan pada rahang atas berkisar 1,9 mm. Keadaan ini sering di
hubungkan dengan pelekatan otot maupun frenulum yang ada pada daerah
tersebut, sedangkan lebar di daerah palatal tidak mungkin di ukur, karena sulit
membedakan antar batas akhir gingiva cekat dan permulaan mukosa pada bagian
Fungsi dari gingiva cekat adalah menahan jika ada tekanan mekanik yang
terjadi selama pengunyahan, bicara, dan sikat gigi. Selain itu, juga berfungsi
melindungi lepasnya gingiva bebas pada saat adanya tkanan yang menuju ke
perubahan patologis yang tejadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit.
Batas-batas gambaran klinis gingiva normal ini tidak mempunyai patokan yang
jelas, karena gambaran klinis gingiva normal tersebut sangat bervariasi dari
individu yang satu ke individu yang lain. Adapun gingiva yang normal dapat di
1. Warna gingiva
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini di
sebabkan oleh adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium
serta sel-sel pigmen. Warna ini bervarisai untuk setiap orang dan erat huungannya
individu yang berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva cekat berkisar dari coklat
sampai hitam. Warna pigmentasi pada mukosa alveolar lebih merah, karena
mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis. (Putri,
2013).
2. Besar Gingiva
pasokan darah. Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering
3. Kontur Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi, kedaan ini dipengaruhi oleh
bentuk dan susunan gigi geligi pada lekungnya, lokalisasi dan luas area kontak
2013).
24
4. Konsistensi
5. Tekstur
keringkan. Stipling ini bervariasi dari individu ke individu yang lain dan pada
permukaan yang berbeda pada mulut yang sama. Stipling akan lebih jelas terlihat
permukaan marginal gingiva tidak terdapat stipling. Stipling ini terjadi karena
ikatan serat kolagen yang melekat pada papilla jaringan pengikat gingiva cekat.
(Putri, 2013).
periodontal dalam servei. Selain itu juga dapat digunakan untuk melihat kondis
periodontal. Adapun tujuan dari penilaian CPITN ini untuk mengetahui tingkat
Gambar
c. Jika pada sektan hanya ada satu gigi saja, gigi tersebut di masukkan ke
sextan sebelahanya
e. Penilaian untuk satu sektan adalah keadaan yang terparah atau skor
76 1 67
76 1 67
27
6 1 6
6 1 6
1. Jika salah satu gigi molar indexs tidak ada, tidak perlu di lakukan
2. Jika dalam sektan tidak terdapat gigi indexs semua gigi yang ada dalam
mengetahui adanya:
1. Pendarahan
2. Karang gigi
Cara mengetahuinya:
a. Ujung sonde di tekan di daerah kulit di bawah kuku ibu jari tangan
c. Perabaan dengan ujung sonde dari distal ke arah mesial abik untuk
Table 2.1
Penilaian (skor) tingkat kondisi jaringan periodontal
Table 2.2
Menentukan relasi skor tertinggi dengan kategori kebutuhan perawatan tenaga dan
type pelayanan
Keterangan :
EIKM = Edukasi Intruksi Kesehatan Mulut
SK = Scalling
PK = Perawatan Komplek
30
C. Kerangka Konsep
berikut :
Pengetahuan
Status Gingiva
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dari aspek lingkungan,
termasuk pencegahan dan perawatan. Dalam hal ini contohnya siswa-siswi yang
masih belum banyak memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang kesehatan
kesehatan gigi dan aturan yang ada dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan
Masalah kebersihan gigi dan mulut serta gingiva sering terjadi pada anak
kelompok umur 12-15 tahun, yang merupakan usia kritis untuk pengukuran
karena gigi tetap yang menjadi indeks penelitian telah seutuhnya bertumbuh.
Kebersihan gigi dan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya
31
32
berikut:
Kerangka konsep
b. Definisi Operasional
c. Hipotesis
B. Metodologi Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa di kelas X Ipa 1 SMA
2. Sampel
1. Tempat Penelitian
2. Lokasi Penelitian
d. Instrument Penelitian
1. Data Primer
b. Hasil pemeriksaan CPITN menggunakan alat diagnose set, KSP, dan hasil
Pidie
2. Data Sekunder
Data ini di peroleh dari pencatatan data umum dari sekolah yang di
f. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
3. Data Entry
pertanyaan
4. Tabulating
g. Analisis data
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
status gingival yaitu dengan menggunakan SPSS berupa uji statistik chi
h. Jadwal penelitian
WAKTU
Nov Des Januari Februari Maret
NO KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
1 TA
2 Seminar Proposal TA
3 Revisi Proposal TA
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan Penelitian
Pelaksanaan
6 Penelitian
7 Pengolahan Data
8 Laporan TA
9 Sidang TA
Revisi Laporan TA
10 Akhir
Table 3.2 : Jadwal penelitian
37
DAFTAR PUSTAKA
Bina, P., Kendari, H., Gigi, P. D. K., & Tenggara, S. (2019). Hubungan Status Kesehatan
Gingiva Terhadap Penggunaan Tusuk Gigi Asmawati dan Adriatman Rasak, 2019, Hal. 99
– 105. 8(September).
Dra. Zulmiyetri, M.Pd., ndddurffaS, M.df. ,Dr. Nurhastuti, M. P. (2020). Penulisan Karya
Ilmiah. Stkip Siliwangi Bandung.
Edhita, M. S., & Zurbardiah, L. (2020). Distribusi Gingivitis Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal
Kedokteran Gigi Terpadu, 2(1), 31–36.
Faot, M. I., & Wawan. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Gigi Dengan Motivasi
Untuk Melakukan Penumpatan Karies Gigi (Pada Pasien di Poli Gigi Puskesmas Kota Soe).
Doctoral Dissertation, Jurusan Keperawatan Gigi, 9–33.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf
Gigi, J. K., Maida, D. C., Adhani, R., Studi, P., Kedokteran, F., Universitas, G., & Mangkurat, L.
(2017). GINGIVA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH Tinjauan Terhadap Siswa MTs di
Kabupaten Barito Kuala. I(1), 6–10.
Kusumawardhani, I. (2016). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Status Periodontal.
Poltekkes Kememkes Yogyakarta, 4(2), 8–22. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/
Lesar, A. M., & Pangemanan, D. H. C. (2015). GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN
MULUT SERTA STATUS GINGIVA PADA ANAK REMAJA DI SMP ADVENT. 3.
Lintang, J. C., Palandeng, H., & Leman, M. A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Tingkat Keparahan Karies Gigi Siswa Sdn Tumaluntung
Minahasa Utara. E-GIGI, 3(2). https://doi.org/10.35790/eg.3.2.2015.10370
Putri MH, Herijulianti Eliza, N. N. (2010). Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. In Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Ramadhan, A., & dkk. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
Terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1 Marabaha. Kedokteran Gigi, 1(2), 176.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/view/567
Rasni, N. D. P., Khoman, J. A., & Pangemanan, D. H. C. (2020). Gambaran Kebiasaan Menyikat
Gigi dan Status Kesehatan Gingiva pada Anak Sekolah Dasar. E-GIGI, 8(2), 61–65.
https://doi.org/10.35790/eg.8.2.2020.29905
Rosmalia, D., & Minarni. (2017). Gambaran Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Dan Kondisi
Gingiva Siswa MTsN Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Jurnal
Menara Ilmu, XI(76), 106–114.
Sartika, W., Suryarinilsih, Y., Herwati, & M, M. (2019). Vol. 2 No.1 Edisi 1 Oktober 2019
http://jurnal.ensiklopediaku.org Ensiklopedia of Journal. Ensiklopedia of Journal, 2(1),
123–127.http://jurnal.ensiklopediaku.org/ojs-2.4.8-
3/index.php/ensiklopedia/article/view/352
Wowor, V., Lossu, F. M., & Pangemanan, D. H. C. (2015). Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Gingiva Siswa Sd Katolik 03. Jurnal E-Gigi, 3(2), 647–
653.
Zarra, J., Siagian, K. V., & . J. (2016). Status gingiva anak usia 14-15 tahun di daerah dataran
tinggi dan di daerah pesisir pantai. E-GIGI, 4(2), 2–7.
https://doi.org/10.35790/eg.4.2.2016.14220
LAMPIRAN QUESIONER PENELITIAN
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
3. Jika ada sisa makanan disela-sela gigi, paling baik di bersihkan dengan cara?
a. Menyikat gigi
4. Warna gingiva pada setiap orang bervariasi dan erat hubungannya dengan pigmentasi
kutaneous, pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada indvidu yang berkulit gelap,
jadi warna gingiva yang normal pada umumnya yaitu?
5. Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik di sebut dengan stipling, stipling akan terlihat
jelas pada permukaan gingiva yang di keringkan, jadi stipling berbentuk seperti?
a. Kulit jeruk
6. Besar gingiva di tentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler, dan pasokan darah,
perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering di jumpai pada
penyakit?
a. Jaringan periodontal
b. Gingivitis
a. Pernah
b. Tidak pernah
9. Gusi bengkak biasanya ditandai oleh adanya bagian gusi yang mengalami pembesaran,
menonjol dan menggelembung. Penyebab gusi bengkak biasanya di sebabkan oleh?