Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian
Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga,
tulang sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan
lengkung rahang. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi
adalah gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molarketiga atas selanjutnya gigi caninus
atas. Frekuensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan
molar ketiga bawah. Frekuensinya berturut-turut gigi molar ketiga bawah, gigi molar
ketiga atas, gigi caninusatas, gigi premolar bawah, gigi caninus bawah, gigi
premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah.

B. Gigi Yang Paling Sering Mengalami Impaksi


Gigi impaksi merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi di masyarakat.
Gigi impaksi merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat menimbulkan
keluhan sejak gigi mulai erupsi. Keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah
rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi gigi tersebut bahkan
terkadang dapat mempengaruhi estetis, gangguan pengunyahan, kesulitan berbicara,
dan mengganggu aktifitas sehari-hari. Gigi impaksi ini juga sering menjadi tempat
retensi makanan yang sulit dibersihkan. Retensi debris makanan dan plak akan
menyebabkan karies pada gigi tersebut atau pada gigi tetangganya dan menyebabkan
bau mulut.
Gigi M3 adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu pada
usia 18-24 tahun. Keadaan ini menyebabkan gigi M3 lebih sering mengalami impaksi
dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi
gigi untuk erupsi.

C. Klasifikasi
Molar ketiga mandibula impaksi dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat
jaringan yang menutupinya, Pell dan Gregory, Winter dan lain-lainnya. Peneliti di
sini hanya akan membahaskan 3 jenis klasifikasi: Klasifikasi berdasarkan sifat
jaringan, Pell and Gregory dan Winter.

1
1. Berdasarkan Sifat Jaringan Berdasarkan sifat jaringan di atas gigi molar ketiga
impaksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:

Gambar 1 Klasifikasi Molar Ketiga Mandibula Impaksi berdasarkan sifat jaringan


diatasnya. A) Jaringan Lunak B) Tulang Parsial C) Tulang Penuh
a. Impaksi Jaringan lunak (Soft Tissue Impaction) Adanya jaringan fibrous
tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi gigi secara normal.
b. Impaksi Tulang Parsial (Partial bony impaction) Impaksi tulang parsial
terjadi ketika bagian superfisial gigi ditutupi oleh jaringan lunak, tetapi
sebagian dari ketinggian kontur gigi berada di bawah tingkat tulang alveolar
sekitarnya.
c. Impaksi Tulang Penuh (Complete bony impaction) Gigi terpendam secara
utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flep jaringan lunak
direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus
diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut.
2. Klasifikasi Pell & Gregory
Pell dan Gregory menghubungkan kedalaman terpendam terhadap bidang
oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan
dan diameter mesiodistal gigi terimpaksi terhadap ruang yang tersedia antara
permukaan distal gigi molar kedua dan ramus asendus mandibula dalam
pendekatan lain.
a. Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibular
Komponen pertama dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada hubungan
antara ruang yang tersedia di antara permukaan distal gigi molar kedua dan
ramus mandibula.

2
Gambar 2. Klasifikasi Impaksi Pell dan Gregory Kelas I, Kelas II dan Kelas III .

1) Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan


ruang antara batas anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi
molar kedua. Pada klas I ada celah di sebelah distal molar kedua yang
potensial menjadi tempat erupsi molar ketiga.
2) Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan
ruang tidak cukup untuk erupsi gigi, sebagai contoh, diameter
mesiodistal gigi lebih besar daripada ruang yang tersedia.
3) Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam akses mandibula yang sulit.
Pada klas III, mahkota gigi terpendam seluruhnya terletak di dalam
ramus.

b. Berdasarkan pada jumlah tulang yang menutupi gigi terpendam.


Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah
tulang yang menutupi gigi terpendam. Gigi terpendam baik yang atas
maupun yang bawah dapat dikelompokan berdasarkan kedalamannya dan
hubungannya terhadap garis oklusal dan garis servikal molar kedua
disebelahnya.

Gambar 3. Klasifikasi Pell dan Gregory Kelas A, Kelas B dan Kelas C.

3
1). Posisi A: Bidang oklusal gigi terpendam berada pada tingkat yang sama
dengan oklusal gigi molar kedua tetangga atau di atas garis oklusal
molar kedua tetangga.
2). Posisi B: Bidang oklusal gigi terpendam berada pada pertengahan garis
servikal dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga, misalnya,
mahkota molar ketiga dibawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal
molar kedua.
3). Posisi C: Bidang oklusal gigi terpendam berada di bawah garis servikal
gigi molar kedua.
c. Klasifikasi Winter
Winter mengajukan sebuah klasifikasi gigi molar ketiga mandibula
impaksi berdasarkan hubungan inklinasi gigi terimpaksi terhadap panjang
aksis gigi molar kedua mandibula. Beliau juga mengklasifikasikan posisi
impaksi yang berbeda seperti vertikal, horizontal, inverted, mesioangular,
distoangular, bukoangular, dan linguoangular.

Gambar 5. Klasifikasi Winter. (1) Mesioangular (2) Distoangular (3) Vertical (4)
Horizontal (5) Buccolingual (6) Linguoanular (7) Inverted.
1) Mesioangular: Gigi terpendam mengalami tilting terhadap molar kedua
dalam arah mesial.
2) Distoangular: Aksis panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke
posteriormenjauhi molar kedua.
3) Vertical: Aksis panjang gigi terpendam berada pada arah yang sama
dengan aksis panjang gigi molar kedua.
4) Horizontal: Aksis panjang gigi terpendam horizontal.
5) Buccoangular: Aksis panjang molar ketiga mengarah ke arah bukal.

4
6) Linguoangular: Aksis panjang molar ketiga mengarah kearah lingual.
7) Inverted: Gigi terpendam dengan mahkotanya berhadap ke bawah dan
akar berhadap kearah oklusal.

D. Etiologi
1. Penyebab lokal:
a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya.
c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat
menyebabkanbertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang
atauberkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
2. Penyebab sistemik :
a. Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar.
b. Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari
satu rasyang mempunyai gen dominan, gigi besar dan ras lainnya dominan
pada rahang yang kecil atau sempit.
3. Penyebab postnatal
Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak,
misalnyapenyakit: ricketsia, anemia,syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin,
malnutrisi. Keadaanyang jarang ditemukan:
a. Cleidoncranial disostosis
Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi
daritulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang
clavicula,terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi
dan terdapatrudimenter supernumerary teeth.
b. Oxycephali
Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut.
Padakeadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala.
c. Progeria

5
Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil,
tidakadanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan
tetapi wajah,sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua.( Bianto, 2011)

E. Komplikasi Impaksi Molar Ketiga Mandibula


Gigi molar ketiga mandibula yang tidak erupsi dengan sempurna atau tidak erupsi
langsung, sering dikaitkan dengan masalah patologi yang bervariasi.
1. Perikoronitis
Sebagian pasien akan mengalami lebih kurang 1 kali episode perikoronitis
ketikasebagian gigi terimpaksi tertutupi sejumlah besar jaringan lunak pada
sekeliling aksial dan permukaan oklusal. Perikoronitis adalah infeksi jaringan
lunak sekitar mahkota gigi sebagian terimpaksi dan biasanya disebabkan
olehflora normal dalam rongga mulut.
Perikoronitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berikut:
a. Keseimbangan antara pertahanan host dan bakteri. Infeksi dapat terjadi
apabila pertahanan host terganggu. Dengan demikian, meskipun gigi
impaksi telah hadir selama beberapa waktu tanpa infeksi, jika pasien bahkan
mengalami penurunan pertahanan tubuh yang ringan dan sementara,
perikoronitis akan terjadi biarpun tubuh tidak memiliki masalah imunologi.
b. Perikoronitis pada bagian posterior mandibula dapat disebabkan oleh
trauma minor dari gigi M3 maksila. Jaringan lunak yang menutupi
permukaan oklusal gigi M3 mandibula yang sebagian erupsi yang disebut
operkulum akan terjadi trauma dan bengkak. Gigi M3 maksila biasanya
akan melukai operkulum pada daerah gigi lawannya yang sudah terjadi
pembengkakan, hal ini menyebabkan peningkatan pembengkakan yang
lebih parah yang kemudian akan menyebabkan trauma dengan lebih mudah
dan secara terus- menurus.
c. Sisa makanan terperangkap di bawah operkulum karena saku ini tidak dapat
dibersihkan,bakteri berkolonisasi pada daerah tersebutsehingga memicu
terjadinya perikoronitis.
d. Bakteri – bakteri Streptococcus dan sejumlah besar bakteri anaerobik yang
bervariasi (bakteri yang biasanya menghuni di sulkus gingiva). Perikoronitis

6
sering merupakan penyebab pencabutan gigi M3 impaksi mandibula,
namuntidak ada definisi standar perikoronitissaat ini. Proses erupsi mungkin
menyebabkan gingivitis dimana gejalanya mirip dengan perikoronitis.
2. Resorpsi Akar
Tekanan dari gigi M3 impaksi yang menimpa akar gigi yang berdekatan akan
menyebabkan resorpsi akar. Proses ini meskipun belum jelas, namun sama
halnya dengan proses resorpsi gigi primer yang berlaku selama proses erupsi gigi
permanen. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara resorpsi
akar dan peningkatan usia.
3. Karies
Karies gigi dapat terjadi pada gigi M3 mandibula atau di molar kedua yang
berdekatan, paling sering di garis servikal gigi. Hal ini juga sering terjadi pada
aspek distal gigi molar kedua.1 Oleh karena ketidakmampuan pasien untuk
secara efektif membersihkan daerah ini serta ketidakmungkinan diakses oleh
dokter gigi restoratif, karies pada gigi molar kedua dan ketiga tersebut diindikasi
untuk diekstraksi.2 Menurut penelitian Nordenram (1987), insiden ini terjadi
pada sekitar 15% dari pasien.
4. Periodontitis
Ketidakmampuan pasien untuk membersihkan daerah gigi sebagian erupsi
secara menyeluruh dapat mengakibatkan penyakit periodontal awal. Pasien
umumnya memiliki inflamasi gingiva dengan gingiva cekatnya mengalami
migrasi apikal pada aspek distal gigi molar kedua, bahkan dengan gingivitis
ringan, bakteri penyebab memperoleh akses ke sebagian besar permukaan akar
yang kemudian menghasilkan pembentukan awal periodontitis yang dapat
merusakkan gigi.
5. Gigi Tiruan
Sebelum dilakukan konstruksi gigi tiruanlepasan atau cekat, dokter gigi
harus memastikanbahwa tidak ada gigi yang impaksi di daerah edentulus yang
butuh restorasi. Apabila gigi impaksi tersebut diekstraksi hanya setelah gigi
tiruan dibuat, gigi tiruan akan tidak dapat beradaptasi dengan sempurna ke
alveolar ridge karena tulang alveolar akan beresorpsi setelah gigi diekstraksi.
Jika sebaliknyabasis gigi tiruan dibuat tanpa pengambilan gigi impaksi dahulu

7
dan mengadaptasi diatas gigi impaksi yang ditutupi oleh hanya jaringan lunak
atau 1 - 2mm tulang alveolar, lamakelamaan tulang diatasnya akan diserapdan
timbulnya perforasi mukosa di atas gigi impaksi tersebut. Hal ini disebabkan
oleh kompresi dari gigi tiruan ke jaringan lunakdan gigi impaksi. Hasilnya
adalah ulserasi pada jaringan di atasnya dan inisiasi infeksi odontogenik.
6. Kista Odontogenik Dan Tumor
Gigi impaksi yangterpendam sepenuhnya dan dipertahankan dalam tulang
alveolar, biasanya, folikel gigi terkait jugadipertahankan. Ukuran folikel gigi
tetap tidak akan berubah pada kebanyakan pasien, tetapi besarnyakemungkinan
ia menjalani degenerasi kistik dan menjadi kista dentigerous atau keratocyst.
Folikel gigi juga dapat mengembangkan tumor odontogenik atau dalam kasus
yang cukup langka, tumor ganas. Kemungkinan hal ini sering digunakan sebagai
alasan untuk membuang gigi impaksi asimtomatik. Insiden umum perubahan
neoplastik sekitar gigi impaksi yang terpendam telah diperkirakan sekitar 3%.
7. Nyeri Idiopatik
Pasien terkadang mengeluh nyeri di daerah molar ketiga mandibula impaksi
yang tidak memiliki tanda-tandaklinis maupun tanda-tanda patologi pada
radiografi. Situasi ini menunjukkan pengambilan molar ketiga sering mengatasi
masalah nyeri tetapi pada saat ini, masih tidak ada penjelasan yang masuk akal
untuk kejadian ini. Sekitar 1- 2% dari molar ketiga rahang bawah yang
diekstraksi untuk alasan ini. Apabila seorang pasien datang dengan jenis keluhan
seperti ini, ahli bedah harus memastikan bahwa semua sumber-sumber lain yang
menyebabkan nyeri dikesampingkan sebelum menyarankan operasi
pengangkatan gigi molar ketiga. Selain itu, pasien harus diberitahu bahwa
pengangkatan molar ketiga mungkin tidak akan menghilangkan rasa sakit
sepenuhnya

F. Pemeriksaan
Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi pada banyak penderita gigi terpendam atau
gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali karena
adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan keluhan dan kadang-
kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi geliginya.

8
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan
pemeriksaan klinis, meliputi :
1. Keluhan-keluhan yang ditemukan dapat berupa Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala :
a. Rasa sakit di region tersebut
b. Pembengkakan
c. Mulut bau (foeter exore)
d. Pembesaran limfe-node sub-mandibular.
2. Karies pada gigi tersebut dengan gejala : pulpitis, abses alveolar yang akut. Hal
yang sama juga dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak bergigi
Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi
perikonitis.
4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah
Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir basah mungkin disebabkan karena
tekanan pada n.mandibularis.3ekanan pada n.mandibularis dan dapat juga
menyebabkan rasa sakit padagigi premolar dan kaninus.

Pemeriksaan Ekstra oral.


Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Adanya pembengkakan.
2. Adanya pembesaran limfenode (KGB).
3. Adanya parastesi

Pemeriksaan Intra Oral


Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
2. Adanya karies, perikoronitis
3. Adanya parastesi
4. Warna mukosa bukal, labial dan gingivale.
5. Adanya abses gingival

9
6. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetanggag.
7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)

Pemeriksaan Radiografi
Tujuan dari evaluasi radiologi adalah untuk melengkapi evaluasi klinis dengan
memberikan informasi tambahan. Hal ini sangat dibutuhkan supaya keputusan
tentang prosedur pembedahan dapat diusulkan secara optimal, terlebih jika hendak
menjelaskan prosedur-prosedur atau diagnosis kepada pasien, radiografi dapat
membantu dalam hal tersebut. Evaluasi radiografi meliputi penilaian gigi M3
mandibula impaksi dari aspekmorfologi akar, ukuran folikel gigi, kepadatan tulang
sekitarnya, kontak dengan molar kedua, sifatjaringan di atasnya, saraf inferior
alveolar dan pembuluh darah, hubungangigi dengan ramus mandibula, hubungan
dengan gigi berdekatan dan posisi bukolingual gigi impaksi.Mayoritas faktor lokal
yang menyebabkan kesulitan dalam pengambilan gigi M3 impaksi dapat didiagnosis
dengan interpretasi radiografi pra operasi. Di bawah ini adalah contoh- contoh jenis
radiografi yang biasa digunakan untuk membantu dalam pengambilan gigi M3
impaksi:
1. Radiografi Periapikal
2. Radiografi Oklusal
3. Radiografi Lateral Oblik Mandibula
4. Orthopantomogram (Panoramik)

G. Indikasi dan Kontra Indikasi Pengambilan Gigi Impaksi


Pengambilan gigi impaksi memiliki indikasi dan kontraindikasinya.
Indikasi Pengambilan Gigi Impaksi:
1. Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (Perikoronitis).
2. Usia Muda
Penyembuhan umumnya terjadi lebih cepat dan lebih lengkap pada pasien yang
lebih muda,namun operasi pengambilan gigi molar ketiga impaksi di usia sangat
muda (pada usia 8 atau 9 di mana benih gigi M3 berkembang) merupakan
kontraindikasi.
3. Adanya infeksi seperti Sellulitis.

10
4. Adanya keadaan patologik seperti karies pada gigi terpendam maupun pada gigi
tetangganya.
5. Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis, misalnya kista odontogenik.
6. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan
stabilitas hasil perawatan ortodonti.
7. Supaya tidak menganggu perawatan dengan prostetik atau restoratif.

Kontraindikasi Pengambilan Gigi Impaksi:


Pengambilan gigi impaksi dapat disertai sejumlah resiko dankomplikasi. Salah
satu alasan untuk mempertimbangkan tidak mencabut gigi impaksi adalahbesarnya
kemungkinan kerugian yang akan dialami pasien lebih banyak dari manfaatnya.
1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
2. Kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktuk penting di sekitarnya
atau kerusakan tulang pendukung yang luas.
3. Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang
yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan premature).
4. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu
oleh kondisi fisik atau mental tertentu.
5. Penderita usia lanjut. Tulang yang menutupi gigi impaksi pada penderita usia
lanjut sangat termineralisasi dan padat sehingga menyulitkan untuk melakukan
odontektomi. Sebagai tambahan, orang usia lanjut biasanya berhubungan dengan
keadaan umum yang tidak dianjurkan untuk menjalani proses pembedahan.

11
H. Pathway
Posisi gigi yang tidak teratur
, rahang sempit (gigi
besar),penyakit

Gigi tidak dapat erupsi


seluruhnya/sebagian karena
tertutup tulang/jaringan

Gigi tidak dapat tumbuh /


tidakada tempat untuk
tumbuh

Gigi tertanam/tumbuh di
dalam

Gigi menekan syaraf di


bawahnya atau di
sampingnya

Syaraf gusi terjepit

Nyeri akut Aktivasi nociceptor nyeri

Pembengkakan/inflamasi
pada gusi

Kesulitan berbicara atau


Kesulitan dalam mengunyah mengatupkan mulut

Klien tidak nafsu Hambatan komunikasi


makan/malas makan verbal

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

12
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan
mengunyah makanan
3. Hambatan komunikasi verbal b.d hambatan fisik
J. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d agens (NOC) : (NIC) :
cedera biologis Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian yang
keperawatan 1x24 komprehensif dan nyeri:
jamklien mampu lokasi, karakteristik, durasi,
mengontrol nyerinya frekuensi, kualitas, intensitas
dengan kriteria hasil: dan presipitasi.
1. Klien mampu mengontrol 2. Observasi respon non verbal
nyeri menggunakan teknik karena ketidaknymanan.
nonfarmakologi. 3. Evaluasi perkembangan masa
2. Keluhan nyeri klien lalu terhadap nyeri.
berkurang dari skala 3 ke 4. Catat perkembangan tingkatan
skala 1 (dengan skala nyeri informasi seperti penyebab,
1-10). lamanya, dan antisipasi
3. Klien menyatakan rasa terhadap kenyamanan nyeri.
nyaman setelah nyeri 5. Gunakan komunikasi
berkurang. terapeutik untuk meningkatkan
pengetahuan nyeri dan
penerimaan respon klien.
6. Kolaborasi dengan medis
(berikan terapi obat analgesik
ketorolak 2x30mg melalui IV
setiap 12 jam).
7. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
dan kebiingan.
8. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi
napas dalam).
9. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala.
2. Ketidakseimbangan (NOC) : (NIC) :
Nutritional Status : food Nutrition Management
nutrisi kurang dari
and Fluid Intake 1) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 2) Kolaborasi dengan ahli gizi
keperawatan selama 1x24 untuk menentukan jumlah
b.d kesulitan
jam diharapkan masalah

13
mengunyah keperawatan dapat teratasi kalori dan nutrisi yang
dengan kriteria hasil: dibutuhkan pasien.
makanan
-Adanya peningkatan berat 3) Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan intake Fe
tujuan 4) Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C
-Mampu mengidentifikasi 5) Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi 6) Yakinkan diet yang dimakan
-Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
-Tidak terjadi penurunan 7) Berikan makanan yang terpilih (
berat badan yang berarti sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8) Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9) Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
12) BB pasien dalam batas
normal
13) Monitor adanya penurunan
berat badan
14) Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
15) Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
16) Monitor lingkungan selama
makan
17) Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
18) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
19) Monitor turgor kulit
20) Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
21) Monitor mual dan muntah
22) 3Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht

14
23) Monitor makanan kesukaan
24) Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
25) Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
26) Monitor kalori dan intake
nuntrisi
27) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
3. Hambatan (NOC) : (NIC) :
Setelah Dilakukan 1. Gunakan penerjemah , jika
komunikasi verbal
Tindakan Keperawatan diperlukan
b.d hambatan fisik Selama 1x24 jam 2. Beri satu kalimat simple setiap
Diharapkan klien mampu bertemu, jika diperlukan
berkomunikasi secara 3. Konsultasikan dengan dokter
verbal dengan kriteria kebutuhan terapi bicara
hasil : 4. Dorong pasien untuk
- Komunikasi: berkomunikasi secara perlahan
penerimaan, intrepretasi dan untuk mengulangi
dan ekspresi pesan lisan, permintaan
tulisan, dan non verbal 5. Dengarkan dengan penuh
meningkat perhatian
- Komunikasi ekspresif 6. Berdiri didepan pasien ketika
(kesulitan berbicara) : berbicara
ekspresi pesan verbal 7. Gunakan kartu baca, kertas,
dan atau non verbal yang pensil, bahasa tubuh, gambar,
bermakna daftar kosakata bahasa asing,
- Komunikasi reseptif computer, dan lain-lain untuk
(kesutitan mendengar) : memfasilitasi komunikasi dua
penerimaan komunikasi arah yang optimal
dan intrepretasi pesan 8. Ajarkan bicara dari esophagus,
verbal dan/atau non jika diperlukan
verbal 9. Berikan pujian positive jika
- Gerakan Terkoordinasi : diperlukan
mampu mengkoordinasi 10. Anjurkan pada pertemuan
gerakan dalam kelompok
menggunakan isyarat 11. Anjurkan kunjungan keluarga
- Mampu mengontrol secara teratur untuk memberi
respon ketakutan dan stimulus komunikasi
kecemasan terhadap 12. Anjurkan ekspresi diri dengan
ketidakmampuan cara lain dalam
berbicara menyampaikan informasi
- Mampu (bahasa isyarat)
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial

15
16

Anda mungkin juga menyukai