Anda di halaman 1dari 104

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN


PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KOTA BENGKULU
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

TIARA ANUGRA
NIM. P05120219085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN


PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA DI RS BHAYANGKARA
KOTA BENGKULU TAHUN 2022

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma


Tiga Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Disusun Oleh:

TIARA ANUGRA
NIM. P05120219 085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas
akhir dalam menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RS Bhayangkara Bengkulu
Tahun 2022”
Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis mendapat banyak bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat selesai pada waktunya. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Eliana, SKM, M.PH, selaku Direktur Politeknik Kesehtan Kementrian
Kesehatan Bengkulu yang memberikan kesempatan pada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Bengkulu
2. Ibu Ns. Septiyanti, S.Kep.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Bengkulu.
3. Ibu Asmawati, S.Kp, M.Kep selaku ketua program studi D III keperawatan
Bengkulu sekaligus sebagai pembimbing dalam Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, arahan dan masukan dengan penuh kesabaran sehingga penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik.
4. Nur Elly,S.Kp.,M.Kes, Ns.Kheli Fitria, M.Kep.,Sp.Mat selaku dewan penguji
yang telah memberikan banyak arahan dan masukan pada penulis sehingga
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen dan staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
6. Pasien kelolaan Ny.A dan keluarga beserta seluruh perawat, bidan, dokter, dan
seluruh tenaga medis lain yang bertugas di Ruang Melati RS Bhayangkara
Kota Bengkulu.
7. Orang Tua Terhebat Bapak Hanapia dan Ibu Eva serta adik tercinta Kesia
Ramadani yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memohonkan
keberhasilan anak-anaknya, yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

v
yang selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan dan memberikan segalanya
kepada penulis sehingga menjadi alasan penulis bisa menjalani dan
menyelesaikan pendidikan DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
8. Bunda Siska, S.Pd dan oom Budi Haryanto berperan sebagai pengganti orang
tua selama dibengkulu yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa
kepada penulis.
9. Sahabat penulis Afrina, Tia, Yulia dan Medew yang telah berjuang bersama
sejak awal, yang selalu menjadi tempat berbagi dan saling mensuport satu
sama lain.
10. Teman tim maternitas Anisa, Widya, Arien, Friska, Vezka yang telah
bimbingan dan berjuang bersama hingga akhirnya berada di titik ini.
11. Semua teman-teman angkatan 14 Excellent Nursing Class yang berjuang
bersama agar dapat menyelesaikan pendidikan sebaik mungkin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak ketidaksempurnaan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan dan metodologi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga yang telah penulis susun
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu
lainnya.

Bengkulu 12 Juni 2022

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 6
A. Konsep Kehamilan ............................................................................... 6
B. Konsep Preeklampsiaa ......................................................................... 13
C. Konsep Kebutuhan Rasa Aman ........................................................... 21
D. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 22
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................. 35
A. Rancangan Studi Kasus ........................................................................ 35
B. Subyek Studi Kasus.............................................................................. 35
C. Fokus Studi Kasus ................................................................................ 35
D. Definisi Oprasional .............................................................................. 35
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus ........................................................... 36
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 36
G. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 36
H. Penyajian Data ..................................................................................... 37
I. Etika dan Studi Kasus .......................................................................... 37

vii
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................ 39
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................. 39
B. Pembahasan .......................................................................................... 65
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 70
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN ..............................................................................................................

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan Preeklampsia .............................................. 26
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Preeklampsia ............................................. 28
Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 44
Tabel 4.2 Penetalaksanaan medis..................................................................... 44
Tabel 4.3 Analisa Data ..................................................................................... 45
Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 46
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan.................................................................... 47
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan .............................................................. 53
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 61

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 normal endothel dan endothel dysfunction .................................. 15

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Biodata penulis
Lampiran 2 : SOP pemberian rendam kaki dengan air hangat dan jahe
Lampiran 3 : Instrument pemantauan Early Warning System (EWS)
Lampiran 5 : Foto dokumentasi
Lampiran 7 : Surat izin pra penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Lampiran 8 : Surat izin pra penelitian RS Bhayangkara Kota Bengkulu
Lampiran 9 : Surat izin penelitian Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Lampiran 10 : Surat izin penelitian Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bengkulu
Lampiran 12 : Surat izin penelitian RS Bhayangkara Bengkulu
Lampiran 13 : Surat keterangan selesai penelitian RS Bhayangkara Bengkulu

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Tingginya AKI
menandakan kurangnya fasilitas kesehatan dalam pelayanan antenatal dan
obstetrik serta rendahnya kondisi ekonomi. Adapun penyebab AKI yaitu
penyebab langsung seperti komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan
sedangkan penyebab tidak langsung yakni dari penyakit yang muncul saat
hamil atau yang sudah ada sebelumnya yang berpengaruh pada kehamilan
atau persalinan (Pratiwi, 2020).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), AKI di dunia masih
sangat tinggi. Setiap harinya 295.000 wanita meninggal selama hamil dan
setelah melahirkan, bahkan 810 wanita meninggal akibat komplikasi
kehamilan atau persalinan (WHO, 2020). AKI di Indonesia pada tahun 2020
menunjukkan 4.627 kematian, jumlah ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab,
sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan
sebanyak yakni 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110
kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, AKI dalam
periode 2017-2018 mengalami peningkatan dari tahun 2017 sebesar 79 per
100.000 kelahiran hidup menjadi 111 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2018. Penyebab kematian terbesar ibu hamil di Provinsi Bengkulu tahun
2018 yaitu perdarahan sebanyak 41% (16 orang) dari 39 kematian sedangkan
preeklampsia menempati posisi ketiga yakni 13 % (5 orang) dari 39 kasus
kematian ibu (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2019).
Preeklampsia atau hipertensi kehamilan merupakan komplikasi pada
kehamilan muncul setelah usia gestasi 20 minggu ditandai dengan
peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran

1
selang waktu 4 jam disertai dengan salah satu dari: proteinuria, disfungsi
organ maternal, dan disfungsi uteroplasenta. Secara klinis penyakit ini dapat
dibedakan menjadi preklamsia ringan dan berat berdasarkan tingginya
tekanan darah (Herlambang, 2020). Preeklampsia merupakan gangguan
vaskular sistemik pada kehamilan yang mempengaruhi 5% hingga 10%
kehamilan (Tomimatsu et al., 2019). Sampai saat ini belum diketahui
penyebab pasti terjadinya preeklampsia (Iqrayanty et al., 2020). Riset terbaru
mengatakan dasar dari penyakit ini adalah akibat gangguan implantasi
plasenta disaat awal kehamilan sehingga mengakibatkan gangguan
vaskularisasi uteroplasenta yang adekuat (Herlambang, 2020). Beberapa
faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsia yaitu usia ibu
(≥ 35 tahun), primigravida/nulliparitas, riwayat keluarga preeklampsia/
eklampsia, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil, obesitas, diabetes melitus, penyakit trofoblas (70% terjadi pada kasus
molahidatidosa) (Iqrayanty et al., 2020).
Penelitian Yollanda & Widayati (2017) menyatakan bahwa kenaikan
tekanan darah systolic dan diastolic memberikan dampak pada sirkulasi
sistemik. Penurunan sirkulasi dapat menyebabkan aliran darah tidak cukup
menuju seluruh tubuh termasuk ke plasenta sehingga asupan nutrisi dan
oksigen ke janin kurang. Akibatnya risiko cidera pada janin/ gawat janin dan
kelahiran dengan berat badan di bawah normal serta komplikasi lain dapat
terjadi (Hartati et al., 2018). Komplikasi dari preeklampsia pada ibu yaitu
kejang, solusio plasenta dan peningkatan risiko persalinan sesar. Komplikasi
janin yang bisa terjadi yakni insufisiensi uteroplasenta dan oligohidramnion .
Pada kasus yang parah, bisa menyebabkan kematian pada janin dan bayi
dengan ibu preeklampsia (Opichka et al., 2021). Penelitian terbaru di Inggris
melaporkan, 1 dari 20 (5%) bayi dengan ibu mengalami preeklampsia
meninggal saat lahir tanpa adanya penyakit kongenital (Alahakoon et al.,
2020).
Masalah keperawatan pada kasus preeklampsia meliputi tingginya
resiko cedera pada ibu terkait dengan kejadian kejang, risiko cedera pada

2
janin, perfusi perifer tidak efektif, risiko perfusi cerebral, nyeri akut, dan
ansietas (Rustanti et al., 2020). Perasaan tidak aman dan rasa cemas tidak
dapat dihindarkan pada ibu hamil yang mengalami komplikasi kehamilan, ibu
merasa terancam apabila keadaan tidak segera ditangani dan merasa cemas
akan keberlangsungan hidupnya (Anggraeni, 2021).
Upaya penatalaksanaan preeklampsia selama ini dilakukan dengan
terapi farmakologi yakni mengonsumsi obat-obatan penstabil tekanan darah
(Rustanti et al., 2020). Pengobatan preeklampsia biasanya bersifat
simtomatik, dikarenakan penyebab dan faktor-faktor terjadinya preeklampsiaa
yang belum diketahui secara pasti (Juliantari & hariyasa sanjaya, 2017).
Perawat memiliki peran yang beragam dalam penatalaksanaan preeklampsia
yakni memberi pelayanan terbaik dengan melakukan pemantauan yang
cermat pada status ibu dan janin, istirahat yang cukup, diet rendah garam,
periksa tiap satu kali dalam seminggu bila maturitas masih lama serta
terminasi kehamilan jika perlu (Adriani & wirjatmadi, 2016).
Disamping terapi farmakologi dapat diiringi dengan terapi
nonfarmakologi penurun tekanan darah antara lain terapi komplementer
seperti terapi herbal, terapi nutrisi, aromaterapi, pijat dan refleksi (Lu et al.,
2015). Pemberian terapi komplementer yang merupakan bagian dari praktik
keperawatan (Fitrina et al., 2021). Untuk memperlancar sirkulasi darah salah
satu terapi komplementer yang bisa digunakan adalah dengan terapi rendam
kaki dengan air hangat. Terapi ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh
seperti mengurangi edema dan meningkatkan relaksasi otot. Selain itu terapi
rendam kaki (hidroterapi kaki) ini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah
dengan vasodilatasi pembuluh darah agar lebih banyak pasokan oksigen ke
jaringan sehingga dapat mengurangi edema (Rustanti et al., 2020).
Berdasarkan hasil survey rekam medis yang penulis lakukan di Rumah
Sakit Bhayangkara Bengkulu terdapat 30 kasus preeklampsia pada 2 tahun
terakhir dan 27 (90%) kasus yaitu preeklampsia berat. Hasil wawancara yang
dilakukan penulis pada perawat ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara
penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan kasus preeklampsia

3
hanya berfokus pada pemberian terapi farmakologi seperti nifedipin dan
hidralazin sedangkan terapi nonfarmakologi perawat melakukan terapi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri kepala.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsiaa di Rumah Sakit Bhayangkara Tahun
2022”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan maternitas pada ibu hamil
dengan preeklampsia dalam memenuhi kebutuhan rasa aman (bebas dari
cedera/eklampsia)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan preeklampsia dalam memenuhi kebutuhan rasa aman.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengkajian kebutuhan rasa aman pada ibu hamil
dengan preeklampsia.
b. Diketahui gambaran diagnosa keperawatan berhubungan dengan
kebutuhan rasa aman pada ibu hamil dengan preeklampsia.
c. Diketahui gambaran rencana tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman pada ibu hamil dengan preeklampsia.
d. Diketahui gambaran tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
aman pada ibu hamil dengan preeklampsia.
e. Diketahui gambaran evaluasi asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman pada ibu hamil dengan preeklampsia dalam.

D. Manfaat Studi Kasus


Studi kasus ini, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi ibu hamil dan Keluarga

4
Ibu hamil mendapatkan perawatan dan pemantauan secara langsung
sehingga bebas dari cedera (kejang/eklampsia) dan menimimalisir
resiko cedera janin serta meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga dalam menurunkan tekanan darah dan pemenuhan rasa aman
secara mandiri di rumah.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan perawat dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan
teori-teori terbaru bagi ibu hamil yang mengalami preeklampsia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa mampu menerapkan secara langsung konsep
pembelajaran tentang penyakit preeklampsia, dapat melakukan
pengkajian kehamilan berkaitan dengan preeklampsia,
mengetahui tanda-tanda kehamilan dengan preeklampsia, dan
memberikan asuhan perawatan dalam memnuhi rasa aman
berkaitan dengan preeklampsia.
b. Bagi Dosen Keperawatan
Menambah referensi bahan ajar atau sumber pustaka keperawatan
dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar dalam fokus
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman pada ibu
hamil dengan preeklampsia yang berbasis bukti ilmiah melalui
riset pada lahan praktik dan dalam proses belajar mengajar.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kehamilan
1. Definisi kehamilan
kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel sperma
sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan dengan implantasi sampai lahirnya
janin.proses kehamilan normal nya berlangsung selama 280 hari atau 40
minggu atau 9 bulan kalender. Lamanya kehamilan dihitung Sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) namun sebenarnya fertilisasi terjadi sekitar 2
minggu setelah HPHT. Sehingga umur janin pasca konsepsi kurang 2
minggu dari perhitungan sejak HPHT, yaitu 266 hari atau 38 Minggu
(Yuliana et al., 2021).
2. Periode kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan (trimester) yaitu sebagai berikut :
(Yuliana et al., 2021).
a. Kehamilan trimester pertama : 0 hingga 12 minggu
b. Kehamilan trimester kedua : 13 hingga 28 minggu
c. Kehamilan trimester kedua : 29 hingga 40 minggu
3. Proses kehamilan
Proses kehamilan menurut (Sukarni & margareth, 2019) peristiwa prinsip
pada terjadi kehamilan sebagai berikut
a. Pembuahan atau fertilisasi di tempat bertemunya sel telur atau ovum
wanita dengan sel sperma pria
b. Pembelahan sel zigot hasil pembuahan tersebut
c. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada
keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding avum
uteri). Pertumbuhan dan perkembangan zigot embrio-janin menjadi
bakal individu baru. Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone:
estrogen, progesteron, human chorionic gonadhotropin, human
somatomammotropin dan prolaktin. HCG adalah hormon aktif khusus
yang berperan selama awal kehamilan serta berfluktuasi kadarnya

6
selama kehamilan. Selain yang disebutkan di atas, juga terjadi
perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ system
reproduksi dan organ- organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi
terutama oleh perubahan kesimbangan hormonal tersebut (Sukarni &
margareth , 2019).
4. Tanda kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan ada 3 yaitu tanda presumtif, probable, dan
tanda pasti (Senoadji, 2012). (Yollanda et al., 2017)
a. Tanda presumtif :
1) Amenorea (tidak haid).
Konsepsi dan implantasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de graaf dan ovulasi.
2) Emesis (mual dan muntah).
Pengaruh estrogen-progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi
hari menyebabkan nafsu makan berkurang disebut morning
sickness.
3) Ngidam.
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu yang disebut
ngidam.
4) Payudara tegang.
Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
5) Sering berkemih.
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering kemih. Pada trimester kedua gejala ini akan
menghilang.
6) Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
7) Merasa lemas dan letih

7
8) Berat badan naik.
b. Tanda probable (kemungkinan)
Menurut (Deswani et al., 2018) tanda kemungkinan dapat dilihat
sebagai berikut :
1) Tanda hegar terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan,
meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas pada diameter
anteroposterior, tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus
hampir membulat garis tengah uterus rata-rata 8 cm dicapai pada
minggu ke-12. Pembuluh darah dalam serviks bertambah dan
karena terjadinya odema dari serviks dan hiperplasia kelenjar-
kelenjar serviks sehingga serviks menjadi lunak.
2) Ballottement (balottmen) sekitar pertengahan kehamilan, volume
janin lebih kecil disbanding volume cairan amnion. Tekanan
mendadak pada uterus dapat menyebabkan janin tenggelam dalam
cairan amnion dan kemudian memantul kesisi semula, benturan
yang ditimbulkan ballottement dapat dirasakan oleh jari-jari tangan
pemeriksa.

c) Tanda goodel, di luar kehamilan konsistensi serviks keras,


kerasnyaseperti kita merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks
menjadi lunak pada perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun
telinga.
d) Tanda braxton hicks, bila uterus dirangsang akan mudah
berkontraksi, waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang
tadinya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi.
e) Tanda chadwick, hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide) Warna
porsio pun tampak livide yang disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen.
f) HCG adalah hormone yang dihasilkan selama kehamilan ,dapat
dideteksi dari darah atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih
0 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya

8
mual dan muntah pada ibu hamil ( Husin & Farid 2015).
c. Tanda pasti
1) Denyut jantung janin

2) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan.

3) Adanya gerakan janin terlihat dari visualisasi USG. (Husin & Farid
2015).
5. Adaptasi fisiologis
a. System kardiovaskular
menurut hasil penelitian sistem imun dan sistem hormonal bekerja sama
untuk mulai adaptasi hemodinamik. Perubahan hemodinamik yang
paling penting pada sirkulasi selama kehamilan adalah peningkatan
volume darah dan cardiac output serta penurunan tahanan pembuluh
darah perifer. Perubahan yang lain terjadi pada letak dan ukuran
jantung, detak jantung, stroke volume dan distribusi darah.Volume
jantung meningkat dari 70 ml menjadi 80 ml antara trimester 1 dan
trimester 3. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas
atas dan bawah, cenderung naik. setelah akhir trimester pertama nadi
biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 per menit pada akhir kehamilan
sebagian besar wanita mengalami pembengkakan edema di tungkai
bawah akibat kombinasi efek progesteron yang melemaskan tonus
vaskuler perifer,terhambatnya aliran balik vena oleh uterus dan gaya
gravitasi (Yuliana et al., 2021)
b. System endokrin
Beberapa perubahan utama pada system endokrin, yaitu:
1) Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan,terutama akibat
produksi estrogen, progesterone, plasenta dan hormone yang
dikeluarkan oleh janin.
2) Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100x sebelum hamil.

9
3) Progesterone akan menyebabkan tonus otot polos menurun dan
dieresis.
4) Human chorionick gonadotropin (HCG) dapat dideteksi beberapa
hari pasca pembuahan dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak
sekresinya terjadin lebih kurang 60 hari setelah konsepsi. Fungsi
utamannya mempertahankan korpus luteum (Yuliana et al., 2021).
5) Human placental lactogen (HPL) memiliki hormone pertumbuhan,
dan bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil
meningkat.
6) Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone LH
sangat rendah selama kehamilan karena ditekan estrogen dan
progesterone plasenta.
7) Prolaktin produksinya terus meningkat sampai aterm (Husin &
Farid 2015).
c. System pencernaan
Progesteron merelaksasi otot polos, sehingga mempengaruhi
seluruh saluran gastrointestinal selama kehamilan
Beberapa hal yang terjadi pada system gastrointestinal ini antara lain:
a. Pengosongan lambung dan peristaltic usus melambat karena factor
hormonal maupun mekanik
b. Perasaan tidak diulu hati disebabkan karena perubahan posisi
lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah
c. Nausea dan muntah pada trimester I karena pengaruh HCG
d. Kadang ditemukan adanya hemoroid. Konstipasi karena pengaruh
progesterone.
d. System ekskresi
Beberapa hal yang terjadi pada system urinaria lainya yaitu:
1) Peningkatan filtrasi glomerular dan aliran darah renal hingga 50%
sebagai akibat kenaikan cardiac output.
2) Secara normal bisa terjadi glukosuria

10
3) Hidronefrosis/hidroureter ringan karena menurunnya tonus otot
atau karena penekanan uterus.
4) Stress inkontinensia karena perubahan posisi angulus
vesikouretralis sebagi akibat naiknya kandung kencing ( Sukarni &
Margareth 2013).
e. System reproduksi
Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot dan epitel
vagina, lapisan otot di sekitar vagina juga hipertropi, sehingga beberapa
ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Di bawah pengaruh
estrogen epitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan sekret
sehingga memberi gambaran seperti keputihan (leucorrhoea). Selain itu
vagina juga lebih vaskuler sehingga muncul warna merah kebiruan
(livid) terutama pada bulbus vestibuli yang menimbulkan tanda
chadwicks (Yuliana et al., 2021).
6. Adaptasi Psikologis
Kehamilan mengakibatkan banyaknya perubahan pada ibu hamil, baik
perubahan fisik dan psikologis serta emosi menjadi labil. Hal itu di
dipengaruhi juga oleh perubahan hormon pada ibu hamil, sehingga muncul
keinginan untuk banyak istirahat dan tidur, serta adanya ada perasaan yang
ambivalensi. Perubahan bentuk tubuh juga dapat nempengaruhi respon
emosional pada ibu hamil, seperti perubahan bentuk citra tubuh, perasaan
takut dan cemas terhadap kehamilan dan dapat juga hamil dapat disebabkan
oleh faktor lain seperti dukungan pasangan dan keluarga yang kurang pada
kehamilan. Ibu hamil kebanyakan mengalami perubahan psikologis dan
emosional pada dirinya. Perubahan yang kompleks pada ibu hamil akan
membutuhkan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup ibu hamil tersebut
dengan proses kehamilan yang terjadi saat ini. Pada ibu hamil trimester III
umumnya mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Reaksi
psikologis pada ibu hamil yang sering terjadi antara lain adalah reaksi cemas
(Khanifah, 2021).

11
7. Komplikasi kehamilan
a. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang ditandai
kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan elektrolit, ibu
terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung.
Peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) akan
menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat
merangsang mual dan muntah Apabila ibu hamil yang mengalami hal-
hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan baik dapat
menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan
selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung akan
semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Rofi’ah et al., 2019).
b. Mola hidatidosa
Kehamilan mola atau disebut juga kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot
korion (choirionic vili) yang tumbuh berganda berupa gelembung-
gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma tropoblas yang
jinak (Octiara et al., 2021).
c. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir
abortus, karna kehamilan ektopik adalah kehamilan bila zigot
terimplementasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium,
tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada
kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien (Arifuddin, 2018).
d. Anemia kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 g/dl pada trimester I dan III atau kadar < 10 g/dl pada
trimester II (Sukmawati et al., 2021).

12
e. Plasenta previa
Plasenta previa adalah tertutupnya serviks secara parsial atau komplit
oleh plasenta. Plasenta previa merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya perdarahan post partum yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan neonatus (Sandi & Putri, 2019).
f. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik dan komplikasi mayor
kehamilan yang biasanya terjadi setelah usia 20 minggu kehamilan.1 PE
adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema
yang timbul karena kehamilan, dan belum diketahui penyebabnya
(Juliantari & hariyasa sanjaya, 2017).
B. Konsep Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension
(PIH) kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah
meningkat, oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya preeklampsia
terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20 minggu keatas atau tiap triwulan
dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut umumnya preeklampsia
biasa terjadi hingga minggu pertama setelah persalinan (Lalenoh, 2018).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan (Muzalfah et al., 2018).
2. Factor risiko
Preeklampsia adalah penyakit spesifik selama kehamilan tanpa
etiologi yang jelas (Wang et al., 2020). Beberapa faktor risiko terjadinya
preeklampsia :
a. Primigravida atau kehamilan pertama
Ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam menghadapi
persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan
peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

13
hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol (Nur &
Arifuddin, 2017). Berdasarkan teori immunologik, preeklampsia pada
primigravida terjadi. karena di primigravida pembentukan blocking
antibody terjadi mengenai antigen yang belum sempurna, primigravida
juga mengalami pembentukan Human Leucoyte Antigen (HLA-G)
memainkan peran dalam memodulasi respons imun sehingga hasil
konsepsi ditolak pada klien atau intoleransi ibu terhadap plasenta yang
dapat menyebabkan preeklampsia (Deswani et al., 2018).
b. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan
risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat
meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
c. Obesitas atau biasa disebut kegemukan
Penyakit ini menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus,
Obesitas dapat mengakibatkan kolesterol meningkat, bahkan
mengakibatkan jantung lebih cepat dan bekerja berat. Klien dengan
obesitas dalam berarti tubuhnya semakin banyak jumlah darah yang
terkandung yang semakin parah jantung dalam memompa darah sehingga
dapat menyebabkan preeklampsia (Norma & Mustika, 2013).
d. Usia kehamilan
Usia Kehamilan Preeklampsia muncul setelah klien dengan usia
kehamilan 20 minggu dengan Gejala kenaikan tekanan darah Jika terjadi
preekamsia di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronik.
Sebagian besar preeklampsia terjadi pada minggu >37 minggu dan
semakin tua kehamilan maka semakin berisiko untuk terjadinya
preeklampsia (Norma dan Mustika, 2013).
e. Riwayat hipertensi
Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi kronis)
memiliki risiko 4-5 kali terjadi preeklampsia pada kehamilannya. Angka
kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai preeklampsia

14
sebesar 25%. Sedangkan bila tanpa hipertensı kronis angka kejadian
preeklampsia hanya 5% (Malha et al., 2018).
f. Usia ibu
Usia hamil yang tidak berisiko yaitu antara 20-35 tahun. Rentang
usia tersebut merupakan usia reproduktif yang aman untuk hamil karena
komplikasi kehamilan yang sedikit sedangkan usia ibu hamil kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan rentang usia yang berisiko
karena kejadian komplikasi meningkat pada usia tersebut. Wanita dengan
usia >35 tahun kemungkinan telah terjadi proses degeneratif yang
memengaruhi pembuluh darah perifer sehingga terjadi perubahan
fungsional dan struktural yang berperan pada perubahan tekanan darah,
sehingga lebih rentan mengalami preeclampsia (Apriliya et al., 2021).
g. Bad obstetric history
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia,
kehamilan molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan
mengalami preeclampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika
diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun.
3. Patofisiologi
Preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus merangsang pelepasan bahan
tropoblsatik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Kehamilan Normal

Preeklamsia

(Malha et al., 2018)

15
Patofisiologi yang tepat dari preeklampsia masih belum diketahui,
jelas bahwa ada plasentasi abnormal dan cacat invasi trofoblas
mengakibatkan unit uteroplasenta berada di bawah perfusi. Hal ini
berhubungan dengan kerusakan endotel dan produksi faktor vasoaktif, yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah (Sudarmono et al., 2022).
a. Teori kelainan vaskularisasi
Plasenta cabang-cabang Arteri uterus dan arteri ovarioum
memberikan aliran darah menuju rahim dan plasenta. kemudian
keduanya akan masuk meometrium dalam bentuk arteri aquaria sehingga
dapat memberikan cabang arteri radial. arteri radial tersebut akan masuk
ke endometrium sehingga menjadi anggota dari arteri basal dari cabang
arteri spiral. Dengan kehamilan yang normal, biasa terdapat trofoblas
yang masuk kedalam lapisan otot arteri spiral (Yuliana et al., 2021).
Trofoblas juga masuk kedalam bagian arteri spiral, sehingga jaringan
matriks menjadi longgar serta lumen spiral menjadi lebih lebar. Lumen
arteri spiral terjadi vasodilatasi dan distensi sehingga berdampak
terjadinya hipotensi, resistensi pembuluh darah juga menurun, bahkan
dapat membuat aliran darah ke daerah plasenta utero itu meningkat.
Tekanan darah yang tinggi pada masa kehamilan membuat tidak terdapat
invasi yang cukup lengkap di dalam sel trofoblas yang di lapisi otot arteri
spiral untuk tetap kaku dan keras maka tidak mungkin terjadi distensi dan
vasodilatasi akibat lumen arteri spiral itu sendiri. Maka mengakibatkan
arteri spiral mengalami pengecilan lumen pembuluh darah sehingga
alirah darah uteroplasenta menjadi berkurang, berakibat tidak adanya
oksigen yang cukup dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi tubuh,
dan iskemia pada plasenta (Herlambang, 2020).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis preeklampsia menurut Bothamley & Boyle (2013)
ada beberapa manifestasi preeklampsia, yaitu

16
a. Bertambahnya berat badan, terjadi kenaikan berat badan yaitu ±l kg
dalam seminggu.
b. Timbul pembengkakan akibat BB meningkat, pembekakan pada kaki,
muka dan pergelangan pada tangan.
c. Hipertensi / tekanan darah tinggi (yang diukur selama 30 menit setelah
pasien beristirahat) dengan tekanan darah >140/90 mmHg.
d. Proteinuria
1) Adanya protein dalam urine sebesar 0,3 gram/L/hari atau pemeriksaan
kualitatif senilai +1/+2.
2) Kadar proteinuria 1 g/I yang dikeluarkan melalui kateter yang di ambil
sebanyak 2 kali setiap 6 jam.
e. Tanda dan gejala lainnya yaitu : gangguan penglihatan, nyeri epigastric,
sakit kepala, mual dan muntah, penurunan Gerakan janin dan ukuran
janin lebih kecil tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu.
5. Klasifikasi
Menurut (Lalenoh, 2018) klsifikasi preeklampsia atau hipertensi dalam
kehamilan terbagi 2 yaitu :
a. Preeklampsia ringan
1) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg
2) Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan naik
I kg lebih tiap minggunya.
3) Adanya proteinuria
4) Tidak ada nyeri kepala
b. Preeklampsia berat
1) Tekanan darah senilai >160/100 mmHg
2) Adanya proteinuria >5 gram/L
3) Jumlah urine kurang (oliguria) dari 500 cc/24Jam
4) Serebral terganggu, visus terganggu dan timbul nyeri pada epigastium
5) Terjadi pembengkakan/edema paru atau sianosis
6) Ada kejang (eklampsia)

17
7) Timbul keluhan subjektif, seperti : nyeri, gangguan penglihatan, sakit
kepala, gangguan kesadaran ataupun odema paru Manifestasi klinis
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Saifuddin (2016), pemeriksaan laboratorium preeklampsia
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin menurun kadar normal Hb pada
ibu yang sedang hamil adalah 12-14 gram%, peningkatan hemaktrosit
(dengan nilai 37-43 vol%), dan trombosit mengalami penurunan (dengan
nilai 150.000-450.000/mm3)
b. Tes urin, yang ditemukan proteinuria
c. Tes fungsi hati, Bilirubin mengalami peningkatan (yang Normalnya <1
mg / dl), serum Glutamat Pirufat trasaminase (SGPT) mengalami
peningkatan dari nilai normal (N = 15-45 u / ml), Aspartat
aminomtrasferase (AST) >60 ul, SGOT juga mengalami peningkatan (N
=<31 menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
d. Tes asam urat, peningkatan asam urat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
e. Radiologi
1) Ultrasonografi, adanya perlambatan pertumbuhan janin intrauterin,
respirasi intrauterin melambat, aktivitas pada janin melambat, dan
cairan ketuban dengan volume sedikit.
2) Kardiografi, ditemukan denyut jantung janin (DJJ) dapat diketahui
bahwa mengalami kelemahan.
7. Penatalaksanaan
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2016), penatalaksanaan Preeklampsia
memiliki beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan
tingkat klasifikasinya.
a. Penatalaksanaan preeklampsia ringan:
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Lakukan istirahat cukup
3) Bila klien tidak bisa tidur berikan luminal 1-2 x 30 mg/hari
4) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 80 mg/hari

18
5) Jika tekanan darah tidak menurun, anjurkan beri obat antihipertensi
6) Diet rendah garam dan diuretik
7) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu
kali dalam seminggu
8) Indikasi rawat: jika terjadi perburukan, tekanan darah tidak menurun
setelah dua minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi
Ikg/minggunya dua kali secara berurutan, atau jika klien menunjukkan
tanda-tanda preeklampsia berat. Silahkan berikan obat antihipertensi.
9) Jika selama perawatan tidak ada perubahan, tata laksana sebagai
preeklampsia berat. Jika ada perubahan maka lanjutkan rawat jalan.
10) Pengakhiran kehamilan: ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu,
kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38
minggu, janin sudah dinyatakan matur.
11) Persalinan pada preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
b. Penatalaksanaan preeklampsia berat, Dapat ditangani secara konsevatif
atau aktif :
1) Konsevatif berarti kehamilan dipertahankan Bersama dengan
pengobatan medisinal dan memantau status fisik ibu dengan metode
EWS Obsetrik. Perawatan konservatif dikatakan gagal bila ditemukan
adanya tanda eklampsia, kenaikan progresif dari tekanan darah,
adanya sindrom Hellp, adaya kelainan fungsi ginjal, penilaian
kesejahteraan janin jelek.
2) Aktif berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan
pengobatan medisinal. Penatalaksanaan aktif dilakukan bila penilaian
kesejateraaan janin jelek, adanya sindrom Hellp adanya gejala
eklampsia, kehamilan aterm (apabila perawatan konservatif gagal).
3) Prinsip tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiografi.

19
c. Penatalaksanaan non farmakologi
Penelitian Arinda dan Khayati (2019) menyatakan rendam kaki
dengan air hangat dan jahe dapat menurunkan tekanan darah sitolik
sebesar 8,0 mmHg, dengan penurunan tekanan darah sistolik terendah
sebesar 3,4 mmHg karena Kandungan minyak atsiri dalam jahe akan
menimbulkan sensasi hangat dan bau pedas yang bisa memperlebar
pembuluh darah sehingga memperlancar sirkulasi darah (Arinda &
Khayati, 2019).
8. Komplikasi
Menurut (Lyall & Belfort, 2017) bila preeklampsia tidak cepat
ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang akan menyebabkan kematian
pada ibu dan janinnya, yaitu
a. Kurangnya aliran darah menuju ke plasenta
Preeklampsia dapat mempengaruhi arteri yang membawa darah menuju
plasenta. Jika sampai di plasenta namun darah yang sampai tidak cukup,
maka terjadi kekurangan oksigen dan pertumbuhan pada melambat atau
lahir dengan barat bayi yang lebih rendah akibat kekurangan nutrisi.
b. Terlepasnya Plasenta
Risiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum ibu melahirkan
salah satunya yaitu akibat dari Preeklampsia yang meningkatkan
terjadinya risiko yang mengakibatkan pendarahan sehingga dapat
mengancam ibu dan bayinya (Lyall & Belfort, 2017).
c. Sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelets (HELLP)
Hemolyssi (enzim sel darah merah) atau yang biasa disingkat dengan
(HELLP), adalah tingginya enzim hati dan rendahnya trombosit. Gejala,
yang timbul biasanya pusing, muntah, sakit kepala dan sakit perut
(Lyall & Belfort, 2017).
d. Eklampsia
Preeklampsia jika tidak dikontrol, maka akan terjadi eklampsia.
Eklampsia menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen pada
organ klien, seperti hati, dan ginjal. Eklampsia yang parah menimbulkan

20
ibu mengatasi koma, kerusakan pada otak dan menyebabkan kematian
yang gagal (Lyall & Belfort, 2017).
C. Konsep kebutuhan rasa aman
1. Definisi rasa aman
Aman merupakan suatu keadaan terhindar dari ancaman, gangguan dan
bahaya serta terhindar dari perasaan takut. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit itu sendiri, suhu, lingkungan, polusi udara, kecelakaan, dan akibat
pemaparan lingkungan (Potter & Perry, 2010).
2. Factor yang mempengaruhi rasa aman
(Pearce, 2011) factor yang mempengaruhi yaitu :
a. Usia
Risiko tinggi terjadinya cedera pada umumnya terjadi pada usia anak dan
lansia. Anak- anak belum mempunyai pengetahuan tentang bahayayang
ada di lingkungan sehingga risiko terjadinya cedera dankecelakaan
semakin tinggi (kozier, 2010).
b. Tingkat kesadran
Pasien koma akan mengalami penurunan tingkat kesadaran dan hal
iniakan berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatannya.
Pasienkoma akan terjadi penurunan respon terhadap rangsang, paralisis,
dandisorientasi. Pada pasien-pasien yang mengalami sakau karena obat-
obat narkotik juga dapat membahayakan keselamatan dirinya (Kozier,
2010).
c. Emosi
Keadaan stres pada seseorang dapat memicu kurangnya
konsentrasidalam berpikir dan menyebabkan kecelakaan pada seseorang
(Kozier, 2010). Keadaan lain seperti kecemasan, marah, depresi, sedih,
putus asapada seorang individu juga akan mempengaruhi terhadap
keamanandirinya (Tarwoto & wartonah, 2011).
d. Status mobilisasi
Orang-orangyangmemilikikelemahanotot,paralisis,ketidakseimbangan
dalam koordinasi akan memudahkan terjadinyacedera (Kozier, 2010).

21
e. Gangguan persepri sensori
Persepsi sensori yang baik dan tepat merupakan hal yang penting
demikeselamatan seseorang. Orang dengan gangguan sentuhan,
penciuman,pendengaran, pengecapan, penglihatan akan mengalami risiko
yangtinggi untuk terjadinya cedera (Kozier, 2010).
f. Tingkat imunitas dan nutrisi
Saat imunitas seseorang mengalami penurunan, maka seseorangtersebut
dapat dengan mudah terserang penyakit (Tarwoto & wartonah, 2011).
g. Tingkat pengetahuan
Adanya informasi merupakan suatu hal yang penting dalamkeselamatan.
Pasien biasanya tidak kenal dengan lingkungan baru danperalatan baru
yang ada di rumah sakit sehingga pasien sangatmembutuhkan adanya
informasi yang spesifik demi keamanan dankeselamatannya (Kozier,
2010).
3. Gangguan rasa aman pada ibu hamil dengan preeklampsi
a. Perasaan cemas
Ibu hamil dengan preeklampsia dapat mengalami stres yang lebih berat
dibandingkan dengan ibu hamil tanpa preeklampsia (Wibowo, 2012).
b. Risiko tinggi cedera
Ibu berisiko tinggi cedera dari penyakit penyerta yang dapat
menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ (Wibowo, 2012).
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang akan
menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan dalam mengidentifikasi
masalah keperawatan yang terjadi pada tahap pengkajian akan menentukan
diagnosis keperawatan. Diagnosis yang telah ditetapkan akana menentukan
perencanaan yang ditetapkan. Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat agar dapat mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan ibu hamil
(Rohmah & Walid, 2012). Hal-hal yang peru dikaji pada ibu hamil
Preeklampsia meliputi :

22
a. Data biografi meliputi nama ibu, status perkawinan, perkerjaan,
pendapatan, data suami, perkerjaan dan alamat tempat tinggal. Riwayat
kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien preeklampsia keluhan utama yang akan ditemukan seperti
ibu mengalami sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di ulu
hati/nyeri epigastrium, penglihatan kabur, mual muntah, anoreksia,
berat badan naik cepat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu yang sudah pernah mengalami penyakit hipertensi sebelumnya
saat kehamilan, ibu yang memiliki riwayat preeklampsia dan eklamsia
pada kehamilan terdahulu, obesitas dan Diabetes Mellitus.
3) Riwayat obsetri
a) Riwayat menstruasi : HPHT (haid pertama haid terakhir), lama
menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan, nyeri menstruasi.
b) Riwayat kehamilan : Riwayat kehamilan saat ini meliputi
kehamilan keberapa, persalinan keberapa, pernah aborsi (GPA),
riwayat pemeriksaan antenatal dan komplikasi, imunisasi, apakah
kehamilan direncanakan atau tidak, umur kehamilan.
c) HPL (hari Perkiraan Lahir), kunjungan Anatenatal Care (ANC),
meliputi frekuensi kunjungan, dimana melakukan kujungan ANC
keluhan selama kunjungan ANC, apa saja yang diberikan oleh
tenaga kesehatan selama kunjungan ANC meliputi tablet Fe,
calcium, dan PMT, kaji status nutrisi saat kehamilan : BB sebelum
hamil, kenaikan BB selama kehamilan, status nutrisi ibu (IMT),
konsumsi tablet Fe.
d) Riwayat persalinan
Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas, cara persalinan, penyulit
yang menyertai persalinan dan nifas yang lalu, jumlah anak yang
hidup. jumlah anak yang mati/ keguguran jenis kelamin. Ibu yang

23
primigravida/nulliparitas memiliki risiko lebih tinggi terkena
preeklampsia.
b. Keadaan umum
Ibu hamil yang menderita preeklampsia biasanya mengalami kelelahan,
kejang hingga penurunan kesadaran pada kasus yang parah.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : klien ditemukan dengan darah sistol >140 mmHg dan
diastol >90 mmHg, Nadi : Klien preeklampsia mengalami nadi yang
meningkat, Nafas : Klien preeklampsia mengalami nafas pendek, Suhu :
Klien preeklampsia biasanya suhu normal.
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
ibu hamil dengan preeklampsia biasanya akan mengeluhkan sakit
kepala.
2) Wajah
pada kasus PEB terlihat adanya bengkak pada wajah
3) Mata
conjungtiva pucat, penglihatan kabur pada kasus preeklampsia disertai
diabetes
4) Mulut
pucat, sianosis, dehidrasi pada mukosa bibir, lidah kotor, saliva
meningkat, kebersihan mulut.
5) Leher
Nyeri dan kaku sekitar leher, tekanan darah tinggi JVP meningkat
6) Payudara
karakteristik puting, kebersihan puting, areola menghitam,
pengeluaran cairan pracolostrum, nyeri payudara.
7) Abdomen
nyeri epigastric
8) Ektremitas
edema pada jari tangan dan tungkai merupakan gejala PEB

24
e. Pola sehari-hari
1) Pola nutrisi
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi
asupan gizinya selama hamil, apakah mengalami perubahan makan,
frekuensi makan, menu dan pantangan makan, serta seberapa banyak
ibu minum dalam 1 hari.
2) Pola eliminasi
Kaji pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah. Pada kasus preeklampsia
pemeriksaan diperlukan untuk mengetahui kadar protein dalam urine.
(Khanifah, 2021).
3) Pola perceptual/koqnitif
Pola perceptual/kognitif Menggambarkan pola pendengaran,
apakah pendengarannya terasa berkurang, penglihatan apakah
penglihatan seperti ada bayangan lain saat melihat atau kabur,
pengecapannya apakah ada kelainan saat merasakan makanan terasa
hambar atau tak ada rasa, penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori,
dan pengambilan keputusan (Andarmoyo, 2013).
4) Pola tidur dan istirahat
Untuk menggambar pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
tidur, kebiasaan sebelum tidur, Pada ibu hamil dengan preeclampsia
kebutuhan istirahat akan berkurang dikarenakan adanya gangguan rasa
nyaman nyeri epigastrik, mual muntah, anoreksia dan sakit kepala.
5) Pola konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri, apakah ibu merasa dirinya kotor atau bersih, merasa bau
badan atau merasa dirinya harum.
6) Pola aktivitas Aktivitas

25
Adalah gambaran pola aktivitas ibu sehari-hari. Pada ibu hamil
dengan preeklampsia aktivitas menjadi terganggu seperti
membersihkan rumah, memasak, dan melakukan pesonal hygiene.
7) Pola peran dan tanggung jawab
Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosional, dan kebutuhan, kekhawatiran dan opini,
apakah ibu tersebut dapat mengendalikannya.
8) Aktivitas seksual
Untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti,berapa frekuensi berhubungan dalam seminggu dan adakah
gangguan atau keluhan yang dirasakan.
9) Data penunjang
a) Urine : protein dalam urine (+), kadar protein urine >5gr/jam
oliguria (≤500 cc/24 jam) merupakan tanda PEB
b) Darah : trombositopeni berat : >100.000 sel/mm merupakan tanda
sindroma HELLP terjadi peningkatan hematokrit.
2. Diagnosis
Diagnosis Keperawatan yang dapat ditemukan pada ibu hamil
Preeklampsia berdasarkan standar diagnosis keperawatan Indonesia
(SDKI,2017) adalah :
Tabel 2.1 diagnosis keperawatan
No Diagnosis Faktor risiko
1. Risiko cedera pada ibu 1) Disfungsi uterus
dibuktikan dengan 2) Usia ibu (<15 tahun
penyakit penyerta atau > 35 tahun)
3) Paritas banyak
hipertensi (D.0137) 4) Penyakit penyerta
Definisi :
Berisiko mengalami
bahaya atau kerusakan
fisik pada ibu selama
masa kehamilan
sampai dengan proses
persalinan.

26
2. Risiko cedera pada 1) Denyut jantung janin
janin dibuktikan tidak stabil
dengan disfungsi 2) Frekuensi gerakan
menurun
uterus, usia ibu (<15 3) Berat janin tidak
tahun atau >35 tahun), sesuai dengan usia
paritas banyak kehamilan
(D.0138)
Definisi : 10) j
Berisiko mengalami
bahaya atau kerusakan
fisik pada janin selama
proses kehamilan dan
persalinan

3. Intervensi
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan preeklampsia dapat
diberikan apabila kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi Keluhan
preeklampsia pada ibu hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan
berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2019):
.

27
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

No Dignosa Tujuan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Risiko cedera pada ibu Setelah diberikan intervensi Perawatan kehamilan risiko tinggi 1. Mengetahui data utama yang dapat
dibuktikan dengan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi : menjadi penyebab munculnya risiko
adanya penyakit diharapkan tingkat cedera 1. Identifikasi faktor risiko cedera ibu.
hipertensi dalam menurun yang ditandai dengan : kehamilan (hipertensi) 2. Mengetahui adanya penyakit yang
kehamilan (D.0137) 1. Kejadian cedera 2. Identifikasi riwayat obsetri menjadi faktor penyebab adanya risiko
(eklamsia) menurun (preeklampsia) cedera ibu.
2. Tekanan darah 3. Monitor status fisik ibu 3. Status fisik dapat terpantau dan dapat
membaik (menggunakan Early Warning dijadikan indikator penentu kebugaran
3. Frekuensi nadi System) tubuh.
membaik 4. Monitor tanda tanda vital ibu 4. Tanda vital terpantau mudah untuk
4. Frekuensi nafas Teraupetik : mendeteksi terjadinya perburukan
membaik 5. Dampingi ibu saat merasa cemas kondisi.
5. Denyut jantung apikal (ajarkan teknik nafas dalam ) 5. Rasa cemas ibu berkurang dengan
membaik 6. Diskusikan ketidaknyamanan didampingi dan diajak berbicara
6. Pola istirahat tidur yang dirasakan (berikan terapi 6. Klien sudah siap menghadapi
membaik herbal rendam kaki air hangat dan persalinan dan kelahiran.
jahe) 7. Klien mengetahui kelahiran dengan
7. Diskusikan persiapan persalinan preeklampsia beriko mengalami
dan kelahiran prematur.
Edukasi : 8. Istirahat sebagai pemulih kondisi,
5. Jelaskan risiko janin lahir pemulih energi dan mencegah risiko
prematur cedera.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat yang 9. Posisi kaki lebih tinggi dapat
cukup ( 6-8 jam dimalam hari, 1-2 mempercepat aliran darah kembali ke
jam di siang hari) jantung dan mengurangi edema
7. Anjurkan untuk meninggikan ekstremitas.

28
memposisikan kaki bila terjadi 10. Obat farmakologi untuk
pembengkakan menurunkan tekanan darah klien.
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian obat
antihipertensi

SIKI :
Perawatan Persalinan risiko tinggi:
1. Kelainan tanda vital akan menjadi
Observasi : indikator adanya masala
1. Monitor kelainan tanda vital pada 2. Kondisi umum merupakan tanda yang
ibu paling cepat di lihat untuk mengetahui
2. Identifikasi kondisi umum ibu adanya masalah dalam proses
3. Monitor tanda tanda vital ibu persalinan
4. Monitor denyut jantung janin 3. Mengetahui tanda bahaya dari
5. Monitor tanda persalinan perubahan tanda vital ibu
Teraupetik : 4. Mengetahui nilai normal DJJ dan
6. Siapkan peralatan yang sesuai volume ketuban
7. Dukung orang terdekat 5. Persalinan yang lama dapt
mendampingi pasien menyebabkan ibu dan janin dalam
Edukasi : bahaya
8. Informasikan kemajuan 6. Peralatan dapat mempermudah
persalinan perawatan dan penanganan dalam
9. Ajarkan teknik relaksasi proses persalinan
Kolaborasi : 7. Keluarga sebagai pendukung pasien
10.Kolaborasi pemberian anestesi 8. Pasien dan keluarga mengetahui
maternal kemajuan persalinan
11.Kolaborasi pemberian induksi 9. Relasasi untuk mengurangi nyeri his
persalinan persalinan
10. Kolabarasi untuk merangsang
kontraksi uterus

29
Pencegahan kejang
Observasi :
1. Monitor status neulogis 1. Monitor mengetahui status neulogis
2. Monitor tanda vital 2. Tanda vital terpantau jika mengalami
Teraupetik : perubahan
3. Baringkan agar tidak terjatuh 3. Meminimalkan risiko terjatuh
4. Rendahkan ketinggian tempat 4. Meminimalkan risiko cedera jatuh dari
tidur tempat tidur yang lebih tinggi
5. Pasang sai-rail tempat tidur 5. Untuk keselamatan dan keamanan
6. Sedikan suction di samping pasien
tempat tidur 6. Persiapan alat jika terjadi gurgling saat
Kolaborasi : kejang
7. Kolaborasi pemberian 7. Obat anti kejang
antikonvulsan

30
2. Risiko cedera pada Setelah diberikan intervensi SIKI :
janin dibuktikan keperawatan selama....jam, Pemantauan denyut jantung janin
dengan disfungsi terjadi tingkat cedera pada janin Observasi :
uterus, usia ibu (<15 menurun yang ditandai dengan : 1. Identifikasi status obstetrik 1. Mengetahui informasi berkaitan risiko
tahun atau >35 tahun), 1. Frekuensi gerak janin 2. Identifikasi riwayat obstetrik cedera janian pada status obsetri
paritas banyak membaik 3. Identifikasi adanya gangguan 2. Riwayat obsetri dapat menjadi
2. Risiko cedera menurun (DJJ obat, diet dan merokok indikator terjadi risiko cedera janin
(D.0138)
membaik 120-160x/menit) 4. Identifikasi pemeriksaan 3. Mengetahui faktor peneybab risiko
3. Pola istirahat membaik kehamilan sebelumnya cedera janin dari informasi gangguan
4. Tanda –tanda vital ibu 5. Periksa denyut jantung selama 1 obat diet dan merokok
dalam rentang normal manit 4. Mengetahui informasi pemeriksaan
6. Monitor denyut jantung janin kehamilan yang dilakukan ibu apakah
7. Monitor tanda vital ibu kehamilan terkontrol atau tidaknya
Teraupetik : 5. Mengetahui denyut jantung janin dan
8. Atur posisi ibu dan lakukan kestabilannya selama 1 menit
manuver leopold untuk 6. Denyut jantung janin penting untuk di
menentukan posisi janin monitot untuk mengetahui keadaan
9. Ajarkan ibu untuk menghitung janin masih batas normal atau tidak
gerak janin (normal 10 gerakan 7. Tanda vital menunjukan adanya
dalam 2 jam) gangguan pada kondisi ibu dan dan
Edukasi : perubahan tanda vital ibu yang
10.Jelaskan tujuan dan prosedur abnormal dalam mengancam janin
pemantauan 8. Untuk menentukan posisi bayi dan
11.Informasikan hasil pemantauan memudahkan dalam peeriksaan denyut
jantung janin
9. ibu mengetahui gerakan janin dalam
batas normal atau tidak
10. Klien dan keluarga mengetahui tujuan
dari prosedur yang dilakukan
11. Klien dan keluarga mengetahui hasil
pemantauan.

31
Pengukuran gerak janin 12. Mengetahui kemampuan dalam
Observasi : mengukur gerak janin
12.Identifikasi kemampuan ibu 13. Gerak janin normal 10x/ 2 jam
menghitung gerak janin 14. Gerakan janin terpantau dan
13.Monitor gerak janin memudahkan proses perawatan
Teraupetik : 15. Hipoksia bisa menjadi penyebab
14.Catat dan hitung gerakan janin gerakan janin menurun
15.Berikan oksigen 2-3 L/menit bila 16. Dapat mangetahui keadaan dan konsiri
gerakan janin tidak samapi 10 janin dari keatifan janin bergerak
gerakan dalam 12 jam 17. Janin akan lebih aktif bergerak ketika
Edukasi : ibu selesai makan
16.Jelaskan manfaat menghitung 18. Ibu mengetahui cara menghitung gerak
gerak janin janin
17.Anjurkan ibu memenuhi 19. Tim medis untuk penanganan yang
kebutuhan nutrisi seblum lebih optimal
menghitung gerak janin
18.Ajarkan ibu cara menghitung
gerak janin
Kolaborasi :
19.Kolaborasi tim medis bila
ditemukan gawat janin

Sumber : SDKI, SIKI, SLKI

32
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan: mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Pelaksanaan yang akan dilakukan pada klien dengan
preeklampsia sesuai dengan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
Jelaskan pada ibu metode dan tatalaksana yang dilakukan perawat dalam
mengurangi risiko cedera ibu yaitu dengan memonitoring tanda vital ibu dan
status fisik ibu menggunakan penilaian dari skor Early Warning system (EWS
Obsetri) dan pemantauan detak jantung janin beserta gerak janin dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi risiko cedera janin. Perawat juga menjelaskan
tentang prosedur pemeriksaan fisik mulai dari kepala hingga ekstremitas
bawah, perawat juga melakukan tindakan pengecekan berupa reflex patella,
reflex pupil dan brudzinski sign. Perawat menjelaskan kemungkinan kehamilan
akan terminasi apabila kehamilan sudah matur dan kondisi ibu dan janin
mengalami penurunan. Perawat memberikan penjelasan tentang dampak bayi
lahir dengan berat badan rendah dan resiko kejadian kejang pada ibu
preeklampsia masih bisa terjadi hingga hari ke 42 pasca persalinan.
Perawat juga menjelaskan dan membimbing klien dalam upaya
menurunkan tekanan darah dengan memberikan terapi nonfarmakologi seperti
metode herbal yakni rendam kaki dengan air hangat dan jehe juga metode
relaksasi nafas dalam. Pemberian terapi herbal untuk memperlancar sirkulasi
darah yang akan di lakukan pada saat pagi hari selama 3 hari dengan waktu
merendam 10- 15 menit.

33
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang
telah dibuat dalam perencanaan keperawatan. Hal-hal yang dievaluasi pada
asuhan keperawatan klien preklamsia dengan diagnosis :
a. Risiko cedera ibu
1) Kejadian cedera menurun
2) Tekanan darah membaik
3) Frekuensi nadi membaik
4) Frekuensi nafas membaik
5) Denyut jantung radialis membaik
6) Pola istirahat tidur membaik
b. Risiko cedera janin
1) Frekuensi gerak janin membaik
2) Risiko cedera menurun (DJJ membaik 120-160x/menit)
3) Pola istirahat membaik
4) Tanda –tanda vital ibu membaik (dalam rentang normal)

34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi kasus ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah gangguan sirkulasi pada ibu hamil dengan preeklamsia.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
B. Subyek Studi kasus
Subyek penelitian yang digunakan adalah 1 orang ibu hamil yang di diagnosa
dokter dengan preeklamsia berat. Kriteria subyek dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi
a. Ibu hamil yang mengalami preeklamasia berat
b. Ibu hamil yang mampu diajak bicara dan kooperatif terhadap tindakan yang
diberikan
c. Ibu hamil yang usia gestasi >32 minggu dengan tekanan darah ≥ 160/100
mmHg
2. Kriteria eksklusi
a. Ibu hamil yang mengalami penurunan kesadaran atau dirawat di ruang
intensive (ICU)
b. Ibu hamil yang tidak mau dirawat hingga selesai penelitian
C. Fokus Studi Kasus
Fokus studi dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan untuk
mengurangi gangguan rasa aman bebas dari cedera (kejang/eklamsia) pada ibu
hamil preeklampsia berat pada periode perinatal.
D. Definisi Oprasional
1. Kehamilan merupakan proses berkembangnya janin intra uteri dimulai dari
konsepsi proses perkembangan sampai kelahiran yang dibuktikan dari hasil

35
pemeriksan dokter.
2. Pemenuhan rasa aman
Memberikan tindakan untuk menurunkan resiko ancaman cedera (kejang)
hingga kematian akibat eklampsia.
3. Preeklamsia berat
Penyakit komplikasi kehamilan yang menyerang ibu hamil mulai dari usia
gestasi 20 minggu keatas dengan tanda utama yaitu kenaikan tekanan darah >
160/100 mmHg dan disertai proteinuria, dan adanya tanda gangguan cerebral
yang didiagnosis oleh dokter.
E. Tempat dan waktu
Lokasi penelitian ini di ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Kota
Bengkulu. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 03 Juni
sampai dengan 05 Juni tahun 2022.
F. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer adalah data yang
di peroleh langsung dari klien melalui:
1. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dari pasien adalah untuk
menanyakan keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat obstetri, riwayat
ANC dan pola kebiasaan sehari-hari.
2. Observasi
Melakukan pengamatan pasien meliputi, pemeriksaan fisik yang meliputi
penampilan umum, tanda-tanda vital, antropometri, pemeriksaan obstetri,
pemeriksaan fisik head to toe, (dengan pendekatan : inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi) dan observasi hasil laboratorium.
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Melakukan pengurusan izin penelitian dari institusi ke pihak Rumah Sakit
Bhayangkara

36
2. Mengurus izin penelitian yang telah disetujui pihak Rumah Sakit Bhayangkara

3. Mengidentifikasi klien ibu hamil dengan preeklamsia sesuai dengan kriteria


inklusi
4. Melakukan informed consent dengan klien

5. Melakukan asuhan keperawataan mulai dari pengkajian, merumuskan


diagnosa, melakukan tindakan dan evaluasi keperawatan
6. Mendokumentasikan hasil penelitian
7. Mengurus surat keterangan telah selesai penelitian dari Rumah Sakit
Bhayangkara.
H. Penyajian Data
Studi kasus deskriptif yang dipilih penulis, dalam penyajian data akan
disajikan secara narasi dan tabel (pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
kolaborasi) dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal (identitas ibu, keluhan
masuk rumah sakit, pola kebiasaan sehari- hari dan pemeriksaan fisik) dari subyek
studi kasus yang merupakan data pendukungnya
I. Etika Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan dengan mempertimbangkan etik dan legal penelitian
untuk melindungi subjek studi kasus agar terhindar dari segala bahaya serta
ketidaknyamanan fisik dan psikologis. Ethical clearance mempertimbangkan hal-
hal di bawah ini :
1. Self Determinan
Dalam penelitian ini penulis memberikan kebebasan pada subyek studi
kasus untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi danmenolak dalam
penelitian ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonymity)
Penulis tidak mencantumkan nama subyek pada lembar observasi.
Penggunaan anonymity pada penelitian ini dilakukan dengan cara
menggunakan inisial dan alamat subyek pada lembar observasi dan

37
mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai subjek.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari kedua subjek studi kasus dan keluarga
tidak akan disebarluaskan kepada orang lain dan hanya penulis yang
mengetahuinya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin rahasia dan
menggunakan nama samaran (anonim) sebagaipengganti identitas dan disimpan
dalam dokumen soft file dan akan disimpan paling lama 5 tahun.
4. Keadilan (justice)
Penulis memberikan pelayanan yang sama, jam yang sama prosedur yang
sama, dan melakukan manajemen nyeri yang sama pada kedua subjek
penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Penulis Memberikan bebas ekploitasi, memonitor kesejahteraan ibu dan
janin dan bebasrisiko infeksi. Risiko yang dimaksudkan adalah peneliti
menghindarkan subjek dari bahaya.
6. Malbeneficence
Penulis tidak memperlakukan pasien semena-mena menimbulkan
ketidaknyamanan menyakiti, atau membahayakan subjek baik secara fisik atau
psikologis melalui tindakan keperawatan dan komunikasi terapeutik.

38
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
Bab ini menjelaskan tentang studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman pada ibu hamil dengan Preeklampsia yang dilakukan di
ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Kota Bengkulu. Pelaksanaan tindakan
asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 3 Juni sampai dengan 5 Juni 2022
mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan hingga implementasi keperawatan selama 3 hari dengan melakukan
pemantauan menggunakan instrument Early Warning System dan penerapan
terapi rendam kaki dengan air hangat dan jahe. Pengkajian dilakukan dengan
metode anamnesa (wawancara dengan klien dan keluarga langsung), tenaga
kesehatan lain (perawat ruangan), pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik,
menelaah catatan medis dan catatan keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama Ny.A, perempuan usia 20 tahun, agama Islam, status perkawinan
sudah menikah, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan IRT. Penanggung
jawab pasien adalah Tn. S (suami pasien), usia 20 tahun, pekerjaan sopir,
alamat Desa Talang Jarang Bengkulu Utara, Diagnosa medis G1P0A0 +
PEB.
b. Keluhan utama
Pasien datang ke Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu diantar keluarga
pada tanggal 03 Juni 2022 jam 05.20 WIB, dengan G1P0A0 hamil ± 37
minggu dengan keluhan lemas, nyeri di pinggang, sakit kepala menjalar
ke mata dan tengkuk terasa berat keluhan mulai dirasakan sejak ± 2
minggu sebelum MRS dan bertambah berat.

39
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ny.A mengatakan sejak 2 minggu lalu sering merasa lemas dan
tengkuk berat bila di pagi hari serta kaki sering kebas dan kram saat
sebelum tidur malam hari dan kedua kakinya membengkak Ny.A
mengatasinya dengan dioleskan balsem. Tanggal 02 Juni keadaan
bertambah berat sehingga Ny.A dibawa oleh keluarga ke puskesmas
pembantu. Pada tanggal 03 Juni pukul 05.20 wib Ny.A di rujuk ke
IGD RS Bhayangkara Kota Bengkulu dengan keluhan lemas, nyeri di
bagian perut, sakit kepala menjalar ke mata, saat di IGD pasien telah
diberikan terapi infus RL, Nipedipin 10 mg oral dan injeksi
santagesik. Saat dikaji tanggal 03 Juni 2022 pukul 07.00 di ruang
perawatan melati RS Bhayangkara pasien mengeluh sakit kepala
menjalar hingga ke mata, lemas, tengkuk terasa berat dan ada nyeri
pinggang yang hilang timbul, sedikit mual, serta pasien takut terjadi
hal buruk pada bayinya.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ny.A mengatakan keluarganya memiliki riwayat hipertensi dari
Nenek dan juga ibu Ny.A memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun
yang lalu. Ny.A mengatakan dirinya tidak mempunyai riwayat
penyakit seperi DM, Ginjal dan Hipertensi. Keluarga Ny.A tidak
memiliki riwaya persalinan dengan preeklampsia.
d. Riwayat obsetri
1) Riwayat menstruasi
Ny.A mengatakan haid pertama di usia 14 tahun, haid teratur dengan
siklus 28 hari dan lamanya 4-5 hari, nyeri haid yang dirasakan ringan
hingga sedang dan bisa ditahan tanpa mengonsumsi apapun untuk
menghilangkan nyeri haid. Ny.A mengatakan Hari Pertama Haid

40
Terakhir (HPHT) sekitar tanggal 25 Agustus 2021 taksiran
persalinannya tanggal 02 Juni 2022.
2) Riwayat kehamilan
Ny.A mengatakan ini adalah kehamilan pertama dan tidak pernah
mengalami abortus (G1P0A0). Ny.A mengetahui kehamilannya pada
bulan oktober karena telat haid dan pemeriksaan urine positif.
Pemeriksaan pertama kehamilan dilakukan di bidan desa Talang
jarang. Ny.A mengatakan dirinya tidak pernah periksa kedokter dan
tidak pernah USG Kehamilan.
3) Antenatal Care (ANC)
Ny.A mengatakan dirinya melakukan kunjungan ANC pertama pada
trimester pertama pada bulan November dengan keluhan pusing dan
mual Ny. A mendapat tablet fe dan edukasi tentang penangannan
mual dengan minum air hangat dan mencium wewangian segar
seperti lemon, jahe minyak kayu putih. Kunjungan kedua di lakukan
pada usia kandungan 20 minggu di puskesmas dengan keluhan letih.
Pada pemeriksaan selanjutnya Ny.A mengikuti program kerja
pemeriksaan di puskesmas dan Ny.A datang tidak teratur. Ny.A
mengatakan saat melakukan kunjungan tekanan darah masih dalam
rentang normal pasien mengetahui hipertensi pada kunjungan
terakhir yaitu 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, BB sebelum
hamil 39 kg dan BB sekarang 52 kg dengan TB 153 cm, Lila : 22 cm,
Ny.A mengatakan tidak pernah suntik TT, Ny.A jarang mengonsumsi
tablet Fe seminggu hanya 1-2 kali minum.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Pasien tampak lemah, tingkat kesadaran
composmentis, GCS 15 : E4 V5 M6, TD : 168/100 mmHg, HR : 90
x/menit dan, RR : 20x/menit, T : 36,8ºc,

41
2) Antropometri
a) Berat badan : BB sebelum hamil 39 kg, BB saat ini 59 kg
b) Tinggi badan : 153 cm
c) IMT : 16,66
d) LILA : 22 cm
3) Pemeriksaan Head to toe
a) Kepala: ada nyeri bagian frontal menjalar ke daerah mata,
distribusi rambut merata, warna hitam. Wajah: tidak ada jerawat,
ananemis, tidak ada cloasma. Mata: konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, reflex cahaya cahaya baik, tidak ada edema palpebral,
tidak ada gangguan penglihatan. Telinga: tinnitus ada namun
jarang, tidak ada infeksi telinga. Hidung: tidak ada mimisan.
Leher: kaku leher, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada
pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran limfe.
b) Toraks: Bentuk dada normochest, frekuensi pernafasan 20x/menit,
irama teratur, ekspansi dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu
pernafasan, suara nafas vesikuler di semua lapangan paru. Denyut
nadi apikal 88 x/menit, PMI : IC 5 midklavikula, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal tidak ada bunyi jantung tambaha, tidak ada
pembesaran jantung.
c) Abdomen: tidak terdapat luka dan striae gravidarum, terasa nyeri
tekan pada epigastrik, Braxton hicks ada. Pemeriksaan leopold
didapatkan hasil pada TFU: 29 cm, bagian fundus teraba bokong,
pada sisi kanan perut ibu teraba punggung, sisi kiri perut ibu
teraba organ jari kaki, dan simpisi teraba kepala, janin sudah
masuk PAP 4/5, presentasi janin letak kepala, DJJ : 145 x/menit
teratur terdengar kuat.

42
d) Ekstremitas: bengkak pada ekstremitas bawah, turgor kulit elastis,
kulit teraba hangat, reflex patella baik +2, capillary refill <2 detik,
SPo2 distal: 97%.
f. Pola fungsional kesehatan
1) Pola persepsi kesehatan : Ny.A mengatakan bahwa ia memahami saat
ini sedang hamil dan memiliki gangguan pada tekanan darahnya.
Ny.A mengatakan bahwa sejak ±2 minggu lalu ia sering merasa
lemas bila selesai beraktivitas, pusing dan sekarang bertambah berat
dan tidak mampu mengatasi masalah itu sendirian sehingga
memutuskan untuk datang ke rumah sakit.
2) Oksigenasi : Ny.A mengatakan tidak ada keluhan dan kesulitan, tidak
ada sesak, frekuensi nafas 22x/menit.
3) Nutrisi : frekuensi makan baik 3 porsi dalam sehari disertai dengan
cemilan, Ny.A mengatakan dirinya suka pilih-pilih makanan, nafsu
makan baik, Ny.A jarang makan buah, tidak ada alergi makanan dan
tidak ada pantangan makanan, frekuensi minum ±5-6 kali/hari sekitar
± 1200 cc/hari, Ny.A mengatakan dirinya selama hamil hanya
menghabiskan 2 kotak susu hamil.
4) Elimanasi : BAB lancar, konsistensi lunak, bau khas, 1 bulan terakhir
Ny.A mengatakan dirinya sering BAB 2 hari sekali. Frekuensi BAK
5-6 kali/hari, bau khas, warna kuning terang, jumlah urine setiap
kencing banyak ± 1200 cc/hari.
5) Aktivitas dan mobilisasi : Ny.A mengatakan keadaannya lemas dan
sering merasa terhayung hayung saat beraktivitas.
6) Istirahat tidur : Ny.A mengatakan saat sebelum tidur sering
merasakan kaki kram dan kebas, lama tidur malam hari ±8 jam/hari,
lama tidur di siang hari ±1 jam/hari, ketika bangun tidur sering
merasa leher kaku.

43
7) Psiko: Ny.A mengatakan dirinya cemas dengan keadaan yang sedang
dialami, Ny.A takut terjadi hal buruk pada janinnya.
8) Sosial : hubungan dengan suami dan keluarga baik, tampak suami
dan keluarga Ny.A selalu mendampingi di ruamh sakit.
g. Pemeriksaan penunjang
Table 4.1 pemeriksaan laboratorium
Hematologi Hasil Nilai normal

Hemoglobin 11,5 P : 9,5-14 g/dl

Trombosit 343.000 150.000-400.000 /ul

Leukosit 10.300 5000-10.000 /ul

Hematokrit 30% 36-46%

Urine Hasil Nilai normal

Protein +1 Negative

h. Penatalaksanaan medis
Table 4.2 penatalaksanaan medis
Tanggal
NO Nama Obat Rute Dosis Waktu
3/6/22 4/6/22 5/6/22
1. Infus RL IV 20 tpm 24 jam   

2. Nifedipin Oral Oral (10 mg/8 2x24 jam   


jam)
3. MgSo4 40% IV 15 ml drip 4x24 -  
cairan RL 500
cc 28 tpm
4. Ceftriaxone IV 1x24 jam 2x24 jam -  

5. Ondansentrone IV 4 mg 2x24 jam   

6. oxitosin IV 1 amp drip 200 Kapan -  -


cc Rl perlu

44
2. Analisa data
Nama : Ny.A No RM : 21.44.58
Usia : 20 Tahun Diagnosa : G1P0A0 + PEB

No Data Faktor risiko Masalah


1. Ds :
1. Ny.A mengatakan badannya Penyakit penyerta Risiko cedera
lemas (PreeKlampsia berat) ibu (Eklampsia)
2. Ny.A mengatakan sakit kepala
daerah depan menjalar ke
bagian mata
3. Ny.A mengatakan terkadang
nyeri di daerah ulu hati dan
sedikit mual
4. Ny.A mengatakan saat
beraktivitas sering merasa
terhayung-hayung
5. Ny.A merasa kebas dan keram
pada kaki ketika malam hari
dan berlangsung 5-10 menit
6. Ny.A mengatakan tengkuk
terasa berat
7. Ny.A merasa cemas dan khaatir
terhadap kondisi diri dan
bayinya saat ini

Do:
1. Ny.A tampak lemah
2. Wajah dan kaki tampak edema
derat 1 (ringan)
3. Nyeri tekan epigastrik
4. TTV : TD: 168/109 mmHg, N :
88x/menit, RR : 24x/menit,
S: 37,10C
5. SPo2 di ujung jari kaki 97 %
6. Protein urine +1
7. Reflex patella : +2
8. Hb 11,5 g/dl
2. Ds : Persalinan lama kala 1 Risiko cedera
1. Ny.A mengatakan nyeri dan Induksi persalinan janin (hipoksia)
pinggang terasa sejak 2 hari lalu
2. Ny.A mengatakan dirinya
jarang menghitung gerakan

45
janin
3. Ny.A mengatakan tidak pernah
pemeriksaan ke dokter
kandungan
Do:
1. Hamil 36-37 minggu G1P0A0
2. Braxton hicks ada
3. Tidak ada cairan keluar dari
jalan lahir
4. DJJ : 145x/menit
5. Gerakan janin 9 x/menit,
gerakan kuat
6. Jarang mengonsumsi tablet Fe
7. TFU : 29 cm
8. TBJ : 2635 gr

3. Diagnosa Keperawatan
Table 4.4 diagnosa keperawatan
No Nama pasien Diagnosa Tanggal Tanda
ditegakkan tangan

1. Risiko cedera ibu dibuktikan 03 Juni 2022 TIARA


dengan penyakit penyerta
Ny.A (preeklampsia berat)
2. Risiko cedera janin dibuktikan 03 Juni 2022 TIARA
dengan persalinan lama kala
1dan induksi persalinan

46
4. Intervensi keperawatan
Tabel 4.5 intervensi keperawatan

Nama : Ny. A Nomor rekam medis : 21.44.58


Usia : 20 tahun Diagnosa : G1P0A0 + PEB

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Risiko cedera pada Setelah diberikan intervensi Perawatan kehamilan risiko
ibu dibuktikan keperawatan selama 3x24 jam, tinggi:
dengan penyakit diharapkan tingkat cedera menurun
yang ditandai dengan : Observasi :
penyerta hipertensi
1. Kejadian cedera 1. Identifikasi faktor risiko 1. Mengetahui data utama
dalam kehamilan
(eklamsia) menurun kehamilan yang dapat menjadi
(PEB) (D.0137) 2. Identifikasi riwayat
2. Tekanan darah membaik penyebab munculnya
3. Frekuensi nadi membaik obsetri risiko cedera ibu.
4. Frekuensi nafas membaik 3. Monitor status fisik ibu 2. Mengetahui adanya
5. Denyut jantung apikal menggunakan Eary penyakit yang menjadi
membaik Warning System setiap 4 faktor penyebab adanya
6. Pola istirahat tidur jam sekali risiko cedera ibu.
membaik 4. Monitor tanda tanda vital 3. Status fisik dapat terpantau
ibu setiap 4 jam dan dapat dijadikan
Teraupetik : indikator penentu
5. Dampingi ibu saat merasa kebugaran tubuh.
cemas 4. Tanda vital terpantau
6. Diskusikan mudah untuk mendeteksi
ketidaknyamanan yang terjadinya perburukan
dirasakan kondisi.

47
7. Diskusikan persiapan 5. Rasa cemas ibu berkurang
persalinan dan kelahiran dengan didampingi dan
Edukasi : diajak berbicara
8. Jelaskan risiko janin lahir 6. Klien mampu
BBLR menyebutkan
9. Anjurkan ibu untuk ketidaknyamanan yang
istirahat yang cukup ( 6-8 dirasakan
jam dimalam hari, 1-2 jam 7. Klien sudah siap
di siang hari) menghadapi persalinan
10.Anjurkan untuk dan kelahiran.
meninggikan 8. Klien mengetahui
memposisikan kaki bila kelahiran dengan
terjadi pembengkakan preeklampsia berisiko
Kolaborasi : mengalami berat bayi lahir
11.Kolaborasi pemberian rendah.
obat antihipertensi dan 9. Istirahat sebagai pemulih
antiemetik kondisi, pemulih energi
dan mencegah risiko
cedera.
10. Posisi kaki lebih tinggi
dapat mempercepat aliran
darah kembali ke jantung
dan mengurangi edema
ekstremitas.
11. Obat farmakologi untuk
menurunkan tekanan
darah klien.

48
Perawatan Persalinan risiko
tinggi:
Observasi : 1. Kelainan tanda vital akan
1. Monitor kelainan tanda menjadi indikator adanya
vital pada ibu masalah
2. Identifikasi kondisi umum 2. Kondisi umum merupakan
ibu tanda yang paling cepat di
3. Monitor denyut jantung lihat untuk mengetahui
janin setiap 2 jam saat adanya masalah dalam
belum ada tanda proses persalinan
persalinan dan monitor 3. Mengetahui janin terhindar
setiap 30 menit bila sudah dari ancaman dari nilai
terdapat tanda persalinan normal DJJ dan volume
4. Monitor tanda persalinan ketuban
Teraupetik : 4. Persalinan yang lama dapt
5. Siapkan peralatan yang menyebabkan ibu dan
sesuai janin dalam bahaya
6. Dukung orang terdekat 5. Peralatan dapat
mendampingi pasien mempermudah perawatan
Edukasi : dan penanganan dalam
8. Informasikan kemajuan proses persalinan
persalinan 6. Keluarga sebagai
9. Ajarkan teknik relaksasi pendukung pasien
Kolaborasi : 7. Pasien dan keluarga
10.Kolaborasi pemberian mengetahui kemajuan
induksi persalinan persalinan
8. Relasasi untuk mengurangi
nyeri his persalinan

49
9. Kolabarasi untuk
merangsang kontraksi
uterus

Pencegahan kejang
Observasi :
1. Monitor status neulogis 1. Perubahan status
2. Monitor tanda vital neurologis bisa menjadi
Teraupetik : tanda kemungkinan kejang
3. Baringkan agar tidak 2. Tanda vital terpantau jika
terjatuh mengalami perubahan
4. Rendahkan ketinggian 3. Meminimalkan risiko
tempat tidur terjatuh
5. Sedikan suction di 4. Meminimalkan risiko
samping tempat tidur cedera jatuh dari tempat
Kolaborasi : tidur yang lebih tinggi
6. Kolaborasi pemberian 5. Persiapan alat jika terjadi
antikonvulsan gurgling saat kejang
6. Obat anti kejang

2. Risiko cedera pada Setelah diberikan intervensi Pemantauan denyut jantung


janin dibuktikan keperawatan selama....jam, terjadi janin
dengan persalinan tingkat cedera pada janin menurun Observasi :
lama kala 1 dan yang ditandai dengan : 1. Identifikasi status 1. Mengetahui informasi
induksi persalinan 1. Frekuensi gerak janin obstetrik berkaitan risiko cedera
(D.0138) membaik 2. Identifikasi riwayat janian pada status obsetri
2. Risiko cedera menurun (DJJ obstetrik 2. Riwayat obsetri dapat
membaik 120-160x/menit) 3. Identifikasi adanya alergi menjadi indikator terjadi
3. Pola istirahat membaik obat, diet dan merokok risiko cedera janin
4. Tanda –tanda vital ibu dalam 4. Identifikasi pemeriksaan 3. Mengetahui faktor
rentang normal kehamilan sebelumnya penyebab risiko cedera

50
5. Periksa denyut jantung janin dari informasi
selama 1 menit gangguan obat diet dan
6. Monitor denyut jantung merokok
janin setiap 15 menit 4. Mengetahui informasi
7. Monitor tanda vital ibu pemeriksaan kehamilan
setiap setiap 4 jam yang dilakukan ibu apakah
Teraupetik : kehamilan terkontrol atau
8. Atur posisi ibu dan tidaknya
lakukan manuver leopold 5. Mengetahui denyut
untuk menentukan posisi jantung janin dan
janin kestabilannya selama 1
9. Ajarkan ibu untuk menit
menghitung gerak janin 6. Denyut jantung janin
(normal 10 gerakan dalam penting untuk di monitot
2 jam) untuk mengetahui keadaan
Edukasi : janin masih batas normal
10.Jelaskan tujuan dan atau tidak
prosedur pemantauan 7. Tanda vital menunjukan
11.Informasikan hasil adanya gangguan pada
pemantauan kondisi ibu dan dan
perubahan tanda vital ibu
yang abnormal dalam
mengancam janin
8. Untuk menentukan posisi
bayi dan memudahkan
dalam peeriksaan denyut
jantung janin
9. ibu mengetahui gerakan
janin dalam batas normal
atau tidak
10. Klien dan keluarga
mengetahui tujuan dari

51
prosedur yang dilakukan
11. Klien dan keluarga
mengetahui hasil
pemantauan

Pengukuran gerak janin


Observasi :
1. Identifikasi kemampuan 1. Mengetahui kemampuan
ibu menghitung gerak dalam mengukur gerak
janin janin
2. Monitor gerak janin 2. Gerak janin normal 10x/ 2
Teraupetik : jam
3. Catat dan hitung gerakan 3. Gerakan janin terpantau
janin dan memudahkan proses
4. Berikan oksigen 2-3 perawatan
L/menit bila gerakan janin 4. Hipoksia bisa menjadi
tidak samapi 10 gerakan penyebab gerakan janin
dalam 12 jam menurun
Edukasi : 5. Dapat mangetahui keadaan
5. Jelaskan manfaat dan konsiri janin dari
menghitung gerak janin keatifan janin bergerak
6. Anjurkan ibu memenuhi 6. Janin akan lebih aktif
kebutuhan nutrisi seblum bergerak ketika ibu selesai
menghitung gerak janin makan
7. Ajarkan ibu cara 7. Ibu mengetahui cara
menghitung gerak janin menghitung gerak janin
Kolaborasi : 8. Tim medis untuk
8. Kolaborasi tim medis bila penanganan yang lebih
ditemukan gawat janin optimal

52
5. Implementasi Keperawatan
Table 4.6 implemetasi keperawatan

Nama : Ny. A Nomor rekam medis : 21.44.58


Usia : 20 tahun Diagnosa : G1P0A0 + PEB

Tanggal 03 Juni 2022 hari perawatan 1


No. Paraf
Pukul Implementasi Respon Hasil
Diagnosa
07.20 I 1. Memonitor status fisik ibu menggunakan 1. Hasil pemantauan menunjukan skore Ny.A TIARA
instrument tabel Early Warning System adalah 7 yang berarti memiliki risiko tinggi
(EWS) obsetri. dan memelukan pemantauan monitoring secara
kontinu

07.29 I 2. Menanyakan riwayat obsetri 2. Pasien mengatakan mesnstruasi pertama pada


usia 14 tahun, lama haid 4-5 hari, siklus 28
hari. Pasien mengatakan dirinya hamil anak
pertama usia 37 minggu dan belum ada riwayat
keguguran sebelumnya (G1P0A0), HPHT
sekitar tanggal 25 Agustus 2021 taksiran
persalinannya tanggal 02 Juni 2022.
07.30 I 3. Menanyakan riwayat penyakit hipertensi, 3. Pasien mengatakan dirinya tidak pernah
ginjal DM mengalami darah tinggi sebelumnya namun
ibu dari pasien telah mengalami penyakit
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

53
07.32 I,II 4. Menanyakan adanya alergi, kebiasaan 4. Pasien mengtakan dirinya tidak memiliki
merokok dan alkohol pada ibu riwayat merokokataupun alkohol.

07.33 I 5. Memberikan obat antihipertensi sesuai 5. Pasien meminum obat


order dokter nifedipin 10 mg oral

07.34 I 6. Menanyakan ketidaknyamanan yang 6. Pasien mengatakan tengkuk berat, kaki kebas
dialami ibu saat ini dan keram dan nyeri abdomen yang hilang
timbul
07. 40 I 7. Melakukan pengecekan tanda vital 7. TD : 168/109 mmHg, N: 88x/mnt, RR: 22
x/mnt, S: 36,80C,

07.45 II 8. Melakukan pemeriksaan leopold bersama 8. Presentasi janin kepala, TFU: 29 cm, bagian
bidan atas teraba bokong, bagian sisi kanan ibu
teraba Punggung, organ kecil sebelah kiri ibu,
bagian bawah teraba kepala, sudah masuk PAP
4/5.

08.00 II 9. Melakukan pengecekan detak jantung janin 9. DJJ :145x/mnt, teratur dan terdengar kuat
selama 1 menit

08.10 I 10. Berdiskusi Tentang persiapan persalinan 10. Pasien mengatakan dirinya ingin bersalin
dan menjelaskan risiko berat bayi lahir normal bila memungkinkan, pasien mengerti
lahir rendah tentang penjelasan risiko berat bayi lahir
rendah

08.45 I 11. Memonitor status neurologis 11. GCS 15 E:4 V:5 M: 6, nyeri kepala bagian
depan skala 3-4, kaku kuduk tidak, Brudzinski
sign negative, aura kejang tidak ada.
09.00 I 12. Memonitor tanda persalinan 12. Belum ada tanda persalinan

54
09.23 I 13. Menganjurkn berbaring dengan kaki di 13. Pasien menerima dan akan mencoba sesuai
tinggikan dan menghindari berdiri atau anjuran
menggantung kaki terlalu lama
14. TD : 154/98 mmHg, N: 90x/mnt, RR: 20
09.24 I 14. Melakukan pengecekan tanda vita dan x/mnt, S: 37,00C, DJJ :128x/mnt
pengecekan denyut jantung janin pada
Ny.A

11.00 I 15. Pemberian injeksi obat ondansetron 4 mg 15. Pasien mengatakan sedikit nyeri ketika
melalui IV dimasukan obat melalui intravena

12.00 II 16. meminta ibu untuk menghitung gerak janin 16. Pasien menerima anjuran dan menghitung
selama 2 jam gerak janin (7-8 x gerakan)

12.10 I,II 17. Melakukan pengecekan tanda vital dan 17. TD : 148/90 mmHg, N: 88x/mnt, RR: 18
denyut jantung janin pada Ny.A x/mnt, S: 36,40C, DJJ :141x/mnt

15.00 I 18. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang 18. Pasien mengatakan dirinya biasa tidur di jam
cukup 6-8 jam dimalam hari dan 1-2 jam di 22.00
siang hari

15.05 I 19. Memberitahu hasil pemantauan yang telah 19. Klien dan keluarga mengerti kondisi yang
di lakukan pada klien dan keluarga dialami saat ini dan berharap diberikan
perawatan dan pengobatan terbaik.

55
Tanggal 04 Juni 2022 hari perawatan ke 2
No. Paraf
Pukul Implementasi Respon Hasil
Diagnosa
07.00 I 1. Menanyakan tentang keluhan pemeriksaan 1. Pasien mengatakan periksa kehamilan di TIARA
kehamilan sebelumnya bidan dan puskesmas desa keluhannya hanya
pusing dan nyeri punggung saat di periksa
tekanan darahnya normal

07.05 I,II 2. Melakukan pengecekan tanda vital dan 2. TD : 152/101 mmHg, N: 86x/mnt, RR: 20
denyut jantung janin pada Ny.A x/mnt, S: 36,10C, DJJ :120x/mnt

07.30 I 3. Memberikan obat nipedipin 10 mg sesuai 3. Pasien meminum obat


order dokter

07.37 I 4. Melakukan pengecekan reflex patella 4. Reflex patella baik ++/++

08.00 I 5. Melakukan hidroterapi rendam kaki air 5. Ny.A mengatakan nyaman dengan terapi
hangat dan jahe yang diberikan

09.15 I,II 6. Memantau tanda-tanda persalinan 6. Pasien menunjukan adanya tanda persalinan,
adanya kontraksi, nyeri perut, pembukaan
jalan lahir, saat dilakukan pemeriksaan
dalam didapatkan pembukaan serviks 3 cm,
keluar cairan bening bercak merah

10.00 I,I 7. Memonitoring his persalinan 7. His datang 7-8 menit sekali dengan durasi
10-15 detik

10.10 I 8. Merendahkan tempat tidur pasien 8. Tempat tidur telah di rendahkan

10.15 I 9. Memonitoring status neurologis 9. GCS 15, nyeri kepala bagian depan skala 3

56
kaku kuduk tidak, Brudzinski sign negatif.

10.30 I,II 10. Mendampingi ibu saat cemas dan 10. Klien cemas dengan keadaannya dan
menganjurkan relaksasi nafas dalam merasakan nyeri perut serta mulas pasien
mengikuti anjuran menarik nafas dalam
ketika nyeri datang

10.32 II 11. Memeriksa DJJ 11. DJJ 134 x/menit, terdengar kuat dan tidak
teratur

10.35 I 12. Memberikan induksi persalinan oksitosin 1 12. Pasien terpasang infus rl drip oksitosin
ampul drip RL 250 ml

10.40 I 13. Memonitoring his persalinan 13. His datang 2-3 menit sekali dengan durasi
20-30 detik

10.43 I,II 14. Melakukan pemeriksaan dalam bersama 14. Bukaan serviks 9 cm
bidan

10.45 I 15. Melakukan pemeriksaan DJJ 15. DJJ 130x menit terdengar kuat tidak teratur

11.00 II 16. Meminta pasien untuk miring kiri dan 16. Pasien mengikuti arahan dalam persalinan
menarik napas dalam ketika his dating

11.10 I 17. Membantu menyiapakan alat instrument 17. Alat siap digunakan
partus set menyiapkan suction dan oksigen
di dekat pasien
11.15 I 18. Membantu bidan melakukan pemeriksaan 18. pembukaan serviks tetap 9 cm dengan cairan
dalam bening bercampur darah

11.20 II 19. Melakukan pengecekan DJJ 19. DJJ : 118 x/menit, terdengar lemah dan
tidak teratur

57
11.30 20. Melakukan skin test dan Memberikan 20. Skin test menujukan tidak ada tanda alergi
I
therapi ceftriaxone 1 vial IV sesuai order dan obat telah dimasukan
dokter
11.40 21. Melakukan pengecekan DJJ kembali
I 21. DJJ : 120 x/menit, terdengar lemah dan
tidak teratur
12. 30 22. Melakukan observasi pada bayi Ny.A
II 22. BB : 2400 gr, APGAR score = A : 1 P :1 G
:1 A :2 R :1 Score 4: asfiksia sedang banyi
Ny.A di rawat di ruang intensive ICU
14.35 23. Melakukan pengecekan tanda vital pada
II Ny.A 23. TD : 134/98 mmHg, N: 90x/mnt, RR: 20
x/mnt, S: 36,60C

14.40 24. Memberikan obat MgSO4 40% sesuai 24. Pasien terpasang infus RL drip MgSO4 10
I order dokter ml 20 tpm kolf I, Pasien mengatakan tidak
ada nyeri di tangan dan tidak ada
15.00 25. Memberikan terapi ondansetron IV sesuai
I anjuran dokter 25. Obat telah dimasukan pasien mengatakan
tidak lagi terasa mual
15.10 26. Memonitor status fisik ibu dengan dari
I tabel EWS obsetri 26. Hasil monitor status ibu di daptkan skore
4-5 dengan status risiko ringan hingga
sedang yang tetap memerlukan pemantauan

58
Tanggal 05 Juni Hari Perawatan ke 3
No. Paraf
Pukul Implementasi Respon Hasil
Diagnosa
07.10 II 1. Melakukan observasi pada bayi Ny.A di 1. Bayi Ny.A dalam inkubator suhu 320C TIARA
ruang ICU terpasang infus, ogt dan nasal kanul 0,5 L
Spo2 : 99% N: 102x/menit

07.30 I 2. Memberikan obat nipedipin oral 10 mg 2. Pasien meminum obat


sesuai order dokter

07.35 I,II 3. Melakukan pengecekan tanda vital pada 3. TD : 162/107 mmHg, N: 86x/mnt, RR: 18
Ny.A x/mnt, S: 36,50C

08.00 I 4. Memberikan obat MgSO4 10 ml sesuai 4. Pasien terpasang infus RL drip MgSO4 10
order dokter ml 20 tpm kolf II, Pasien mengatakan tidak
ada nyeri di tangan dan tidak ada

08.05 I 5. Membantu ibu untuk miring kanan miring 5. Pasien sudah mampu miring kiri dan kanan
kiri dan duduk

10.00 I 6. Melakukan hidroterapi rendam kaki air 6. pasien mengatakan nyaman dengan terapi
hangat dan jahe selama 15 menit yang diberikan

7. Mendampingi ibu saat cemas dan


7. Klien cemas dengan keadaannya dan
11.00 I,II
menganjurkan relaksasi nafas dalam merasakan nyeri perut serta mulas pasien
mengikuti anjuran menarik nafas dalam
ketika nyeri datang
8. Melakukan pengecekan tanda vital pada 8. TD : 139/92 mmHg, N: 88x/mnt, RR: 20
I
14.45 Ny.A x/mnt, S: 36,30C

59
15.00 I 9. Melakukan pengecekan tanda vital pada 9. TD : 130/88 mmHg, N: 88x/mnt, RR: 20
Ny.A x/mnt, S: 36,80C

15.10 I 10. Memonitor status fisik ibu dengan dari 10. Hasil monitor status ibu di daptkan skore
tabel EWS obsetri 1-4 dengan status risiko ringan

60
6. Evaluasi Keperawatan
Table 4.7 evaluasi keperawatan

Nama : Ny. A Nomor rekam medis : 21.44.58


Usia : 20 tahun Diagnosa : G1P0A0 + PEB

No. Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Paraf


1. 03 Juni 2022 I S:
- Pasien mengatakan dirinya hamil anak pertama dan tidak tau jika mempunyai
darah tinggi
- Pasien mengatakan kaku leher
- Pasien mengatakan merasa nyaman dengan terapi rendam kaki yang dilakukan
O:
- Keadaan umum lemah
- Tampak wajah dan ekstremitas bengkak
- TD : 148/90mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 18x/mnt, S : 36,4 0C
- Braxton hicks ada
- Hasil pemantauan EWS score ibu berada pada risiko tinggi Dengan demikian
kondisi ibu belum stabil dan memerlukan pemantauan.

A : masalh keperawatan risiko cedera ibu belum teratasi


P : intervnesi dilanjutkan
2. 03 Juni 2022 II S:
- Pasien mengatakan nyeri pada abdomen hilang timbul
- Pasien mengatakan dirinya takut terjadi sesuatu pada anaknya

O:
- Keadaan umum lemah

61
- DJJ tidak stabil namun masih dalam rentang normal
- Gerak janin 6-7 gerakan/2 jam
- Tanda tanda vital ibu tidak stabil dari hasil pemantauan
A : masalah keperawatan risiko cedera janin belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

62
No. Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Paraf

1. 04 Juni 2022 I S:
- Pasien mengatakan nyeri perut semakin terasa
- Pasien mengatakan mulas dan sakit di sekitar pinggang
- Pasien mengatakan adanya cairan keluar dari jalan lahir
O:
- Keadaan umum lemah
- Tampak wajah dan ekstremitas bengkak
- TD : 148/90mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 18x/mnt, S : 36,40C
Tampak cairan keluar berwarna kekuningan dan bercak darah
- Didapatkan hasil pemeriksaan dalam 9 cm
- Hasil pemantauan EWS score ibu berda pada risiko sedang.
Dengan demikian kondisi ibu belum stabil dan masih memerlukan pemantauan.
- Pasien menunjukan adanya tanda persalinan, adanya kontraksi, bukaan jalan
lahir, keluar cairan bening bercak merah
A : masalah keperawatan risiko cedera ibu belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2. 04 Juni 2022 II S:
- Pasien mengatakan nyeri pada abdomen
- Pasien mengatakan dirinya takut terjadi sesuatu pada janinnya
O:
- Keadaan umum lemah, pasien tampak cemas
- DJJ tidak stabil dan menurun
- Tanda tanda vital ibu tidak stabil dari hasil pemantauan
A : masalah keperawatan risiko cedera janin meningkat
P : modifikasi intervensi (rencana operasi Sc cito)
I : kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan sactio Caesar

63
No. Tanggal No. Diagnosa Evaluasi

1. 05 Juni 2022 I S:
- Pasien mengatakan kondisinya sudah baik dan ingin pulang
- Pasien mengatakan pusing dan kaku leher tidak ada
- Pasien mengatakan merasa nyaman dengan terapi rendam kaki yang dilakukan
kebas juga sudah tidak terasa pasien mengatakan akan melanjutkan di rumah
O:
- Keadaan umum baik
- Involusi uteri 2 jari di bawah pusat
- Lochea sedikit berwarna merah kecoklatan
- Klien sudah dapat duduk dan berjalan perlahan
- TD : 120/88 mmHg, RR: 20 x/mnt, S : 36,80C
- Denyut nadi apikal 88x/menit
- Hasil pemantauan EWS score ibu berada pada risiko ringan.
Kondisi ibu telah stabil namun masih perlu diperhatikan

A : masalah keperawatan risiko cedera ibu teratasi

P : intervnesi dihentikan

64
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan
data yang ditemukan dalam proses keperawatan pada kasus Ny. S dengan
pemenuhan kebutuhan rasa aman pasien Preeklampsia yang dirawat di Ruang
Melati RS Bhayangkara Bengkulu. Kesenjangan antara teori dan kasus akan
dibahas mulai dari pengkajian hingga evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Preeklampsia berat adalah
Pada kasus Ny. A dengan diagnosa PEB didapatkan data bahwa
saat ini mengandung anak pertama dengan usia kandungan saat ini 36-37
minggu. Ibu primigravida berisiko mengalami Preeklampsia karena
terkait dengan faktor psikologis ibu yang lebih cemas dan mudah stres
dalam menghadapi persalinan dibanding ibu multigravida. Keadaan
emosional dan mudah stres akan membuat tubuh melepaskan hormone
kortisol sehingga hormone kortisol meningkat dan menyebabkan tekanan
darah meningkat (Pratiwi, 2020).
Pada pemeriksaan ditemukan data Ny.A mengalami tekanan darah
tinggi terdeteksi 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Saat dikaji
tanggal 03 Juni 2022 didapatkan data Ny.A mengeluh pusing di bagian
depan dan menjalar ke bagian mata, lemas setalah beraktivitas, leher
kaku, terkadang terasa nyeri di pinggang, bengkak di bagian wajah dan
ekstremitas serta sering mengeluh kakinya keram dan kebas saat sebelum
tidur. Selain itu didapatkan data sedikit mual dan ada nyeri tekan
epigastrium pada data ini dicurigai pasien mengarah ke sindrom HELLP.
Namun saat diperiksa tidak ada pandangan kabur dan hasil pemeriksaan
laboratorium jumlah trombosit dalam batas normal yakni 343.000/ul.
Dimana tanda umum preeklampsia dengan sindrom HELLP parsial
meliputi tanda gejala preeklampsis berat disertai pandangan kabur, enzim
hepar meningkat, hemolysis intravaskuler dan rendahnya trombosit
(Syafrullah & Lisiswanti, 2016).

65
Pada pengkajian riwayat keluarga didapatkan data bahwa ibu dari
Ny.A mengalami darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu. Berdasarkan teori
salah satu faktor resiko preeklamsia adalah riwayat pada anggota
keluarga dimana wanita yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada
anggota keluarga tingkat pertama mempunyai pengaruh yang sama
dengan nulipara memiliki resiko dua hingga empat kali lipat terdiagnosa
preeklampsia (Apriliya et al., 2021).
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan tingginya tekanan darah ≥140/90 mmHg dan disertai salah satu
dari : proteinuria, disfungsi organ maternal lain atau disfungsi
uteroplasental (Herlambang, 2020). Berdasarkan data Ny.A sebelum
datang ke rumah sakit sering merasakan sakit dibagian pinggang hilang
timbul namun tidak ada cairan yang keluar dari jalan lahir. Saat di rumah
sakit dilakukan pengecekan tekanan darah didapatkan tekanan darah
dalam 2 kali pengukuran selang 2 jam adalah 168/100 mmHg, dan
protein urine sewaktu +1, DJJ : 145x/menit dan saat dilakukan
monitoring dengan tabel EWS dengan skore 7 (resiko tinggi).
Data yang didapat menunjukan adanya masalah dalam kehamilan
Ny.A yaitu Preeklampsia berat dimana preeklampsi mempunyai kaitan
erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik pada janin
maupun ibu (Rustanti et al., 2020) oleh kerena itu dalam keadaaan ini
membutuhkan pemantauan dan penanganan yang tepat untuk
menghindari risiko ancaman yang bisa ditimbulkan pada ibu dan janin.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditemukan pada kasus Preeklampsia yang dialami
Ny.A penulis mengangkat dua diagnosa risiko yang dibahas pada teori
bab II yaitu diagnosa risiko cedera ibu d.d adanya penyakit penyerta
kehamilan yaitu hipertensi karena sekitar 80% data yang ditemukan saat
pengkajian mendukung tegaknya diagnosa risiko cedera ibu d.d adanya
penyakit penyerta kehamilan (PEB). Data yang ditemukan antara lain
Ny.A primigravida dengan usia gestasi 36-37 minggu, mengatakan

66
badannya lemas, sakit kepala daerah depan menjalar ke bagian mata
terkadang nyeri di pinggang hilang timbul, merasa kebas dan keram pada
kaki ketika malam hari dan berlangsung 5-10 menit, tengkuk terasa berat,
tekanan darah 168/100 mmHg serta protein urine +1, sedikit mual dan
nyeri ulu hati.
Diagnosa kedua, penulis mengangkat diagnos risiko cedara janin
d.d induksi persalinan dan kecemasan serta kondisi klinis terkait dengan
ibu yang memiliki hipertensi. Data yang didapatkan dalam mendukung
penegakan diagnosa ini antara lain Ny.A merasa cemas dan khawatir
terhadap kondisi diri dan bayinya saat ini, Ny.A mengatakan nyeri perut
terasa sejak 2 hari lalu sebelum masuk rumah sakit, Ny.A jarang
menghitung gerakan janin, Ny.A tidak rutin pemeriksaan ke dokter
kandungan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada kasus Ny.A dibuat berdasarkan diagnosa yang
sudah dirumuskan sebelumnya. pada kasus Ny.A penulis menyusun
rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang muncul berdasarkan rencana keperawatan yang telah dituliskan
pada teori. Pada diagnosa pertama yaitu resiko cedera ibu d.d penyakit
penyerta (PEB) penulis menyusun tiga intervensi yang diambil dari
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu: perawatan
resiko kehamilan resiko tinggi, perawatan persalinan resiko tinggi dan
pencegahan kejang.
Sebagai intervensi kembangan untuk diagnose resiko cedera ibu
yang berfokus pada pemantauan status fisik ibu penulis menggunakan
instrumen pemantauan tebel EWS obsetri untuk memantau status fisik
ibu dimana dilakukan pengecekan tanda-tanda vital ibu dan denyut
jantung janin setiap 4. Selain itu untuk mengurangi kecemasan dan nyeri
ringan yang dilakukan setiap hari selama pasien dirawat serta
menerapkan hidro terapi rendam kaki dengan air hangat dan jahe dimana
kandungan atsiri dalam jahe merah akan memberikan efek rasa hangat

67
dan bau yang pedas sehingga pembuluh darah menjadi lebar dan aliran
darah menjadi lancar (Arinda & Khayati, 2019).
Pada diagnosa kedua yaitu resiko cedera janin d.d persalinan lama
kala 1 dan induksi perslinan penulis menyusun dua rencana keperawatan
yaitu : pemantauan denyut jantung janin dan pengukuran gerak janin.
Adapun edukasi yang diberikan media edukasi leaflet tentang
preeklampsia dan cara menghitung gerak janin dikembangkan untuk
mengatasi diagnosa kedua dengan cara melakukan edukasi sambil
berdiskusi selama 5-10 menit setiap hari selama pasien dirawat di RS.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan
dengan melakukan tindakan keperawatan atau implementasi. Pada kasus
Ny. A terdapat kesenjangan intervensi dan implementasi yang dilakukan.
Semua tindakan dilaksanakan sesuai rencana yang disusun namun pada
saat proses implementasi hari ke 2 Ny.A telah menunjukan tanda-tanda
persalinan seperti nyeri pada bagian pinggang, keluar lendir bercak
merah pada jalan lahir serta saat dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan servik 3 cm.
penulis memodifikasi rencana di mana implementasi hari ke 2
menambahkan tindakan perawatan persalinan risiko tinggi karena dalam
temuan kasus Ny.A dapat dikatakan persalinan memanjang hal ini
dikarenakan Ny.A sudah merasakan nyeri pinggang 2 hari sebelum
masuk rumah sakit namun nyeri tersebut tidak teratur dan hilang timbul
serta belum ada bukaan jalan lahir.
Dalam pelaksanaan diagnosa kedua yaitu risiko cedera janin proses
implementasi hanya dilakukan 2 hari, karena bayi sudah lahir melalu
proses operasi sactio caesar di hari ke 2 perawatan dan implementasi
dilanjutkan dengan observasi pada bayi. Dalam proses implementasi juga
terdapat intervensi yang tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal
seperti terapi rendam kaki, karena keterbatasan kesediaan air panas
sehingga proses mempertahankan suhu air tidak bisa di pertahakan

68
seutuhnya, sehingga penulis hanya melakukan perendaman kaki namun
dimenit terakhir suhu nya sudah tidak cukup akurat.
Penulis melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari
dimulai pada tanggal 03 sampai dengan 05 Juni 2022 selama perawatan
penulis memantau status fisik ibu dan janin dimana kondisi ibu
mengalami perbaikan dari resiko tinggi menjadi resiko rendah. Selama
perawatan perawat juga melakukan pemantauan tanda kejang serta
melakukan pemantauan status neurologis.
Selama melakukan implementasi, penulis menemukan faktor
pendukung keberhasilan tindakan pada Ny.A yaitu pasien dan keluarga
sangat kooperatif selama tindakan dan aktif selama kegiatan pendidikan
kesehatan, kerjasama terjalin baik dengan perawat ruangan, data medis
dari dokter dan catatan keperawatan didapatkan dengan baik sehingga
pelaksanaan keperawatan dapat berjalan lancar.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana
keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang ditunjukkan
oleh pasien. Pada kasus ini, penulis menggunakan dua jenis evaluasi
yaitu evaluasi formatif atau respon hasil yang dilakukan segera setelah
melakukan tindakan dan evaluasi sumatif atau perkembangan yang
dilakukan dalam 4-5 jam setelah tindakan dengan membandingkan
respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan menggunakan metode
SOAP, yaitu S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisis), P (Planning).
Pada Ny. A setelah dilakukan implementasi dan evaluasi selama 3
hari. Semua indikator keberhasilan pada diagnosa risiko cedera ibu
dibuktikan dengan penyakit penyerta kehamilan (PEB) antara lain:
kejadian cedera menurun, tekanan darah mambaik, frekuensi nadi
membaik, frekuensi nafas membaik, denyut jantung apikal membaik
dapat tercapai dengan melaksanakan implementasi sesuai intervensi yang
disusun. Berbeda halnya dengan diagnosa kedua yaitu risiko cedera janin
d.d persalinan lama kala 1 dan induksi persalinan belum tercapai semua

69
indikator keberhasilan, antara lain: risiko cedera menurun, namun dengan
dilaksanakannya tindakan pemantauan berkala sehingga dapat
mendeteksi perburukan kondisi janin oleh karena itu tindakan
pembedahan dapat dilakukan dengan segera oleh tim medis.
Pada evaluasi perkembangan atau sumatif hari ketiga perawatan
diagnosa resiko cedera ibu d.d penyakit penyerta kehamilan (PEB)
didapatkan hasil (S) Subjektif: Pasien mengatakan kondisinya sudah baik
dan ingin pulang, pasien mengatakan kaku leher dan pusing sudah tidak
terasa, pasien mengatakan nyaman dengan terapi rendam kaki dan kebas
malam hari sudah berkurang dan akan melanjutkan terapi dirumah. (O)
Objektif: keadaan umum membaik, involusi uteri 2 jari dibawah pusat,
lochea sedikit dan warna merah kecoklatan, pasien sudah bisa duduk dan
berjalan, TD 120/88 mmHg, suhu 36,80C, HR: 88x/m RR :20x/menit, (A)
Analisa: masalah keperawatan resiko cedera ibu teratasi, (P) Planning:
intervensi dihentikan, pasien pulang dan di beri edukasi untuk tetap
control kondisi dan edukasi resiko kejang masih ada hingga 40 hari post
partum.
Pada diagnosa kedua resiko cedera janin d.d persalinan lama kala 1
dan induksi persalinan hari perawatan kedua didapatkan hasil (S)
Subjektif: pasien mengatakan nyeri abdomen bertambah, pasien
mengatakan dirinya cemas (O) Objektif: keadaan umum lemah, DJJ
menurun terdengar lemah dan tidak stabil, tanda vital ibu tidak stabil dari
hasil pemantauan, (A) Analisa: masalah keperawatan resiko cedera janin
ada, (P) Planning:modifikasi intervensi (rencana operasi Sc cito), (I ):
kolaborasi dengan dokter dan tim medis untuk tindakan pembedahan
sactio Caesar.

70
BAB V
PENUTUP
A. Kasimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperatan maternitas pada Ny. A dengan
Preeklampsia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data fokus hasil pengkajian pada kasus Ny. A didapatkan bahwa hamil
usia 36-37 minggu, didapatkan data TD : 168/100mmHg, protein urine
+1 Saat ini Ny.A mengandung anak pertama dimana tigkat kecemasan
lebih tinggi dalam menghadapi persalinan, pasien terlihat lemah, pasien
mengeluh sering sakit kepala, nyeri pada perut, kaku sekitar leher, keram
kaki. Berdasarkan pengkajian tersebut didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori dan dapat disimpulkan bahwa kasus Ny. A termasuk
klasifikasi preeklampsia berat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dan kasus Ny. A sesuai
dengan data teori. Diagnosa risiko cedera ibu dibuktikan dengan adanya
penyakit penyerta kehamilan (PEB). Penulis mengangkat diagnosa risiko
cedera ibu menjadi diagnosa utama karena sesuai kondisi keadaan ibu
yang menunjukan adanya risiko cedara dan akan berbahaya bahkan bisa
menyebabkan kematian bila tidak segera diatasi. Kemudian risiko cedera
janin diangkat menjadi diagnosa kedua karena kondisi janin yang sudah
pasti berhubungan dengan ibu dengan demikian bila kondisi ibu
memburuk maka juga akan berdampak pada kondisi janin.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan rasa
aman pasien preeklampsia adalah dengan melaksanakan tindakan
observasi berupa pemantauan yang dilakukan setiap 4 jam sekali yang
hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan menggunkaan instrument
Eearly Warning System. Kemudian tindakan teraupetik juga dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan rasa aman yaitu dengan mendampingi ibu

71
saat cemas dan menganjurkan nafas dalam sebagai terapi relaksasi dalam
proses persalinan serta terapi rendam kaki yang diharapkan dapat
menurunkan tekanan darah. Kandungan minyak atsiri pada jahe yang
menimbulkan sensasi hangat dapat memperlebar pembuluh darah dengan
demikian aliran darah dapat lebih lancar sehingga pembengkakan di
daerah ekstremitas bawah bisa berkurang. Perencanaan pada kasus Ny.
A ini telah disusun secara sistematis dengan mengacu pada buku SLKI
dan SIKI sesuai fokus dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu
mengenai asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman pada ibu
hamil dengan preeklampsia.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan observasional yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan
rasa aman pasien PEB adalah memonitor tanda – tanda vital dan denyut
jantung janin menggunakan table EWS obsetri. Tindakan terapeutik
dengan menerapkan terapi rendam kaki dengan air hangat dan jahe serta
terapi relaksasi dan pendampingan pada ibu saat cemas.Tindakan edukasi
pemenuhan kebutuhan rasa aman berupa leaflet tentang preeklampsia dan
cara menghitung gerak janin. Selain itu, perlu dilaksanakan tindakan
kolaborasi bersama tenaga kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan tindakan melalui
indikator yang ditetapkan sebelumnya dan dilakukan segera setelah
tindakan maupun setiap akhir shift untuk evaluasi perkembangan. Hasil
evaluasi pada hari ketiga semua indikator pada diagnosa risiko cedera ibu
(bebas dari kejang) telah berhasil dicapai sehingga dapat disimpulkan
bahwa dengan melaksanakan standar intervensi yang telah disusun
tersebut, penulis berhasil melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuh rasa aman pada ibu hamil dengan PEB.

72
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat menerapkan metode rendam kaki dengan air
hangat dan jahe untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan sebagai terapi
relaksasi. dan penting untuk melakukan kontrol rutin dalam masa
kehamilan untuk menghidari serta mendeteksi dini apabila ada masalah
dalam periode kehamilan.
2. Bagi Perawat
Perawat hendaknya dapat memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan menyeluruh serta lebih memperhatikan dalam
memonitoring pasien dengan risiko tinggi cedera menggunakan instrument
tabel EWS obsetri untuk menilai perbaikan maupun penurunan kondisi
pada pasien dengan preeklampsia.
3. Bagi institusu pendidikan
a. Dosen
Diharapkan dosen melatih dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan pengkajian, mengembangkan intervensi yang dapat
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman pada ibu hamil
dengan preeklampsia, dan lebih sering membahas kasus-kasus
lapangan seperti ini saat pembelajaran teoritis.
b. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mempelajari lebih dalam mengenai pengkajian
dan memperluas wawasan tentang pengembangan intervensi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa aman pada ibu hamil dengan preeklampsia.

73
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2016). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan (1st
ed.). Jakarta: Prenadamedia Group. Al-Qur'an Kemenag RI. (2019).

Alahakoon, T. I., Medbury, H. J., Williams, H., & Lee, V. W. (2020). Lipid
profiling in maternal and fetal circulations in preeclampsia and fetal growth
restriction-a prospective case control observational study. BMC Pregnancy
and Childbirth. https://doi.org/10.1186/s12884-020-2753-1

Anggraeni, R. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Preeklampsia Berat


Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Dan Keselamatan.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1434/1/Naskah Publikasi_Ririn
Anggraeni_P17196.pdf

Apriliya, M. U., Windayanti, H., Sari, I. N., Made, N., & Sari, P. (2021).
Literature Review : Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat. 59–71.
Arifuddin, A. (2018). Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 87–92.
https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.70

Arinda, N., & Khayati, N. (2019). Rendam Kaki Dengan Rebusan Jahe Merah
Dapat Mencegah Terjadinya Eklamsia. 2(2).

Bothamley, J., & Boyle, M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas:


Patofisiologi dan Kebidanan (Edisi 4). Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan
RI. (2015).

Deswani, Desmamita, U., & Mulyanti, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Dengan


Pendekatan Neurosains. Wineka Media.
https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_KEPERAWATAN_PRE
NATAL_DENGAN_PENDE/dzGIDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=tanda+
kehamilan&printsec=frontcover

Dinas kesehatan provinsi bengkulu, K. (2019). Profil Kesehatan provinsi


Bengkulu Tahun 2018. In Sub.Bag.Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Fitrina, Y., Anggraini, D., & Anggraini, L. (2021). Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis E-ISSN : 2622-2256 Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat
dengan Garam dan Serai terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256. 4(2), 1–10.

Hartati, N. N., Surinati, I. D. A. K., & Pradnyaningrum, N. N. D. V. (2018).


Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Ibu Bersalin.

74
Gema Keperawatan, 000, 1–9. http://www.ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id/index.php/JGK/article/view/271

Herlambang. (2020). Peran DHA dalam Pencegahan Preeklampsia. Conferences


of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya,
1(1). https://doi.org/10.32539/dies.v1i1.31

Iqrayanty, I., Al Kautzar, A. M., & Taherong, F. (2020). Manajemen Asuhan


Kebidanan Antenatal Care pada Ny “A” dengan Preeklamsia Ringan Sampai
Nifas Hari Ke-3 di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019. Jurnal
Midwifery, 2(1), 20–30. https://doi.org/10.24252/jmw.v2i1.13154

Juliantari, K. budi, & hariyasa sanjaya, i nyoman. (2017). karakteristik pasien ibu
hamil dengan preeklamsia. E-Jurnal Medika, 6(4), 1–9.

Kementerian Kesehatan RI, . (2019). Indonesia Health Profile 2018. In Profil


Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Khanifah, M. (2021). Deteksi Dini dan Pengenalan Tanda Bahaya. Media Sains
Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Kebidanan_Kehamilan/mZ
5BEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=perubahan+psikologi+ibu+hamil&print
sec=frontcover

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: Konsep, proses, dan praktik (7 ed., Vol. II). Jakarta: EGC.

Lalenoh, D. C. (2018). Preeklamsia Berat dan Eklampsia : Tatalaksana Anastesia


Periopertif (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.

Lu, T.-H., Chen, D.-R., & Chiang, T.-L. (2015). efektifitas kombinasi terapi slow
stroke back massage dan akupresure terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hiperten. Taiwan Journal of Public Health, 34(2), 115–119.
Lyall, F., & Belfort, M. (2007). Pre-eclampsia Etiology and Clinical Practic.
New York: University Press.

Malha et al. (2018). Hypertension in Pregnancy in Hypertension: A Companion to


Braunwald's Heart Disease (Vol. 3). Elsevier.

Norma, N., & Mustika. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nur, A. F., & Arifuddin, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Preeklamsia Pada Ibu
Hamil Di RSU ANUTAPURA KOTA PALU 2. Jurnal Kesehatan Tadulako,
3(2), 69–75.

75
Octiara, D. L., Dewi, R., Sari, P., Ilmu, B., Kedokteran, F., & Lampung, U.
(2021). Mola Hidatidosa Hydatidiform Mole. 5, 50–53.

Opichka, M. A., Rappelt, M. W., Gutterman, D. D., Grobe, J. L., & McIntosh, J. J.
(2021). Review vascular dysfunction in preeclampsia. Cells, 10(11).
https://doi.org/10.3390/cells10113055

Pearce, E. C. (2011). Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis (S. Y. Handoyo


(ed.)). PT Gramedia Pustaka Utama.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan (7 ed.). Jakarta:


EGC.

Pratiwi, D. (2020). faktor maternal yang mempengaruhi kejadian preeklamsia


pada kehamilan. Jurnal Medika Hutama, 02(01), 402–406.

Rofi’ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana, A. (2019). Studi Fenomenologi


Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset
Kesehatan, 8(1), 41. https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.3844

Rustanti, I. Y., Khayati, N., & Nugroho, H. A. (2020). Penurunan Tekanan Darah
Pada Ibu dengan Preeklamsi Berat Dengan Terapi Rendam Kaki Air Sereh.
Ners Muda, 1(2), 132. https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5798

Saifuddin, A. B. (2016). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan


Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Sandi, & Putri, N. A. (2019). Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian
Preeklamsia Pada Ibu Hamil Placenta Previa As A Protectif Factor For
Preeclampsia In Pragnancy Artikel info. Placenta Previa As A Protectif
Factor For Preeclampsia In Pragnancy, 10(2), 79
84.https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.113

Senoadji, P. (2012). Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Anak Kita.


https://www.google.co.id/books/edition/Tanya_Jawab_Problem_Mitos_Peny
akit_Seput/JGmDCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=tanda+kehamilan&prints
ec=frontcover

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

76
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Sudarmono, A., Wiji, I., & Dewi, S. (2022). Pengaruh Pemberian L-Arginine
terhadap Perbaikan Kerusakan Endotel Arteri Koroner pada Jantung Mencit
( Mus Musculus ) Model Preeklampsia dapat diprediksi dan dengan
demikian pada wanita nulipara yang sehat , di antaranya pertama relatif
meningkat pada se. 9. https://doi.org/10.32539/JKK.V9I1.13106

Sukmawati, Widiasih, R., Mamuroh, L., & Nurhakim, F. (2021). Anemia


Kehamilan dan Fakto yang Mempengaruhi. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada, 21(1), 43–53.

Syafrullah, S. C., & Lisiswanti, R. (2016). Preeklamsia Berat dengan Parsial


HELLP Sindrom Severe Preeklamisa with Partial HELLP Syndrome. Jurnal
Medula Unila, 6(1), 160–164.http://repository.lppm.unila.ac.id/2348/1/Sarah-
dan-Rika_-Preeklamsia-Berat-dengan-Parsial-HELLP-Sindrom%281%29.pdf

Tarwoto, & Wartona. (2011). Anamia pada Ibu Hami, Konsep dan
Penatalaksanaanya. Trans Info Media.

Tomimatsu, T., Mimura, K., Matsuzaki, S., Endo, M., Kumasawa, K., & Kimura,
T. (2019). Molecular Sciences Preeclampsia: Maternal Systemic Vascular
Disorder Caused by Generalized Endothelial Dysfunction Due to Placental
Antiangiogenic Factors. International Journal of Molecular Sciences.
https://doi.org/10.3390/ijms20174246

Wang, W., & Wang, Y. (2020). Nomogram-based Prediction of Pre-eclampsia in


First Trimester of Gestation. Pregnancy Hypertension.

Wibowo. (2012). Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia Di


Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, 28(1),
9–19.
WHO. (2020). world Health Statistics.

Yollanda, A., Widayati, N., & Rhondianto. (2017). The Effect of Therapeutic
Exercise Walking on Pheripheral Blood Circulation in Patients wit. Pustaka
Kesehatan, 3.
Yuliana, D. retno, Seragih, E., Astuti, A., Wahyuni, & Murti, A. (n.d.). Asuhan
Kehamilan. Retrieved February 12, 2022, from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=RBgtEAAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PR17&dq=proses+kehamilan&ots=iW8MD3juA4&sig=NF2d5jP3ywT
iwvpYig2HqcqQ-2Q&redir_esc=y#v=onepage&q=proses
kehamilan&f=false

77
L
A
M
P
I
R
A
N

78
BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Tiara Anugra


Tempat/tanggal lahir : Lubuk Sepang, 14 Oktober 2001
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Pajar Menang Kec. Muara Pinang, Kab.
Empat Lawang Sumatera Selatan
Nama orang tua
Ayah : Hanapia
Ibu : Eva
Alamat Email : tiaraanugra_14@gmail.com
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman Pada Ibu Hamil Dengan
Preeclampsia Di Rumah Sakit Bhayangkara
Tahun 2022
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 11 Pendopo Empat Lawang
Sumatera Selatan
2. SD Negeri 18 Muara Pinang Empat
Lawang Sumatera Selatan
3. SMP Negeri 02 Muara Pinang Empat
Lawang Sumatera Selatan
4. SMA Negeri 01 Muara Pinang Empat
Lawang Sumatera Selatan

79
80
81
SOP HIDROTERAPI KAKI DENGAN AIR HANGAT DAN JAHE

Pengertian Merendam kedua kaki kedalam wadah yang berisi air hangat
dan jahe dengan suhu tertentu untuk menurunkan tekanan
darah.
Tujuan Untuk merelaksasikan otot serta memperlancar sirkulasi darah
dengan memvasodilatasi pembuluh darah
Persiapan Alat 1. Handuk Dewasa
2. Thermometer Air
3. Wadah
1. Lakukan inform consent
Proses 2. Atur lingkuan dan privasi
3. Dekatkan alat
4. Perawat cuci tangan /memakai handscoon
5. Atur klien dengan posisi duduk senyaman
mungkin
6. Mengukur tekanan darah klien sebekum
melakukan tindakan rendam kaki air hangat dan
jahe
7. Siapkan wadah lalu isi dengan air panas keudian
masukan 50 gram jahe merah tunggu selama 3
menit kemudian tambahkan air dingin lalu ukur
suhu menggunakan thermometer air (350C - 390C)
8. Masukan kaki kedalam wadah sampai menutupi
mata kaki rendam selama 10 – 15 menit
9. Tutup wadah dengan handuk untuk
mempertahankan suhu
10. Ukur suhu setiap 5 menit dan tambahkan air panas
jika suhu turun
11. Setelah selesai angkat kaki dan keringkan dengan
handuk

82
12. Lakukan pengukuran tekanan darah kembali
13. Bereskan alat dan perawat cuci tangan
14. Dokumentasikan hasil
(Arinda & Khayati, 2019)

83
INSTRUMEN PEMANTAUAN
Early Warning System (EWS)

(Apriliya et al., 2021)

84
FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN

Melakukan pemantauan Pengecekan tekanan darah


tanda – tanda vital ibu

Pengukuran suhu air hangat Melakukan perendaman kaki


terapi ibu dengan air hangat dan
rendam kaki dengan jahe jahe

85
Melakukan edukasi tentang
Melakukan edukasi tentang
penyakit preeklampsia cara menghitung gerak janin

Melakukan pemantauan DJJ Asistensi bidan dalam


pemeriksaan Leopold

86
Menyiapkan terapi medis Pendokumentasian hasil pemantauan
Ny.A pada tabel EWS obsetri

Vulva hygiene dan pemeriksaan TFU


post partum

87
Surat Izin Pra Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

88
Surat Izin Pra Penelitian RS Bhayangkara Kota Bengkulu

89
Surat Izin Penelitian Poltekkes Kemenkes Bengkulu

90
Surat Izin Penelitian Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Bengkulu

91
Surat Izin Penelitian RS Bhayangkara Bengkulu

92
Surat Keterangan Selesai Penelitian RS Bhayangkara Bengkulu

93

Anda mungkin juga menyukai