Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS FIBROADENOMA MAMAE (FAM) DI


RUANGAN OK (OPERATIF KAMAR) RSI MASYITOH
BANGIL - PASURUAN

Oleh:

Riska Riffatul Maula

14201.10.18031

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREAN HAFSHAWATY ZAINUL
HASAN GENGGONG ROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KASUS FIBROADENOMA MAMAE (FAM) DI RUANGAN OK RSI
MASYITOH BANGIL - PASURUAN

Telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

MAHASISWA

Riska Riffatul Maula

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBIN AKADEMIK

KEPALA RUANGAN
LEMBAR KONSULTASI
Tanggal Pembimbing Evaluasi Tanda
Tangan
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel
yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2018). FAM (fibroadenoma
mamae) adalah benjolan padat dan kecil dan jinak pada payudara yang terdiri
dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini biasanya ditemukan pada
wanita muda, seringkali pada remaja putri (Prawirohardjo, 2018). FAM muncul
sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan dan bergaris tengah
1 hingga 10 cm. Walaupun jarang, tumor mungkin multiple dan bergaris
tengah lebih dari 10 cm (Prawirohardjo, 2018).
FAM berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus
terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem
duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh
proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus
(Prawirohardjo, 2018).
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang dapat digerakkan, lobulasi tidak
nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat
sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara
kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu
sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau
penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini berbeda
morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari FAM menurut (Prawirohardjo, 2018) adalah pengaruh
hormonal. Hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada
siklus menstruasi atau pada kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid
dan selam hamil. FAM ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain: konsituasi
genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga yang menderita kanker
(Prawirohardjo, 2018).
Menurut Iskandar (2018) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor
mammae belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
mammae.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.
3. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu,
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan
resiko terjadinya kanker mammae.
4. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
mening katkan resiko terjadinya tumor mammae.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor mammae.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
C. c ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan
ikat memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis
dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat
puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,
yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola. Jaringan kelenjar membentuk 12
hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh
jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat
(stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit
yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari
lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus
pengumpul dan bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan
memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi
lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit.
Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium
payudara.
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara
terdiri atas beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan
lemak subkutaneus, stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya
terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, pektoralis mayor dan
tulang iga
Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri
aksilaris, ramus perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna
dan ramus perforata arteri intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari
medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri
torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi
2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di
subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena
superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang
senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria
interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena


kelenjar mammae, drainasenya terutama melalui :

a. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris


b. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
c. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus
imfatik subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3


– 4 rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan
terapi bedah adalah :

a. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor


melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke
permukaan dalam m. pektoralis mayor.
b. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis
lateralis, tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
c. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada
dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
d. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m.
teres mayor.
2. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan
sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke – 8 haid, payudara jadi lebih besar
dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel – sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mammae masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam,
di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat
digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae.Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat
distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae
dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan
untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti
kulit jeruk) Pengelupasan papilla mammae
5. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
6. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
E. KLASIFIKASI
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi
epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih
banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang(tidak teratur) dengan lumen yang
sempit atau menghilang.Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit
dan pada saat menopause terjadi regresi
F. PATOFISIOLOGI
FAM biasa ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Pada gambaran
histologist menunjukkan stroma dengan poliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan struktur yang
berbeda (Elizabeth, 2017). FAM sensitif terhadap perubahan hormon. FAM
bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol dan dapat
membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak
menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada
terapi pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan
kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan
keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh,
perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada
wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan
Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma
autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan
kelainan endokrin.(
Secara histologi menurut Sarjadi (2017) FAM dapat dibagi menjadi:
1. Intracanalicular fibroadenoma FAM yang secara tidak teratur dibentuk
dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan
epitel. Rongga mirip duktus atau kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih
lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh, dimana
sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup
teratur.
2. Pericanalicular fibroadenoma FAM yang menyerupai kelenjar atau kista
yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.
Sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi ekstensif stroma sehingga
pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau
struktur irregular mirip bintang.
G. PATHWAY
H. KOMPLIKASI
Fibroadenoma mamae bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang
paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura,
tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat
yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan
ovarium.( Irianto , 2017).
Komplikasi pada pre operaif meliputi beberapa yaitu:
1. Syok yang terjadi pada pasien operasi biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah: Pucat , Kulit dingin, basah,
pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, lemah
dan bergetar, penurunan tekanan darah, urine pekat. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter
terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi
pernafasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan penggunaan
energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan
periode istirahat.
2. Perdarahan Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang
dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur
sementara lutut harus dijaga tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, luka
bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
3. Trombosis vena profunda Trombosis vena profunda adalah trombosis
yang terjadi pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius
yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca
flebitis.
4. Retensi urin Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus operasi
rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter
kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung
kemih.
5. Infeksi luka operasi Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya
kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan
di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan
pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan
prinsip steril.
6. Sepsis Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
7. Embolisme pulmonal Embolsime dapat terjadi karena benda asing
(bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya
terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri
pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti
ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus
pulmonal.
8. Komplikasi gastrointestinal Komplikasi pada gastrointestinal sering
terjadi pada pasien yang mengalami operasi abdomen dan pelvis.
Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
e. Pemeriksaan sitologis
2. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluarspontan dari putting mammae, cairan kista atau cairan yang keluar
dari ekskoriasi.
3. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker di
antara jaringan kelenjar kurang tampak.
4. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
5. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplaydarah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
7. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan dan seleksi
terapi .
8. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mammae pada organ
lain.
9. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

J. PENATALAKSANAAN (MEDIS & KEPERAWATAN)


Pengobatan lokal dan regional
1. Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.
Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi
payudara dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan
berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi
yang biasa digunakan, yaitu:
a. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
b. Circumareolar Incision
c. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas,
tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan
hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2
cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk
mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.

Pengobatan Sistemik
1. hormonal
2. Tamoksifen, obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang
terdapat pada sel kanker sehingga dapat mengecilkan kanker 30%
3. Goserelin, Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor
positip atau yang dengan meta statik berespon terhadap goserelin.
4. Kemoterapi, penggunaan obat anti kanker , melalui injeksi/ infus ataupun
oral.
Pemeriksaan SADARI
1. Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu lurus
dan tangan diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran , bentuk dan warna
payudara , apakah ada perubahan yang mudah terlihat , benjolan.
2. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat
cermin, perlahan-lahan tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk
serta lakukan cek terhadap pengeluaran puting susu.( dapat berupa air susu,
atau cairan kekuningan atau darah ).
3. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring . Gunakan
tangan kanan untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba
payudara kanan. Gunakan sentuhan yang lembut dengan menggunakan tiga
jari tangan ( telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi berdekatan
satu sama lain .Sentuh payudara dari atas ke bawah , sisi ke sisi dari tulang
selangka ke bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada.
4. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama
sambil berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah
merasakan payudaranya dalam kondisi basah sehingga sering dilakukan
saat mandi. ( Irianto K, 2015)

K. MASALAH KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur tindakan operasi).
2. Kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi berhubungan dengan
kurang paparan informasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (luka payudara)
4. Resiko cidera b.d tindakan operasi
5. Risiko hipotermi periopertif b.d suhu lingkungan rendah
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian Pre Operatif


1. Pengkajian Fokus Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan
adanya keluhan benjolan pada payudara. Faktor bertambahnya usia
mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kemungkinan mengidap
kanker payudara .
2. Pada pengkajian riwayat keluarga terdapat adanya hubungan seorang
wanita yang ibu atau saudarinya (saudari dekat, keturunan pertama/ first
degree relatives) pernah/ sedang menderita kanker payudara , memiliki
risiko paling sedikit dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan populasi umum. Adanya riwayat awitan haid sebelum usia 12
tahun dan nuliparitas, kehamilan cukup bulan pertama setelah usia 35
tahun, awitan menopause yang lambat , atau riwayat haid lebih dari 40
tahun memiliki hubungan peningktan resiko penyakit payudara jinak.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada sianosis.
b. Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan kulit kepala bersih.
Mata ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.
c. Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
d. Tengkuk
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.
e. Dada
1) Inspeksi Bentuk dada tidak simetris karena ada pembengkakan
payudara kiri.
2) Auskultasi Vesikuler
3) Perkusi Sonor
4) Palpasi
Terdapat benjolan di payudara kiri, bengkak dan terasa nyeri,
tidak simetris, ada nyeri tekan.
f. Payudara
1) Inspeksi Di payudara kanan terdapat benjolan tampak kulit
payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
2) Palpasi Teraba benjolan yang mengeras dan serta terdapat
pembengkakan di payudara kanan. Apabila ditemukan adanya
benjolan di payudara, maka benjolan tersebut harus dievaluasi
terhadap satu dari tiga kemungkinan, yaitu: kista, tumor jinak,
atau tumor ganas.
g. Punggung
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
h. Abdomen
1) Inspeksi Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada kemerahan
dan kekuningan, tidak ada bekas luka.
2) Auskultasi Bising usus 20x/menit.
3) Perkusi Terdengar redup, tidak ada hepatomegaly
4) Palpasi Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
i. Panggul
Tidak ada nyeri panggul
j. Anus dan Rectum
Pasien mengatakan tidak pernah BAB darah dan tidak ada benjolan di
anus.
k. Genetalia
Pasien mengatakan genetalianya bersih, tidak keluar sekret yang
berlebihan.
l. Ekstremitas
1) Atas Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, hanya lengan
kiri terasa agak nyeri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus
RL di lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.
2) Bawah Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak
teraba benjolan.
4. Pada pengkajian diruang prabedah, perawat melakukan pengkajian
ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhubungan
dengan operasi. Pengkajian ringkas tersebut adalah sbb :
a. Validasi: perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas
pasien sebagai data dasar untuk mencocokan prosedur jenis
pembedahan yang akan dilakukan
b. Kelengkapan administrasi: Status rekam medik, data-data
penunjang (Laboratorium, dan Radiologi ) serta kelengkapan
informed consent.
c. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan
d. Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa
pada payudara.
B. Pengkajian Post Operatif
1. Pengkajian Fokus Keperawatan Post Operasi Pengkajian post operasi
dilakukan secara sitematis mulai dari pengkajian awal saat menerima
pasien, pengkajian status respirasi, status sirkulasi, status neurologis dan
respon nyeri, status integritas kulit dan status genitourinarius.
a. Pengkajian Awal Pengkajian awal post operasi adalah sebagai beriku
1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
2) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tandatanda
vital
3) Anastesi dan medikasi lain yang digunakan
4) Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin
memengaruhi peraatan pasca operasi
5) Patologi yang dihadapi
6) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian
7) Segala selang, drain, kateter, atau alat pendukung lainnya
8) informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anastesi yang
akan diberitahu
b. Status Respirasi Kontrol pernafasan
1) Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan
2) Perawat mengkaji frekuensi, irama, kedalaman ventilasi
pernapasan, kesemitrisan gerakan dinding dada, bunyi nafas, dan
arna membran mukosa

c. Kepatenan jalan nafas


3) Jalan nafas oral atau oral airway masih dipasang untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas sampai tercapai
pernafasan yang nyaman dengan kecepatan normal
4) Salah satu khawatiran terbesar perawat adalah obstruksi jalan
nafas akibat aspirasi muntah, okumulasi sekresi, mukosa di
faring, atau bengkaknya spasme faring
d. Status Sirkulasi
1) Pasien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler akibat
kehilangan darah secara aktual atau resiko dari tempat
pembedahan, efek samping anastesi, ketidakseimbangan elektrolit,
dan defresi mekanisme regulasi sirkulasi normal.
2) Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta
pengkajian tekanan darah menunjukkan status kardiovaskuler
pasien.
3) Perawat membandingkan TTV pra operasi dan post operasi
e. Status Neurologi
1) Perawat mengkaji tingkat kesadaran pasien dengan cara
memanggil namanya dengan suara sedang
2) Mengkaji respon nyeri
f. Muskuloskletal
Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera posisi
post operasi
i. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur tindakan operasi).
2. Kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi berhubungan
dengan kurang paparan informasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (luka payudara)
4. Resiko cidera b.d tindakan operasi
5. Risiko hipotermi periopertif b.d suhu lingkungan rendah
ii. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen injuri biologis (luka payudara post op)
SLKI

L.U TINGKAT NYERI 1 2 3 4 5


Tekanan darah
Keluhan nyeri
Meringis
gelisah
L.T KONTROL NYERI 1 2 3 4 5
Melaporkan nyeri terkontrol
Kemampuan mengenali onset nyeri
Kemampun mengenali penyebab nyeri
Keluhan nyeri
L.T STATUS KENYAMANAN 1 2 3 4 5
Keluhan tidak nyaman
Keluhan sulit tidur
Merintih
Konfusi
1. SIKI
a. Manajemen nyeri
- Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
b. Edukasi teknik nafas
- Jelaskan tujuan dan manfaat teknik nafas
- Jelaskan prosedur teknik nafas
- Anjurkan posisi tubuh senyaman mungkin
- Demontrasikan menarik nafas selama 4 detik, menahan nafas
selama 2 detik dan menghembuskan nafas selama 8 detik
c. Menajemen kenyaman lingkungan
- Jelaskan tujuan managemen lingkungan
- Atur posisi yang nyaman
- Sediakan ruangan yang tenang dan mendukung
2. Ansietas bd krisis situasi
SLKI

L.U TINGKAT ANSIETAS 1 2 3 4 5


Perilaku gelisah
Keluhan pusing
Pola tidur
Verbalisasi kebingungan
L.T STATUS KOGNITIF 1 2 3 4 5
Proses informasi
Kemamuan membuat keputusan
Memori saat ini
Proses informasi
L.T TINGKAT PENGETAHUAN 1 2 3 4 5
Perilaku sesuai pengetahuan
Perilaku
Persepsi yang keliru terhadap masalah
Kemampuan menjelaskan tentang
topik

SIKI
- Terapi relaksasai
Observasi
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik
 Ciptakan lingkuan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan prosedur terapi
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan relaksasi sebagai setrategi penunjang
Edukasi
 Jelaskan tujuan manfaat batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Teknik distraksi
Observasi
 Identifikasi pilihan teknik distraksi yang diingkan
Terapeutik
 Gunakan teknik distraksi misal membaca buku, menonton
televise, bermain, aktivitas terai dll
Edukasi
 Jelaskan manfaat dan jenis distraksi
 Anjurkan menggunakan teknik sesuai kemampuan
 Anjurkan membuat daftar aktivitas yang menyenangkan
DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas (2018) Kementrian Kesehatan ajak masyarakat cegah dan kendalikan


kanker dipublikasikan dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementerian
kesehatan-ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari
2018
Irianto K.(2018). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. Bandung : Alfabeta
Pudiastuti Ratna D. (2017). Buku Ajar Kebidanan Komunitas : Teori dan Aplikasi
. Yogyakarta: Nuhamedika.
Donsu Jenita D. Bondan P., Sutejo . Rosa D. & Dewi Sari C. ( 2018). Panduan
Penulisan Tugas Akhir Dalam Bentuk Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta:
Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
Eva Agustina, Fariani Syahrul. 2019. Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap
Infeksi pada Klien Operasi Bersih Terkontaminasi. Fakultas kesehatan
masyarakat
Fitria Nita. 2017. Terapi Psikospiritual. Http: //arsipnitafitria.wordpress. diakses
17 Juli 2018
Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, Mulyadi. 2017. Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi di
RSUP Prof. Dr. D. Kandau dan RS TK III R. W. Mongisidi Teling
Manado. Jurnal Keperawatan Volume 5 no. 1 Februari 2017
PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Jakarta
PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Jakarta
PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai