Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

IMPAKSI GIGI

Disusun Oleh :

Afrilia Nursanti

P27220019140

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN IMPAKSI GIGI

A. Definisi

Impaksi adalah gigi bungsu yang tumbuhnya atau erupsinya sakit. Jadi, Gigi impaksi adalah
gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitar, jaringan patologis dan
gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung rahang. Insiden impaksi yang
paling sering terjadi adalah pada gigi molar ketiga. Hal tersebut karena gigi molar
ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh dan letaknya pada ujung.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi yaitu antara lain jaringan
sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya gigi susu
yang terlalu awal, atau tidak tersedianya cukup tempat untuk erupsi akibat mandibula
yang sempit. Pada prinsipnya, masalah impaksi timbul karena ketidaksesuaian antara
ukuran serta bentuk gigi dan rahang. Impaksi gigi sering terjadi pada dewasa umur
20-25 tahun.

B. Patofisiologi
Gigi bungsu umumnya tumbuh sempurna pada usia pubertas atau dewasa
muda yaitu saat pertumbuhan rahang telah selesai, dan seluruh gigi geligi telah
menghuni rahang. Pada saat itu, posisi benih dan pembentukannya telah
mencapai tahap akhir. Selain itu, kalsifikasi tulang telah sempurna dan kompak,
yang sulit untuk ditembus oleh benih gigi bungsu sehingga terjadi gangguan
erupsi. Faktor lain yang dapat menyebabkan impaksi yaitu nutrisi, terutama
berhubungan dengan bentuk makanan. Makanan yang dikonsumsi manusia
modern cenderung lebih lunak sehingga kurang merangsang pertumbuhan dan
perkembangan lengkung rahang. Proses mengunyah makanan yang keras
dianggap dapat merangsang pertumbuhan rahang karena terjadi aktivasi otot
mastikasi sehingga rahang terangsang untuk tumbuh maksimal. Selain faktor-
faktor tersebut, impaksi dapat terjadi karena benih gigi malposisi atau benih
terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu mesial, distal, vertikal, dan horisontal
yang mengakibatkan jalur erupsi yang salah arah dan terjadilah impaksi gigi.
Masalah yang sering ditimbulkan pada gigi yang terjadi impaksi adalah nyeri
pada rahang Hal itu terjadi akibat penekanan gigi pada nervus alveolaris inferior
yang terletak didekatnya, inflamasi yaitu peradangan yang terjadi pada daerah
gingiva yang menutupi impaksi, pembengkakan di area gigi, resorbsi gigi
tetangga karna letak gigi yang tidak normal, sakit kepala (neuralgia), mati rasa
sementara pada bibir lidah dan pipi, bahkan kista (fokuler).

C. Pathway

Pertumbuhan gigi normal yang terhalang oleh jaringan lunak disekitarnya, gigi yang erupsi
posisinya tidak sesuai dengan lengkung rahang,

Impaksi gigi

Pre Op : Penekanan pada syaraf Bengkak / Oedema Luka Post Op


Stress psikologi nervous alveolaris inferior
Sulit makan / minum Resiko Infeksi
Defiisit pengetahuan
Nyeri Resiko deficit nutrisi
Ansietas

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongten
2. Pemeriksaan Radiograf Panoramik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Identitas
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No.RM, diagnosa medis, dan alamat
tempat tinggal.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat tempat tinggal.
II. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan lalu : kesehatan pasien di masa lalu atau komorbid yang
diderita pasien.

III. Pengkajian kesehatan pola gordron

a. Pola persepsi dan managemen kesadaran

Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang kesehatan atau penyakitnya.

b. Pola nutrisi metabolic

Mengkaji penurunan berat badan, pola makan dan minum sebelum dan saat di
rumah sakit.

c. Pola eliminasi

Mengkaji BAB dan BAK pasien sebelum dan selama di rumah sakit.
d. Pola istirahat dan tidur

Mengkaji pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan untuk merubah
pola tersebut.

e. Pola aktivitas latihan

Mengkaji aktivitas pasien di bantu atau mandiri.

f. Pola peran hubungan

Mengkaji persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.

g. Pola presepsi kognitif

Mengkaji keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan,


pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.

h. Pola seksual reproduksi

Mengkaji kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas ; termasuk status


reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu membedakan jenis
kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.

i. Pola koping stress

Mengkaji pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping dalam


mentoleransi stress.

j. Pola konsep diri


Mengkaji cara pandang individu terhadap dirinya dan penyakitnya.

k. Pola nilai dan kepercayaan


Mengkaji pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual)
yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup.

IV. Pemeriksaan fisik


a. TTV
Didapatkan angka normal dalam TTV (WHO) sebagai berikut :
Tekanan darah : ≤ 120/80 mmHg
Nadi : 60-80 x/menit
Respiratory rate : 12-20 siklus/menit
Suhu : 36,1 ℃ - 37,5 ℃
Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum berupa :
1) Kesan keadaan sakit
2) Kesadaran, penilaian kesadaran secara kualitatif sebagai berikut :

- Kompos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dan


dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

- Apatis, yaitu pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh ak acuh dengan keadaan
sekitar, dan dapat memberi respon adekuat jika diberi stimulus.

- Somnolen (letargi, obtundasi, dan hipersomnia), yaitu kondisi ini ditandai


dengan mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsif dengan stimulus ringan,
tetapi masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan yang kuat. Namun, saat
rangsangan dihentikan, orang tersebut akan tertidur lagi.

- Soporous atau stupor, yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pengidapnya


masih bisa dibangunkan dengan rangsangan kuat. Namun, mereka tidak
terbangun sepenuhnya dan tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik.
Pada soporous/stupor, refleks kornea dan pupil baik, tetapi BAB dan BAK
tidak terkontrol.

- Koma, yaitu penurunan kesadaran yang terjadi sangat dalam. Pada tubuh
pasien tidak ada gerakan spontan, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada dan
tak ada respon terhadap nyeri yang dirasakan.

- Delirium, yaitu penurunan tingkat kesadaran seseorang yang disertai


kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien akan
tampak disorientasi, gelisah, iritatif, salah persepsi terhadap rangsangan
sensorik sehingga mengalami halusinasi.

b. Pemeriksaan Head to Toe

1) Kepala

a) Bentuk dan ukuran kepala: Normal


b) Rambut : hitam
c) Kulit kepala : tidak ada lesi

2) Muka

a) Kebersihan : Bersih
b) Fungsi penglihatan : Baik
c) Konjungtiva : Warna merah muda
d) Sclera : Berwarna Putih
e) Pupil : Isokor
f) Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak ada

3) Hidung

a) Fungsi : Baik
b) Secret : Tidak ada
c) Napas Cuping Hidung : Tidak ada

4) Mulut

a) Kemampuan Berbicara : suara kencang


b) Keadaan Bibir : kering
c) Selaput Mukosa : kering
d) Warna Lidah : Agak Putih
e) Keadaan Gigi : Baik
f) Bau Nafas : Tidak Ada
g) Dahak : Tidak Ada

5) Gigi

a) Kebersihan : Ada Karang Gigi


b) Masalah : Impaksi gigi

6) Telinga

a) Fungsi Pendengaran : Baik


b) Bentuk : Simetris Antara kiri dan kanan
c) Kebersihan : Bersih
d) Serumen : Tidak Ada

7) Leher

a) Bentuk : Normal
b) Pembesaran Tyroid : Tidak ada pembesaran
c) Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
d) Nyeri waktu menelan : Tidak ada

8) Dada (Thorax)

a) Paru – Paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler

b) Jantung

Inspeksi : dada simestris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Batas Jantung Normal

Auskultasi : S1 dan S2 Reguler

c) Abdomen

Inspeksi : tidak simetris, ada edema

Auskultasi : Bising usus 18kali/menit

Perkusi : pekak

Palpasi : tidak ada nyeri

d) Ekstremitas Atas

ROM kanan dan kiri : 5 | 5

Perubahan bentuk tulang : Tidak ada

Pergerakan sendi bahu : Normal

Perabaan Akral : Hangat


Pitting Edema : Tidak ada

Terpasang infus : Tangan sebelah kanan

Bawah ROM kanan dan kiri : 5 | 5

Perubahan bentuk tulang : Tidak ada

Varises : Tidak ada

e) Integumen : Turgor kulit baik, tidak ada edema

V. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongten
2. Pemeriksaan Radiograf Panoramik

B. Diagnose Keperawatan (SDKI,2016)


3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi,
agen pencedera fisik.
4. Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
5. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif
6. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan, ancaman terhadap
konsep diri.

C. Intervensi Keperawatan (SLKI, 2018)

No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 jam. Observasi :
Diharapkan masalah keperawatan 1) Monitor TTV
tingkat nyeri menurun. Dengan 2) Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas , intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri dan skala nyeri
2. Keluhan sulit tidur menurun 3) Identifikasi factor yang memperberat
3. Mual menurun dan memperingan nyeri
4. Pola tidur membaik 4) Berikan posisi yang nyaman
Terapeutik :
1) Berikan teknik nonfarmakologis :
teknik relaksasi nafas dalam dan
distraksi
2) Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi :
1) Ajarkan teknik nonfarmakologis :
distraksi dan relaksasi nafas dalam
2) Edukasi manajemen nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen Nutrisi
3x24 jam diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik. Dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang dihabiskan 2) Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastric
2. Kekuatan otot pengunyah 3) Monitor asupan makanan
meningkat Terapeutik :
3. Nafsu makan membaik 1) Fasilitasi menentukan pedoman diet
4. Frekuensi makan membaik 2) Hentikan pemberian makan melalui
5. Membran mukosa membaik selang, jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Anjurkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan, jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu

Manajemen gangguan makan


Observasi :
1) Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan sesuai kebutuhan
kalori
Teraputik :
1) Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik yang sesuai
Edukasi :
1) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
keperawatan selama 3x24 jam, Observasi :
diharapkan masalah tingkat ansietas 1. Monitor vital sign/ tanda-tanda
menurun. Dengan Kriteria hasil: vital (TD, N, RR,S)
1. Verbalisasi kebingungan 2. Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun berubah (mis. kondisi, waktu,
2. Verbalisasi khawatir stresor)
akibat kondisi yang dihadapi 3. Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
3. Perilaku gelisah menurun 4. Monitor tanda-tanda ansietas
4. Perilaku tegang menurun (verbal dan nonverbal)
5. Keluhan pusing menurun Terapeutik :
6. Anoreksia menurun 5. Temani pasien untuk mengurangi
7. Palpitasi menurun kecernasan, jika memungkinkan
8. Frekuensi pemapasan 6. Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
9. Frekuensi nadi menurun kepercayaan
10. Tekanan darah menurun 7. Pahami situasi yang membuat
11. Diaforesis menurun ansietas
12. Tremor menurun 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan
13. Pucat menurun meyakinkan
14. Konsentrasi membaik 9. Tempatkan barang pribadi yang
15. Pola tidur membaik memberikan kenyamanan
16. Perasaan keberdayaan 10. Diskusikan perencanaan
membaik realistis tentang peristiwa yang
17. Kontak mata membaik akan datang
18. Pola berkemih membaik 11. Motivasi mengidentifikasi
19. Orientas membaik situasi yang memicu kecemasan
12. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Edukasi :
13. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
14. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
15. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika peru
16. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
17. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
18. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
19. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
20. Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
4. Setalah dikakukan tindakan 3x24 Dukungan Perawatan Diri
jam, diharapkan masalah tingkat Observasi :
infeksi membaik. Dengan Kriteria 1. Monitor vital sign/ tanda-tanda
hasil : vital (TD, N, RR,S)
1. Kebersihan tangan 2. Identifikasi usia dan budaya
meningkat dalam membantu kebersihan diri
2. Kebersihan badan 3. Identifikasi jenis bantuan yang
meningkat dibutuhkan
3. Nafsu makan 4. Monitor kebersihan tubuh
meningkat (mis. rambut, mulut, kulit,
4. Demam menurun kuku)
5. Kemerahan 5. Monitor integritas kulit
menurun Terapeutik :
6. Nyeri menurun 6. Sediakan peralatan mandi
7. Bengkak menurun (mis. sabun, sikat gigi,
8. Vesikel menurun shampoo, pelembap kulit)
9. Cairan berbau 7. Sediakan lingkungan yang
busuk menurun aman dan nyaman
10. Sputum berwarna 8. Fasilitasi menggosok gigi,
hijau menurun sesuai kebutuhan
11. Drainase purulent 9. Fasilitasi mandi, sesuai
menurun kebutuhan
12. Piuna menurun 10. Pertahankan kebiasaan
menurun kebersihan diri
13. Periode malaise 11. Berikan bantuan sesuai tingkat
menurun Kemandirian
14. Periode menggigil Edukasi :
menurun 12. Jelaskan manfaat mandi dan
15. Lelargi menurun dampak tidak mandi terhadap
16. Gangguan kognitif kesehatan
menurun
17. Kadar sel darah
putih membaik
18. Kultur darah
membaik
19. Kultururine
membaik
20. Kultur sputum
membaik
21. Kultur area luka
membaik
22. Kultur feses
membaik
23. Kadar sel
darah putih membaik

D. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan.

E. Evaluasi
S: Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O: Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi langsung kepada
pasien
A: Analisis
Masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau baru
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P: Planninng
Perencanaan tindakan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau menambah rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati I, Firman RN. 2020. Klasifikasi impaksi caninus rahang atas pada
pemeriksaan radiograf panoramik dan CBCT sebagai penunjang odontomy. Jurnal
Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia ;4 (2) 35

Rahayu, Sri. 2014. Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi. E-Journal


WIDYA Kesehatan dan Lingkungan. Vol 1 (2) hal 81-89.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai