i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulisa dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan Judul “Penerapan Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Terapi
Pendamping Nyeri Gastritis Pada Ny. D dan Ny. S di UPTD Puskesmas Sawah
Lebar Tahun 2020”.
v
10. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan
Keperawatan Bengkulu.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan posistif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu
lainnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
C. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman .............. 18
1. Definisi Nyeri .............................................................................. 18
2. Klasifikasi Nyeri .......................................................................... 18
3. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pengalaman Nyeri ............... 20
4. Nyeri Gastritis ............................................................................. 23
D. Pengaruh Jus Pepaya Terhadap Nyeri Epigastrium ......................... 24
1. Klasifikasi Buah Pepaya .............................................................. 24
2. Deskripsi Buah Pepaya ................................................................ 24
3. Manfaat Buah Pepaya .................................................................. 25
4. Kandungan Buah Pepaya ............................................................. 25
E. Konsep Penerapan Pemberian Jus Pepaya ...................................... 25
1. Karakteristik Pasien ................................................................... 25
2. Fase Pranteraksi ......................................................................... 26
3. Fase Orientasi ............................................................................. 29
4. Fase Interaksi ............................................................................. 30
5. Peneliti Terkait ........................................................................... 32
6. Fase Terminasi ........................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus .................................................................... 37
B. Subyek Studi Kasus ......................................................................... 37
C. Fokus Studi ...................................................................................... 38
D. Definisi Operasional......................................................................... 38
E. Tempat Dan Waktu .......................................................................... 38
F. Pengumpulan Data ........................................................................... 38
G. Penyajian Data ................................................................................. 39
H. Etika Studi Kasus ............................................................................. 39
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Penelitian ....................................................................... 41
1. Input ............................................................................................. 41
2. Proses ........................................................................................... 48
viii
3. Output .......................................................................................... 58
B. Pembahasan
1. Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis..................................... 59
2. Gambaran Fase Pra Interaksi ....................................................... 60
3. Gambaran Fase Orientasi............................................................. 62
4. Gambaran Fase Interaksi ............................................................. 63
5. Gambaran Fase Terminasi ........................................................... 64
C. Keterbatasan ..................................................................................... 64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gastritis atau yang dikenal oleh masyarakat secara umum
dengan sebutan penyakit maag merupakan penyakit saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan
masyarakat mulai dari berbagai tingkat usia, jenis kelamin dan sering terjadi
pada usia produktif. Hal ini dapat terjadi pada usia produktif karena gaya
hidup yang kurang sehat, kurang memperhatikan kesehatan, stress dan dapat
juga disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan (Indayani, 2018).
Secara internasional kasus gastritis meningkat setiap tahunnya.
Persentase angka kejadian di dunia yaitu diantaranya Inggris (22%), China
(31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), Perancis (29,5%), dan 40,8% di
Indonesia (Gusti, 2011). Bahkan dilaporkan kematian akibat gastritis di dunia
pada tahun 2010 sebesar 43.817 kasus dan meningkat menjadi 47.269 kasus
pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO tahun 2014 yaitu
45,9%. Sedangkan berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2013
penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit dari sepuluh besar penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia. Jumlah
penderita penyakit gastritis yang dilaporkan sebanyak 45,154 kasus (5,6%)
(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data yang didapat angka penderita
gastritis banyak di alami masyarakat indonesia.
Tingginya kasus gastritis yang dialami masyarakat Indonesia dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan faktor risiko. Faktor risiko
penyebab gastritis diantaranya adalah penggunaan obat aspirin atau anti
radang non steroid, konsumsi alkohol yang tinggi, aktif merokok, stress, pola
makan tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan pedas serta disebabkan
oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory.
1
2
B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah lebih terarah dan terfokus pada tujuan penelitin,
maka penulis memberikan batasan masalah studi kasus ini yaitu Penerapan
Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis UPTD Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Penerapan Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya)
Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis di UPTD Puskesmas Sawah
Lebar Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus studi kasus ini yaitu, agar penulis mampu :
a. Mendeskripsikan karakteristik pasien nyeri gastritis di UPTD
Puskesmas Sawah Lebar.
b. Mendeskripsikan fase pra interaksi Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis sesuai prioritas di
di UPTD Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020.
c. Mendeskripsikan fase orientasi Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya)
Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis secara komprehensif.
d. Mendeskripsikan fase interaksi Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya)
Sebagai Terapi Pendamping Nyeri pada pasien Gastritis secara tepat.
e. Mendeskripsikan fase terminasi Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri pada pasien Gastritis.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus
Pepaya agar dapat dilakukanya dengan baik dan benar.
2. Bagi instansi pendidikan
Merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa keperawatan
sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan dalam
Terapi Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus Pepaya.
3. Bagi peneliti lain
Di harapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sumber data dan
informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya tentang Terapi
Pendamping Nyeri Gastritis dengan Pemberian Jus Pepaya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Anatomi Gaster
Lambung adalah satu organ dalam sistem pencernaan pada
manusia yang berfungsi untuk mencerna makanan dan menyerap sari-sari
makanan. Lambung terletak diantara esofagus dan usus halus menyilang
dari kiri ke kanan. Jika dalam keadaan kosong, lambung akan menyerupai
bentuk huruf J dan apabila penuh akan menyerupai buah pir (Sobotta,
2013).
6
7
2. Fisiologi
Secara fisiologi, lambung memiliki fungsi motorik dan fungsi
sekresi. Fungsi motorik lambung ada tiga, yaitu:
1) penyimpanan makanan sampai dapat diproses di dalam lambung;
2) pencampuran makanan dengan sekresi dari lambung sehingga
membentuk kimus dan
3) pengosongan kimus dengan lambat dari lambung pada kecepatan
sesuai untuk pencernaah dan absorpsi usus halus (Guyton, 2014).
10
2. Klasifikasi
Klasifikasi Gastritis menurut Muttaqin (2011) yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah
satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
1) Gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis
lambung).
2) Gastritis akut hemoragik disebut hemoragik karena pada penyakit ini
akan di jumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat
dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung
pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut.
12
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan
dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
1) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa.
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul
pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.
3. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), etiologi gastritis adalah sebagai
berikut:
a. Obat-obatan seperti OAINS (indometasin, ibuprofen, asam salisilat,
sulfonamide, dan di gitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung).
b. Infeksi bakteri Helicobacteri pylori
c. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan sususan saraf pusat.
d. Stress Psikis dapat menstimulus system saraf pusat dan meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormon adrenaline yang memicu
produksi asam lambung.
e. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol
f. Gaya hidup yang buruk seperti pola makan yang tidak teratur, makanan
pedas dan asam
g. Garam empedu, terjadi pada kondisi refleks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivitasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
13
4. Patofisologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat
merusak dinding mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung
berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan
pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa
dan HCl akan merusak mukosa.
Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan
pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamin dari
sel mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan
menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul pendarahan
pada lambung. Biasanya lambung melakukan regenerasi mukosa oleh
karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
Gastritis akut merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal yang biasanya bersifat jinak dan swasirna. Endotoksin
bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan
aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Obat lain juga terlibat,
misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID: misalnya indomestasin,
ibuprofen, naproksen), sulfonamida, dan digitalis. Asam empedu, enzim
pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung.
Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis kronis,
organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan
lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul (Price
& Wilson, 2006).
14
anoreksia
MK : Kekurangan Volume
cairan Mual Muntah ( dorongan
Kelemahan fisik
ekspulsi isi lambung)
MK : Intoleransi MK : Nausea
2.1 Bagan WOC MK : Defisit
Aktivitas
(Price & Wilson, 2006) Nutrisi
15
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik gastritis dibedakan bersadasarkan klasifikasinya
menurut (Sukarmin, 2012) yaitu:
a. Gastritis akut
Mual, muntah, kembung, nyeri timbul pada ulu hati, perdarahan
saluran cerna, hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat
hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada
pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga tanda dan gejala
gangguan hemodinamika yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronik
Anoreksi, perasaan cepat penuh di akibatkan sekresi yang
berlebihan, nafsu makan berkurang, cepat kenyang, dan muntah
berlebihan.
7. Komplikasi
Komplikasi pada gastritis menurut Muttaqin & Sari (2013) yaitu:
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (PSCA) ditandai dengan hematemesis dam
malena, terjadi ulkus dan terjadi gangguan cairan dan elektrolit pada
kondisi muntah hebat.
b. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul pada gastritis kronis adalah gangguan
penyerapan Vitamin B12 . Akibat kurangnya penyerapan Vitamin B12,
menyebabkan timbulnya anemia pernesiosa, ulkus peptikum dan
keganasan lambung.
16
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien gastritis
Menurut Nuari (2015) yaitu:
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori
dalam darah.
b. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feces atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
c. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada slauran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
9. Penatalaksanaan
Menurut (Dermawan, 2010) pada pasien dengan gastritis dapat
dilakukannya penataksanaan sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan non-farmakologi
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan
sering, serta obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan
sebagai berikut :
1) Hindari meminum alkohol sampai gejala hilang
2) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
untuk menetralisirkan jeruk dan melon yang encer atau cuka encer.
3) Jika korosif parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
4) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi sering.
5) Mengurangi stress.
17
2. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan sifatnya menurut Kozier Erb (2011),
yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri yang berlangsung selama periode pemulihan yang telah
diperkirakan dan memiliki awitan mendadak atau lambat tanpa
memperhatikan intensitasnya.
19
b. Nyeri kronik
Nyeri yang berlangsung lama, biasanya bersifat kambuhan atau
menetap selama 6 bulan atau lebih dan menggangu fungsi tubuh.
e. Makna nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan
klien lain, bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai
makna nyeri tersebut. Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri
dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan sangat
baik. Misalnya, seorang wanita yang melahirkan anak atau seorang
atlet yang menjalani bedah lutut untuk memperpanjang karirnya dapat
menoleransi rasa nyeri dengan lebih baik karena manfaat yang
dikaitkan dengan rasa nyeri tersebut. Klien ini dapat memandang nyeri
sebagai sebuah ketidaknyamanan sementara dan bukan ancaman atau
gangguan terhadap kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, klien yang
nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih menderita. Mereka
dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan depresi karena
mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan nyeri.
Dalam situasi ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah ancaman bagi
citra tubuh atau gaya hidup dan sebagai sebuah tanda kemungkinan
menjelang kematian.
f. Anisietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari sesuatu yang
tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa
yang menyertai nyeri seringkali memperburuk persepsi nyeri.
Keletihan juga mengurangi kemampuan koping seseorang, sehingga
meningkatkan persepsi nyeri. Apabila nyeri mengganggu tidur,
keletihan dan ketegangan otot sering kali terjadi dan meningkatkan
nyeri sehingga terbentuk siklus nyeri- letih-nyeri. Individu yang
mengalami nyeri yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri
akan mengalami penurunan rasa takut dan ansietas, yang akan
menurunkan persepsi nyeri mereka. Persepsi berupa tidak mengontrol
nyeri atau merasa tidak berdaya cenderung meningkatkan persepsi
nyeri. Klien yang mampu mengekspresikan nyeri kepada seorang
pendengar yang perhatian dan berpartisipasi dalam membuat
23
4. Nyeri Gastritis
Nyeri gastritis diakibatkan oleh peningkatan asam lambung yang
berlebihan, dapat juga diperparah dengan waktu makan tidak teratur, gizi
atau kualitas makanan yang kurang baik, jumlah makanan terlalu banyak
atau bahkan terlalu sedikit, jenis makanan yang kurang cocok atau sulit
dicerna, kurang istirahat dan porsi pekerjaan yang melebihi kemampuan
fisik/psikis yang dapat menimbulkan stress (Mutamah, 2014).
Nyeri yang diakibatkan gastritis berupa nyeri pada ulu hati yang
disertai dengan rasa panas, gejala ini ditimbulkan oleh adanya peningkatan
asam lambung. Kualitas nyeri pada gastritis dapat berupa rasa tajam,
tumpul dan beruapa sayatan (Noviani, 2016).
Saat terjadi awitan maka denyut jantung, tekanan darah dan
frekuensi nafas akan mengalami peningkatan. Selain itu pasien yang
mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
khas dan berespon secara vocal serta mengalami kerusakan dalam interaksi
sosial. Pasien akan sering meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak social, dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri yang akan menurunkan rentang perhatian. Serta pasien akan kurang
mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan
dalam melakukan tindakan kebersihan normal serta dapat mengganggu
aktivitas sosial dan hubungan sosial (Perry & Potter, 2009).
24
2. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien
(Stuart & Sundeen, 1995).
Sebelum dilakukan tindakan penerapan batuk efektif dan
pemberian air hangat dilakukan pengkajian antara lain:
a. Keluhan Utama
Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan nyeri epigastrum,
mual muntah, nafsu makan menurun atau hilang. Munculnya keluhan
diakibatkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan
lain yang menyertai (Sukarmin, 2013).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien gastritis akan mengeluh nyeri di epigastrium,
tidak nafsu makan, mual dan muntah. Dengan endoskopi terlihat
mukosa lambung yang hyperemia dan udema, mungkin juga
ditemukan erosi dan perdarahan aktif. Bila pasien mengalami
penyakit gastritis kronik akan mengalami keluhan nyeri
epigastrium yang menetap, muntah berlebih, nafsu makan
berkurang, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis
antropik, seperti tukak lambung, defiensi zat besi dan
anemia.Gejala yang dirasakan
berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri
tekan pada abdomen (Margareth, 2012).
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi
dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung
maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah
keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga
27
5) Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000) pada pasien gastritis diagnosa
keperawatan yang dapat muncul sebagai berikut :
a) Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Menurut SDKI diagnosa keperawatan yang berhubungan
dengan nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu:
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
kimiawi, ataupun fisik.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2016).
Gejala dan tanda mayor pada nyeri akut didapat dari data objektif
yaitu klien tampak meringis, bersikap protektif (misalnya
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat. Dan pada data subjektif klien mengatakan sulit tidur.
Sedangkan pada gejala dan tanda minor didapat data objektif
yaitu tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada
diri sendiri dan diaforesis. Pada data subjektif klien mengatakan
nafsu makan berkurang.
c) Nyeri kronis berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan
obat/zat, tekanan emosional, dan riwayat penganiayaan.
Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3
bulan (SDKI, 2016). Gejala dan tanda mayor pada nyeri kronis
didapat dari data objektif yaitu klien tampak meringis, gelisah,
tidak mampu menuntaskan aktivitas. Dan pada data subjektif
klien mengeluh nyeri pada ulu hati dan merasa depresi.
29
3. Fase Orientasi
Fase orientasi bertujuan memvalidasi kekuatan data dan rencana
yang telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang lalu. harus memperkenalkan dirinya dan begitu pula pasien
agar terjadi hubungan saling percaya, pada saat fase orientasi perawat juga
memberitahukan bagaimana langkah kerja dan kontrak waktu yang
digunakan, agar pasien tidak merasakan waktu yang cukup lama
(Damaiyanti, 2008).
Pada fase orientasi, prosedur tindakan penerapan pemberian jus
pepaya yaitu:
a. Salam terapeutik
Mengidentifikasi pasien, mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
b. Evaluasi dan validasi
Menanyakan kabar pasien dan nyeri yang dirasakan
c. Informed consent
1) Menjelaskan tindakan pemberian jus pepaya, tujuan, manfaat, waktu
dan persetujuan pasien
30
4. Fase Interaksi
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang
dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,
memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai
rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola
adaptif klien. Interaksi yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana
yang meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien (Stuart & Sundeen,
1995).
Dalam mengatasi nyeri yang dirasakan maka perawat melakukan
pemberian jus papaya sebagai terapi pendamping nyeri gastritis. Dimana
menurut indiyani (2018) buah papaya mengandung enzim papain yang
mampu meregenerasi kerusakan mukosa lambung dan mineral basa lemah
(magnesium, natrium dan kalium) yang mampu mentralkan asam lambung.
Hal tersebut juga di dukung oleh penelitian Joanne (2016) yang
menjelaskan bahwa enzim papain banyak ditemukan pada seluruh bagian
tubuh pepaya, kecuali akar dan bijinya. Pada orang yang menderita
penyakit maag, kinerja pencernaannya terganggu akibat peradangan pada
dinding lambung sehingga penyerapan protein tidak berlangsung secara
maksimal. Dengan hal tersebut, diperlukan papain untuk membantu
penyerapan protein. yang mampu mempercepat pemecahan protein
didalam lambung karena pada saat terjadi gastritis enzim pepsin yang
berperan dalam pemecahan protein mengalami penurunan fungsi. Selain
itu, papain juga memiliki peran lain dalam penyembuhan maag. Para
penderita maag tidak dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung
lemak dan karbohidrat karena dapat menaikkan asam lambung serta
menyebabkan heartburn atau rasa nyeri pada kerongkongan dan ulu hati.
31
Dalam hal ini papain berfungsi untuk mengurangi lemak dan karbohidrat
sehingga lingkungan asam menjadi lebih sehat.
Maka dari itu peneliti tertarik menggunakan jus pepaya sebagai terapi
yang digunakan untuk mengurangi nyeri Gastrits. Buah pepaya yang
dijadikan jus dengan dosis 200 gram yang dihaluskan menggunakan
blender dan akan diberikan sebelum makan pada rentang waktu pukul
12:00 sampai dengan 20:00 sebanyak 1x pemberian pada pasien yang
mengalami nyeri gastritis. Pemberian jus pepaya dilakukan selama 1x/hari
selama tiga hari berturut-turut.
Pada fase interaksi, prosedur tindakan penerapan pemberian jus
pepaya yaitu:
a. Persiapan alat
1) Jus pepaya ±200 gram
2) Tisu jika dibutuhkan
3) Sedotan atau sendok
b. Persiapan pasien
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin bagi pasien
c. Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan terjaga privacy
d. Persiapan perawat
Perawat cuci tangan dan jika diperlukan menggunakan handscoon
e. Prosedur tindakan
1) Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien untuk meminum jus
jika pasien membutuhkan bantuan.
2) Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus secara perlahan
3) Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus pepaya
32
5. Peneliti Terkait
Tabel 2.1 Peneliti Terkait
NO JUDUL, PENULIS JENIS SAMPLE/TEMPAT INTERVENSI/ HASIL
& TAHUN PENELITIAN/ PENGAMBILAN DATA
METODE
1. Pengaruh pemberian Artikel penelitian/ 54 responden klien Penelitian ini menggunakan dua Terdapat pengaruh pemberian
Pemberian Jus Buah Kuantitatif. Dengan gastritis di kecamatan kelompok responden dimana ada jus buah papaya (carica papaya)
Pepaya (Carica Papaya) rancangan quasy Mungkid, Magelang, kelompok intervensi dan kelompok terhadap tingkat nyeri kronis
Terhadap Tingkat Nyeri eksperiment Jawa Tengah kontrol. Kelompok intervensi diukur pada penderita gastritis.
Kronis pada Penderita skala nyeri sebelum dilakukan
Gastritis di Wilayah pemberian jus buah pepaya (pre-test).
Puskesmas Mungkid. Kemudian dilakukan tindakan
pemberian jus buah pepaya oleh
Indayani, Sigit & Enik, peneliti. Setelah itu diukur kembali
2018. (post-test) skala nyeri pasien tersebut.
Kemudian dibandingkan antara nyeri
pre-test dengan post-test.
2. Antiulcer activity of Artikel 30 ekor tikus putih Ulkus ligasi yang diinduksi pilorus Pengobatan dengan 500 mg / kg
hydroalcoholic extract penelitian/Kuantitatif diberikan kepada hewan sebagai ekstrak hydroalkohol dari
of unripe fruit of carica . pengobata oral dilakukan 1 dan 0,5 Carica papaya berkhasiat
33
papaya in experimental Dengan metode jam sebelum ikatan ligatur. Setelah 18 dalam mengurangi indeks ulkus
rats . skrining fitokimia jam puasa, Tikus-tikus itu dengan dalam ligasi yang diinduksi
kualitatif cepat dibius kemudian perut dipotong Model tukak lambung pilorus.
Ramandeep & Kaylan, terbuka melalui sayatan garis tengah. ekstrak hydroalcoholic Carica
2017 Pilorus diamankan dan diikat dengan pepaya menunjukkan penurunan
jahitan sutra, setelah itu luka ditutup dosis ulkus yang tergantung dan
dan hewan dibiarkan pulih dari mengurangi indeks ulkus yang
anestesi. didukung oleh studi morfologi
dan histologi
3. Evaluation Of Antiulcer Artikel 30 ekor tikus putih Tiga puluh tikus dibagi menjadi lima Studi ini menunjukkan bahwa
Activity Of Carica penelitian/Kuantitatif dengan berat antara 180 (5) kelompok, setiap kelompok terdiri ekstrak benih carica papaya
Papaya Seeds In . dan 250g secara acak dari enam hewan. Kelompok I dapat memiliki efek
Experimental Gastric dibagi menjadi 5 menerima air suling (kontrol negatif), perlindungan gastro terhadap
Ulcers In Rats kelompok kelompok II menjabat sebagai kontrol ulkus lambung yang diinduksi
positif, kelompok III tikus diberi 200 etanol pada tikus
Krishna, dkk, 2014 mg / kg C. menjabat sebagai kontrol
positif, kelompok III tikus diberi 200
mg / kg C. pepaya ekstrak biji,
kelompok IV tikus diberi 400 mg / kg
C. pepaya ekstrak pepaya ekstrak biji,
34
incidental sampling pertama hingga hari ke-7 yang diinduksi aspirin dan
peningkatan dosis pemberian
jus buah pepaya tidak
menimbulkan perbedaan efek
nyata.
6. Pengaruh jus pepaya Artikel 30 responden di SMA Memasukkan ketiga sampel manisan Kulit pepaya berkhasiat
(carica papaya) penelitian/Kuantitatif Santa Angela ke dalam wadah tertutup kemudian mengurangi iritasi lambung, dan
terhadap kerusakan . diberi label A, B, dan C. Label A manisan yang paling disukai
histologis lambung Berdasarkan blind untuk manisan dengan konsentrasi responden adalah manisan
mencit yang diinduksi test gula 20%, label B untuk manisan dengan konsentrasi gula 20%
aspirin dengan konsentrasi gula 40%, dan
label C untuk manisan dengan
Joanne, dkk, 2016 konsentrasi gula 60%.
36
6. Fase Terminasi
Pada penerapan pemberian jus pepaya pada fase interaksi diatas
didapatkan evaluasi berkurang/meningkatnya nyeri, nafsu makan
membaik/tidak, masih/tidak wajah meringis dan gelisah dan
berkurang/meningkatnya tekanan darah (SDKI, 2016).
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang
dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil, tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri
wawancara dengan cara yang baik (Stuart & Sundeen, 1995)
Prosedur tindakan yang dilakukan pada fase ini adalah:
a. Evaluasi subjektif dan objektif
menanyakan bagaimana perasaan pasien setelah meminum jus papaya
b. Rencana tindakan lanjut
Akan diberikan jus pepaya pada hari selanjutnya
c. Kontrak yang akan dating
Mengkontrak waktu kapan akan diberikan jus papaya.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
37
38
C. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini yaitu upaya perawat dalam pemenuhan kebutuhan
rasa aman dan nyaman pasien gastritis dengan inovasi penerapan prosedur
Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis.
D. Definisi Operasional
Jus pepaya dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai tindakan
pemberian buah pepaya yang dijadikan jus dengan dosis 200 gram yang
dihaluskan menggunakan blender dan akan diberikan sebelum makan pada
rentang waktu pukul 12:00 sampai dengan 20:00 sebanyak 1x pemberian
pada pasien yang mengalami nyeri gastritis. Pemberian jus pepaya dilakukan
selama 1x/hari selama tiga hari berturut-turut.
Nyeri epigastrium dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang di rasakan pasien pada
perut bagian atas (ulu hati) akibat gastritis yang di alaminya. Nyeri
epigastrium akan dikaji setiap hari sebelum dan sesudah diberikan jus papaya
Gastritis adalah suatu penyakit peradangan pada lambung yang
didiagnosis oleh dokter berdasarkan tanda dan gejala seperti nyeri pada ulu
hati, mual, muntah, dan kembung yang didapatkan dari hasil anamnesa
pemeriksan fisik, dan pemeriksaan diagnostik di UPTD Puskesmas Sawah
Lebar.
F. Pengumpulan Data
Studi kasus ini mengunakan sumber data primer dan sumber data
skunder. Sumber data primer didapat langsung dari pasien dan keluarga
sedangkan data skunder diperoleh dari rekam medis pasien untuk melihat
39
G. Penyajian Data
Pada studi kasus data disajikan secara narasi dan tekstular mapun
berbentuk tabel meliputi gambaran karakteristik pasien dan prosedur tindakan
dari fase prainteraksi, orientasi, interaksi, dan fase terminasi pemberian jus
pepaya pada pasien nyeri gastritis.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari responden tidak akan
disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Dan 3 bulan setelah hasil penelitian di presentasikan, data yang diolah
akan dimusnahkan demi kerashasiaan responden.
4. Keadilan (justice)
Penelitian akan memperlakukan semua responden secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia
mengikuti penelitian maupun yang menolak untuk menjadi responden
penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas
penderitaan, bebas eksploitasi dan bebas risiko. Bebas penderitaan yaitu
peneliti menjamin responden tidak akan mengalami cidera, mengurangi
rasa sakit, dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden. Bebas
eksploitasi dimana pemberian informasi dari responden akan digunakan
sebaik mungkin dan tidak akan digunakan secara sewenang-wenang demi
keutungan peneliti. Bebas risiko yaitu responden terhindar dari risiko
bahaya kedepannya.Tujuan dari penelitian adalah untuk menambah
pengetahuan, menerapkan pengkajian nyeri pada pasien gastritis serta
berperan dalam mengurangi hari lama rawat.
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB ini menjelaskan studi kasus deskriptif tentang penerapan pemberian jus
pepaya (carica papaya) sebagai terapi pendamping nyeri gastritis. Penerapan
intervensi dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan dan
penerapan standar operasional prosedur. Pengkajian ini dilakukan dengan metode
auto anamnesa (wawancara dengan klien langsung), dan allo anamnesa
(wawancara dengan keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain (perawat
puskesmas), pengamatan, obesrvasi, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis
dan catatan keperawatan.
A. Hasil Penelitian
1. Input
a. Gambaran Karakteristik Demografi Pasien Gastritis
41
42
b. Riwayat Kesehatan
Table 4.2 Riwayat kesehatan Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020
2. Keluhan Pada saat dikajian hari kamis tanggal 13 Pada saat dikajian hari sabtu tanggal 15 Februari
Sekarang Februari 2020 pukul 10:45 WIB di rumah klien 2020 pukul 09:45 WIB di rumah klien pasien
pasien mengeluh nyeri di uluh hati, mual, sakit mengeluh nyeri di uluh hati, mual, sakit kepala
kepala dan badan terasa lemah. Keadaan umum dan badan terasa pegal-pegal. Keadaan umum
pasien baik, kesadaran compos mentis, TD pasien baik, kesadaran compos mentis, TD 110/80
120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/m, frekuensi mmHg, frekuensi nadi 85x/m, frekuensi nafas
nafas 20x/m dan suhu tubuh 37,1 ̊C. 20x/m dan suhu tubuh 36,8 ̊C.
3. Riwayat Penyakit Pasien mengatakan pernah menderita Pasien mengatakan pernah menderita penyakit
Dahulu penyakit asam urat, hipertensi dan tumor pada malaria dan sakit kepala, pasien megatakan tidak
jari manis sebelah kiri. Pasien megatakan pernah pernah dirawat dirumah sakit, pasien megatakan
dirawat di rumah sakit M. Yunus pada tahun tidak pernah operasi, pasien megatakan tidak ada
43
2018 karena tumor di jarinya, pasien megatakan riwayat alergi, tidak ada riwayat merokok dan
pernah di operasi, pasien megatakan tidak ada tidak ada riwayat alkohol.
riwayat alergi, tidak ada riwayat merokok dan
tidak ada riwayat alkohol.
4. Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang Pasien mengatakan bahwa suaminya
keluarga mempunyai riwayat penyakit gastritis, tukak mempunyai riwayat penyakit gastritis seperti
lambung, diare dan apendisitis. Pasien pasien, pasien mengatakan tidak ada keluarga
mengatakan keluaraganya hanya mempunyai yang mempunyai riwayat penyakit tukak lambung,
riwayat penyakit hipertensi, asam urat dan sakit diare dan apendisitis. Pasien mengatakan
pinggang. Ny.D mengatakan kedua orangtua keluaraganya hanya mempunyai riwayat penyakit
sudah meninngal dan mempunyai 7 orang demam, batuk dan pilek. Ny.S mengatakan
saudara diamana 4 perempuan dan 4 orang laki- ayahnya sudah meninngal dan mempunyai 3 orang
laki. Ny. D merupakan anak ke-7. Kedua orang saudara diamana 2 perempuan dan 2 orang laki-
tua Suaminya sudah meninggal, dan mempunyai laki. Ny. D merupakan anak ke-2. Ibu Suaminya
6 orang anak. sudah meninggal, dan mempunyai 3 orang anak.
Suami Ny. D merupakan anak pertama. Ny. D Suami Ny. S merupakan anak pertama. Ny. S
dan suaminya mempunyai 4 orang anak, 3 dan suaminya mempunyai 2 orang anak, 1
perempuan dan 1 laki-laki, Ny. D tinggal perempuan dan 1 laki-laki, Ny. D tinggal serumah
serumah dengan suami dan anak laki-laki, dengan suami dan anaknya.
sedangkan semua anak perempuan Ny. D sudah
menikah.
44
2. Quality/Kualitas (Q) Pasien mengatakan kualitas nyeri yang Pasien mengatakan kualitas nyeri yang
dirasakan pasien seperti di tusuk-tusuk dan dirasakan pasien seperti di tusuk-tusuk dan
tajam. Nyeri yang dirasakan semakin tajam. Nyeri yang dirasakan semakin
bertambah jika klien tidak makan atau bertambah jika klien tidak makan atau makan
makan terlalu banyak terlalu banyak
3. Region/tempat (R) Pasien mengatakan nyeri yang di Pasien mengatakan nyeri yang di rasakan
rasakan dibagian uluh hati dan tidak dibagian uluh hati dan tidak menyebar ke
menyebar ke bagian tubuh lainnya. bagian tubuh lainnya.
4. Scale (S) Pasien mengatakan skala nyeri yang Pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan pada skala 4 (nyeri sedang) nyeri dirasakan pada skala 3 (nyeri ringan) nyeri
yang dirasakan cukup mengganggu yang dirasakan cukup mengganggu aktivitas
aktivitas pasien. pasien.
45
5. Time/waktu (T) Pasien mengatakan jika pasien Pasien mengatakan jika pasien mengalami
mengalami nyeri dapat berlangsung ± 20 nyeri dapat berlangsung ± 15 menit. Nyeri
menit. Nyeri dapat terjadi pada pagi dapat terjadi pada pagi hari,siang hari atau
hari,siang hari atau malam hari nyeri malam hari nyeri paling sering terjadi pada
paling sering terjadi pada siang hari sekitar siang hari karena pada waktu itu pasien
pukul ± 11:00-15:00 WIB karen pada sering melakukan aktivitas
waktu itu pasien sering melakukan
aktivitas bertani di sawah miliknya.
46
Data Objektif :
Data Objektif :
• Pasien tampak meringis
• Pasien tampak meringis
• Pasien tampak memegang perut
• Pasien tampak memegang perut
bagian ulu hati
bagian ulu hati
• pasien tampak berkeringat
• pasien tampak berkeringat
• P : telat makan
• P : Telat makan dan stress
Q : tertusuk-tusuk
Q : tertusuk-tusuk
R : bagian ulu hati
R : bagian ulu hati
S : skala 4
S : skala 3
T : ±20 menit
T : ±15 menit
• TD 120/80 mmhg
• TD 110/80 mmhg
• Nadi 80 x/m
• Nadi 85 x/m
• Skala nyeri sedang
• Skala nyeri ringan
47
Tabel 4.6 Gambaran Persiapan Bahan dan Alat Dalam Pemberian Jus Pepaya Pada
Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020
Pasien I Pasien II
Pada tanggal 13 Februari 2020 sebelum Pada tanggal 15 Februari 2020
melakukan penelitian, perawat menyiapkan sebelum melakukan penelitian, perawat
bahan dan alat 4 jam sebelum penelitian. menyiapkan bahan dan alat 4 jam sebelum
Bahan yang digunakan adalah buah pepaya penelitian. Bahan yang digunakan adalah
jenis California yang dibeli di tokoh buah buah pepaya jenis California yang dibeli
Nayla di Tebeng dengan harga Rp.8.000,-. di tokoh buah Nayla di Tebeng dengan
Buah papaya yang sudah dibeli harga Rp.9.000,-.
kemudian dibawa ke rumah pasien, setelah Buah papaya yang sudah dibeli
tiba dirumah pasien peneliti menyiapkan kemudian dibawa ke rumah pasien,
blendder, pisau dan gelas yang akan setelah tiba dirumah pasien peneliti
digunakan. Buah dibersihkan dan dipotong menyiapkan blendder, pisau dan gelas
berbentuk dadu sebanyak 200 gram lalu di yang akan digunakan. Buah dibersihkan
haluskan menggunakan blender dan dan dipotong berbentuk dadu sebanyak
ditambahkan sedikit air. Setelah jus papaya 200 gram lalu di haluskan menggunakan
dihaluskan, jus dituangkan didalam gelas blender dan ditambahkan sedikit air.
dan diberikan kepada pasien untuk Setelah jus papaya dihaluskan, jus
dikonsumsi. dituangkan didalam gelas dan diberikan
kepada pasien untuk dikonsumsi.
48
2. Proses
a. Gambaran Fase Orientasi, Interaksi, Terminasi Pemberian Jus papaya Hari ke-1
Tabel 4.7 Gambaran Fase Orientasi, Interaksi,Terminasi Pemberian Jus Pepaya Pada Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sawah Lebar Tahun 2020 hari ke-1
Hari Pertama Fase Orientasi
Fase Orientasi Pasien I Pasien II
Salam Pada fase orientasi perawat memberi salam dan Pada fase orientasi perawat memberi salam dan
terapeutik memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti
memperkenalkan nama, pendidikan, institusi peneliti. memperkenalkan nama, pendidikan, institusi peneliti.
(Selamat pagi buk, perkenalkan saya Nely Astuti dari (Selamat pagi buk, perkenalkan saya Nely Astuti dari
pendidikan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu). pendidikan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Evaluasi dan Perawat mengidentifikasi pasien dengan menanyakan Perawat mengidentifikasi pasien dengan menanyakan
Validasi kabar pasien, nama pasein, umur dan keluhan pasien kabar pasien, nama pasein, umur dan keluhan pasien
(Ibuk apa kabar, namanya siapa buk? Umur berapa buk? (Ibuk apa kabar, namanya siapa buk? Umur berapa buk?
dan Keluhan yang ibu rasakan apa?). dan Keluhan yang ibu rasakan apa?).
Informed Perawat menjelaskan tindakan pemberian jus pepaya, Perawat menjelaskan tindakan pemberian jus pepaya,
Consent tujuan, manfaat, waktu pemberian, memberikan kesempatan tujuan, manfaat, waktu pemberian, memberikan
bertanya dan meminta persetujuan pasien untuk menjadi kesempatan bertanya dan meminta persetujuan pasien
responden. untuk menjadi responden.
(Disini saya akan melakukan penelitian yang bertujuan (Disini saya akan melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengurangi nyeri dari gastritis/maag dengan untuk mengurangi nyeri dari gastritis/maag dengan
mengunakan jus papaya yang bermanfaat untuk mengunakan jus papaya yang bermanfaat untuk
49
menetralkan asam lambung dan meregenerasi atau menetralkan asam lambung dan meregenerasi atau
memperbaiki mukosa lambung. Jus pepaya akan diberikan memperbaiki mukosa lambung. Jus pepaya akan diberikan
sebanyak 200 gram 1x pada rentang waktu pukul 12.00- sebanyak 200 gram 1x pada rentang waktu pukul 12.00-
20.00 WIB selama 3 hari. apakah ibu bersedia menjadi 20.00 WIB selama 3 hari. apakah ibu bersedia menjadi
responden pada penelitian ini? Ny. D mengatakan bersedia responden pada penelitian ini? Ny. S mengatakan bersedia
menjadi responden dan mengajukan pertanyaan apakah menjadi responden dan mengajukan pertanyaan apakah jus
buah pepaya dibeli oleh keluarga atau peneliti, perawat papaya langsung dihabiskan atau dapat diminum setengah
meberitahukan bahwa buah pepaya dibeli dan disiapkan terlebih dahulu, perawat meberitahukan bahwa lebih baik
oleh peneliti). jus dihabiskan dalam sekali minum, tetapi jika tidak
sanggup jus dapat dihabiskan paling lambat 15 menit.
Persiapan Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien, Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien,
Pasien dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan kaki dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan dan
menyilang. Kemudian peneliti duduk berhadapan dengan kaki menyilang serta mengunakan bantal di atas pahanya.
pasien Kemudian peneliti duduk berhadapan dengan pasien
Persiapan Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
Lingkungan pasien dengan membentang tikar dan mengatur barang yang pasien dengan membuka hordeng agar cukup cahaya dan
ada disekeliling pasien yang dapat menganggu kenyamanan mengatur barang yang ada disekeliling pasien yang dapat
pasien. menganggu kenyamanan pasien.
Persiapan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan
Perawat sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan. sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan.
50
Prosedur ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum
Tindakan diberikan jus papaya dengan PQRST diberikan jus papaya dengan PQRST
➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien ➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien
untuk meminum jus jika pasien membutuhkan untuk meminum jus jika pasien membutuhkan
bantuan. bantuan.
➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus ➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus
secara perlahan secara perlahan
➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus pepaya ➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus
➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus papaya
papaya ➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus
papaya
Rencana Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk mengkaji Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk
tindakan lanjut skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya pada pukul mengkaji skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya
16.00 WIB guna mengetahui apakah ada perubahan setelah pada pukul 16.45 WIB guna mengetahui apakah ada
diberikan tindakan pemberian jus pepaya dan rencana tindak perubahan setelah diberikan tindakan pemberian jus
lanjut pada hari selanjutnya. pepaya dan rencana tindak lanjut pada hari selanjutnya.
Kontrak yang Perawat kemudian mengkontrak pasien untuk hari Perawat kemudian mengkontrak pasien untuk hari
akan datang selanjutnya, diamana pada hari esok pukul 12.00 WIB selanjutnya, diamana pada hari esok pukul 12.45 WIB
peneliti akan datang kembali serta melakukan pengkajian peneliti akan datang kembali serta melakukan pengkajian
nyeri ulang dan memberikan memberikan jus pepaya nyeri ulang dan memberikan memberikan jus pepaya
dengan dosis yang sama. Dan akan melakukan pengkajian dengan dosis yang sama. Dan akan melakukan pengkajian
nyeri kembali pada pukul 16.00 WIB. nyeri kembali pada pukul 16.45 WIB.
b. Gambaran Fase Orientasi, Interaksi, Terminasi Pemberian Jus papaya Hari ke-2
Tabel 4.8 Gambaran Fase Orientasi, Interaksi,Terminasi Pemberian Jus Pepaya Pada Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sawah Lebar Tahun 2020 hari ke-2
Hari Kedua Fase Orientasi
Fase Orientasi Pasien I Pasien II
Salam Selamat siang bu.. maaf menganggu waktunya bekerja Selamat siang bu.. saya Nelly Astuti mahasiswi yang
terapeutik di sawah, saya Nelly Astuti mahasiswi yang kemarin datang kemarin datang untuk melakukan penelitian.
untuk melakukan penelitian.
Evaluasi dan Bagaimana perasaannya hari ini bu? Apa sudah Bagaimana perasaannya hari ini bu? Apa sudah
Validasi membaik? dan apakah nyerinya sudah berkurang buk? membaik? Dan apakah nyerinya sudah berkurang buk? (
(alhamdulilah sudah lumayan lah nak) Puji Tuhan agak membaik nak)
52
Informed Disini saya akan melanjutkan tindakan yang sudah kita Disini saya akan melanjutkan tindakan yang sudah kita
Consent lakukan kemarin yaitu melakukan tindakan pemberian jus lakukan kemarin yaitu melakukan tindakan pemberian jus
pepaya sebanyak 200 gram untuk mengurangi nyeri akibat pepaya sebanyak 200 gram untuk mengurangi nyeri akibat
gastritis/maag ibu. Sebelum tindakan dimulai apakah ibu gastritis/maag ibu. Sebelum tindakan dimulai apakah ibu
masih bersedia menjadi responden pada penelitian ini? masih bersedia menjadi responden pada penelitian ini?
(Ny. D mengatakan masih bersedia menjadi responden) dan (Ny. S mengatakan masih bersedia menjadi responden) dan
apakah ada yang ingin ibu tanyakan? (Ny. D mengatakan apakah ada yang ingin ibu tanyakan? (Ny. S mengatakan
tidak ada pertanyaan) tidak ada pertanyaan)
Persiapan Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien, Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien,
Pasien dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan kaki dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan dan
menyilang. Kemudian peneliti duduk berhadapan dengan kaki menyilang. Kemudian peneliti duduk berhadapan
pasien dengan pasien
Persiapan Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
Lingkungan pasien dengan membentang tikar dan mengatur barang yang pasien dengan membuka hordeng agar cukup cahaya dan
ada disekeliling pasien yang dapat menganggu kenyamanan mengatur barang yang ada disekeliling pasien yang dapat
pasien. menganggu kenyamanan pasien.
Persiapan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan
Perawat sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan. sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan.
53
Prosedur ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum
Tindakan diberikan jus papaya dengan PQRST diberikan jus papaya dengan PQRST
➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien ➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien
untuk meminum jus jika pasien membutuhkan untuk meminum jus jika pasien membutuhkan
bantuan. bantuan.
➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus ➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus
secara perlahan secara perlahan
➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus pepaya ➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus
➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus papaya
papaya ➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus
papaya
Objektif : Objektif :
• Pasien tampak menghabiskan jus pepaya yang • Pasien tampak menghabiskan jus pepaya yang
sudah di sediakan oleh peneliti sudah di sediakan oleh peneliti
• Pasien tampak lumayan membaik • Pasien tampak lumayan membaik
54
Rencana Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk mengkaji Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk
tindakan lanjut skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya pada pukul mengkaji skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya
16.15 WIB guna mengetahui apakah ada perubahan setelah pada pukul 16.50 WIB guna mengetahui apakah ada
diberikan tindakan pemberian jus pepaya dan rencana tindak perubahan setelah diberikan tindakan pemberian jus
lanjut pada hari selanjutnya. pepaya dan rencana tindak lanjut pada hari selanjutnya.
Kontrak yang Perawat kemudian mengkontrak pasien untuk hari Perawat kemudian mengkontrak pasien untuk hari
akan datang selanjutnya, diamana pada hari esok pukul 12.00 WIB selanjutnya, diamana pada hari esok pukul 12.45 WIB
perawat akan datang kembali serta melakukan pengkajian perawat akan datang kembali serta melakukan pengkajian
nyeri ulang dan memberikan memberikan jus pepaya nyeri ulang dan memberikan memberikan jus pepaya
dengan dosis yang sama. Dan akan melakukan pengkajian dengan dosis yang sama. Dan akan melakukan pengkajian
nyeri kembali pada pukul 16.00 WIB. nyeri kembali pada pukul 16.45 WIB.
c. Gambaran Fase Orientasi, Interaksi, Terminasi Pemberian Jus papaya Hari ke-3
Tabel 4.9 Gambaran Fase Orientasi, Interaksi,Terminasi Pemberian Jus Pepaya Pada Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sawah Lebar Tahun 2020 hari ke-3
Hari Ketiga Fase Orientasi
Fase Orientasi Pasien I Pasien II
Salam Selamat siang bu.. maaf menganggu waktunya, saya Selamat siang bu.. maaf menganggu waktunya, saya
terapeutik Nelly Astuti mahasiswi datang untuk melakukan penelitian Nelly Astuti mahasiswi datang untuk melakukan penelitian
pada hari terakhir. pada hari terakhir.
Evaluasi dan Bagaimana perasaannya hari ini bu? Apa sudah membaik? Bagaimana perasaannya hari ini bu? Apa sudah
Validasi Dan apakah nyerinya sudah berkurang buk? membaik? Dan apakah nyerinya sudah berkurang buk?
(alhamdulilah sudah semakin membaik nak) (Puji Tuhan sudah lumayaan daripada hari pertama)
55
Informed Disini saya akan melanjutkan tindakan yang sudah kita Disini saya akan melanjutkan tindakan yang sudah kita
Consent lakukan selama 2 hari yaitu melakukan tindakan lakukan selama 2 hari yaitu melakukan tindakan
pemberian jus pepaya sebanyak 200 gram untuk pemberian jus pepaya sebanyak 200 gram untuk
mengurangi nyeri akibat gastritis/maag ibu. Sebelum mengurangi nyeri akibat gastritis/maag ibu. Sebelum
tindakan dimulai apakah ibu masih bersedia menjadi tindakan dimulai apakah ibu masih bersedia menjadi
responden pada penelitian ini? (Ny. D mengatakan masih responden pada penelitian ini? (Ny. S mengatakan masih
bersedia menjadi responden) dan apakah ada yang ingin bersedia menjadi responden) dan apakah ada yang ingin
ibu tanyakan? (Ny. D mengatakan tidak ada pertanyaan). ibu tanyakan? (Ny. S mengatakan tidak ada pertanyaan).
Persiapan Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien, Perawat mengatur posisi yang nyaman bagi pasien,
Pasien dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan kaki dimana pasien lebih nyaman saat posisi fowler dan dan
menyilang. Kemudian peneliti duduk berhadapan dengan kaki menyilang. Kemudian peneliti duduk berhadapan
pasien dengan pasien
Persiapan Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi Perawat menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
Lingkungan pasien dengan membentang tikar dan mengatur barang yang pasien dengan membuka hordeng agar cukup cahaya dan
ada disekeliling pasien yang dapat menganggu kenyamanan mengatur barang yang ada disekeliling pasien yang dapat
pasien. menganggu kenyamanan pasien.
Persiapan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan Perawat mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan
Perawat sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan. sabun dan air mengalir denga 6 langkah cuci tangan.
56
Prosedur ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum ➢ Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum
Tindakan diberikan jus papaya dengan PQRST diberikan jus papaya dengan PQRST
➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien ➢ Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien
untuk meminum jus jika pasien membutuhkan untuk meminum jus jika pasien membutuhkan
bantuan. bantuan.
➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus ➢ Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus
secara perlahan secara perlahan
➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus papaya ➢ Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus
➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus pepaya
papaya ➢ Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus
papaya
Objektif : Objektif :
• Pasien tampak menghabiskan jus pepaya yang • Pasien tampak menghabiskan jus pepaya yang
sudah di sediakan oleh perawat sudah di sediakan oleh perawat
• Pasien tampak terlihat membaik • Pasien tampak terlihat semakin membaik
57
Rencana Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk mengkaji Selanjutnya perawat mengkontrak waktu untuk
tindakan lanjut skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya pada pukul mengkaji skala nyeri setelah 4 jam diberikan jus papaya
16.15 WIB guna mengetahui apakah ada perubahan setelah pada pukul 16.45 WIB guna mengetahui apakah ada
diberikan tindakan pemberian jus pepaya dan rencana tindak perubahan setelah diberikan tindakan pemberian jus
lanjut secara mandiri pada hari selanjutnya. pepaya dan rencana tindak lanjut secara mandiri pada hari
selanjutnya.
Kontrak yang Perawat kemudian mengkontrak jam 16:00 WIB untuk Perawat kemudian mengkontrak jam 16:00 WIB untuk
akan datang melakukan pengkajian nyeri kembali dan berpamitan serta melakukan pengkajian nyeri kembali dan berpamitan serta
memberikan edukasi untuk melakukan tindakan yang telah memberikan edukasi untuk melakukan tindakan yang
dilakukan selama 3 hari jika pasien merasakan nyeri telah dilakukan selama 3 hari jika pasien merasakan nyeri
kembali, mengatur pola makan, banyak istirahat, kembali, mengatur pola makan, mengurangi stress,
mengurangi makanan yang pedas dan asam. perbanyak istirahat, mengurangi makanan yang pedas dan
asam.
58
3. Output
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 hari berturut-
turut didapatkan output yang sama di hari pertama setelah dilakukan
pemberian jus pepaya pada Ny. D dan Ny. S dimana tidak terjadi
penurunan skala nyeri setelah 4 jam pemberian jus pepaya, nyeri yang
dirasakan Ny. D berada pada skala 4 (nyeri sedang) dan Ny. S pada skala 3
(nyeri ringan).
Pada hari kedua didapatkan hasil output yaitu nyeri yang dirasakan
kedua pasien mengalami penurunan. Sebelum diberikan jus pepaya
dilakukan pengkajian nyeri terlebih dahulu didapatkan hasil Ny. D pada
skala 3 (nyeri ringan) dan Ny. S pada skala 2 (nyeri ringan). Kemudian 4
jam setelah diberikan jus pepaya dilakukan kembali pengkajian skala
nyeri didapatkan hasil kembali terjadi penurunan skala nyeri Ny. D pada
skala 2 (nyeri ringan) dan Ny. S pada skala 1 (nyeri ringan).
Pada hari ketiga dilakukan kembali pmberian jus pepaya, namun
terlebih dahulu dilakukan pengkajian skala nyeri diamana tidak terjadi
penurunan skala nyeri Ny. D nyeri masih berada pada skala 2 (nyeri
ringan) dan Ny. S nyeri masih berada pada skala 1 (nyeri ringan).
Kemudian dilakukan pengkajian kembali setelah 4 jam pemberian jus
pepaya dimana skala nyeri Ny. D turun menjadi skala 1 (nyeri ringan) dan
skala nyeri Ny. S masih berada pada skala 1 (nyeri ringan).
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa skala nyeri lebih cepat
turun pada Ny. S daripada Ny. D, hal ini disebabkan Ny. D masih sering
terlambat makan karena ia sering lupa makan karena sibuk bekerja di
sawah. Sedangkan Ny. S teratur makan selama dilakukan penelitian ini
sehigga skala nyeri Ny. S lebih cepat turun ke skala 1.
59
B. Pembahasan
1. Gambaran Karakteristik Pasien Gastritis di Puskesmas Sawah Lebar
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Sawah Lebar. Sampel
yang diteliti berjumlah 2 pasien. Data pasien didapatkan dengan
melakukan pengkajian secara langsung kepada pasien atau keluarga
melalui wawancara dan observasi. Selain itu pengumpulan data sekunder
juga diambil dari rekam medis di UPTD Puskesmas Sawah Lebar guna
mendukung penelitian ini.
Terdapat 2 klien yang dilakukan pengkajian yaitu, seorang pasien
perempuan Ny. D berusia 55 tahun ditemukan data keluhan pasien datang
ke Puskesmas Sawah Lebar diantar suaminya pada hari kamis tanggal 13
Februari 2020 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri di uluh hati
kemudian pada kasus seorang pasien perempuan Ny. S berusia 27 tahun
datang ke Puskesmas Sawah Lebar bersama anaknya pada hari sabtu
tanggal 15 Februari 2020 pukul 09.00 WIB dengan keluhan nyeri di uluh
hati. Data ini sudah menunjukkan adanya gejala dari Gastritis.
Faktor terjadinya Gastritis yaitu faktor penggunaan obat-obatan
seperti OAINS, infeksi bakteri helicobacteri pylori, stress fisik, stress
psikis, makanan dan minuman yang bersifat iritan, gaya hidup yang buruk
seperti pola makan yang tidak teratur, garam empedu, iskemia dan trauma
langsung lambung (Muttaqin dan Sari, 2011). Pada kasus Ny. D faktor
penyebab terjadinya gastritis yang ditemukan yaitu faktor gaya hidup yang
buruk dikarenakan Ny.D memiliki pola makan yang tidak teratur dan
mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Kemudian pada kasus Ny. S
faktor penyebab terjadinya gastritis yang ditemukan yaitu juga faktor gaya
hidup yang buruk dikarenakan Ny.S memiliki pola makan yang tidak
teratur, mengkonsumsi makanan pedas serta mengalami stress psikis yang
juga dapat menyebabkan meningkatkan aktivitas lambung.
Dari penyebab gastritis yang dialami Ny. D dan Ny.S dapat dijelaskan
bahwa pada pasien yang memiliki frekuensi makan tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Menurut Rahmawati (2010) menyatakan
60
bahwa sikap dan tindakan makan yang tidak teratur seperti salah satunya
frekuensi makan, berpengaruh signifikan terhadap kekambuhan gastritis.
Hal tersebut sejalan dengan Uripi (2001) yang menyatakan bahwa kasus
gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga asam
lambung meningkat, produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan
gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul nyeri
epigastrum.
Mengkonsumsi makanan pedas dan asam secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual
dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu
makannnya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan asam lebih
dari 1x dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis
(Sediaoetama, 2004).
Stress Psikis dapat menstimulus system saraf pusat dan meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormon adrenaline yang memicu produksi
asam lambung kemudian dapat merusak mukosa lambung dan
menimbulkan nyeri.
Pada pasien Ny D menderita Gasritis yang ditandai dengan nyeri pada
uluh hati skala 4, mual, sakit kepala dan badan terasa lemah, TD 120/80
mmHg, frekuensi nadi 80x/m, frekuensi nafas 20x/m dan suhu tubuh
37,1 ̊C. Kemudian pada pasien Ny. S menderita Gasritis yang ditandai
dengan nyeri di uluh hati, mual, sakit kepala dan badan terasa pegal-pegal,
TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 85x/m, frekuensi nafas 20x/m dan suhu
tubuh 36,8 ̊C.
3. Fase Orientasi
Fase orientasi bertujuan memvalidasi kekuatan data dan rencana yang
telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang lalu. harus memperkenalkan dirinya dan begitu pula pasien
agar terjadi hubungan saling percaya, pada saat fase orientasi perawat juga
memberitahukan bagaimana langkah kerja dan kontrak waktu yang
digunakan, agar pasien tidak merasakan waktu yang cukup lama
(Damaiyanti, 2008).
Pada fase orientasi peneliti memberi salam dan memperkenalkan diri
terlebih dahulu dan mengkontrak waktu ±45 menit setelah itu
mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama klien, umur dan
keluhan pasien. Pada fase ini didapatkan Ny. D nyeri berada pada skala 4
sedangkan pada Ny. S pada skala 3. Peneliti menjelaskan tindakan
pemberian jus pepaya yang bertujuan untuk meregenerasi lapisan mukosa
dan menetralisir asam lambung yang dapat mengurangi nyeri akibat
gastritis. Jus papaya akan diberikan sebanyak 200 gram 1x sehari pada
rentang waktu 12.00-20.00 WIB. Setelah memberikan penjelasan
mengenai jus papaya peneliti menanyakan apakah pasien bersedia menjadi
respon. Setelah mendapatkan persetujuan pasien bersedia menjadi
responden peneliti kemudian mengkontrak waktu selama 3 hari dan akan
memberikan jus papaya pukul 12.00 dan akan kembali pada jam 16.00
untuk mengobervasi nyeri yang dirasakan.
63
4. Fase Interaksi
Pada fase interaksi sebelum memberikan jus pepaya peneliti
menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien dimana Ny. D nyaman dengan posisi fowler dengan kaki
meyilang sedangkan Ny. S mengatakan nyaman dengan posisi fowler
dengan kaki meyilang dan meletakan bantal di atas pahanya. Sebelum
meminum jus papaya perawat melakukan pengkajian nyeri terlebih dahulu
mengunakan lembar PQRST. Kemudian persiapan alat dan bahan berupa
jus papaya, sedotan dan tissue jika dibutuhkan. Setelah jus pepaya siap
maka perawat memberikan jus pepaya kepada pasien dan meminta pasien
untuk meminumnya secara perlahan hingga habis. Setelah jus dapat
dihabiskan perawat menanyakan perasaan pasien setalh meminum jus
pepaya dimana Ny. D mengatakan jus terasa enak dan mengurangi rasa
haus nya sedangkan Ny. S mengatakan jus terasa enak namun sedikit
hambar dan embuatnya terasa kenyang.
Pada hari pertama penelitian pada Ny. S jus papaya diberikan pada
pukul 12:45 WIB dan dilakukan pengkajian nyeri kembali pada pukul
16:45 WIB dikarenakan terlebih dahulu peneliti mealakukan penerapan
pada Ny. D untuk hari terakhir. Kemudian pada hari kedua dan ketiga jus
papaya diberikan kepada Ny. S pada pukul 12:00 WIB dan dilakukan
pengkajian nyeri kembali pada pukul 16:00 WIB.
Peneliti melakukan penerapan pemberian jus pepaya selam 3 hari
dengan melakukan tindaka pengkajian nyeri sebanyak 2 kali yaitu sebelum
dan sesudah diberikan jus pepaya. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti baru terjadi perubahan pada hari kedua.
64
5. Fase Terminasi
Setelah diberikan penerapan pemberian jus pepaya pada Ny. D
baru terjadi penurunan skala nyeri pada hari kedua yaitu dari skala 4
dan kemudian turun menjadi skala 3. Kemudian pada Ny. S juga
terjadi penurunan skala nyeri pada hari kedua yaitu dari skala 3 dan
kemudian turun menjadi skala 2. Terdapat perbedaan saat terjadinya
penurunan nyeri menjadi skala 1, dimana Ny. D sakala nyeri
berkurang menjadi skala 1 pada hari ketiga pada jam 16;00 WIB di
hari terakhir pengkajian nyeri. Sedangkan pada Ny. S skala nyeri
berkurang menjadi skala 1 pada hari kedua pada jam 16;00 WIB.
Pada hari ke tiga dilakukan pemberian jus papaya nyeri yang
dirasakan pada Ny. D dan Ny. S tidak ada yang mengalami penurunan
ke skala 0 (tidak ada nyeri). Nyeri yang dirasakan Ny.D dan Ny. S
pada hari ketiga sama-sama berada pada skala 1 (nyeri ringan).
C. Keterbatasan
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri
maupun pasien. Beberapa keterbatasan yang ada pada penelitian yaitu, secara
teoritis banyak sekali masalah yang harus diteliti dalam masalah gastritis,
tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian, maka peneliti
ini hanya meneliti beberapa variabel yang terkait dengan gastritis yaitu gejala
penyebab gastritis, pola makan dan skala nyeri yang dirasakan pasien.
Keterbatasan dari pasien sendiri yaitu pasien cukup sulit untuk ditemukan
pada jam tertentu dikarenakan pasien ada yang bekerja sebagai seorang
petani.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pengkajian nyeri akut pada Ny. D dan Ny. S
dengan masalah Gastritis yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kes
impulan sebagai berikut :
1. Karakteristik Ny. D ialah Seorang pasien perempuan Ny. D berusia 55
tahun beragama islam, berpendidikan SD, bekerja sebagai petani, sudah
menikah, bersuku lintang dan tinggal di Jl. Merawan II RT. 030 RW 008
Kelurahan Sawah Lebar Baru Kecamatan Ratu Agung. Dan pada Ny. S
ialah Seorang pasien perempuan Ny. S berusia 27 tahun beragama Kristen,
berpendidikan SLTA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, sudah menikah,
bersuku batak dan tinggal di Jl. Dempo 4 RT. 14.
2. Fase prainteraksi Ny. D dan Ny. S dimulai dari mengumpulkan data
dengan membaca status pasien dan melakukan pengkajian dengan
wawancara dan observasi. Lalu peneliti membuat rencana pertemuan,
menyiapkan alat seperti buah papaya 200 gram, sedotan dan tissue jika
dibutuhkan serta mempersiapkan lingkungan senyaman mungkin dan
menjaga privacy pasien.
3. Pada fase orientasi peneliti melakukan salam terapeutik, evaluasi validasi
serta informed concet, menjelaskan bahwa penerapan pemberian jus
pepaya bertujuan mengurangi asam lambung serta meregenerasi mukosa
lambung yang bermanfaat mengurangi rasa nyeri akibat gastritis. Tindakan
ini akan dilakukan selama 3 hari dan akan dilakukan pengkajian nyeri
kembali setelah 4 jam pemberian jus pepaya. Peneliti kemudian
memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan meminta persetujuan
pasien sebagai responden.
4. Fase interaksi dilakukan pada hari yang berbeda dikarenakan pasien
datang ke Puskesmas Sawah Lebar pada hari yang berbeda. Ny. D datang
ke Puskesmas Sawah Lebar pada hari kamis tanggal 13 Februari 2020 dan
65
66
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
Dermawan, D., & Rahayu ningsih, T, (2010). Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022
Hardi, K., & Huda Amin, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed). Yogyakarta: Mediaction.
Indayani, Sigit Priyanto, Enik Suharyanti, 2018 “Pengaruh Pemberian Jus Buah
Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Tingkat Nyeri Kronis pada Penderita
Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid” Prodi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Magelang
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI;
2014. Diakses Oktober-2018
Margareth dan Rendy. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Mescher, Anthony L. Buku Histologi Dasar Janqueira. Jakarta: EGC, 2014.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Puspadewi, V.A dan Endang L. 2012. Penyakit Maag dan Gangguan Pencernaan.
Yogyakarta. Kanisius.
Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suketi, K., Poerwanto, R., & Sujiprihati, S. (2010). Karakter Fisik dan Kimia
Buah Pepaya pada Stadia Kematangan Berbeda Physical and Chemical
Characteristics of Papaya at Different Maturity Stages
Uripi Vera, 2001, Menu Untuk Penderita Hepatitis Dan Gangguan Saluran
Pencernaan, cetakan 1, Jakarta: Puspa Swara.
PADA Ny. D
PADA Ny. S
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS KLIEN
Agama : ……………………………
Pendidikan : ……………………………
Pekerjaan : ……………………………
Alamat : ……………………………
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
a. Hari/Tanggal/Jam :
b. Keluhan utama :
c. Kronologis keluhan
1) Faktor pencetus :……………………………………
2) Timbulnya keluhan :…………………………………….
3) Lamanya :……………………………………
4) Upaya mengatasi :……………………………………
d. Penanganan yang telah dilakukan :
b. Genogram
Metode Pengkajian Nyeri
PQRST
1. P (pemacu) :
Aktivitas
Telat makan
Stress
Bagian tubuh yang terganggu
2. Q (kualitas nyeri) :
Tumpul
Menusuk
Seperti terbakar
Teriris
Tertimpa beban berat
Menyebar
3. R (tempat nyeri) :
Punggung
Uluh hati
Tangan
Kaki
Kepala
Dada
4. S (skala nyeri) :
5. T (waktu nyeri) :
± 5 menit
± 10 menit
± 15 menit
± 20 menit
± 25 menit
± 30 menit
> 30 menit
SOP PEMBERIAN JUS PEPAYA
Definisi Pengobatan secara nonfarmakologi yang dapat mengurangi rasa nyeri
Tujuan Mengurangi asam lambung dan meregenerasi mukosa lambung
Prosedur a. Fase Prainteraksi
1) Perawat melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu
pasien seperti membaca status pasien.
2) Mempersiapkan jus pepaya sebanyak 200 gram dipotong
berbentuk dadu kemudian dihaluskan menggunakan blender.
b. Fase orientasi
b. Salam terapeutik
Mengidentifikasi pasien, mengucapkan salam dan memperkenal-
kan diri
c. Evaluasi dan validasi
Menanyakan kabar pasien dan nyeri yang dirasakan
d. Informed consent
a) Menjelaskan tindakan pemberian jus pepaya, tujuan, manfaat,
waktu dan persetujuan pasien
b) Memberikan kesempatan untuk bertanya
c) Meminta persetujuan klien
c. Fase interaksi
1) Persiapan alat
a) Jus pepaya
b) Tisu jika dibutuhkan
c) Sedotan atau sendok
2) Persiapan pasien
a) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin bagi pasien
b) Meletakkan tisu di atas dada pasien
3) Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan cukup cahaya, suhu dan terjaga privacy
4) Persiapan perawat
Perawat cuci tangan dan jika diperlukan menggunakan
handscoon
5) Prosedur tindakan
a) Pertama lakukan pengkajian nyeri sebelum diberikan jus
papaya
b) Berikan jus pepaya kepada pasien, bantu pasien untuk
meminum jus jika pasien membutuhkan bantuan.
c) Menganjurkan pasien untuk menghabiskan jus secara
perlahan
d) Memotivasi pasien untuk menghabiskan jus pepaya
e) Lakukan pengkajian nyeri setelah diberikan jus pepaya
d. Fase terminasi
1) Evaluasi subjektif dan objektif
menanyakan bagaimana perasaan pasien setelah meminum
jus pepaya
2) Rencana tindakan lanjut
Akan diberikan jus pepaya pada hari selanjutnya
3) Kontrak yang akan datang
Mengkontrak waktu kapan akan diberikan jus pepaya.
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
1. SD NEGERI 35 KOTA BENGKULU
2. SMP NEGERI 18 KOTA BENGKULU
3. SMA NEGERI 3 KOTA BENGKULU