Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

IMPAKSI

DI SUSUN OLEH :

RINA

2021032086

CI INSTITUSI

Ns. Abd Rahman, M.H.Kes

NIDK.890700020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2022
IMPAKSI

I. Definisi dan Etiologi Impaksi

Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat

terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat di sekitarnya.

(Peterson, 2003). Gigi yang sering mengalami impaksi gigi adalah gigi molar 3 rahang

bawah, dan gigi kaninus rahang atas. Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab

terjadinya impaksi gigi. Faktor- faktor ini diklasifikasikan menjadi faktor lokal, faktor

sistemik, dan kondisi abnormal lainnya.

a. Faktor lokal

» Malposisi gigi lawan.

» Densitas jaringan keras di sekitarnya.

» Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya.

» Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna atau

karena retensi geligi sulung..

» Premature loss gigi sulung.

» Nekrosis karena adanya infeksi.

» Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.

b. Faktor sistemik

» Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)

» post natal ( Rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakti pada rahang dan jaringan

lunak di sekitarnya )
c. Kondisi Abnormal Lain

» Cleidocranial dysostosis

» Oxycephaly

» Achondroplasia

» Cleft

II. Klasifikasi Umum Gigi Impaksi

  

1. Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

1.1. Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan

caramembandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian

distalmolar kedua ke ramus mandibula 

Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara

distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.   

Gambar. Impaksi kelas I

Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara

distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.   

Gambar. Impaksi kelas II


Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.

Gambar. Impaksi kelas III

1.2. Berdasarkan Letak Molar Ketiga di Dalam Rahang

Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal

Gambar. Impaksi kelas A

Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal namun

masih terletak lebih tinggi daripada garis servikal gigi molar kedua

Gambar. Impaksi kelas B


Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal gigi molar

kedua.

Gambar. Impaksi kelas C

2. Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi

digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Klasifikasi

berdasarkan posisi ini meliputi:

2.1. Posisi vertikal

Pada impaksi posisi vertikal, sumbu panjang molar ketiga rahang bawah sejajar

dengan sumbu panjang gigi- gigi lainnya.

2.2. Posisi horizontal


Pada posisi horizontal, sumbu panjang gigi molar

ketiga rahang bawah membentuk sudut hampir 90

derajat dengan sumbu panjang gigi molar kedua.

2.3. Posisi mesioangular

Posisi mesioangular merupakan posisi yang

paling sering didapatkan pada kasus impaksi gigi.

Pada posisi ini, gigi molar ketiga berinklinasi ke

arah mesial sehingga mendorong gigi molar

kedua bawah.

2.4. Posisi distoangular

Pada impaksi posisi distoangular, gigi molar ketiga

berinklinasi ke arah distal mengarah ke ramus

mandibula.

2.5. Posisi inverted

2.6. Posisi unusual

3. Gigi Kaninus (C)


3.1. Gigi Kaninus (C) Rahang atas

Klasifikasi Menurut acher

 Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau semi

vertical.

 Klas II : Gigi berada dibukal, dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertical.

 Klas III : Gigi dengan posisi melintang, korona dipalatinal, akarnya melalui atau

berada diantara akar-akar gigi tetangga da apeks berada disebelah labial atau

bukal dirahang atas atau sebaliknya.

 Klas IV : Gigi berada vertikal di prosessus alveolaris diantara gigi insisivus dan

premolar.

 Klas V : Impaksi kaninus berada pada edentolous (rahang yang ompong).

3.2 Gigi Kaninus (C) Rahang Bawah

a. Klasifikasi

1) Level A

Mahkota gigi kaninus terpendam berada di servikal line gigi sebelahnya.

2) Level B

Mahkota gigi kaninus terpendam berada di antara garis servikal dan apikal akar gigi

disebelahnya.

3) Level C

Mahkota gigi kaninus terpendam berada dibawah apikal akar gigi sebelahnya.

4. Gigi Premolar (P)


Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi molar

desidui. Dibanding gigi Premolar satu lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh

karena Premolar dua lebih lama erupsinya.

Impaksi pada Premolar mandibula lebih sering mengarah ke lingual dari pada ke

bukal, sedangkan pada maksila lebih sering ke palatinal daripada ke bukal. Letaknya lebih

sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belum nampak di rongga mulut

dan gigi terletak di arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal.

III. Indikasi odontektomi

1. Pencegahan tehadap Penyakit Periodontal

Gigi yang berdekatan dengan gigi yang impaksi merupakan salah satu factor

predisposisi dari penyakit periodontal. Kehadiran gigi molar ketiga rahang bawah

mengurangi jumlah tulang pada bagian distal dari gigi sebelahnya (molar kedua).

Karena permukaan gigi yang paling sulit untuk dibersihkan adalah bagian distal dari

gigi terakhir pada lengkung, pasien juga bisa mengalami inflamasi gingival dengan

migrasi apical dari perlekatan gingival pada daerah distal gigi molar kedua. Gingivitis

minor yang disebabkan oleh bakteri juga memiliki peluang yang besar terhadap

permukaan akar dimana menghasilkan periodontitis yang parah. Pasien dengan gigi

impaksi pada molar ketiga sering memiliki pocket periodontal yang lebih dalam pada

bagian distal molar kedua.

Dengan menghilangkan gigi molar tiga yang mengalami impaksi secara cepat,

penyakit periodontal bisa dicegah dan kemungkinan terjadinya penyembuhan tulang

pada area sebelumnya yang pernah terkena mahkota molar ketiga dapat cepat terisi

kembali.

2. Pencegahan terhadap Karies


Ketika gigi molar tiga mengalami impaksi atau erupsi sebagian, bacteria dapat

menimbulkan karies pada bagian distal molar dua.

3. Pencegahan terhadap Perikoronitis

Ketika gigi erupsi sebagian dengan jumlah jaringan lunak yang banyak pada

permukaan oklusal, pasien secara periodic sering mengalami perikoronitis.

Perikoronitis adalah infeksi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota dari gigi

yang erupsi sebagian dan disebabkan oleh flora normal rongga mulut.

Perikoronitis juga bisa terjadi karena secondary minor trauma dari gigi molar tiga

rahang atas. Jaringan lunak yang menutupi mahkota gigi molar tiga sebagian

(operculum) bisa mengalami trauma dan terjadi pembengkakan.

Penyebab lain dari perikoronitis adalah terjebaknya sisa makanan dibawa operculum.

Selama makan, sejumlah makanan masuk kedalam operculum dan terjebak diantara

operculum dan mahkota gigi yang impaksi. Karena tidak dapat dibersihkan, bakteri

masuk dan dimulailah perikoronitis.

Pencegahan dari perikoronitis adalah dengan mengambil gigi molar tiga yang

mengalami impaksi sebelum erupsi. Meskipun eksisi permukaan jaringan lunak yang

menutupi gigi impaksi atau disebut operkulektomi merupakan metode yang dapat

mencegah terjadinya perikoronitis, operkulektomi sangat sakit dan kadang tidak

memberikan hasil yang lebih baik. Hal itu malah akan membuat operculum tumbuh

kembali. Penanganan utama dalam pencegahan perikoronitis adalah hanya dengan

mengekstraksi gigi yang mengalami impaksi tersebut.

4. Penceghan terhadap resorpsi akar


Terkadang, gigi yang mengalami impaksi memberikan tekanan pada akar gigi

sebelahnya dan menyebabkan resorpsi akar.

5. Gigi impaksi dibawah protesa

Ada beberapa alasan gigi impaksi harus dihilangkan sebelum dibuatkan protesa pada

pasien edentulous. Jika gigi impaksi tersebut dihilangkan setelah pembuatan protesa,

protesa tersebut akan menekan jaringan lunak pada daerah bekas pencabutan yang

tidak tertutup oleh tulang dan bisa menyebabkan ulserasi dan terjadi infeksi

odontogenik. Gigi impaksi harus dihilangkan sebelum pembuatan protesa karena jika

gigi impaksi dihilangkan setelah pembuatan protesa , alveolar ridge akan berubah

setelah ekstraksi dan protesa menjadi kehilangan fungsi dan tidak nyaman digunakan.

6. Pencegahan terhadap kista odontogenik dan tumor

Ketika gigi impaksi tertahan oleh tulang alveolar, hubungan kantung follicular juga

akan tertahan. Meskipun pada kebanyakan pasien dental follicular bertahan pada

ukuran normal, tetapi bisa saja berkembang menjadi kista dan kista dentigerous atau

keratosit. Dokter gigi bisa mendiagnosis kista sebelum mencapai ukuran yang besar.

Bagaimanapun, kista yang tidak termonitor bisa menjadi sangat besar ukurannya.

Sebagai petunjuk umum, jika ruangan folicullar disekitar mahkota gigi lebih dari 3

mm, diagnosis kista dentigerous bisa ditegakkan.

7. Treatment terhadap nyeri yang tidak terdefinisikan

Adakalanya, pasien datang ke dokter gigi mengeluhkan adanya nyeri pada bagian

retromolar mandibulan dengan alasan yang tidak jelas. Jika kondisi seperti sindrom
nyeri otot wajah dan kelainan TMJ tidak termasuk dan pasien memiliki gigi impaksi,

pencabutan gigi impaksi bisa menjadi solusi untuk nyerinya.

8. Pencegahan terhadap fraktur rahang

Gigi impaksi molar tiga rahang bawah biasanya menempati darah yang berisi tulang

pada mandibula dan menyebabkan tulang pada bagian tersebut menjadi lemah. Jika

fraktur terjadi pada daerah gigi molar tiga yang impaksi, gigi tersebut harus

dihilangkan sebelum fraktur direduksi dan IMF diaplikasikan.

9. Memfasilitasi perawatan ortodontik

Pada pasien yang menaik molar pertama dan molar kedua dengan perawatan

ortodontik, kehadiran molar tiga yang mengalami impaksi akan menghambat

perawatan. Untuk itu, biasanya direomendasikan untuk dilakukan pencabutan gigi

molar tiga sebelum dilakukan perawatan. Kondisi lainnya, jika pencabutan molar

ketiga dilakukan setelah perawatan, hal itu bisa menyebabkan terjadi crowding pada

gigi incisal.

10. Mengoptimalkan penyembuhan periodontal

Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu indikasi yang paling penting untuk

pengangkatan gigi molar ketiga yang impaksi adalah untuk menjaga kesehatan

periodontal.  perhatian diberikan kepada dua parameter utama kesehatan setelah

operasi molar ketiga, yaitu, tinggi tulang pada aspek distal molar kedua dan tingkat

perlekatan pada aspek distal molar kedua.

Penelitian terbaru telah memberikan informasi tentang kemungkinan penyembuhan

periodontal secara optimal. Dua faktor yang paling penting adalah luasnya kerusakan
infrabony praoperasi pada aspek distal molar kedua dan pasien usia pada saat operasi.

Jika sejumlah besar tulang distal hilang karena gigi impaksi dan folikel, sangat kecil

kemungkinan bahwa pocket infrabony bisa berkurang Demikian juga, jika pasien

berusia tua, maka kemungkinan penyembuhan tulang menurun. Pasien yang

melakukan odontektomi sebelum usia 25 lebih cenderung memiliki penyembuhan

tulang yang lebih baik daripada mereka yang melakukan odontektomi setelah usia 25.

Pada pasien yang lebih muda, tidak hanya penyembuhan periodontal inisial yang lebih

baik, tetapi regenerasi jangka panjang periodontal ini jelas lebih baik.

IV. Kontraindikasi Odontektomi

1. Umur Yang ekstrim

Kontraindikasi yang paling umum untuk odontektomi adalah bagi pasien lanjut

usia.  pasien lanjut usia memiliki tulang yang sangat kaku, sehingga kurang

fleksibel. Oleh karena itu pada pasien yang lebih tua (biasanya di atas usia 35)

dengan gigi yang impaksi yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, gigi

tidak harus diekstraksi. Jika gigi impaksi menunjukkan tanda-tanda pembentukan

kista atau penyakit periodontal yang melibatkan gigi yang berdekatan ataupun gigi

impaksi, atau menjadi gejala sebagai focal infeksi, maka gigi harus diekstraksi. 

2. Pasien dengan status compromised

Jika fungsi jantung pasien atau pernafasan atau pertahanan tubuh terhadap infeksi

terganggu, ahli bedah harus mempertimbangkan dilakukannya odontektomi.

Namun, jika gigi menjadi focal infeksi, dokter bedah harus bekerja hati-hati untuk

mengekstraksi gigi tersebut.


3. Kemungkinan kerusakan yang luas pada struktur gigi sebelahnya

Untuk pasien yang lebih muda yang mungkin mengalami gejala gigi impaksi,

dokter gigi akan secara bijaksana mencegah kerusakan struktur gigi ataupun

tulang yang berdekatan. Namun, untuk pasien yang lebih tua tanpa tanda-tanda

komplikasi yang akan muncul dan kemungkinan terjadinya komplikasi rendah,

gigi impaksi tidak boleh diekstraksi. Sebuah contoh misalnya pasien yang lebih

tua dengan potensi kerusakan periodontal pada aspek distal molar kedua tetapi

dalam pengangkatan molar ketiga bisa mengakibatkan hilangnya molar

kedua. Dalam situasi ini gigi impaksi tidak boleh diekstraksi.

V. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Bawah

5.1 Anastesi

Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang

relaks dan anestesi lokal yang efektif atau pasien yang teranestesi dengan selamat. Pemberian

sedatif oral tertentu pada sore hari sebelum dan 1 jam sebelum pembedahan merupakan

teknik yang bisa diterima. Sering kali anestesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk

pembedahan impaksi.

5.2 Desain Flap

Ada pendapat bahwa persyaratan kedua untuk

pembedahan impaksi adalah flap yang didesain dengan baik

dan ukurannya cukup. Flap mandibula yang paling sering

digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan,

direfleksikan dari leher M1 dan M2 tetapi dengan perluasan

distal kearah lateral atau bukal kedalam region M3 (trigonum


retromolare). Aspek lingual mandibula dihindari untuk mencegah cedera pada n.lingualis.

Jalan masuk menuju M3 impaksi yang dalam (level C) pada kedua lengkung rahang sering

diperoleh dengan insisi serong tambahan ke anterior.

5.3 Pengambilan Tulang

Pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu dengan

irigasi larutan saline. Tekik yang biasa dilakukan adalah membuat parit sepanjang bukal dan

distal mahkota dengan maksud melindungi crista oblique externa namun tetap bisa

mendapatkan jalan masuk yang cukup kepermukaan akar yang akan dipotong.

5.4 Pengambilan Gigi

Gigi bawah yang impaksi biasanya dipotong-potong. Kepadatan dan sifat tulang

mandibula menjadikan pemotongan terencana pada kebanyakan gigi impaksi menjadi sangat

penting apabila ingin diperoleh arah pengeluaran yang tidak terhalang. Tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari fraktur dinding alveolar lingual atau

tertembusnya bagian tersebut dengan bur karena ada kemungkinan terjadi cedera n.lingualis.

Dasar pemikiran dari pemotongan adalah menciptakan ruang yang bisa digunakan

untuk mengungkit atau mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar.

Berbagai cara pemotongan berdasarkan arah impaksi :

1) Impaksi Mesioangular

Untuk pemotongan bagian distal mahkota atau separh bagian distal gigi bawah

yang impaksi mesioangular, sesudah pembuatan parit disekitar gigi, bur fisur

diletakkan pada garis servikal dan dengan gerakan seperti menggergaji atau menyikat,

gigi dipotong ke aksial dari 2/3 atau ¾ menembus dari lingual ke bukal. Elevator lurus
yang kecil digunakan untuk

menyelesaikan pemisahan bagian-

bagian gigi, mematahkan bagian distal

mahkota atau memecah gigi menjadi

dua daerah bifurkasi. Sesudah mahkota

bagian distal dikeluarkan, sisa gigi

impaksi didorong kearah celah yang terbentuk sebelumnya dengan menggunakan

elevator Crane Pick #41 yang diinsersikan pada bagian mesio-bukal atau pada tempat

yang sama dengan pengeluaran bagian distal. Gaya ini melepaskan gigi dari linggir

distal gigi sebelahnya.

2) Impaksi Distoangular

Pemotongan standar untuk impaksi

distoangular adalah mengambil sebanyak mungkin

bagian akar atau mahkota gigi sebelah distal. Pada

teknik ini yang sangat penting adalah

mempertahankan bagian mesial mahkota atau akar,

karena bagian tersebut menjadi pegangan untu

pergeseran ke distal dari sisa potongan gigi. Jika

segmen ini hilang, pengambilan hanya bisa dilakukan

dengan membuat jalan masuk bukal yang besar dengan eksisi tulang tambahan.

3) Impaksi Horizontal
Rencana pemotongan untuk impaksi

horizontal tergantung pada pengambilan awal

mahkota dan diikuti pergeseranakar baiksatu

persatu atau langsung seluruhnya ke arah ruang

yang terbentuk dari pengambilan mahkota.

Biasanya mahkota lebih baik diambil

dengan dua tahap. Pemotongan pertama adalah

melintang pada garis servikal, sedangkan tahap

kedua ( aksial atau longitudinal) adalah sejajar sumbu panjang gigi. Belahan mahkota

lingual dipatahkan dan diungkit kearah lingual dengan menggunakan elevator,

sedangkan sisa mahkota yang tertinggal digeser kearah ruangyang ada dan

dikeluarkan. Akar superior terdedah dan dibuat titik kaian pada permukaa superior.

Elevator diinsersikan dan kemudian ditarik ke anterior (mesial). Hal ini cenderung

menggeser akar kea rah anterior kea rah ruang yang sebelumnya ditempati oleh

mahkota. Apabila akar tidak bisa bergerak sebagai satu unit, maka akar superior

dipisahkan dari yang inferior, dan kemudian akan dikeluarkan satu per satu.

4) Impaksi Melintang

Pemotongan pada gigi impaksi melintang mengikuti

cara yang mirip dengan yang dilakukan pada impaksi

horizontal. Sekali lagi kuncinya adalah mahkota dikeluarkan

dahulu. Pada keadaan ini, mahkota dipisahkan, kemudian

dipatahkan dengan elevator dan diungkit ke lingual

seluruhnya. Titik kaitan dibuat pada akar superior dan


tekanan kearah lingual diaplikasikan untuk mengeser akar kedalam ruang yang tadinya

ditempati mahkota.

5) Impaksi Vertical

Pencabutan gigi impaksi

vertical , khususnya apabila terletak

di tempat yang sangat dalam,

biasanya diperlancar dengan

pengeluaran mahkota dahulu. Ini

dikerjakan dengan membuka garis

servikal dan dengan menggunakan

bur untuk memoton melalui

duapertiga atau tigaperempat

mahkota ke bukal/lingual, diikuti

dengan mematahkan mahkota

menggunakan elevator. Titik kaitan dibuat disebelah bukal akar, kemudian dikeluarkan

ke arah superior dengan menggunakan elevator Crane Pick #41. Jika sulit digeser, akan

dipisahkan pada bifurkasinya dan dicabut satu per satu.

5.5 Tindakan Pasca Pencabutan

Sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel dibersihkan

seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa mengakbatkan penyembuhan yang lama

atau perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan,

alveolus diirigasi dengan saline dan diperiksa dengan teliti.


Yang penting berkenaan dengan pembedahan impaksi gigi bawah adalah kondisi

bundel neurovascular alveolaris inferior yang sering terlihat pada kedalaman alveolus. Semua

pemotongan gigi atau serpihan tulang juga serpihan periosteum dan mukosa harus

dihilangkan. Tepi-tepi tulang harus dihaluskan dengan bur dan kikir tulang. Penjahitan

dilakukan terutama unutk menstabilkan jaringan terhadap prosesus alvelaris dan terhadap

aspek distobukal M2 didekatnya. Foto sinar-X segera sesudah operasi dibuat untuk kasus-

kasus yang sulit dimana ada kemungkinan terjadi fraktur/ cedera struktur sekitarnya

(permukaan akar). Keudian diletakkan tampon diatas bekas operasi dan pasien dianjurkan

untuk tetap mengigitnya paling tidak 1-1 ½ jam.

5.6 Instruksi Pasca Bedah

Tekankan perlunya meminum analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti juga

aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan. Puncak rasa sakit sesudah pembedahan

impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi sedangkan pembengkakan

maksimal biasanya terjadi 24 jam pasca pencabutan.

Kontrol dijadwalkan pada waktu melepas jahitan, biasanya hari keempat/kelima

sesudah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi diperiksa dengan teliti yaitu

mengenai penutupan mukosa dan keberadaan beku darah.

VI. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang Atas

6.1 Anastesi

Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang

relaks dan anestesi lokal yang efektif atau pasien yang teranestesi dengan selamat. Pemberian

sedatif oral tertentu pada sore hari sebelum dan 1 jam sebelum pembedahan merupakan
teknik yang bisa diterima. Sering kali anestesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk

pembedahan impaksi.

6.2 Desain Flap

Flap yang paling sering digunakan adalah envelope

tanpa insisi tambahan, diletakkan diatas tuberositas sedangkan

perluasan distalnya tetap ke lateral atau bukal. Jalan masuk

menuju M3 impaksi yang dalam (level C) pada kedua lengkung

rahang sering diperoleh dengan insisi serong tambahan ke

anterior.

6.3 Pengambilan Tulang

Pada rahang atas pengambilan tulang lebih sering dilakukan dengan elevator lurus yang

digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan. Kadang-

kadang tulang seperti kulit telur menutupi mahkota. Tulang ini mudah dikupas dengan

menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel

dibawahnya.

6.4 Pengambilan Gigi

Gigi atas yang impaksi jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika pemotongan gigi atas

diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akar dapat digerakkan kebukal-oklusal. Gigi

diambil menggunakan tang bayonet karena desain bayonet memberikan keuntungan tertentu

yaitu menghindari terjepitnya bibir pada waktu melakukan pencabutan.


6.5 Tindakan Pasca Pencabutan

Sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel dibersihkan

seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa mengakibatkan penyembuhan yang lama

atau perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan,

alveolus diirigasi dengan saline. Pada rahang atas terutama perhatikan adanya kemungkinan

perforasi sinus.

Tepi-tepi tulang harus dihaluskan dengan bur dan kikir tulang. Penjahitan dilakukan

terutama unutk menstabilkan jaringan terhadap prosesus alvelaris dan terhadap aspek

distobukal M2 didekatnya. Foto sinar-X segera sesudah operasi dibuat untuk kasus-kasus

yang sulit dimana ada kemungkinan terjadi fraktur/ cedera struktur sekitarnya (permukaan

akar). Keudian diletakkan tampon diatas bekas operasi dan pasien dianjurkan untuk tetap

mengigitnya paling tidak 1-1 ½ jam.

6.6 Instruksi Pasca Bedah

Sama dengan rahang bawah, ditekankan pada pasien untuk meminum analgesic

sebelum rasa sakit timbul, seperti juga aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan.

Puncak rasa sakit sesudah pembedahan impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah

operasi sedangkan pembengkakan maksimal biasanya terjadi 24 jam pasca pencabutan.

Kontrol dijadwalkan pada waktu melepas jahitan, biasanya hari keempat/kelima

sesudah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi diperiksa dengan teliti yaitu

mengenai penutupan mukosa dan keberadaan beku darah. Yang hampir selalu terjadi adalah

kebersihan mulut yang jelek karena penyikatan gigi masih sakit. Tekankan anjuran unutk

menggunkaan larutan kumur secara efektif, sedangkan penggunaan alat pulsasi air sebaiknya

ditunda karena dihawatirkan dapat melukai atau melepas bekuan darah.


VII. Penanganan Gigi Impaksi Lainnya

Setelah molar tiga rahang atas dan rahang bawah, gigi lain yang sering mengalami

impaksi adalah kaninus rahang atas. Jika pasien mau dengan perawatan ortodontik, seorang

ortodontis akan memanipulasi letak kaninus yang impaksi tersebut dengan membuang sedikit

jaringan lunak dan jaringan keras diatasnya. Ketika gigi diposisikan dengan cara manipulasi

ortodontik, gigi kaninus akan dikeluarkan dipasang bracket. Flap dengan empat sisi akan

dibuat untuk mereposisi jaringan lunak pada bagian apical untuk memenej jaringan keratin

secara maksimum. Kemuadian jaringan tulang diatasnya dihilangkan dengan chisel atau bur

jika diperlukan. Setelah dilakukan debridement, gigi diaplikasikan bracket seperti biasa yaitu

dengan melakukan etsa dan perlekatan primer. Dan kawat diaplikasikan.


DAFTAR PUSTAKA

Pedersen W.G.,1996.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

Peterson L.J.,2003.Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4th Ed.St.Louis: Mosby

http://www.dentistatrajkot.com/treatment/impacted_teeth.html#4

Anda mungkin juga menyukai