Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi Impaksi
Adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh
gigi didekatnya atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila
gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang teletak
pada sisi yang lain sudah erupsi (Pederson, 1996).
Istilah impaksi berarti sebagian gigi atau seluruh gigi yang tidak dapat erupsi
dengan sempurna ke bidang oklusal, dikarenakan terhambat oleh gigi sebelahnya,
tulang, dan jaringan lunak disekitarnya. Gigi impaksi juga dapat terjadi dikarenakan
proses evolusi mengecilnya ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan
pola makan pada manusia. Beberapa faktor yang diduga juga menyebabkan impaksi
antara lain karies pada permukaan distal molar kedua, perikoronitis, kista, hiperplasi
jaringan atau infeksi lokal (Amanat, dkk., 2014).
Penelitian lain menunjukan bahwa gigi impaksi juga dikarenakan oleh faktor
genetika, gangguan endokrinologik, celah palatal, radiasi, gigi supernumerari,
terlambat atau hilangnya perkembangan akar, trauma, ekstraksi dini, adanya posisi
ektopik, atau adanya tumor odontogenik. Gigi impaksi juga dapat memudahkan
makanan terperangkp disekitar gigi dan jaringan lunak disekitarya, sehingga pasien
mengalami kesulitan untuk membersihkannya, serta mengakibatkan gigi mudah
terserang karies serta sering merasa sakit (Bourzgui, dkk, 2012)

2. Etiologi Impaksi
Impaksi molar ketiga dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain
jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi susu
yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, dan rahang terlalu
sempit karena pertumbuhan tulang rahang yang kurang sempurna. (Chandha dan
Zahbia, 2007). Impaksi biasanya dapat diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu
sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak dapat keluar dengan sempurna mencapai
oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi.
Selain itu penyebab terjadinya impaksi dapat diakibatkan karena keadaan lokal
dan keadaan yang jarang ditemukan (Kresnananda, 2014).
a. Keadaan lokal:
1) Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
2) Tekanan terhadap gigi tersebut akibat dari gigi tetangga.
3) Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena
inflamasi atau abses yang ditimbulkan.
4) Radang kronis dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan penebalan
jaringan mukosa di sekitarnya.
5) Premature loss gigi desidui yang dapat mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
b. Keadaan sistemik
1) Penyebab prenatal Herediter (keturunan) dan miscegenation (percampuran
ras)
2) Penyebab postnatal Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu
pertumbuhan anak, misalnya penyakit: anemia, TBC, gangguan kelenjar
endokrin, dan malnutrisi.
Keadaan yang jarang ditemukan :
a) Cleidoncranial disostosis keadaan kongenital yang jarang ditemukan,
dimana terlihat cacat ossifikasi dari tulang tengkorak, hilangnya
sebagian atau seluruhnya tulang clavikula, gigi permanen tidak erupsi,
dan terdapat rudimenter supernumerary teeth.
b) Oxycephali suatu keadaan yang terlihat kepala meruncing seperti
kerucut. Pada keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang
kepala.
c) Progeria Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan
perawakan kecil, tidak adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut
berwarna keabu-abuan tetapi wajah, sikap serta tingkah lakunya
seperti orang tua.
d) Achondoplasia Herediter, terdapat gangguan kongenital dari skeleton
sehingga menyebabkan dwarfism (kondisi seseorang yang
kekurangan pertumbuhan dibawah normal).
e) Cleft palate Fisura pada langit-langit yang kongenital, disebabkan
adanya defect atau cacat pada pertumbuhan waktu embrio.
3. Klasifikasi impaksi
Klasifikasi gigi impaksi berdasarkan hubungan dengan ramus mandibula,
inklinasi dan kedalaman dapat dilihat berdasarkan klasifikasi menurut Pell dan
Gregory, George Winter dan Archer (Pederson, 1996).
a. Klasifikasi impaksi menurut Pell and Gregory:
1) Berdasarkan hubungan antara ramus mandibular dan distal molar kedua
bawah.
Kelas I : Ruangan yang tersedia cukup untuk ukuran mesiodistal
mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan
permukaan distal gigi molar kedua bawah.
Kelas II : Rungan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan
ramus mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal mahkota
gigi molar ketiga bawah.
Kelas III : Seluruh atau sebagian besar molar tiga berada dalam ramus
mandibular.
2) Berdasarkan kedalaman relatif dalam hubungan terhadap garis servikal molar
kedua rahang bawah.
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar tiga berada setinggi garis oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah garis oklusal tapi
masih lebih tinggi daripada garis servikal molar dua.
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar tiga berada di bawah garis servikal molar
dua.

b. Klasifikasi impaksi menurut George Winter :


Berdasakan aksis panjang gigi atau posisi gigi impaksi molar tiga terhadap
gigi molar dua. Posisi-posisi gigi tersebut meliputi:
1) Mesioangular (miring ke mesial)
Gigi molar ketiga bawah mengalami tilting terhadap gigi molar kedua ke arah
mesial.
2) Distoangular (miring ke distal)
Axis panjang molar ketiga bawah mengarah ke arah distal atau posterior
menjauhi molar kedua.
3) Vertikal
Axis panjang gigi molar ketiga bawah berada pada arah yang sama dengan
axis panjang gigi molar kedua bawah.
4) Horizontal
Axis panjang gigi molar ketiga bawah mendatar secara horizontal terhadap
axis panjang gigi molar kedua bawah.
4. Anatomi Pembedahan M3 Rahang Bawah
Struktur yang paling penting dalam pembedahan/pencabutan molar ketiga adalah
tulang bukal, lingual dan tulang distal disekitar molar ketiga dan bagian periodonsium
pada permukaan distal molar kedua. Selain itu, struktur dan hubungan neurovascular
dari kanalis manibularis dan N.lingual juga harus dipertimbangkan sebelum
melakukan pembedahan.
a. Tulang
1) Molar ketiga teletak pada bagian medial dan anterior ramus asendens
yang berarti sebagian besar lokasi molar ketiga impaksi ditutupi oleh
tulang bagian bukal dan lingual.
2) Tulang lingual hanya terdiri dari lapisan kortikal tipis dengan tebal
kurang dari 1 mm oleh karena itu upaya untuk
pembuangan/pengangkatan apex yang fraktur, terkadang secara tidak
sengaja menyebabkan malposisi melewati tulang lingual ke runga
submanimbula.
3) Disisi lain, pengangkatan/pembungan yang disengaja, atau patah tulang
pada lingual mungkin dalam beberapa situasi mengindikasikan
pencabutan gigi molar ketiga.
b. Kanalis Mandibularis
1) Dalam kebanyakan kasus, kanalis mandibularis berada pada apical dan
sedikit kebukal dari akar molar ke tiga. Namun, semuah variasi dapat
ditemukan,dan dalam beberapa kasus, kumpulan ( bundelan) dari
neurovaskuler dapat dibagi dalam dua atau lebih cabang.
2) Dari cabang-cabang neurovaskuler itulah foramen mandibula,kanalis
dan isinya dikelilingi oleh lapisan tipis tulang dengan konfigurasi mirip
dengan lamina dura, dan struktur ini dalam banyak kasus bisa dapat
dideteksi secara radiologi.
3) Impaksi gigi 48,menyebabkan perikoronitis mukosa diatasnya.
4) Impaksi gigi 38 dengan resiko terjadinya infeksi, ditandai dengan celah
di mesial daerah mahkota.
5) Gigi 36 sisa akar, kemungkinan non vital sehingga terdapat abses
periapikal yang menyebabkan rasa nyeri bila tertekan.

5. Tanda atau keluhan gigi impaksi


Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga impaksi
yaitu merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga
mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi ialah:
a. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi
disekitar gigi yang diduga impaksi.
b. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal.
c. Kista (folikuler).
d. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama
(neuralgia).
e. Fraktur rahang (patah tulang rahang)

6. Komplikasi Impaksi Gigi


a. Kerusakan syaraf pada gigi.
b. Kista pada gigi yang menyebabkan wajah tidak simetris.
c. Perikonoritis atau infeksi dan peradangan gusi yang disebabkan oleh sisa-sisa
makanan yang terjebak di dalam gusi karena gigi yang tidak dapat tumbuh
sempurna. Penderitanya biasanya akan mengalami sakit pada gusi, pipi dan pada
saat menelan.
d. Penumpukan plak.
e. Sering sakit kepala.
f. Demam.
g. Bau pada mulut.
h. Gigi berjejal/crowded teeth yang merusak penampilan pada gigi karena letak gigi
menjadi berjejal dengan gigi lain dan tidak beraturan.
i. Rasa nyeri pada pundak, nyeri pada saat buka tutup mulut dan telinga
berdengung.
j. Gigi berlubang.

7. Patofisiologi impaksi gigi


Impaksi gigi merupakan penyakit berhubungan dengan banyak factor (multiple
faktors). Ada dua factor utama yaitu gigi dan bentuk rahang sebagai factor tambahan.
Keterkaitan keempat factor tersebut digambarkan dengan bagan sebagai berikut.
Secara teoritis, penyakit periodontal dapat dipertimbangkan mempengaruhi
kesehatan sistemik oleh satu atau beberapa mekanisme :
a. Perluasan infeksi secara langsung dari periodontium ke dalam jaringan yang
lebih dalam.
b. Perjalanan mediator peradangan dari periodonsium ke dalam sirkulasi darah
mempengaruhi aterosklerosis.
c. Penetrasi bakteri mulut ke dalam sirkulasi darah.
Impaksi dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi paling sering terjadi pada anak-
anak dan dewasa muda yang gigi-giginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini
berkaitan dengan molar ketiga bawah sedang bererupsi dalam alignmen baik, tetapi
dibatasi erupsinya oleh ruang tidak cukup. Radiograf dari daerah tersebut
menggambarkan radiolusensi menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari
tulang reaktif.
Factor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak dapat
erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya, sehingga
sulit untuk erupsi dinamakan impaksi.
Impaksi bertendesi menimbulkan infeksi (perikoronitis) dikarenakan adanya
karies pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar 2
dikarenakan gigi molar 3 mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan
Akbar Rahayu (1981) pada penderita berobat pada bagian bedah mulut daan maksilo
faksial ladoksi TNI AL M.E Martadinata. Menurut Akbar, terbentuknya karies
dipermudah, terutama kalau erupsinya molar 3 sebagian maka sisa-sisa makanan akan
sulit untuk dibersihkan karena sikat gigi sulit menjangkau wilaya gigi-gig bagian
belakang sementara sisa-sisa makan masuk dicelah antara gigi karena letaknya
diujung dan tersembunyi dibelakang geraham depannya sehingga dapat menimbulkan
invasi kuman dan menyebabkan peradangan setempat.
Ada sejumlah factor menyebabkan gigi mengalami inpaksi. Karena jaringan
sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya gigi susu
terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang “kesempitan”
dikarenakan pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna.
Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono,itu karena
pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan.
Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang
merangsang pertumbuhan tulang rahang.
Makanan lunak muda ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan
makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses
pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebik baik. Seperti
diketahui, sendi-sendi diujung ahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya
rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga
rahang tidak berkembang semestinya. Rahang harusnya cukup untuk menampung 32
gigi menjadi sempit. Akibatnya gigi bungsu selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian
tempat untuk tumbuh normal. Ada tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur”
didalam karena tidak ada tempat untuk nongol.
Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu:
1) Dari pariapikal (unjung akar gigi) sebagai akibat kerusakan pulpa dan
masuknya kuman ke jaringan periapikal
2) Dari jaringan periodontal (jaringan pengikat akar gigi) sebagai akibat saku
gusi semakin dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi
kuman semakin mudah.
3) Dari perikoroner akibat akumulasi kuman disekeliling mahkota gigi saat
erupsi/tumbuh.
Impaksi gigi molar kadang-kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan
rontgen seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lendir
antara mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi
menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.

Anda mungkin juga menyukai