OLEH :
KEZIA
NIM : 01.3.20.00451
NAMA : KEZIA
NIM : 01.3.20.00451
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.M
DENGAN KISTA OVARIUM
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
Belum diketahui secara pasti tetapi ada faktor yang menyebabkan kista ovarium, tetapi
beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebitkan bahwa
penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel teur (folikel) untuk berovulasi.
1. Faktor genetic
Tubuh kita memiliki gen yang berpotensi memicu kanker seperti protoonkogen,
karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,
populasi atau terpaparnya zat kimia tertentu atau karena radiasi. Protoonkoggen ini
dapat berubah menjadi onkogen yaitu gen pemicu kanker.
2. Gaya hidup tidak sehat
Adapun gaya hidup yang tidak sehat yaitu seperti:
a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak
Mengonsumsi makanan tinggi lemak misalnya daging-dagingan.
b) Zat tambahan pada makanan
Benyak makanan yang mengandung zat pewarna dan zat tambahan seperti
pemanis tidak baik untuk dikosumsi.
c) Kurang olah raga
d) Merokok dan konsumsi alkohol
e) Terpapar dengan polusi agen infeksius
Yaitu melupitu bakteri (gram positif maupun gram negative) virus, jamur.
f) Sering stress
Stress dapat mempengaruhi ketidakseimbangan hormon.
Menurut Winjosastro (2011) faktor penyebab kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista neoplasma
Disebabkan karena ketidakseiumbangan hormone estereogen dan progesterone
diantaranya adalah:
a) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi berasal dari permukaan epitelium yang berkurang didalam
korteks.
b) Kista fungsioal
1) Kista folikel
Disebabkan karena folikel yang matang menjadi rupture atau folikekl yang
tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
Banyak terjadi pada wanita yang menarche (menstruasi yang pertama kali)
kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum
Terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein
Disebabkan karena memningkatnya HCG terdapat pada mola hidatidosa
(hamil anggur).
4) Kista Stein labenthal
Disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli
ovarium.
2. Kista Neoplasma
a) Kistome pvari simplek
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista.
b) Kista denoma ovari musinosum
Penyebabkista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu pertumbuhaannya
stu elemen yang mengalahkan elemen yang lain.
c) Kostodenoma ovari serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal varium)
d) Kista Endometreid
Belum doketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.
e) Kista Dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis.
1.1.3 Patofisiologis
Kimberly (2013) menerangkan bahwa patofifologis kista sebagai berikut:
a. Kista folikel umumnya sangat kecil dan muncul dari folikel yang overdistensi,
baik karena belum rupture maupun telah rupture diperbaikisebelum cairan dalam
kista direabsorpsi. Jenis kista ovarium yang umum, kista folikel biasanya jernih
dan overdistensi, dengan cairan encer yang tampak melalui dinding kistanya yang
tipis.
b. Kista luteum terjadi jika korpus luteum yang matur tetap abnormal dan terus
menyekresi progesterone. Kista tersebut berisi darah atau cairan yang terakumulasi
pada ruang korpus luteim dan biasanya lebih simtomatik di banding kosta folikel.
Juka menetap hingga menopause, kista luteuum menyekresi follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH yang normalnya terjadi selama
menopause).
Sedangkan menurut Mariyam (2011) Mekanisme yang jelas dalam pembentukan kista
belum jelas, angiogenesis merupakan suatu hal yang esensial pada fase folikuler dan fase
luteal. Proses angiogenesis juga berperan pada beberapa proses patologis pada ovarium antara
lain: pembentukan kista folikuler, polikstik ovarium, sindroma hiperstimulasi ovarium,
neoplasma ovarium jinak dan ganas.
1.1.4 Pathway
Kista ovarium
Metastase ke Salpingo-
ovarium dextra oforektomi
Post operasi
Menekan Menekan Tekanan Mengganggu
kandung anus saraf oleh aktivitas
kemih tumor
Gangguan
Nyeri akut Peradangan Perdarahan mobilitas
sekunder fisik
peritonium
Kekurangan
Hipertermia Resiko infeksi volume cairan
1.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Yamin (2005) berikut ini dapat dicermati gejala kista secara umum, antara
lain:
1. Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul yang disertai rasa agak gatal
2. Rasa nyeri saat bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau butuh bergerak
3. Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi selesai.
4. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasanya, mungkin perdarahan lebih lama,
mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau menstruasi tidak teratur.
5. Perut membesar disebabkan karena ukutan dari neoplasma yang membesar.
Nugroho (2010) menambahkan manifestasi klinis dari kista ovarium antara lain:
1. Sering tanpa gejala
2. Nyeri saat menstruasi
3. Nyeri di perut bagian bawah
4. Nyero pada saat berhubungan badan
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar
7. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2010) diagnosa kista ovarium ditegakkan melalu:
1. Pemeriksaan dengan ultrasonofrafi atau USG (abdomen atau transvaginal),
kolposkopi screening dan pemeriksaan darah (tumor marker atau petanda tumor).
2. Permeriksaan laboratorium
Didalam praktek, jika diperlukan dokter kandungan akan menganjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secret yang meliputi: Trichomonas, Candida/jamur,
bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit dan pH. Serta pemeriksaan
hematologi, misalnya: Hb (Hemoglobin)
Sedangkan menurut Yatim (2008) terdapat pemeriksaan yang dilakukan pada diagnose
kista ovarium yaitu:
1. Pemeriksaan sonogram
Pemeriksaan dengan sonogram yaitu dengan cara menggunakan gelombang bunyi
untuk melihat gambar organ tubuh. Pemeriksaan jenis ini bisa dilakukan melalui
dinding perut atau bisa dimasukkan melalui vagina dan memerlukan waktu sekitar
30 menit, bisa diketahui ukuran dan bentuk kista.
2. Pemeriksaan kadar protein
Selain dengan menggunakan sonogram, doter dapat juga memeriksa kadar protein
didalam darah yang disebut CA-125. Apalagi bila dokter mencurigai terjadinya
perubahan proses keganasan pada jaringan kista. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakuka pada perempuan yang beresiko terjadi proses keganasan.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada perempuan yang dicurigai menderita kista
fungsional, antara lain:
1. Pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi apakah ada pembesaran kista. Pemeriksaan
ini meliputi inspeksi abdomen, perabaan abdomen untuk menetukan adanya kista
(ukuran, kontur, konsistensi).
2. Pemeriiksaan kadar Huuman Chorionik Gonandotropin (HCG) didalam serum
untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan.
3. Pemeriksaan USG (ultraongrafi) atau CT scan untuk mendeteksi adanya kista
4. Pemeriksaan CA-124 untuk mengetahui apakah terjadinya proses keganasan pada
kista.
5. Pemeriksaan hormone seperti LH (Latogenic hormone), FSH (Folikel Stimulating
hormone), estradiol dan testosterone.
1.1.7 Komplikasi
Kimberly (2013) menerangkan bahwa komplikasi dari kista ovarium adalah sebagai
berikut:
1. Torsio atau ruptus kista
Torsio paling sering terjadi pada trimester pertama, kista mungkin mengalami
ruptur dan mengeluarkan isinya kedalam rongga peritonium akibat torsi atau
selama partus spontan atau selama pengangkatan bedah.
2. Infertilitas
Ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak setelah menikah
selama setahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
3. Amenore
Tidak dialaminya menstruasi selama 3-6 bulan pada perempuan yang sebelumnya
memiliki siklus menstruasi yang teratur.
4. Dismonore sekunder
Menstruasi terasa nyeri yang tidak disebabkan oleh penyakit panggul.
5. Oligomenore
Adalah perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur.
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2010) penatalaksanaanya yaitu:
1. Observasi
Jika kista ovarium tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
selama satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker).
2. Operasi
Jika kista ovarium membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya laparoskopi pasien diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4,
sedangkan untuk laporatomi pasien diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.
Yamin (2005) mengatakan bahwa pengobatan kista ovarium yaitu:
1. Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi ini, dengan pemberian obat pil
KB (gabungan estrogen-progesteron) boleh ditambah obat anti androgen
progesterone cyproterone asetat.
2. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomipen sitrat. Juga
bisa dilakukan pengobatan fisik pada pvarium, misalnya melakukan diatermi
dengan sinar laser.
Kista ovarium akan hilang sendiri dalam waktu 60 hari meski tidak diobati, hal ini
dikarenakan:
1. Pil KB bisa mengurangi besar kista
2. Pengobatan operasi untuk melakukan sayatan ovarium pada daerah polistik. Cara
ini berisiko terjadi perlekatan hingga malah memperbesar kemungkinan terjadinya
kemanduan (infertilitas)
3. Pengobatan dengan operasi
Cara ini perlu mempertimbnagkan umur penderita, gejala dan ukuran besar kista.
Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi,
biasanya tidak dilakukan pengobatan dengan operasi. Tetapi bila pada hasil
sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional dan kista berukuran besar,
biasanya dokter mengangkat kista dengan operasi. Begitu pula bila perempuan
sudah menopause dan dokter menemukan adanya kista, seringkali dpkter yang
bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian
kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi, apabila perempuan tersebut
berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker.
Prinsip pengobatann kista dengan operasi:
1. Apabila kistanya kecil misalnya, sebesar permen dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter
melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan car aini, alat laparoskopi
dimasukan kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada
dinding perut, yaitu sayatan serarah dengann garis rambut kemaluan.
2. Apabila kistanya agak besar, bbiasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan laparatomi,
kista biasanya diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (cancer)
atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat
ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
1.1.9 Cara Pencegahan
Menurut Nugroho (2014), Adapun cara pencegahan penyakit kista yaitu:
1. Mengonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
2. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga.
3. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.
4. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap intividu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormone khususnya gangguan hormone kortisol pemicu
stress dan dapat pula terjadi obesitas.
5. Menggunakan pil KB secara oral yang mengandung hormone estrogen dan
progesterin guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting dilakukan baik pada saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
pasien dirawat di rumah sakit.
Pengkajian yang harus dilakukan antara lain:
a) Biodata
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, Pendidikan, pekerjaan, alat dan nomor register.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: nyeri disekitar area jahitan
2) Riwayat Kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya gangguan
ketidaknyamanan
3) Riwayat Kesehatan dahulu: pernahkah menderita penyakit seperti yang diderita
sekarang, pernahkah dilakukan operasi sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan keluarga: adakah anggota keluarga yang menderita tumor
atau kanker terutama pada organ reproduksi
5) Riwayat obstetric, meliputi:
i. Menstruasi: Menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.
ii. Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usi pernikahan
iii. Riwayat persalinan
iv. Riwayat KB
c) Pengkajian post operasi rutin
1) Kaji tingkat kesadaran
2) Ukuran tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respiration rate
3) Auskultasi bunyi nafas
4) Kaji tugir kulit
5) Pengkajian abdomen
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d. Tanyakan tentang pola defekasi
e. Kaji status balutan
6) Kaji terhadap nyeri atau mual
7) Periksa laporan operasi terhadap tipe anastesi yang diberikan dan menanyakan
lamanya pengaruh anastesi
d) Data penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin,
hematokrit, lekosit)
2) Terapi: terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun per oral sesuai
program dari dokter.
e) Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus kista ovarium adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas/istirahat
- Gejala; kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahat dan jam
tidur. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, misalnya;
ansietas, nyeri, keterbatasan, oartisipasi dalam hobi dan latihan.
2) Makanan/cairan
- Gejala: mual/muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan.
3) Neurosensori
- Gejala: pusing, sinkope
4) Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya:: ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
5) Eliminasi
- Gejala: perubahan pada pola defekasi, misalnya; terdapat darah pada feses,
nyeri pada saat defekasi. Perubahan eliminasi urin, misalnya: nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria
- Tanda: perubahan pada bising usus.
6) Pernapasan
- Gejala: merokok/hidup dengan seorang yang merokok, pemanjaan abses
7) Integritas ego
- Gejala: faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahhan, perasaan tidak berdaya, putus asa,
depresi, menarik diri
8) Sirkulasi
- Gejala: Palpitasi, nyeri dada perubhan pada tekanan darah
9) Keamanan
- Gejala: pemajanan pada kimia toksis, karsinogen, pemanjaman matahari
yang lama, demam
10) Seksualitas
- Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan
11) Interasksi sosial
- Gejala: ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
3. Resiko konstipasi berhubungan dengan fisiologsi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1.2.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
Manajemen Nyeri
(1.08238)
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
- Indentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respin nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengentahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Indentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
Teraputik
- Berikan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TES,
hypnosis, akupuntur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Pemberian Analgesik
(1.08243)
Definisi
Menyiapkan dan memberikan agen fisiologis untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyero (mis. Pencetus, Pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-narkotik atau
NSAIO) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektivitas analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
- Pertimbangan penggunaan infus kontinu, atau opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas anagesik untuk mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasi respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (kista ovarium)
1.2.4 Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi
tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dimana tujuan
implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien, 30 mencegah penyakit,
pemulihan dan memfasilitasi koping klien. Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan
perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah tahap persiapan yaitu tahap
awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindakan. Selanjutnya ada tahap kerja, fokus tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah melaksanakan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
pasien. Yang terakhir yaitu tahap terminasi, memperhatikan respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah diberikan, merapikan pasien dan semua alat yang dipakai serta
lakukan pendokumentasian. (Hutahaean Serri, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
P Melya. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas pada Ny. Y dengan Kista Ovarium.Padang.
Repository Universitas Andalas. http://scholar.unand/ac/id. Diakses pada tanggal
18/09/2020 pukul 06.45
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif IDENTITAS (BIODATA)
N
Tida
1. 20 38 or Bida 50
- - - - k P 3200
10 minggu m n cm
ada
al
k. Integumen
a) Turgor kulit : keadaan tugior kulit baik < 3 detik
b) Warna kulit : sawo matang
c) Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada
d) Lainnya sebutkan: capillary refill time (CRT): < 2 detik
l. Ektremitas
a) Tangan kiri : tidak tertadapat pembengkakan, kelainann dan dapat
digerakkan secara bebas
b) Tangan kanan : tidak tertadapat pembengkakan, kelainann dan dapat
digerakkan secara bebas
c) Kaki kiri : tidak tertadapat pembengkakan, kelainann dan dapat
digerakkan secara bebas
d) Kaki kanan : tidak tertadapat pembengkakan, kelainann dan dapat
digerakkan secara bebas
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
Hb : 13 gr/dl
Leukosit : 11,5 x 103/µL
Eritrosit : 4,6 x 106 /µL
Platelet : 395 x 103/µL
CA-125 : 10,14 u/mL
Clotting time 7 mneit
Bleeding time 3 mneit
Hasil pemeriksaan penanda tumor: CEA 0,83 ng/mL
Hasil USG ditemukan adanya kista ovarium
b. Terapi yang didapat:
As. Mefenamat 3 x 500 mg
As. Traneksamat 3 x 500 mg
Rencana akan dilakukan operasi
Kezia
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny. M
UMUR : 30 tahun
NO. REGISTER : 675843
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIK KEPERAWATAN
O (E) (SDKI)
D.S : Pasien mengatakan merasa Agen pencendera fisiologis Nyeri (D0077)
(neoplasma)
nyeri seperti diremas-remas di
daerah perut bawah dan pinggul,
skala nyeri 7, nyeri hanya berkurang
jika minum obat yang diberikan oleh
dokter
D.O:
1) Tampak meringis
2) Tampak gelisah
3) Bersikap protektif (posisi
menghindari nyeri)
4) TTV
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
5) Pemeriksaan fisik:
Tampak terdapat pembesaran
pada daerah abdomen bagian
bawah, teraba nodul di forniks,
terdapat nyeri tekan Ancaman terhadap
Ansietas (D008)
kematian
D.S: pasien mengatakan merasa
cemas karena tidak dating bulan
sejak 6 bulan yang lalu, pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah dan teraba adanya benjolan
pada abdomen
D.O:
1) tampak gelisah
2) tampak tegang
3) Muka tampak pucat
4) TTV
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
2. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada