Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KLIEN Tn.

T
(28 THN) DENGAN KASUS GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA BAWAH
DI POLI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kementrian Kesehatan Bandung

disusun oleh
Eke Muljandani
P1732516060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KLIEN Tn. T
(28 THN) DENGAN KASUS GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA BAWAH
DI POLI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK


MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PROGRAM DIPLOMA III PADA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KEMENTRIAN
KESEHATAN BANDUNG

DISUSUN OLEH
EKE MULJANDANI
NIM: P1732516060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KLIEN Tn. T


(28 THN) DENGAN KASUS GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA BAWAH
DI POLI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA TAHUN 2019

Pada Hari Rabu, Tanggal 15 Mei 2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing,

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid


NIP. 196706121988032001

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung,

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid


NIP. 196706121988032001
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KLIEN Tn. T


(28 THN) DENGAN KASUS GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA BAWAH
DI POLI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA TAHUN 2019

Diujikan Pada Hari Rabu, Tanggal 15 Mei 2019

Penguji
Ketua

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid


NIP. 196706121988032001

Anggota

Denden Ridwan Chaerudin, S.Si.T, M.DSc


NIP. 197111141997031002

Anggota

Tiurmina Sirait, S.Pd, MAP


NIP. 195804041983022001
KATA PENGANTAR

Puja dan puji serta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan karunia, rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kesehatan Gigi dan

Mulut Pada Klien Tn. T (28 thn) dengan Kasus Gigi Impaksi Molar Tiga

Bawah di Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.”

Proses penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini tak lepas dari bantuan,

bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku direktur Politeknik

Kesehatan kemenkes Bandung.

2. Ibu Tri Widyastuti, SKM., M.Epid selaku Ketua jurusan keperawatan gigi

Politeknik Kesehatan kemenkes Bandung dan selaku dosen pembimbing

dan ketua penguji yang telah banyak membantu, memberikan motivasi dan

membimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Drg Maya A. Y. Lewerissa, Sp. Perio selaku kepala Departemen Gigi Dan

Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo

jakarta.

i
4. Bapak Denden Ridwan Chaerudin, S. Si.T, MDSc selaku penguji I yang

telah memberikan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Tiurmina Sirait, S.Pd, MAP selaku selaku penguji II yang telah

memberikan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Suami dan anak- anak tersayang serta keluarga besar yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materil serta telah memberikan

motivasi dan perhatian yang begitu besar kepada penulis.

7. Tri Yuliarsih dan Nunuk Andayani serta teman- teman seperjuangan Jasus

Ladokgi yang menjadi motivator serta memberikan bantuan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan secara materil, moril dan

spiritual dijadikan pahala oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga

penulis sangat mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang bersifat

membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Mei 2019

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1. Tujuan Umum ..................................................................... 5
2. Tujuan Khusus...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Impaksi .............................................................................. 8


1. Pengertian Gigi Impaksi ....................................................... 8
2. Etiologi Gigi Impaksi ......................................................... 9
3. Klasifikasi Gigi Impaksi ....................................................... 11
4. Klasifikasi Molar Ketiga Mandibula .................................... 13
5. Klasifikasi Molar Ketiga Maksila ....................................... 14
6. Komplikasi Gigi Impaksi ..................................................... 16

iii
7. Komplikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula ............. 18
B. Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut ............................................ 19
1. Pengertian Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi .................... 19
2. Konsep proses Asuhan Kesehatan Gigi ................................ 20
3. Delapan Kebutuhan Dasar Manusi ....................................... 23
C. Instruksi Kerja Asistensi Gigi Impaksi Bedah Minor ............... 29

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................. 34
B. Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut ........................... 40
C. Perencanaan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut ..................... 42
D. Implementasi ............................................................................. 43
E. Evaluasi Dan Dokumentasi ........................................................ 44

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan ..................................................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 51
B. Saran .......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Delapan kebutuhan Manusia ............................................................ 24

Tabel 2.2 Instruksi Kerja Asistensi Gigi Impaksi Bedah Minor ...................... 29

Tabel 3.3 Indeks Pengalaman karies ................................................................ 37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Impaksi Pell Dan Gregory ......................................... 13

Gambar 2.2 Klasifikasi Impaksi Archer Dan Kruger....................................... 13

Gambar 2.3 Klasifikasi Berdasarkan Arah Mahkota ....................................... 14

Gambar 2.4 Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Impaksi .............................. 15

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Tanggapan Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Informed Concent

Lampiran 4 Laporan Pembedahan Dengan Anastesi Lokal

Lampiran 5 Ceklist keselamatan Prosedur

Lampiran 6 Foto kegiatan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut

vii
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KLIEN Tn. T
(28 THN) DENGAN KASUS GIGI IMPAKSI MOLAR TIGA BAWAH DI
POLI GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL
Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2019

Eke Muljandani
Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik kementrian kesehatam Bandung

ABSTRAK

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah untuk meningkatkan


mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut, serta
status kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Proses asuhan kesehatan gigi dan
mulut terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran yang komprehensif
tentang asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien dengan kasus gigi impaksi
molar tiga bawah di Poli Gigi dan Mulut RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo
Jakarta Tahun 2019. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi tentang penanganan gigi impaksi dan memberikan informasi tentang
langkah- langkah dalam melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Hasil dari penelitian menunjukkan perubahan kebiasaan buruk dan
perubahan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat menghindarkan individu
dari masalah kesehatan gigi dan mulut, individu sudah mampu mengubah perilaku
negatif tidak sehat menjadi perilaku positif sesuai dengan nilai- nilai kesehatan
gigi dan mulut, membiasakan dan mempertahankan kebiasaan baik dan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sesuai instruksi perawatan membentuk
perilaku sehat secara permanen, memelihara perilaku yang sudah benar selalu
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.

Kata kunci : Asuhan kesehatan gigi, gigi impaksi


Referensi : 21 (1974-2018)
DENTAL AND ORAL HEALTH CARE FOR CLIENT Mr. T (28 YEARS
OLD) WITH A CASE OF LOWER THIRD MOLAR IMPACTION IN
DENTAL CLINIC OF RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
IN 2019

Eke Muljandani
Department of Dental Nursing
Politeknik Kementerian Kesehatan Bandung

ABSTRACT

The objective of dental and oral health care services are to improve the
quality, scope, and efficiency of dental and oral health services in order to achieve
the ability to maintain their dental and oral health, as well as optimal dental and
oral health status. The process of dental and oral health care consists of
assessment, diagnosis, planning, implementation, and evaluation.

This study aims to find a comprehensive description of dental and oral


health care for the patient with a case of lower third molar impaction in dental
clinic of RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2019. The benefit of this
research is to be able to provide information about the treatment of impacted teeth
and the steps in carrying out dental and oral health care.

The results of this study show modification in bad habits and changes in
dental and oral health care that can prevent individuals from dental and oral health
problems, individuals have been able to change negative behaviors into positive
behaviors in accordance with dental and oral health values, getting used to
maintain good habits and dental and oral health in accordance with instructions in
forming healthy behavior permanently, and maintaining behavior that already
right and always applied in daily life.

Keywords: Dental and oral health care, impacted tooth


References: 21 (1974-2018)
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia Internasional, pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang

dilaksanakan oleh dental hygienist dan oral health therapist, dikenal

sebagai dental hygiene and therapy care yang konsepnya diadopsi dan

diadaptasi menjadi Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut.

Dental hygiene and therapy care tersebut diartikan sebagai ilmu dan

praktik preventif dan promotif kesehatan gigi dan mulut melalui

manajemen/ penata laksanaan perubahan perilaku pasien dalam rangka

mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan status kesehatan

gigi dan mulut (Wilkins, 2005).

Menurut UU RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya kesehatan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Program ini dilaksanakan secara

terencana, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, ditujukan pada

kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu.

Tujuan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah untuk

meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan

mulut dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang

1
2

kesehatan gigi dan mulut, serta status kesehatan gigi dan mulut yang

optimal. Proses asuhan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi (Wilkins, 2005).

Menurut Permenkes nomor 20 tahun 2016 tentang izin dan

penyelenggaraan praktek Terapis gigi dan mulut, pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan asuhan yang terencana dalam

kurun waktu tertentu secara berkesinambungan dalam bidang promotif,

preventif, kuratif Sederhana untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi

dan mulut yang optimal pada individu kelompok dan masyarakat.

Terapis gigi dan mulut merupakan salah satu dari jenis tenaga

kesehatan yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan bidang keahlian

yang dimiliki meliputi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut,

upaya pencegahan penyakit gigi, manajemen pelayanan kesehatan gigi dan

mulut, pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas serta

dental assisting (Permenkes, 2016).

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang

sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Sumber daya manusia di Rumah Sakit menjadi hal penting

yang mendukung berkembangnya Rumah Sakit dan menjadi tolak ukur

penting dalam penilaian pengembangan mutu pelayanan di Rumah Sakit

sehingga seluruh tenaga yang ada di Rumah sakit memiliki peranan yang
3

sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas

(Hafizurrachman, 2009).

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo

(RSCM) terdiri dari beberapa unit kerja. Dalam upaya meningkatkan status

kesehatan gigi dan mulut, RSCM memberikan pelayanan yang berkualitas

bagi masyarakat. Khususnya poli gigi dan mulut yang memberikan

pelayanan kesehatan gigi spesialis. Tenaganya terdiri dari dokter gigi

spesialis, terapis gigi dan mulut, tehniker gigi, tata usaha dan lain-lain.

Pelayanan kesehatan di Poli gigi dan mulut terdiri dari tujuh

divisi yaitu konservasi, orthodonti, prosthodonti, periodonti, penyakit

mulut, oral diagnostic, serta bedah mulut. Berdasarkan data kunjungan

pasien Poli gigi dan mulut, jumlah kunjungan pasien selama kurun waktu 3

bulan dari bulan Oktober sampai Desember 2018 sebanyak 2839

kunjungan. Rata- rata jumlah kunjungan sebanyak 48 kunjungan per hari

dan paling banyak kunjungan yaitu ke divisi bedah mulut karena terdapat

banyak kasus pencabutan gigi karena karies parah dan meningkatnya

pencabutan yang disebabkan oleh gigi impaksi. Oleh karena itu, Pada

kesempatan ini penelitian terfokus pada pelayanan di Poli gigi dan mulut

di divisi bedah mulut.

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau

sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya.

Insiden impaksi gigi makin meningkat seiring dengan perkembangan

waktu, meskipun metode diagnosis untuk deteksi dan pencegahan yang


4

lebih baik meliputi riwayat keluarga, pemeriksaan visual dan palpasi pada

usia tertentu melalui penilaian radiografis belum memuaskan. Bila kondisi

ini diidentifikasi secara dini pada kasus tertentu, maka pencabutan impaksi

gigi dapat dilakukan lebih dini sehingga dapat mencegah timbulnya

komplikasi lebih lanjut. Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi

molar ketiga maksila adalah yang terbanyak dibandingkan dengan molar

ketiga mandibular. Namun Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi

gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada

gigi molar ketiga maksila (Hendra, 2007).

Pada beberapa negara telah dilakukan penelitian tentang

frekuensi gigi impaksi, diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh

Ramamurthy pada tahun 2012 di India, penelitian yang dilakukan oleh

Harsha tahun 2014 di India, serta penelitian yang dilakukan oleh

Amaliyana tahun 2014 di Banjarmasin yang menunjukan bahwa

perempuan lebih sering mengalami gigi impaksi dibandingkan dengan

laki- laki.

Menurut Archer dikutip dari Rahayu tahun 2014, sebanyak

sembilan dari sepuluh orang mengalami satu gigi yang impaksi. Penelitian

yang dilakukan oleh Riwudjeru tahun 2012, pada pasien yang berkunjung

ke BP-RSGM kota Manado menunjukan 96,56% gigi impaksi pada pasien.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi gigi impaksi

cukup tinggi karena sebagian besar masyarakat belum memiliki

pengetahuan tentang gigi impaksi dan dampaknya.


5

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat topik mengenai “ Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada

Klien Tn. T (28 thn) Dengan Kasus Gigi Impaksi Molar Tiga Bawah di

Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Asuhan

Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Klien Tn. T (28 thn) dengan Kasus

Gigi Impaksi Molar Tiga Bawah di Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit

Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun

2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran yang komprehensif tentang asuhan

kesehatan gigi dan mulut pada klien Tn. T (28 thn) dengan kasus gigi

impaksi molar tiga bawah di Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum

Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien Tn. T (28 thn) dengan kasus

gigi impaksi molar tiga bawah di Poli Gigi dan Mulut Rumah

Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

Tahun 2019.
6

b. Menegakkan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut pada

klien Tn. T (28 thn) dengan kasus gigi impaksi molar tiga bawah

di Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr

Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.

c. Menyusun rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien

Tn. T (28 thn) dengan kasus gigi impaksi molar tiga bawah di

Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr

Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. T (28 thn)

dengan kasus gigi impaksi molar tiga bawah di Poli Gigi dan

Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.

e. Menyusun evaluasi keperawatan pada klien Tn. T (28 thn)

dengan kasus gigi impaksi molar tiga bawah di Poli Gigi dan

Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.

f. Menyusun pendokumentasian keperawatan pada klien Tn. T

(28 thn) dengan kasus gigi impaksi molar tiga bawah di Poli

Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta Tahun 2019.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

penanganan gigi impaksi dan memberikan informasi tentang langkah-

langkah dalam melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Hasil

penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu Terapis gigi

dan mulut terkait pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian bagi peneliti, merupakan pengalaman yang sangat

berharga dalam mengetahui tentang asuhan kesehatan gigi dan mulut

pada pasien dengan kasus gigi impaksi serta dapat digunakan untuk

kepentingan peneliti dalam pengembangan kemampuan penelitian

selanjutnya.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Impaksi

1. Pengertian Gigi Impaksi

Gigi impaksi adalah keadaan bila suatu gigi terhalang erupsi untuk

mencapai kedudukannya yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi

yang tumbuhnya terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi

tetangganya, tulang yang tebal serta jaringan lunak yang padat

disekitarnya (Riawan, 2015).

Gigi akan tumbuh normal ke dalam rongga mulut tanpa halangan

bila benih gigi terbentuk dalam posisi yang baik dan lengkung rahang

cukup ruang untuk menampungnya. Sebaliknya, pertumbuhan

terganggu bila benih malposisi, lengkung rahang tidak cukup luas

atau keduanya. Kondisi di atas berakibat gangguan erupsi yang disebut

impaksi. Gigi impaksi dapat terjadi pada gigi-gigi lain, namun

frekuensi tertinggi ditemukan pada molar ketiga bawah dan atas,

diikuti oleh gigi kaninus atas, gigi premolar bawah, dan gigi berlebih

(supernumerary tooth).

Gigi molar ketiga terletak di rahang atas dan bawah yang

terbentuk dan mengalami erupsi paling akhir. Umumnya erupsi terjadi

pada usia 16 - 25 tahun, suatu periode dalam kehidupan yang disebut

age of wisdom sehingga gigi bungsu disebut sebagai wisdom teeth.

Proses pembentukan benih gigi bungsu diawali sebelum usia 12 tahun


8
9

dan pertumbuhannya berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia

tersebut gigi bungsu akan terbentuk sempurna. Dalam proses

pertumbuhan gigi ke dalam rongga mulut, benih gigi akan menembus

tulang alveolar dan mukosa gingiva di atas benih gigi. Hal itu terjadi

akibat dorongan ke arah permukaan karena pertumbuhan/pertambahan

panjang akar gigi disertai retraksi operkulum/gingiva yang semula

menutupinya. Gigi impaksi molar ketiga biasanya dirawat dengan

dilakukan ekstraksi atau pencabutan yang lebih dikenal sebagai

odontektomi. Tindakan pencabutan atau odontektomi sendiri juga

dapat menimbulkan komplikasi. Tingginya prevalensi gigi bungsu

yang impaksi mengakibatkan frekuensi odontektomi meningkat tajam

(Rahayu, 2014).

2. Etiologi Gigi Impaksi

Menurut Peterson (1998), gigi impaksi disebabkan oleh total

lengkung tulang alveolar lebih kecil daripada total panjang lengkung

gigi. Menurut Andreasen (1997) dalam buku Riawan tahun 2015,

gigi gagal erupsi ke dalam posisi normal disebabkan karena beberapa

alasan yaitu folikel gigi mungkin berubah letaknya, gigi berjejal- jejal,

gigi terdekat hilang serta pencabutan gigi molar pertama dan kedua

pada masa kanak- kanak.

Gigi molar ketiga atau gigi bungsu ada empat buah, masing-masing

terletak di bagian kanan, kiri, atas dan bawah rongga mulut.


10

Diperkirakan sekitar 25% manusia memiliki gigi molar ketiga kurang

dari empat yang terjadi karena berbagai hal, misalnya masalah genetik,

ketiadaan benih, benih terbentuk namun impaksi dan yang tidak kalah

penting adalah pengaruh nutrisi.

Masalah genetik biasanya merupakan kondisi yang diwarisi dari

orang tua baik dari ayah maupun ibu. Contohnya orang tua yang

memiliki lengkung rahang kecil, dengan ukuran gigi geligi relatif besar

dapat menurunkan kondisi tersebut pada keturunannya. Seseorang

biasanya dengan mudah diduga memiliki gigi bungsu impaksi bila

gigi di bagian anterior tampak berjejal. Gigi bungsu tumbuh sempurna

pada usia pubertas atau dewasa muda yaitu saat pertumbuhan rahang

telah selesai, dan seluruh gigi geligi telah menghuni rahang. Pada saat

itu, posisi benih dan pembentukannya telah mencapai tahap akhir.

Selain itu, kalsifikasi tulang telah sempurna dan kompak, yang sulit

untuk ditembus oleh benih gigi bungsu sehingga terjadi gangguan

erupsi.

Faktor lain yaitu nutrisi, terutama berhubungan dengan bentuk

makanan. Makanan yang dikonsumsi manusia modern cenderung lebih

lunak sehingga kurang merangsang pertumbuhan dan perkembangan

lengkung rahang. Proses mengunyah makanan yang keras dianggap

dapat merangsang pertumbuhan rahang karena terjadi aktivasi otot

mastikasi sehingga rahang terangsang untuk tumbuh maksimal.


11

Selain faktor- faktor tersebut, impaksi dapat terjadi karena benih

gigi malposisi atau benih terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu

mesial, distal, vertikal, dan horisontal yang mengakibatkan jalur

erupsi yang salah arah. Impaksi mesial merupakan malposisi yang

paling sering ditemukan, diikuti oleh impaksi vertikal, horisontal dan

yang paling jarang adalah impaksi distal. Empat tipe angulasi benih

gigi impaksi dapat erupsi sebagian (partially/soft-tissue impacted)

yaitu hanya sebagian mahkota gigi yang mengalami erupsi atau gigi

sama sekali tidak mengalami erupsi yang disebut impaksi totalis

(totally/bony impacted).

Dampak gigi impaksi sebagian dapat memudahkan makanan

terperangkap di sekitar gigi tersebut, sehingga pasien mengalami

kesulitan untuk membersihkannya, dapat juga mengakibatkan gigi

mudah terserang karies serta sering merasa sakit. Keluhan lain yang

sering ditimbulkan oleh gigi impaksi yaitu inflamasi, resorbsi gigi

tetangga dan kista (Sahetapy, 2015).

3. Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula (Rahang

Bawah) Menurut Pell Dan Gregory (1942)

Klasifikasi dari impaksi molar tiga bawah menurut Pell dan

Gregory (1942) dalam buku Riawan (2015) dibagi menjadi 3 yaitu :


12

a. Kedalaman Impaksi berpedoman pada mahkota gigi molar kedua

(M2)

1) Kelas A meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi sama

atau sedikit lebih rendah dari permukaan oklusal gigi M2

2) Kelas B meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

ditengah dari mahkota sampai garis servikal gigi M2

3) Kelas C meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

dibawah dari garis servikal gigi M2

b. Posisi gigi M3 berdasarkan jarak antara mahkota gigi M2 dengan

batas anterior dari ramus mandibula.

1) Kelas 1 meliputi jarak antara M2 dengan batas anterior ramus

mandibula lebih besar dari lebar diameter mesiodistal gigi

impaksi M3

2) Kelas 2 meliputi jarak antara M2 dengan batas anterior ramus

mandibula lebih kecil dari lebar diameter mesiodistal gigi

impaksi M3

3) Kelas 3 meliputi tidak ada ruang antara M2 dan batas anterior

ramus mandibula, jadi seluruh atau sebagian gigi impaksi

berada di ramus mandibular.

4) Berdasarkan angulasi : mesioangular, horizontal, vertical atau

distoangular, buccoversion, linguoversion.


13

Gambar 2.1. Klasifikasi Impaksi Molar Tiga Bawah (Pell dan


Gregory ,1942)

4. Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula (Rahang

Bawah) Menurut Archer (1975) dan Kruger (1984)

Klasifikasi impaksi molar tiga bawah menurut Archer (1975) dan

Kruger (1984) terdiri dari:

1. Mesioangular

2. Distoangular

3. Vertikal

4. Horizontal

5. Bukoangular

6. Linguoangular

7. Inverted (terbalik)

Gambar 2.2. Klasifikasi Impaksi Molar Tiga Bawah Archer


(1975) dan Kruger (1984)
14

5. Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Maksila (Rahang Atas)

Menurut Archer (1975)

a. Klasifikasi impaksi molar tiga atas menurut Archer (1975)

berdasarkan arah mahkota terdiri dari:

1) Mesioangular

2) Distoangular

3) Vertikal

4) Horizontal

5) Bukoangular

6) Linguoangular

7) Inverted (terbalik)

Gambar 2.3. Klasifikasi Impaksi Molar Tiga Atas Berdasarkan Arah


Mahkota (Archer, 1975)

b. Klasifikasi impaksi molar tiga atas menurut Archer (1975)

berdasarkan kedalaman impaksi dengan molar kedua ( M2) sebagai

patokan:
15

1) Kelas A meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi sama

atau sedikit lebih rendah dari permukaan oklusal gigi M2

2) Kelas B meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

ditengah dari mahkota sampai garis servikal gigi M2

3) Kelas C meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

dibawah dari garis servikal gigi M2

4) Kelas D meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

di tengah sampai sepertiga bawah akar gigi M2

5) Kelas E meliputi permukaan oklusal dari gigi impaksi berada

di apikal akar gigi M2

Gambar 2.4. Klasifikasi Impaksi Molar Tiga Atas Berdasarkan

Kedalaman Impaksi Dengan M2 (Archer, 1974)

6. Komplikasi Gigi Impaksi

Gigi molar ketiga impaksi dapat terjadi tanpa gejala atau hanya

menimbulkan rasa nyeri tumpul pada rahang, yang menyebar sampai

ke leher, telinga dan daerah temporal (migrain). Hal itu terjadi akibat
16

penekanan gigi pada nervus alveolaris inferior yang terletak

didekatnya. Gigi impaksi yang tidak ditangani dengan baik, dapat

menimbulkan komplikasi serius, seperti karies dentis, infeksi dan

pembentukan kista atau tumor (Archer, 1974).

a. Karies Dentis

Gigi molar ketiga rawan mengalami karies dentis karena pada

daerah tersebut mudah terjadi retensi sisa makanan dan sulit

dibersihkan. Hal tersebut menyebabkan dekalsifikasi enamel,

dentin, kemudian menyebabkan kerusakan yang luas sehingga

menembus atap pulpa. Peradangan pulpa atau pulpitis dapat terjadi

akut dengan keluhan nyeri hebat berdenyut, namun dapat pula

berlangsung kronis dan keluhan nyeri hanya muncul bila terkena

rangsang dingin atau saat kemasukan makanan. Lambat laun, pulpa

gigi menjadi non-vital yang disebut gangren pulpa.

b. Infeksi

Pada keadaan normal, operkulum yaitu mukosa gingiva yang

meliputi benih gigi yang sedang dalam proses erupsi, secara

fisiologis akan membuka, lambat laun atrofi dan menghilang,

sehingga memungkinkan gigi untuk muncul di rongga mulut. Pada

gigi bungsu yang mengalami impaksi parsialis, operkulum menetap

dan celah dibawah operkulum menjadi tempat akumulasi debris

yang menjadi media sempurna untuk pertumbuhan kuman anaerob.

Operkulum juga dapat mengalami trauma gigitan dari molar ketiga


17

rahang atas yang sudah erupsi sehingga terjadi ulkus. Ulkus dapat

merupakan pintu masuk kuman sehingga terjadi operkulitis yaitu

infeksi operkulum seputar korona gigi. Infeksi dapat meluas ke

daerah perikoronal yaitu seluruh mukosa sekitar korona gigi, atau

disebut perikoronitis.

c. Abses

Keadaan umum penderita yang menurun, dapat menyebabkan

abses perikoronal mudah menjalar ke daerah peritonsilar/

parafaringeal menjadi abses peritonsilar atau abses parafaringeal

yang dapat menyumbat jalan nafas. Obstruksi total dapat terjadi

bila terjadi infeksi bilateral dan hal itu merupakan kegawat-

daruratan medik yang mengancam jiwa.

d. Kista dan Tumor

Benih gigi yang tumbuh tak sempurna juga dapat menjadi tumor.

Secara fisiologis, setiap benih gigi diselubungi oleh kantung yang

akan menghilang apabila erupsi berlangsung normal. Pada gigi

impaksi totalis, kantung tersebut dapat mengalami degenerasi

menjadi kantung patologis berisi cairan, disebut kista dentigerous

atau kista folikular. Kista juga akan menghuni dan membuat

rongga luas dalam tulang, hal itu akan menimbulkan asimetri

wajah dan dapat pula menyebabkan fraktur rahang patologis. Kista

dentigerous bahkan dapat berkembang menjadi tumor yaitu

ameloblastoma. Ameloblastoma dapat membesar, merupakan


18

massa jaringan fibrous yang padat dan mendesak gigi geligi di

sekitarnya sehingga lengkung rahang berubah. Mengingat sifat

neoplasma tersebut yang secara klinis ganas pada daerah yang

terbatas, diperlukan perawatan radikal berupa reseksi rahang.

Pencabutan gigi molar ketiga atau odontektomi biasanya

dilakukan pada pasien Localized atau Generalized Neuralgia

pada kepala, penurunan dukungan tulang pada M2, obstruksi

pemakaian gigi tiruan, obstruksi erupsi gigi, untuk ruang dalam

perawatan ortodonsia (Rahayu, 2014).

7. Komplikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Mandibula paska

Odontektomi

Odontektomi tergolong minor surgery, namun tetap mengandung

risiko. Komplikasi dapat timbul pada saat dan setelah pembedahan,

akibat faktor iatrogenik. Odontektomi dengan tingkat kesulitan tinggi

yaitu pada gigi impaksi totalis yang terletak dalam, harus

diperhitungkan oleh operator sejak awal berdasarkan gambaran foto

dental dan atau panoramik. Saat pembedahan, dapat terjadi fraktur

akar, gigi molar kedua goyah, trauma pada persendian temporo-

mandibular, akar terdorong ke ruang submandibula, bahkan fraktur

angulus mandibula.

Operasi gigi molar ketiga atau odontektomi dapat menimbulkan

Komplikasi lain seperti cedera nervus alveolaris inferior, trismus,


19

hematoma, ekimosis, edema, granuloma post ekstraksi, soket yang

terasa sakit, Dry socket, luka tidak sembuh.

B. Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut

1. Pengertian Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Menurut Permenkes nomor 284 tahun 2006, pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan yang terencana, diikuti

dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan di bidang

promotif, preventif, dan kuratif sederhana untuk meningkatkan derajat

kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada individu, kelompok dan

masyarakat.

Tujuan utama asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah untuk

membantu klien baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam rangka memenuhi kebutuhannya melalui intervensi-intervensi

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga pada

akhirnya dapat mendorong peningkatan status kesehatan gigi dan

mulut sepanjang kehidupan klien tersebut (Permenkes no. 284, 2006).

Dalam menjalankan praktik keprofesiannya menurut Permenkes

nomor 20 tahun 2016, Terapis Gigi dan Mulut memiliki wewenang

untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi

upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, upaya pencegahan

penyakit gigi, manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut,


20

pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas, dental

assisting.

2. Konsep Proses Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Proses asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan kerangka kerja

dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang difokuskan

pada upaya pemenuhan kebutuhan klien/pasien, mengidentifikasi

penyebab atau faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan

gigi dan mulutnya yang kemudian dapat dikurangi, dieliminasi atau

dicegah oleh seorang Terapis gigi dan mulut. Terdapat 5 (lima)

komponen dalam proses asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Kelima proses tersebut dilakukan secara berkesinambungan dalam

rangka perawatan kesehatan gigi secara holistik (Wilkins, 2005).

a. Pengkajian

Pengkajian adalah seni mengumpulkan dan menganalisis data-

data subjektif maupun objektif dari klien dan mengarahkan

penilaian kepada kebutuhan manusia dari klien dan hal-hal yang

dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan tersebut yang

berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Pengkajian klien meliputi pemeriksaan kesehatan secara

menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksaan


21

intra oral dan extra oral, analisis serta pengambilan keputusan

berdasarkan hal-hal yang ditemukan selama pemeriksaan.

b. Diagnosa keperawatan gigi

Diagnosa keperawatan gigi adalah kesimpulan pengkajian dan

fokus kepada kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi

melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi. Diagnosa keperawatan

gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan tindakan keperawatan

gigi selanjutnya. Ketika diagnosa keperawatan gigi telah valid,

maka hal tersebut merupakan faktor utama yang dapat membantu

klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai

kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan)

keperawatan gigi yang layak.

c. Perencanaan

Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervensi

keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan (diimplementasikan)

untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai

pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan

mulut. Perencanaan merupakan kerangka kerja untuk pembuatan

keputusan dan menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan

pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya perencanaan

merupakan kesempatan untuk mengintegrasi keputusan-

keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik

(Dahlan, 2008).
22

d. Implementasi

Implementasi adalah tindakan pelaksaan perencanaan

keperawatan gigi yang telah dirancang dengan khusus untuk

memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan

mulut. Implementasi termasuk tindakan yang dilaksanakan oleh

perawat gigi, klien atau direncanakan lain dalam rangka

mencapai tujuan klien, setiap tindakan ditampilkan

(dilaksanakan) dan hasilnya dicatat dalam catatan klien.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan data klien setelah selesai

perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu

pengkajian awal untuk menentukan ada atau tidaknya kemajuan

(perubahan) klien atau tercapai tidaknya tujuan perawatan. Fase

evaluasi harus menghasilkan informasi tentang tujuan klien

yang telah dicapai atau perlu diperbaiki.

Selain 5 komponen diatas, pendokumentasian merupakan hal yang

penting dalam asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan utama dari

dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah untuk

memelihara keberlangsungan perawatan, menyediakan alat komunikasi

antara pemberi pelayanan serta meminimalisir risiko malpraktik.

Dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah

dokumen hukum yang harus dilakukan dengan lengkap dan akurat


23

meliputi seluruh data hasil pengkajian, diagnosa yang ditegakkan,

perencanaan serta tindakan yang telah dilakukan serta catatan–catatan

lain yang diperlukan dan relevan dengan tindakan perawatan klien.

3. Delapan Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Pelayanan Asuhan

Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Darby and Walsh (2013), terdapat 8 (delapan) kebutuhan

manusia yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila

ada kebutuhan yang tidak terpenuhi maka akan timbul perilaku

tertentu untuk mengatasi ketidakterpenuhinya kebutuhan tersebut. 8

(delapan) kebutuhan manusia terkait kesehatan gigi dan mulut tersebut

dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Delapan Kebutuhan Manusia (Darby dan Walsh, 2003)

KEBUTUHAN INDIKATOR PERNYATAAN


NO DEFINISI
DASAR PENGKAJIAN DIAGNOSA
1 Perlindungan Kebutuhan · Tanda – tanda Tidak
dari risiko untuk terhindar vital di luar batas terpenuhinya
kesehatan dari kontra normal kebutuhan akan
Pengkajian · perlindungan
medis dalam · Adanya risiko dari risiko
perawatan luka/ injury atau kesehatan
kesehatan gigi risiko terjadinya
dan mulut penyakit
sistemik/
Kebutuhan penyakit gigi &
untuk bebas dari mulut (termasuk
bahaya atau yang
ancaman yang dikarenakan
dapat merusak pilihan gaya
tubuh hidup)
Klien ·
membutuhkan
24

kondisi · Adanya
kesehatan yang kebutuhan
baik yang pemberian
dicapai melalui pengobatan
berfungsinya premedikasi
organ dan sistem antibiotik
tubuh (misalnya
pengobatan
berlanjut pasca
operasi)
·
2 Bebas dari rasa Kebutuhan akan· Menunjukkan Tidak
takut & stress rasa aman dan ketakutan/ terpenuhinya
bebas dari kecemasan atas kebutuhan akan
ketidak pelayanan yang bebas dari rasa
nyamanan emosi akan diberikan takut & stress
dalam ·
lingkungan · Kebiasaan –
pelayanan kebiasaan buruk
kesehatan gigi yang merusak
dan mulut serta kesehatan gigi
kebutuhan akan dan mulut
apresiasi,
perhatian serta Penyalahgunaan
penghargaan zat berbahaya
dari orang lain. (merokok,
narkoba dll)
·
· Ketidak puasan
terhadap petugas
kesgilut
· Keringat
berlebihan/
menangis

3 Bebas dari nyeri Kebutuhan · Nyeri/ sakit/ Tidak


untuk terbebas linu/ sensitif terpenuhinya
dari ketidak pada ekstra/ intra kebutuhan akan
nyamanan fisik oral bebas dari nyeri
pada daerah ·
leher dan · Konsumsi obat
kepala. penghilang rasa
Kebutuhan ini sakit
merupakan · Kesulitan
motivasi yang pergerakan/
25

kuat bagi ketegangan pada


perilaku klien wajah, tangan
untuk memenuhi atau kaki
kebutuhannya. ·
· Ketidak
nyamanan atau
nyeri selama
perawatan
·
· Cara berbicara
ragu – ragu/
pemenggalan
kalimat

Keringat
berlebihan/
menangis

4 kesan wajah Kebutuhan · Penampilan gigi Tidak


yang sehat untuk merasa geligi, gingiva, terpenuhinya
puas dengan profil wajah kebutuhan akan
keadaan wajah (gigi berjejal, kesan wajah
dan nafas. tonggos, dll) yang sehat
Gambaran ·
wajah · Nafas (bau mulut
ditentukan oleh dll)
persepsi
individu
terhadap
karakteristik
fisik dan
interpretasi
mereka terhadap
bagaimana
gambaran
wajahnya
ditanggapi oleh
orang lain

5 Integritas Kebutuhan akan· Adanya Lesi/ Tidak


Membran keutuhan dan tanda-tanda terpenuhinya
Mukosa pada berfungsinya pembengkakan kebutuhan akan
Leher dan area kepala dan di extra/ intra Integritas
Kepala leher seseorang oral Membran
termasuk di · Mukosa pada
26

dalamnya · Inflamasi Leher dan


mukosa mulut, gingiva Kepala
membrane dan ·
jaringan · Perdarahan pada
periodontal. waktu probing
(BOP)
Keutuhan ·
jaringan · Kedalaman saku
merupakan gusi / kehilangan
pertahanan perlekatan klinis
terhadap lebih dari 4mm
mikroba yang ·
berbahaya, alat
· Xerostomia yang
sensor
dapat diikuti
informasi, alat
oleh perubahan
perlindungan
warna abnormal
terhadap zat
pada membrane
berbahaya dan
mukosa rongga
trauma, dan
mulut
mencerminkan
·
kecukupan gizi
yang cukup · Manifestasi
extraoral/
intraoral adanya
kekurangan gizi
·
· Adanya tanda/
gejala kelainan
pola makan

6 Kondisi dan Kebutuhan akan· Kesulitan Tidak


Fungsi Gigi gigi geligi dan mengunyah terpenuhinya
Geligi yang tambalan/ · kebutuhan akan
Baik restorasi gigi · Tambalan yang kondisi dan
yang utuh dan rusak Fungsi Gigi
berfungsi baik · Geligi yang Baik
dalam · Gigi dengan
melindungi dari gejala adanya
mikroba yang caries, abrasi,
berbahaya, abrafksi, atau
berfungsi secara erosi
baik dan
mencerminkan Gigi yang hilang
nutrisi dan diet ·
yang baik.
· Gigi tiruan yang
tidak baik
27

pemasangan/
penggunaannya
·
· Penumpukan
plak, kalkulus,
dan atau
ekstrinsik stain

Karies aktif
·
· Asupan gula
harian yang
tinggi
·
· Adanya gejala
gangguan pola
makan/eating
disorder
·
· Tidak pernah
memeriksakan
gigi & mulutnya
·
7 Konseptualisasi Kebutuhan · Adanya bukti Konseptualisasi
dan Pemecahan untuk bahwa klien dan Pemecahan
Masalah memahami masih Masalah
kesehatan gigi mempunyai
dan mulut. Klien pertanyaan,
memerlukan kesalahan
pemahaman pemahaman atau
upaya/ kurangnya
intervensi pengetahuan
asuhan yang terkait
kesehatan gigi dengan :
yang · Cara
direkomendasik pemeliharaan
an; kesehatan gigi &
berpartisipasi mulut
dalam
penentuan Penyakit gigi &
tujuan asuhan mulut,
kesgilut; tidak penyebabnya
mempunyai serta
pertanyan/ hubungannya
keraguan dengan
28

terhadap kesehatan umum


perawatan yang·
akan diterima; · Upaya pelihara
memahami diri dan atau
penyebab prosedur
masalah perawatan
kesehatan gigi kesehatan gigi
dan mulut; dan mulut
memahami ·
hubungan antara
kesehatan gigi
dan mulut
dengan
kesehatan secara
menyeluruh;
memahami cara
mengatasi
masalah kesgilut

8 Bertanggung Kebutuhan · Ketidak Tidak


jawab terhadap seseorang untuk mampuan dalam terpenuhinya
kesehatan gigi memikul upaya pelihara kebutuhan untuk
dan mulut-nya tanggung jawab diri kesgilut bertanggung
sendiri atas kesehatan · Pada kasus klien jawab terhadap
gigi dan anak, adanya kesgilut-nya
mulutnya sendiri kelemahan sendiri
sebagai hasil dalam
dari interaksi pemeliharaan/
antara motivasi, bantuan/
kapabilitas fisik pengawasan
dan kognitif orang tua dalam
serta lingkungan upaya
sosial. pemeliharaan
kesgilut
·
· Tidak pernah
melakukan
pemeriksaan
rutin
29

C. Intruksi kerja Asistensi Gigi Impaksi Bedah Minor Di Poli Gigi dan

Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo

Jakarta

Tabel 2.2. Intruksi kerja Asistensi Gigi Impaksi Bedah Minor

(RSCM, 2011)

PENGISIAN PETUNJUK FORMAT


PENGKAJIAN KEPERAWATAN GIGI
RSCM ASISTENSI GIGI IMPAKSI BEDAH MINOR
Rumah Sakit Umum Nomor No. Halaman :
Pusat Nasional Dokumen : Revisi :
Dr. Cipto
Mangunkusumo
No. Dok.Unit:

Disiapkan Disetujui oleh: Ditetapkan Oleh :


oleh:
Direktur Medik Dan
Nama Cori Tri Keperawatan
Ns. Elis Puji
Suryani, SKp,
Utami Skep
M.Kes

Koordinator
Pengembang
Kepala Bidang
Jabatan an organisasi
Keperawatan
dan profesi
Keperawatan

Dr. dr. CH. Soejono, SpPD,


Tanda KGer
Tangan NIP: 196006121985121001

INSTRUKSI KERJA Tanggal Terbit : Unit Kerja :


30

27 Juni 2011 Bidang Keperawatan

Tujuan :
1.Sebagai acuan untuk mengisi formulir pengkajian keperawatan gigi
2.Meningkatkan Patient Safety.

Ruang Lingkup :
Poli gigi dan mulut
Unit rawat Jalan terpadu

Prosedur/Teknis Pelaksanaan :

· Isi label pasien dan label alergi obat sesuai petunjuk


· Dokumentasi harus lengkap dan sebaiknya ditulis dengan tinta warna hitam
· Isi semua daftar isian dengan jelas
· Gunakan singkatan yang telah diakui dan sepakati

Beri tanda (√) untuk pilihan yang sesuai dengan kondisi pasien

Pengertian : Suatu tindakan mengeluarkan gigi tetap dari jaringan penyangga


gigi dengan menggunakan pembedahan minor.
Tujuan : 1. Untuk mengurangi rasa sakit pada saat pembedahan.
2. Menghilangkan penyebab fokal infeksi.
Kebijakan : Pasien dewasa yang gigi M3 nya mengalami gangguan
pertumbuhan (Impaksi).

Prosedur :
1. Sebelum Operasional
1. Persiapan Operator
- Menggunakan perlengkapan sesuai dengan ketentuan
rumah sakit.
- Ruangan dipersiapkan oleh perawat gigi.
31

- Ruangan siap dipakai dan memberikan rasa nyaman


bagi pasien yang akan dilakukan tindakan.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat diagnostik :
- Kaca mulut
- Sonde
- Exavator
- Pinset
Alat pencabutan :
- Tang cabut gigi tetap
- Bein
- Cryer 1 set
- Raspatorium
- Scalpel
- Arteri Clam
- Pincet chirurghis
- Needle Holder
- Knable Tang
- Gunting
- Bone File
- Mouth Gate
Alat Pelengkap :
- Dappen glass
- Petri dish
- Tempat kapas kotor
- Tempat kapas bersih
- Gelas kumur
- Baki instrument
- Citoject
- Duk pasien
- APD (Alat Pelindung Diri)
- Hand Piece/micromotor
Obat/bahan :
- Spuit 3cc
- Scandonest 2%
- Scandonest 3%/pehacaine/xylestesin
- Betadine
- Tampon
- Cotton roll
- Alvogil spongostan
- Blade
- Boor Round,fissure
- Eticon W 502
- Vaselin
- Kassa steril
- Spuit 10cc untuk irigasi
32

2. Dalam Operasional
1. Persiapan pasien
- Memanggil pasien sesuai dengan nama yang ada
pada kartu status pasien.
- Mempersilahkan pasien duduk di dental unit.
- Mengatur posisi pasien
- Memasang slaberche
- Mempersilahkan pasien berkumur-kumur.
2. Pemeriksaan Pasien oleh dokter.
3. Penerapan Komter
1. Elemen gigi yang akan dirawat
- Menyebutkan elemen gigi yang akan dirawat.
- Menjelaskan kasus dari gigi tersebut.
2. Manfaat dilakukan tindakan
- Menjelaskan dengan bahasa komunikatif.
- Hanya sesuai kasus yang akan dilakukan.
3. Tahap-tahap yang akan dilakukan.
- Menjelaskan alat-alat yang akan digunakan.
- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
4. Sebab dan akibat bila tindakan tidak dilakukan.
- Menjelaskan sebab terjadinya kasus tersebut.
- Menjelaskan akibat bila tindakan tidak dilakukan.
- Menjelaskan dengan bahasa kominikatif.
4. Persetujuan Tindakan Medis atau Informed Consent.
5. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan sebelum menyiapkan obat-obatan atau
bahan.
2. Menggunakan masker dan sarung tangan.
3. Mengukur tekanan darah pasien.
4. Menyiapkan obat anasthesi yang sesuai dengan kondisi
pasien.
5. Pasien disuruh berkumur-kumur.
6. Memberitahu pasien bahwa gusinya akan disuntik.
7. Setelah disuntik pasien disuruh kumur-kumur dan
menunggu rasa kebal lebih kurang 5 menit.
8. Menanyakan pasien apakah gusinya sudah kebal atau
belum.
9.Bila sudah kebal beritahu pasien bahwa
daerahwajahakan ditutup dengan duk agar steril.
10. Melakukan suction pada regio yang akan dilakukan
pembedahan.
33

11. Melakukan irigasi betadin yang telah dicampur dengan


aquadest steril.
12. Menggunting benang setelah Operator melakukan
hecting.
13. Memberikan tampon pada luka bekas pembedahan
yang telah diolesi betadin.
6. Instruksi Setelah Pembedahan
- Tampon digigit selama 30 menit (sampai gigi tidak
berdarah).
- Tidak boleh terlalu sering berkumur-kumur(agar tidak
terjadi pendarahan).
- Jangan memasukkan jari tangan atau lidah ke dalam luka
bekas ekstraksi.
- Luka jangan dihisap-hisap.
- Jika di rumah terjadi perdarahan,segera hubungi dokter
terdekat.
- Jika terjadi pembengkakan,kompres pipi dengan air
hangat.
- Kontrol 1 minggu kemudian untuk buka jahitan.
- Minum obat yang telah diberikan secara teratur.
7. Penyelesaian
- Melepaskan slaberche pasien.
- Melepas sarung tangan dan masker lalu mencuci tangan.
- Membuat nota biaya untuk pembayaran pasien ke kasir.

3. Sesudah Operasional
1. Membersihkan alat-alat.
2. Mensterilkan alat-alat.
3. Meletakkan alat-alat yang telah steril ke dalam lemari steril.
4. Membersihkan dental unit.
5. Membersihkan ruangan.
6. Pencatatan dan pelaporan pendokumentasian.
Unit terkait :
Poli gigi dan mulut RSCM
Divisi Bedah mulut

Anda mungkin juga menyukai