Anda di halaman 1dari 48

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT

IBU TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI

INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI PMB BIDAN T

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menyelesaikan pendidikan

Program Studi Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh :

Titin

NIM 4008220085

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2023
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Skripsi ini yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu

Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) Di Pmb Bidan

T Kabupaten Bandung.”

Dalam menyusun Skripsi ini, penulis menyadari ketidakmampuan dan

keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulisan ini dapat

disempurnakan.

Proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Dr. Dra. Suryani., Dipl.M,. MM sebagai Ketua STIKes Dharma Husada

Bandung;

2. Ira Kartika, SST., M.Keb. sebagai Ketua Program Studi Sarjana Dan Profesi

Bidan;

3. Oktarina Sri Iriani, SST., M.Keb. sebagai pembimbing utama yang telah

bersedia memberikan masukan yang sangat bermanfaat ;

4. Naili Rachmawati, SST., M.Keb. sebagai pembimbing pendamping yang telah

bersedia memberikan masukan yang sangat bermanfaat ;


ii

5. Dosen dan Staf Program Studi Studi Sarjana Dan Profesi Bidan STIKes

Dharma Husada Bandung yang telah mengajar dan membantu selama di

perkuliahan.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Aamiin Ya Rabbal Aalamiin

Bandung, April 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................4

C. Tujuan ........................................................................................4
D. Manfaat ......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ..................................................................6

B. Konsep Pengetahuan ..................................................................8


1. Pengertian Pengetahuan .......................................................8
2. Cara Memperoleh Pengetahuan ...........................................8
3. Tingkat Pengetahuan ............................................................9
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .........................10
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan ............................................12
C. Konsep Pendidikan ..................................................................12
1. Pengertian Pendidikan ........................................................12
2. Kritea Tingkat Pendidikan .................................................14
D. Konsep Ekonomi ......................................................................15
1. Pengertian Ekonomi ...........................................................15
2. Kriteria Tingkat Ekonomi ..................................................15
E. Intra Uterine Devices (IUD) ....................................................16
1. Pengertian IUD...................................................................16
2. Jenis – Jenis IUD................................................................17
3. Efektivitas IUD ..................................................................18
iv

4. Cara Kerja/Mekanisme Kerja .............................................19


5. Keuntungan Dan Kerugian IUD.........................................19
6. Persyaratan Pemakaian/Indikasi IUD ................................21
7. Kontra-indikasi IUD...........................................................21
8. Waktu Penggunaan IUD ....................................................22
9. Kunjungan Ulang IUD .......................................................23
F. Kerangka Teori.........................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep .....................................................................25


B. Hipotesis Penelitian..................................................................25
C. Definisi Operasional.................................................................26
D. Rancangan Penelitian ...............................................................27
1. Jenis Penelitian ...................................................................27
2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................27
E. Populasi Dan Sampel ...............................................................28
1. Populasi ..............................................................................28
2. Sampel ................................................................................28
F. Metode Pengumpulan Data ......................................................30
1. Jenis Data ...........................................................................30
2. Metode Pengolahan Data ...................................................30
3. Analisis Data ......................................................................31
G. Jadwal Penelitian......................................................................32
H. Etika Penelitian ........................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34

LAMPIRAN
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1. Kerangka Teori ...................................................................... 24


Gambar. 2. Kerangka Konsep ................................................................... 25
vi

DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Peneliti Terdahulu .........................................................................6

Tabel. 2. Definisi Operasional ...................................................................26

Tabel. 3. Jadwal Penelitian ........................................................................32


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarkat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan,
kelahiran pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Novita
Eka Kusuma dkk,2019) 1
Program keluarga berencana nasioanl pada saat ini tidak hanya
bergerak pada masalah keluarga berencana saja tetapi juga ikut serta dalam
program program kependudukan lainnya yang menunjang keberhasilan
program keluarga berencana yang selanjutnya akan memberikan hasil pada
peningkatan kesejahteraan keluarga. Pemerintah menjadikan PUS
(Pasangan Usia Subur) sebagai sasaran yang tepat untuk menekan
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Hal itu disebabkan karena PUS
merupakan pasangan suami istri yang aktif berhubungan seksual dan akan
menyebabkan kehamilan. Sehingga akan terus meningkatkan angka
kelahiran dan masalah kependudukan di Indonesia tetap menjadi masalah
yang tidak akan terselesaikan.( Inggit Pratiwi, Ulfa Fadil, 2019)2
Berdasarkan arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum
mengacu pada arah kebijakan dan stategi nasional yang dijabarkan dalam
RPJMN 2020-2024, bahwa diperlukan penjabaran strategis penguatan
kapasitas faskes dan jaringan/jejaring yang melayani keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi, terutama metode kontrasepsi jangka panjang dan
KB Pasca Salin. (BKKBN, 2020)
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2017,
Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 261.890.872 jiwa.
Berdasarkan data pusat statistik nasional jumlah penduduk dari tahun
2

ketahun terus meningkat, pada tahun 2020 jumlah penduduk sebanyak


270.209,9 jiwa, pada tahun 2021 jumlah penduduk sebanyak 272.678,5 jiwa
dan pada tahun 2022 jumlah penduduk telah mencapai 275.773,6 jiwa.
Dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk maka dari itu
pemerintah mencanangkan program KB (Keluarga Berencana) dan
pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada PUS. Dengan tujuan
untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk. Tujuan Gerakan keluarga
berencana yaitu guna membangun keluarga yang sejahtera agar tercipta
sumber daya manusia yang optimal. Program KB adalah salah satu cara
yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak, serta perempuan.
Bagi sebagian wanita ada yang merasa kesulitan untuk dapat
menentukan pilihan kontrasepsi. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah
metode yang tersedia di setiap PMB, tetapi mungkin karena metode tersebut
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional Keluarga
Berencana, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi. Dalam menetukan suatu metode alat kontrasepsi ,
seorang wanita harus dapat mempertimbangkan berbagai faktor antara lain
status kesehatan, efek samping suatu metode, konsekuensi terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, banyaknya keluarga yang diinginkan,
dapat bekerjasama dengan pasangan dan juga norma budaya mengenai
kemampuan mempunyai anak.3
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) alat
kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode suntik
(46,47%), pil (25,81%), IUD (11,28%), Implan (8,82%), MOW
(3,49%).Kondom (2,96%), dan MOP (0,71%). Berdasarkan data pusat
statistik indonesia akseptor KB mengalami penurunan selama 3 tahun
terakhir, tahun 2019 akseptor KB sebanyak 58,83, pada tahun 2020 akseptor
KB sebanyak 58,55 dan pada tahun 2021 akseptor KB sebanyak 57,14.
Menurut data statistik pemuda indonesia tahun 2021 KB SUNTIK
merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan dengan
3

presentase 66,49%, alat kontrasepsi PIL berada di posisi kedua dengan


presentase sebesar 15,55%, susuk KB atau IMPLAN dengan presentase
8,85%,IUD dengan presentase 7,08%, MOW dengan presentase 0,25% dan
MOP dengan presentase 0,15%.4
Walaupun program KB Intra Uterin Device (IUD) di Indonesia
dapat dikatakan cukup berhasil, tapi dalam pelaksanaannya sampai saat ini
pun masih mengalami hambatan-hambatan yang di rasakan diantaranya
masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang belum menjadi akseptor KB
IUD. Masyarakat pada umumnya lebih memilih alat kontrasepsi yang
praktis namun efektifitasnya tinggi seperti alat kontrasepsi hormonal yang
meliputi pil dan suntik yang mana merupakan metode non metode
kontrasepsi jangka panjang sehingga metode KB Metode Kontrasepsi
Jangka Pangjang seperti IUD, Implant ,MOP,dan MOW kurang menarik
minat wanita. Adapun kebijakan pemerintah tentang KB saat ini adalah
mengarah pada pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang.
IUD (Intra Uterine Divice) adalah suatu alat kontrasepsi jangka
panjang yang paling efektif dan aman dibandingkan alat kontrasepsi lainnya
seperti pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi IUD sangat efektif untuk
dapat menekan angka kematian ibu dan juga dapat mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk karena tingkat keefektifitasan penggunaannya
sampai 99,4% dan IUD juga dapat digunakan dalam jangka waktu yang
cukup lama yaitu 3-5 tahun (jenis hormon yaitu iud mirena) dan 5-10 tahun
(jenis tembaga yaitu Nova T,cu 380A, silver line). Alat kontasepsi IUD
dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam- macam, yang
terdiri dari plastik (polyethylene).5
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di bidan T bahwa
rendahnya minat ibu untuk menjadi akseptor IUD mungkin dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya : pengetahuan, tingkat pendidikan ibu dan
sosial ekonomi. Akibat dari rendahnya minat ibu pada alat kontrasepsi IUD
sehingga menyebabkan kegagalan pada akseptor lainnya. Angka kegagalan
IUD sebagai alat kontrasepsi sangat rendah yaitu sekitar 1-5 kehamilan/ 100
4

perempuan. Sehingga dapat digunakan untuk menekan angka kelahiran dan


diharapkan dapat juga menekan laju pertumbuhan penduduk. Rendahnya
minat ibu untuk menjadi akseptor IUD mungkin diakibatkan oleh berbagai
faktor diatas, tetapi jika ibu dibekali dengan pengetahuan yang cukup
tentang IUD mungkin kesadaran ibu untuk menjadi akseptor IUD akan
tinggi.
Dukungan suami pun turut berperan aktif dalam pemakaian
kontrasepsi IUD, jika dukungan suami rendah maka ibu tidak akan menjadi
akseptor IUD walaupun sebenarnya ibu sangat menginginkan untuk
menjadi akseptor IUD, maka sangat diperlukan untuk memberikan
pengetahuan yang baik kepada pasangan usia subur (PUS).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yaitu :
1. Faktor apa yang mempengaruhi rendahnya minat ibu terhadap
pemilihan alat kontrasepsi IUD ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya minat
ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi ( Intra Uterine Device) IUD di
PMN bidan T Kabupaten Bandung.
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui faktor pengetahuan ibu terhadap rendahnya

minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD di Pmb bidan T.

2) Untuk mengetahui faktor pendidikan ibu terhadap rendahnya minat

ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD di Pmb bidan T.

3) untuk mengetahui faktor tingkat ekonomi terhadap rendahnya minat

ibu dalam pemilihan alat kontrasespsi IUD di Pmb bidan T.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu terhadap

pemilihan alat kontrasepsi IUD.

b) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan

peneliti khususnya tentang rendahnya minat ibu terhadap

pemiliohan alat kontrasepsi IUD.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu6,7

No. Nama Peneliti Judul Hasil Perbedaan


Penelitian
1. Rahajeng Faktor-faktor hasil dari Penelitian Rahajeng
Putriningrum, yang pengetahuan dkk, meneliti mengenai
Tresiaumarianti, mempengaruhi responden tentang Faktor-faktor yang
MaulaMar’atus rendahnya KB IUD, tingkat mempengaruhi
Sholikhah, minat pengetahuan rendahnya minat
Dina Yulistiana penggunaan responden penggunaan AKDR
AKDR (IUD) sebagian besar (IUD), sedangkan yang
pada kategori saya lakukan adalah
pengetahuan menganalisis rendahnya
cukup yaitu 81%. minat ibu memilih
Hal ini AKDR IUD
memberikan arti
bahwa responden
sudah mengenal
kontrasepsi IUD,
baik dari
pengertian,
manfaat dan efek
sampingnya tetapi
belum sepenuhnya
paham.
7

2. Johana D. Faktor – Hasil penelitian Penelitian Johana dkk,


Bernadus, Faktor Yang terhadap 96 meneliti mengenai
Agnes Berhubungan sampel, sebagian Faktor – Faktor Yang
Madianung, Dengan besar responden Berhubungan Dengan
Gresty Masi Pemilihan berusia dewasa Pemilihan Alat
Alat muda (>20 tahun) Kontrasepsi Dalam
Kontrasepsi dalam pemilihan Rahim (AKDR)
Dalam Rahim kontrasepsi yaitu sedangkan yang saya
(AKDR) Bagi 77 orang. lakukan adalah
Aseptor KB Responden berusia menganalisis rendahnya
di atas 20 tahun minat ibu memilih
lebih memilih AKDR IUD
AKDR karena
secara fisik
kesehatan
reproduksi sudah
lebih matang dan
merupakan tolak
ukur tingkat
kedewasaan
seseorang.

Tabel. 1. Penelitian Terdahulu


8

B. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek
melalui panca indra manusia, terdiri dari pendengaran, penglihatan,
penciuman, perasa dan peraba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari telinga dan mata. Pengetahuan merupakan hal yang
penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang dalam halnya
perilaku terbuka (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012). Menurut
Notoatmojo 2012 pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mempunyai tingkatan atau intensitas yang berbeda-beda, secara garis
besar dibagi dalam 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Perilaku adalah suatu aktivitas atau tindakan
manusia itu sendiri baik secara langsung maupun secara tidak langsung
yang dapat diamati oleh pihak luar, antara lain seperti berjalan, menulis,
membaca dan lain sebagainya.8
2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dikelompokkan menjadi 2
yaitu cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian
ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian
sebagai berikut :9
a) Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah :
1) Cara Coba –Salah (Trial and Error)
2) Secara Kebetulan
3) Cara Kekuasaan atau Otoriter
4) Berdasarkan Pengalaman pribadi
5) Cara Akal Sehat ( Common Sense)
6) Kebenaran Melalui Wahyu
7) Kebenaran Secara Intuitif
8) Melalui Jalan Pikiran
9

b) Memahami (Comprehention) Memahami adalah suatu kemampuan


untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat
menginterprestasikan dengan benar.
c) Aplikasi (Application) Aplikasi merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun
kondisi rill (sebenarnya).
d) Analisi (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menanyakan materi atau objek kedalam komponen- komponen
tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama dengan yang lainnya.
e) Sintesis (Syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau tidak.
3. Tingkatan Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:9
1) Tahu (Know) Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.Pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah (C1).
2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi 19 tersebut secara
benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Comprehension meliputi :
10

menterjemahkan, menafsirkan, menginterpre tasikan, meramalkan


dan eksplorasi (C2).
3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi (C3) diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis) Analisis (C4) adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (Syhthesis) Sintesis (C5) menunjukkan kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang sudah ada.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi (C6) ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian- 20 penilaian itu didasarkan pada suaru kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah:9
1) Pengalaman
Pengalaman dapat dari apa yang pernah dialami sendiri
maupun pengalaman orang lain yang diketahuinya. Seorang akseptor
KB suntik telah merasakan sendiri pengaruh kontrasepsi KB suntik
dengan segenap suka dan dukanya. Jika akseptor tersebut bertemu
dengan seorang akseptor Implant saat control di BPS maka mereka
akan saling bercerita tentang suka duka selama mereka menjadi
akseptor. Disini terjadi saling tukar pengalaman dan kedua akseptor
11

tersebut saling memberi dan menerima pengetahuan berdasar


pengalaman masing-masing.
2) Sosio-Budaya
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan
sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu
pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan
ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan
suatu masyarakat bersama. Di suatu masyarakat memiliki
kepercayaan bahwa banyak anak banyak rejeki, maka akan sulit bagi
mereka untuk menerima informasi mengenai kontrasepsi.
3) Keyakinan
Keyakinan dapat diperleh secara turun temurun tanpa adanya
pembuktian atau diperoleh dari pengalaman yang telah dimilikinya
dan terbukti benar setelah teruji oleh waktu dan kejadian yang
berulang-ulang. Seorang akseptor baru dengan mantap ia memilih
alat kontrsepsi Implant ia yakin karena ibu dan keluarganya adalah
pengguna Implant. Keyakinan akseptor baru ini makin mantap
setelah memperoleh informasi Implant saat konsultasi dengan tenaga
kesehatan yang memasang Implannya.
4) Fasilitas
Media cetak maupun elektronik serta buku-buku merupakan
fasilitas sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat.Banyak tersedia informasi dan ibu-ibu dapat
memperoleh informasi sesuai kebutuhannya. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi akan memungkinkan setiap orang
memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat. Orang dapat
berhubungan konsultan ahli melalui radio, televisi, majalah, dan
lain-lain. Kaitannya dengan kontrasepsi, pengetahuan merupakan
faktor sangat penting karena berdampak luas pada perilaku
pengguna alat kontrasepsi (akseptor) dalam menetapkan keputusan
terhadap alat kontrasepsi yang digunakan. Kemantapan akseptor
12

dengan metode yang dipilihnya, ketahanan akseptor dalam


menghadapi masalah-masalah (efek samping) yang dialaminya serta
kemampuan adaptasinya.
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat di interpretasikan dengan skala yang
bersifat kuantitatif, yaitu :
1) Baik : Hasil presentase76% - 100% 22
2) Cukup : Hasil presentasem56% - 75%
3) Kurang : Hasil presentase < 56% Pengetahuan tentang KB IUD
merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang alat
kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB IUD jika ia
banyak mengetahui dan memahami tentang KB IUD (BKKBN,
2005).
C. Konsep Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antarapendidikan
dengan pemilihan alat kontrasepsi. Makin tinggi pendidikan seseorang
maka makin banyak yang menerima informasi sehingga makin banyak
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap
pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan
lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Wanita yang
berpendidikan rendah kurang mendapat akses terhadap informasi KB
dibanding dengan wanita yang berpendidikan lebih tinggi. Semakin
tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin banyak pengetahuan
mereka tentang alat kontrasepsi (Hastuty dan Afiah, 2018).10
Pendidikan merupakan faktor yang memengaruhi penggunaan
kontrasepsi melalui akses wanita terhadap informasi KB dan pilihan
13

metode KB (Kohler, 1997). Selain itu, Frakenberg, Sikoki, & Suriastini


(2003) berpendapat bahwa pendidikan berhubungan dengan pemilihan
metode KB yang diinginkan. Adioetomo, Kitting & Taufik (1989)
mengatakan bahwa peningkatan pemakaian kontrasepsisecara
signifikan, kenaikan umur kawin pertama,serta beberapa faktor sosial
ekonomi dan budaya berpengaruh terhadap penurunan fertilitas di
Indonesia sepanjang tahun 1977 hingga 1986. Beberapa studi lain di
Indonesia juga menunjukkan bahwa tempat tinggal (perkotaan atau
perdesaan), pendidikan, akses terhadap media massa, dan kunjungan
petugas memengaruhi wanita dalam memilih layanan KB (Samosir,
1994; Rajagukguk, 1999).11
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan
pemilihan suatu metode kontrasepsi karena tingkat pendidikan yang
lebih tinggi mampu menyerap informasi dan lebih mampu
mempertimbangkan hal-hal yang menguntungkan atau efek samping
bagi kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian suatu metode
kontrasepsi (Yanuar, 2010). Menurut Langevelt dalam
Maulana,Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang dilakukan pada anak untuk menjadi dewasa. Ciri orang
dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, sosial, dan
emosional. Sementara menurut Notoatmodjo dalam Maulana,
pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pengertian tersebut mengandung
tiga unsur pendidikan yang meliputi Input (sasaran dan pelaku
pendidikan), Proses (upaya yang direncanakan), dan Output (perilaku
yang diharapakan). 12
Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan
kesadaran melalui proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung
lama (long lasting) dan menetap, karena didasari oleh kesadaran.
Kelemahan dari pendekatan pendidikan kesehatan ini adalah hasilnya
14

lama, karena perubahan perilakumelalui proses pembelajaran pada


umumnya memerlukan waktu yang lama.
Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam
menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi tingkat pendiidkan ibu,
maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi
lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan
selanjutnya akan mengikuti perubahan itu.
Disamping itu, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
luas pengetahuan sehingga akan semakin termotivasi menerima
perubahan baru. Adanya perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi
pengetahuan dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan
terhadap suatu masalah. Selain itu akan berbeda pula tingkat
pemahaman terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal
imunisasi. Demikian pula halnya makin tinggi tingkat pendidikan ibu
maka akan semakin mudah pula menerima inovasi-inovasi baru yang
dihadapannya termasuk imunisasi.
Tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan
pengetahuan ibu. Semakin rendah pendidikan ibu maka akses terhadap
informasi tentang KB khususnya KB IUD akan berkurang sehingga ibu
akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat
kontrasepsi yang mana akan dipilih oleh ibu.
2. Kriteria Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang dikembangkan terbagi tiga yaitu :
a. Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
tahun pertama masa sekolah yaitu SD dan SMP.
b. Pendidikan Menengah, jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar yaitu SMA
c. Pendidikan tinggi, jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan dipoloma, sarjana,
15

magister, doctor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh


perguruan tinggi.
D. Ekonomi
1. Pengertian Ekonomi
Menurut Erfandi (2008) Kebutuhan ekonomi adalah Tingkat
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang
yang mencukupi. Tingkat ekonomi memengaruhi pemilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan
kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang
diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi ekonomisnya, kontrasepsi
IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi kadang orang
melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali
pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin
IUD tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa atau jangka
waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun
pil. Faktor ekonomi dalam hal ini adalah penghasilan memengaruhi
responden untuk menggunakan kontrasepsi IUD, Karena di anggap
harga pemasangan IUD yang cukup mahal di bandingkan dengan
kontrasepsi yang lain.13

Fakor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang


menentukan seseorang dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi.
Semakin tingginya biaya hidup, terbatasnya kesempatan dan lapangan
pekerjaan serta pendidikan bagi perempuan telah merubah persepsi dan
keputusan untuk menggunakan kontrasepsi IUD.

2. Kriteria Tingkat Ekonomi


Kriteria status tingkat ekonomi di bagi menjadi 3, yaitu :
1) Ekonomi rendah : > Rp. 3.000.000,00
2) Ekonomi tinggi : < Rp. 3.000.000,00
16

E. Intra Uterine Devices (IUD)


1. Pengertian IUD
Kontrasepsi merupakan pengaturan kehamilan dengan
menggunakan alat atau metode dengan tujuan mencegah kehamilan.
Tujuan pemakaian kontrasepsi adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan. (Sukarni &
Wahyu, 2013).7 Kontrasepsi adalah alat atau obat yang salah satunya
upaya untuk mencegah kehamilan atau tidak ingin menambah
keturunan. Cara kerja kontrasepsi yaitu mencegah ovulasi,
mengentalkan lender serviks dan membuat rongga inding rahim yang
tidak siap menerima pembuahan dan menghalangi bertemunya sel telur
dengan sel sperma (Kasim & Muchtar, 2019).14
IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim
yang terbuat dari bahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid.
IUD sangat efektif untuk menjarangkan kehamilan dibandingkan
dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan,
tubektomi, dan vasektomi. IUD merupakan metode kontrasepsi jangka
panjang yang paling banyak digunakan dalam Program KB di
Indonesia. Pengguna IUD di Indonesia mencapai 22,6% dari semua
pengguna metode kontrasepsi.15
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri
dari plastik (polyethyline).Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang
tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag).Selain itu ada
pula yang batangnya berisi hormon progesteron (Suratun, 2008).4
Metode kontrasepsi khususnya IUD memenuhi syarat kontrasepsi yang
baik diantaranya sangat efektif, reversible, berjangka panjang, dapat
dipakai semua perempuan usia reproduksi, murah dan cocok untuk ibu
menyusui, IUD berbentuk kecil terbuat dari kerangka plastik yang
fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus terbuat dari
tembaga (Cu) dan dipasang dalam rahim (Syaifudin, 2003).16
17

2. Jenis-jenis IUD

Jenis-jenis kontrasepsi Intra Uterine Divice (IUD) yaitu:15

a. Un-Medicated IUD

1) Lippes Loop

Diperkenalkan pada awal tahun 1960-an dan dianggap

sebagai IUD standar, terbuat dari polyethylene ( suatu plastic

inert secara biologic) ditambah barium sulfat.

Ada empat macam IUD Lippes Loop:

a) Lippes Loop A : Panjang 26,2 mm dan lebar 22 mm 2 benang

biru satu titik pada pangkali IUD dekat benang ekor.

b) Lippes Loop B : Panjang 25,2 mm dan lebar 27,4 mm 2

benang hitam bertitik -4.

c) Lippes Loop C : Panjang 27,7 mm dan lebar 30,0 mm 2

benang kuning titik -3.

d) Lippes Loop D : Panjang 27,5 mm dan lebar30,0mm benang

putih bertitik -2.

b. Mediated IUD

1) Cooper IUD

Yang paling dikenal sampai saat ini adalah CuT -200,

Tatum T, CuT-20B, CuT-200Ag, CuT-220C, CuT-380A,

Para Gard, CuT-380Ag, CuT-380S, Nova-T, Novagard, ML-

Cu-250 ( standart, short, mini ),ML-Cu-375 ( standart, short,

mini ), Cu-375 ( standart, short, mini ), Cu-7, Gravigard,


18

MPL-Cu240Ag ( ukuran 0, ukuran 1, ukuran 2), uttering330

Cu.

2) IUD yang mengandung hormone progestasert-T= Alza T.

a) Panjang 36 mm dan lebar 32 mm dengan 2 lembar benang

ejkor warna hitam

b) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,

melepaskan 65 mcg progesterone per hari

c) Tabung inserternya berbentuk lengkung ( meniru lekuk

lengkung cavum uteri)

d) Daya kerja : 18 bulan

e) Teknik insersi : plunging (modified with drawl)

3. Efektifitas IUD

Cupper T-380 A sebagai primadona BKKBN. Beberapa

pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T-380 sebagai

primadona :17

1) Teknik pemasangan mudah, tidak sakit

2) Efektifitas tinggi

3) Kejadian ekspulsi rendah

4) Tidak mudah menimbulkan perforasi

5) Tidak banyak menimbulkan komplikasi

6) Tidak banyak menimbulkan trauma

7) Kembalinya kesuburan berjalan lancar


19

4. Cara Kerja /Mekanisme Kerja IUD

Cara Kerja IUD adalah sebagai berikut:17

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

2) Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3) Mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat sperma

sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan implantasi telur dalam uterus

5. Keuntungan dan Kerugian IUD

Adapun keuntungan dan Kelemahan IUD yaitu :17

1) Keuntungan IUD

a. Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1

tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu ganti)

d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.


20

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).

k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

2) Kelemahan IUD

a. Efek samping yang mungkin terjadi, seperti: perubahan siklus

haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, pendarahan atar

menstruasi, saat haid lebih sakit.

b. Komplikasi lain : merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5

hari setelah pemasangan, pendarahan berat pada waktu haid

atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,

perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan

benar).

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang

sering berganti pasangan.

e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan

dalam pemasangan IUD.


21

g. Sedikit nyeri dan pendarahan (Spotting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

(dokter atau bidan ) yang terlatih.

i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi

apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).

j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke

waktu.

6. Persyaratan pemakaian /Indikasi IUD

Yang dapat menggunakan IUD :13

1) Usia Reproduksi.

2) Keadaan nulipara.

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

7) Risiko rendah dari IMS. 15

8) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

9) Tidak menghendaki kehamilan 1-5 hari sanggama( lihat

kontrasepsi darurat).

7. Kontra Indikasi IUD

Yang tidak boleh menggunakan IUD/AKDR secara mutlak apabila:13

1) Sedang hamil atau di duga hamil.


22

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas diketahui penyebabnya.

3) Sedang menderita infeksi genetalia.

4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang

dapat dipengaruhi kovum uteri.

5) Penyakit trofoblas yang ganas.

6) Diketahui menderita TBC pelvic.

7) Kanker alat genetalia.

8) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

Yang tidak boleh menggunakan IUD/AKDR secara relatif, apabila:

1) Riwayat infeksi panggul

2) Dismenorea dan/atau menoragi

3) Fibroid dan endometriosis

4) Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga.

8. Waktu Penggunaan KB IUD

AKDR/IUD dapat dipasang pada :13

1) Bersamaan dengan menstruasi

2) Segera setelah bersih menstruasi

3) Pada masa akhir puerperineum

4) Tiga bulan paska persalinan

5) Bersamaan dengan seksio sesarea

6) Bersamaan dengan abortus dan kuretage

7) Hari kedua-ketiga pasca persalinan


23

9. Kunjungan Ulang IUD

Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan

jadwal:13

1) Satu bulan pasca pemasangan

2) Tiga bulan kemudian

3) Setiap 6 bulan berikutnya

4) Satu tahun sekali

5) Bila terlambat haid 1 minggu

6) Bila terjadi pendarahan banyak dan tidak teratur.


24

F. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin

diteliti.

Kerangka teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Internal :
Metode
1. Pengetahuan Kontrasepsi
- Baik
Faktor Yang - Cukup
Mempengaruhi - Kurang
2. Pendidikan 1. MKJP
Minat Ibu Dalam
- Dasar - Barrier
Memilih Alat - Menengah - Alami
Kontrasepsi IUD - Tinggi - MAL
3. Ekonomi 2. Non MKJP
- Rendah - IUD
- Sedang - Implant
- Tinggi - Mantap

Gambar. 1. Kerangka Teori


25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu

variabel independen yaitu pengetahuan, pendidikan, dan sosial ekonomi.

variabel dependen yaitu pemilihan alat kontrasepsi IUD.

Faktor yang mempengaruhi


rendahnya minat ibu : Pemilihan alat kontrasepsi
IUD
pengetahuan
Pendidikan ibu ( Intra Uterine Divice)
Ekonomi

Gambar. 2. Kerangka Konsep

B. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Apabila p < 0,05 = H0 ditolak, Ha diterima berarti ada hubungan antara

pengetahuan dengan minat ibu dalam pemilihan kb IUD

2. Apabila p > 0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada hubungan

antara pengetahuan dengan minat ibu dalam pemilihan kontrasepsi IUD

3. Apabila p < 0,05 = H0 ditolak, Ha diterima berarti ada hubungan

antara pendidkan dengan minat ibu dalam pemilihan kb IUD


26

4. Apabila p > 0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada

hubungan antara pendidikan dengan minat ibu dalam pemilihan

kontrasepsi IUD

5. Apabila p < 0,05 = H0 ditolak, Ha diterima berarti ada hubungan

antara ekonomi dengan minat ibu dalam pemilihan kb IUD

6. Apabila p > 0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada

hubungan antara ekonomi dengan minat ibu dalam pemilihan

kontrasepsi IUD.

C. Definisi Operasional

Variable Alat ukur Cara Hasil ukur kategori Skala


ukur ukur
Independen
Pengetahuan Kuesioner 20 Baik Baik = jika menjawab Baik = 3 Ordinal
pertanyaan benar 15-20 pertanyaan
Cukup Cukup = jika menjawab Cukup = 2
pertanyaan 7-14 dengan
benar
Kurang Kurang = jika menjawab Kurang = 1
0-6 pertanyaan dengan
benar
Pendidikan Kuesioner 1 Tinggi Tinggi = Perguruan Tinggi = 3 Ordinal
pertanyaan Tinggi
Menengah Menengah = SMA Menengah = 2
Dasar Dasar = SD dan SMP Dasar = 1
Ekonomi Kuesioner 1 Tinggi Tinggi (> 3 juta/bulan Tinggi = 1 Ordinal
pertanyaan Rendah Rendah (< 3 juta/bulan) Rendah = 0
27

Dependent Kuesioner 1 Ya = 1 Berminat = ibu Berminat : 1 Ordinal


Minat ibu pertanyaan menggunakan KB IUD
memilih KB Tidak = 0 Tidak berminat = ibu Tidak berminat
IUD tidak menggunakan KB :0
IUID

Tabel. 2. Definisi Operasional

D . rancangan penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey anailtik dengan

pendekatan Cross Sectional. Penelitian survey analitik merupakan suatu

penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut

bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor risiko

dengan faktor efek. Pendekatan cross sectional merupakan suatu

penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)

dengan faktor efek (dependen), dimana observasi atau pengukuran

variabel dilakukan sekaligus pada waktu yang sama.

2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PMB T Kabupaten Bandung pada

bulan Januari – April 2023.


28

E. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur yang

menjadi akseptor KB hormonal dari bulan Januari - April 2023 di

BPM Bidan T sebanyak 67 orang.

2. Sampel

Sampel di dalam penelitian ini yaitu seluruh akseptor KB yang

menggunakan alat kontrasepsi hormonal sampel dalam penelitian ini

sebanyak 67 akseptor , peneliti akan menggunakan rumus Slovin

agar dapat memperkecil sampel.

Rumus slovin

N
𝑛=
1+(𝑁.𝑒)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

e = Sampling error yaitu : ketidak telitian kesalahan dalam

pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan. Dalam

penelitian ini digunakan nilai 10% (0,1).


29

67
=
1+67(0,1)2

67
=
1+67(0,01)

67
=
1+0,67

67
=
1,67

= 40,1

N= 40,1

jumlah sampel pada penelitian ini adalah 40 orang.

Dengan menggunakan rumus slovin maka peneliti mendapatkan

sampel sebanyak 40 orang. Dan teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik random sampling, langkah-langkahnya meliputi :

membuat daftar yang berisi semua populasi yang akan diteliti, memberi

kode berupa angka pada semua yang akan diteliti, menulis kode tersebut

masing-masing pada selembar kertas lalu menggulung setiap kertas

tersebut lalu memasukan gulungan kertas tersebut kemudian mengambil

gulungan tersebut satu persatu sesuai dengan jumlah kebutuhan yang

akan diteliti.
30

F. Teknik pengumpulan data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan diantaranya adalah :

a) Data Primer

Data primer yaitu data yang peneliti peroleh dari

karakteristik responden.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan pemaparan dimana dilakukan

penelitian dan dapat mendukung analisis terhadap data primer.

2. Metode pengolahan data

Data yang telah di kumpulkan lalu diolah dengan langkah-langkah

berikut:

a. Proses collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket

maupun observasi

b. Proses editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner

dengan tujuan agar dapat diolah secara benar.

c. Proses coding

Pada langkah ini peneliti memberikan kode pada variable yang

diteliti.

d. Proses tabulating
31

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta

pengambilan kesimpulan kemudian memasukan kedalam

bentuk distribusi frekuensi.

3. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang

dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian.Data disajikan

dalam tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat

Analisis Bivariat merupakan analisis untuk melihat pengaruh

masing - masing antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang antara variabel

indepanden dan variabel dependen menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan.


32

G. Jadwal Penelitian

Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pelaksanaan Penelitian

5 Pengolahan data dan

analisis data

6 Sidang Skripsi

Tabel. 3. Jadwal Penelitian

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki


kebebasan dalam menentukan dirinya, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia.18 Prinsip etika penelitian merupakan standar etika dalam
melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu
mendapatkan adanya rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan
mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lembaga terkait tempat
penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti kemudian
melakukan penelitian dengan etika yang meliputi :
a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian. Dalam penelitian diwajibkan menggunakan Informed
33

Consent dengan responden agar penelitian ini dapat berjalan dengan


baik.
b. Anonymity (Tanpa Nama)
Dalam penelitian ini, penelitian tidak mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode yang terdapat
dilembar kuesioner pada hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan kepada responden
bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
d. Sukarela
Penelitian ini tidak ada unsur paksaan atau tekanan, secara langsung
maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau
sampel yang diteliti.
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Jacobus, R. M., Maramis, F. R., & Mandagi, C. K. (2018). Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada
Akseptor KB Di Desa Humbia Kecamatan Tagulandang Selatan Kabupaten
Sitaro. KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi, 7(3).
2. Herniyanti, H. (2022). Pengaruh Konseling KB IUD Terhadap Sikap dan
Minat Calon Akseptor KB. Journal of Health Quality Development, 2(2),
64-72.
3. Yuliasri, T. R. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang keluarga
berencana dengan pemilihan alat kontrasepsi setelah melahirkan di RSKIA
Khasanah Bantul.
4. Oktavianah, S. O., Sulistiyaningsih, S. H., & Juhariyah, A. S. (2023).
Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi
Implan pada Wanita Usia Subur. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 5(2), 515-528.
5. Putri, R & Oktaria, D. (2016). Efektifitas Intra Uterine Devices (IUD)
Sebagai Alat Kontrasepsi. Jurnal Kesehatan, 5(4), 138-141.
6. Ningrum, R. P., Umarianti, T., & DY, M. M. S. (2014). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya Minat Penggunaan AKDR/IUD Di Desa
Gebang Sukodono. J Kesehat Kusuma Husada(Jurnal Kesmasdaska)
Surakarta STIKES Kusuma Husada.
7. Bernadus, J. D., Madianung, A., & Masi, G. (2013). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) bagi
akseptor KB di Puskesmas Jailolo. e-NERS, 1(1).
8. Pujihasvuty, R. (2017). PROFIL PEMAKAIAN KONTRASEPSI :
DISPARITAS ANTARA PERDESAAN DAN PERKOTAAN, Jurnal
Kependudukan Indonesia, 12(2), 105-118
35

9. Sari, Y. N. I., Abidin, U. W., & Ningsih, S. (2019). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi
IUD. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 47-59.
10. Astuti, D., & Ilyas, H. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemilihan alat kontrasepsi suntik. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik, 11(2), 233-243.
11. Astuti, E., & Sardin, M. Y. V. (2017). Analisis Faktor yang Memengaruhi
Minat Ibu Untuk Menggunakan Kontrasepsi IUD di BPS Mien
Hendro. Jurnal Kebidanan, 6(1), 1-6.
12. Aningsih, B. S. D., & Irawan, Y. L. (2019). HUBUNGAN UMUR,
TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN, DAN PARITAS TERHADAP
PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
(MKJP) DI DUSUN 3 DESA PANANJUNG KECAMATAN
CANGKUANG KABUPATEN BANDUNG. Jurnal Kebidanan, 8(1).
13.Asmawahyunita. Hubungan Sikap Ibu tentang Alat Kontrasepsi dalam
Rahim dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim di RSIA
Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara. 2015;
14. Putri, V. (2017). DETERMINAN STATUS UNMET NEED FOR
LIMITING BIRTH PADA WANITA USIA SUBUR BERSTATUS
KAWIN DI JAWA BARAT TAHUN 2017. Jurnal Kependudukan
Indonesia, 15(1), 85-102
15. Pitriani, R. (2015). Hubungan pendidikan, pengetahuan dan peran tenaga
kesehatan dengan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 3(1), 25-28.
16. Mulyaningsih, S., & Sariyati, S. (2016). Analsis Tingkat Pengetahuan
Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I Tahun 2014.
JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal of Nursing
and Midwifery), 2(2), 71-75.
36

17. Yetti Anggraini, S.ST D. Pelayanan Keluarga Berencana. In: Pelayanan

Keluarga Berencana. kedua. Yogyakarta: Rohima Press; 2017. p. 133.

18. Marmi. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016.
37

LAMPIRAN. 1. KUESIONER

KUESIONER

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT IBU

TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA

UTERINE DEVICE (IUD) DI PMB BIDAN T

KABUPATEN BANDUNG

IDENTITAS RESPONDEN

Nomor responden :

Nama Ibu :

Umur Ibu :

Pekerjaan :  Ibu rumah tangga  Wirausaha


 Wiraswasta  Lainnya : ……………
 PNS

Jumlah Anak :............Orang

PENGETAHUAN

Petunjuk :

Jawablah Pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda

(√) pada salah satu jawaban yang dianggap benar.

1. Apa pengertian dari IUD?


a. Alat Kontrasepsi Jangka Panjang dalam Rahim
b. Alat Kontrasepsi Jangka Panjang
c. Alat Kontrasepsi Jangka pendek
38

2. Dimanakah IUD dipasang?


a. Di Rahim
b. Di Lengan
c. Di Paha
3. IUD di pasang pada ibu dengan kondisi seperti di bawah ini, antara lain:
a. Pada saat hamil dan ada infeksi di Rahim
b. Pada saat tidak hamil dan tidak ada infeksi di Rahim
c. Pada saat hamil dan tidak ada infeksi di Rahim
4. IUD tidak boleh di pasang pada ibu dengan kondisi seperti di bawah ini,
antara lain:
a. Pada saat hamil dan ada infeksi di Rahim
b. Pada saat tidak hamil dan tidak ada infeksi di Rahim
c. Pada saat tidak hamil dan ada infeksi
5. Apakah kelebihan IUD dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya?
a. IUD tidak mengandung hormon sehingga tidak mempengaruhi
kelancaran ASI
b. IUD mengandung hormon dan mempengaruhi ASI
c. IUD mengganggu seksualitas
6. Apakah kekurangan IUD dibandingkan kontrasepsi lain?
a. Tidak nyaman bagi wanita, terkadang juga bagi pria saat berhubungan
karena ada benang sisa IUD
b. Tidak ada kekurangan IUD dibanding kontrasepsi lain
c. IUD di pasang tanpa metode pembedahan
7. Dimanakah pemasangan IUD biasa dilakukan?
a. Di Fasilitas Kesehatan Terdekat
b. Di Rumah Ibu yang akan pasang IUD
c. Di rumah kader
8. Berapa lamakah masa pakai IUD
a. 10 Tahun
b. 3 Tahun
c. 1 Tahun
39

9. Apakah Efek samping yang dapat di timbulkan IUD bagi Ibu?


a. Tidak datang bulan dan dapat mengalami keram perut
b. engakibatkan kemalasan pada ibu
c. Mempercantik dan melangsingkan ibu
10. Kapan sebaiknya pemasangan IUD di lakukan?
a. Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid dan tidak dalam keadaan hamil
b. Saat ibu tidak dalam kondisi menstruasi
c. Pada saat ibu hamil
11. Bagaimana sajakah bentuk IUD yang umum dipakai?
a. Berbentuk T
b. Berbentuk S
c. Semua benar
12. Siapakan yang boleh memasangkan IUD pada ibu?
a. Tenaga kesehatan yang sudah terlatih
b. Kader
c. Ibu sendiri
13. Apakah tujuan dari pemasangan IUD?
a. Mencegah terjadinya pembuahan dalam jangka panjang
b. Menyuburkan peranakan
c. Mencegah terjadinya pembuahan dalam jangka pendek
14. Siapa sajakakah yang bisa memakai IUD?
a. Ibu yang masih usia produksi dan tidak ingin memiliki anak dalam
jangka panjang
b. Suami yang tidak menunda kehamilan dalam jangka panjang
c. Ibu yang sudah menopause
15. Apa sajakah persiapan yang harus dilakukan ibu sebelum memasang IUD?
a. Persiapan diri dan pengetahuan mengenai IUD
b. Persiapan dana
c. Persiapan donor darah
16. Ada 2 jenis IUD antara lain:
a. IUD Tembaga
40

b. IUD Hormonal
c. Semua benar
17. Apakah kelebihan IUD hormonal dibandingkan tembaga?
a. Jumlah perdarahan haid lebih sedikit
b. Jumlah perdarahan lebih banyak
c. Efek samping lebih banyak
18. Apakah kekurangan IUD tembaga dibandingkan hormonal?
a. Jumlah perdarahan haid lebih sedikit
b. Jumlah perdarahan haid lebih banyak
c. Efek samping lebih banyak
19. Kapan ibu harus kembali ke fasilitas kesehatan setelah pemaangan IUD?
a. Ketika ada keluhan yang mengganggu atau ketika IUD keluar secara
spontan
b. Sesuai jadwal kunjungan ulang
c. Semua benar
20. Kapan IUD boleh di lepas?
a. Setelah masa efektif IUD habis sesuai jenisnya
b. Kapan saja sesuai kehendak pengguna IUD
c. Semua benar

PENDIDIKAN

Petunjuk :

Jawablah Pertanyaan Berikut Dengan Memberi Tanda ( √ ) Untuk Pilihan Jawaban


Yang Anda Anggap Benar :

1. Apa pendidikan terakhir ibu?


 Tidak sekolah
 Tidak tamat SD/sederajat
 Tamat SD/sederajat
 Tamat SMP/sederajat
41

 Tamat SMA/sederajat
 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

EKONOMI

Petunjuk :

Jawablah Pertanyaan Berikut Dengan Memberi Tanda ( √ ) Untuk Pilihan Jawaban


Yang Anda Anggap Benar :

1. Penghasilan yang di dapat perbulan?


 > Rp. 3.000.000,00
 < Rp. 3.000.000,00

MINAT MEMILIH KB IUD

Petunjuk :

Jawablah Pertanyaan Berikut Dengan Memberi Tanda ( √ ) Untuk Pilihan Jawaban


Yang Anda Anggap Benar :

1. Apakah ibu akan berminat untuk memilih alat kontrasepsi IUD?


 Berminat
 Tidak berminat

Anda mungkin juga menyukai