Disusun oleh:
Kelompok J 2015
Claudia 1506731662 Nadhira Dewi H. I. 1506727942
Claritasha Adienda 1506668662 Rivandy Holil 1506730281
Hasti Raissa 1506734185 Saint Fabia C. 1506732021
Hernandia Astika 1506668826 Siska Yurfina 1506668744
Nadhifa Putri 1506669141 Zhiara Aulia 1506669210
PEMBIMBING
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2020
KLASIFIKASI IMPAKSI
Selain itu Winter juga membagi klasifikasi posisi yang tidak umum, yaitu
impaksi bukolingual, dan impaksi inverted. Impaksi bukolingual adalah apabila posisi
mahkota dan akar yang saling tumpang tindih secara radiograf . Sedangkan impaksi
inverted adalah impaksi dengan posisi gigi yang terbalik, dengan kemiringan antara
111˚ sampai -80˚.
A. B.
1.3. Hubungan Gigi Molar Tiga Mandibula Impaksi dengan Kanalis Mandibula
Kanalis mandibula adalah kanal yang memanjang dari foramen mandibula
hingga foramen mentale. Kanalis mandibula berisi arteri dan vena alveolar inferior,
serta saraf alveolar inferior yang mempersarafi gigi geligi bawah. Diameter kanal
kurang lebih adalah 3,4 mm. Letak arteri dan saraf di dalam kanalis mandibula adalah
sejajar, namun dapat bervariasi posisinya. Secara radiograf kanalis mandibula nampak
radiolusen dengan batas radiopak yang jelas, dan memiliki tulang kortikal
disekelilingnya.
Rood dan Shehab (1990) mengemukakan 5 jenis hubungan gigi molar tiga
mandibular yang mengalami impaksi dengan kanalis mandibula. Adapun hubungannya
dijelaskan dengan sebutan relasi A, B, C, D, dan E.
Pada relasi A terdapat penurunan densitas pada akar dari molar tiga mandibular.
Pada relasi B terjadi deviasi dari kanalis mandibula. Garis putih dari kanalis mandibula
terputus pada relasi C. Selanjutnya, pada relasi D terjadi defleksi dari akar molar tiga
mandibula oleh kanalis mandibula, dan pada relasi E terjadi penyempitan akar molar
tiga mandibula. Gigi molar tiga mandibula impaksi yang tidak berhubungan dengan
kanalis mandibula dinyatakan dengan Tidak Berelasi.
Distomolar Parapremolar
Gigi supernumerary yang tumbuh pada Gigi supernumerary yang terdapat pada
lokasi paling distal molar ketiga daerah premolar
4.2. Berdasarkan bentuk
Supplemental
Conical Seperti gigi normal
Peg shaped
Tuberculate Odontoma
Memiliki lebih dari satu cusp/ tubercle Tidak berbentuk gigi, massa jaringan gigi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kasus impaksi seringkali terlihat mudah pada awal pemeriksaan. Tetapi pada
saat dilakukan odontektomi lebih sulit daripada yang diperkirakan. Disamping itu, dapat
terjadi masalah yang tidak diduga sebelumnya seperti fraktur ujung akar atau trauma
dan rusaknya kanalis mandibula. Untuk menentukan tingkat kesulitan prosedur
odontektomi, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan secara sistematis. Pemeriksaan
yang cukup penting dalam menentukan tingkat kesulitan odontektomi adalah
pemeriksaan radiograf.
Pemeriksaan radiograf ini dapat membantu menentukan lokasi dan bentuk gigi,
teknik pencabutan yang akan digunakan dan struktur anatomis yang harus dihindari
pada saat tindakan. Selain itu pemeriksaan radiograf ini juga berfungsi untuk
menentukan resiko pengambilan jaringan serta timbulnya trauma akan dapat dibatasi
seminimal mungkin sehingga sangat dapat menghindari komplikasi ataupun kegagalan
dalam perawatan.
1. Teknik Periapikal
Proyeksi periapikal sendiri merupakan proyeksi pertama yang lazim digunakan
untuk melihat gigi dan jaringan periapikal dibawahnya. Pada kasus gigi impaksi,
proyeksi ini dapat memperlihatkan bentuk akar gigi yang sangat berperan dalam
menentukan tingkat kesulitan perawatan. Pemakaian teknik radiografi periapikal
bertujuan untuk mendapatkan gambaran gigi, daerah apikal akar gigi secara
individual beserta struktur jaringan sekitarnya. Radiografi yang dihasilkan dapat
memuat 3 sampai 4 gambar gigi serta jaringan pendukungnya dan sudah cukup
memberikan informasi yang detail dari gigi dan jaringan sekitarnya
2. Teknik Oklusal
Proyeksi oklusal (crossection) yang dapat memberikan informasi mengenai
inklinasi gigi dalam bidang frontal dan atau rotasi gigi molar tiga rahang bawah.
Rotasi gigi impaksi dapat menimbulkan kesan yang salah terhadap morfologi akar.
Selain itu, proyeksi oklusal memberikan informasi mengenai lengkung akar apakah
sangat membengkok (dilaserasi), lurus atau hanya sedikit membengkok. Akar yang
sangat bengkok akan mempersulit prosedur odontekdomi. Sehingga pada radiograf
harus diperhatikan daerah apeks dengan teliti dengan cara menelusuri tepinya untuk
memperoleh gambaran ada atau tidaknya ujung akar yang membengkok atau
abnormal yang dapat mengarah ke fraktur.
Gambar ini merupakan periapikal standar (kiri atas), kemudian vertikan sudut
-15o (kanan atas), dan vertikal -30o kiri bawah. Tampak kanalis mandibula bergeser ke
kranial yang menunjukan posisinya ada di bukal akar gigi.
5. Panoramik
Radiografi panoramik adalah metode diagnostik standar untuk pemeriksaan awal
dari hubungan antara impaksi gigi molar ketiga mandibula dengan kanal alveolar
inferior. Radiografi panoramik dapat menjangkau area yang luas dari tulang wajah
dan gigi dengan dosis radiasi yang rendah. Kerugian utama dari radiografi
panoramik adalah gambar yang dihasilkan tidak dapat menampilkan gambaran
anatomi secara detail.
6. CBCT
Karena teknik panoramik merupakan pencitraan dua dimensi yang tidak
memberikan informasi bidang aksial, koronal dan sagital. CBCT adalah metode
yang lebih dapat diandalkan untuk pemeriksaan pra-operative dari molar ketiga
mandibula. Cone Beam computed tomography (CBCT) scanning adalah sebuah
penyederhanaan pemindaian CT medis yang dilakukan di kedokteran gigi dan
disiplin terkait. Pemindai CBCT didasarkan pada tomografi volumetrik. Sumber
sinar-x dan detektor daerah reciprocating serempak bergerak di sekitar kepala
pasien. Program perangkat lunak diterapkan pada data gambar untuk menghasilkan
kumpulan data volumetrik 3D yang dapat digunakan untuk memberikan gambar
rekonstruksi dalam arah aksial, sagital dan koronal.
Gambar CBCT dapat digunakan untuk menemukan posisi yang tepat dari gigi
impaksi dan untuk membuat strategi perancangan diagnosis serta perancangan yang
akurat yang akan menghasilkan intervensi bedah yang kurang invasif. CBCT
menghasilkan kontras yang tinggi sehingga lebih jelas dalam menampilkan jaringan
keras, dengan CBCT dapat menghindari kesalahan posisi dari struktur gigi. CBCT
dapat menentukan lokasi yang tepat dari gigi impaksi dan hubungannya dengan
struktur sekitarnya. Data yang dikumpulkan dari gambar dapat diformat ulang
untuk menunjukkan bagian oral dan kompleks maksilofasial pada bidang aksial,
koronal dan sagital. Data ini dapat dimanipulasi untuk menghasilkan rekonstruksi
3D yang tepat dari area yang ingin dievaluasi ahli bedah, membantu menemukan
gambaran yang jelas tentang lokasi gigi yang tepat.
• Foto CBCT, perencanaan dan operasi dapat dilakukan dalam satu pertemuan
• Mengurangi bahaya terhadap pasien:
• Operasi dengan minimal invasif
• Mengurangi ketidaknyamanan pasien,
• Mengurangi risiko infeksi
• Dan mempercepat penyembuhan
• Meningkatkan keamanan dan predikbilitas karena panduan dengan akurasi tinggi
dari alat
• Perencanaan cepat dan simpel
• Mengurangi risiko kerusakan tulang akibat overheat
• Meningkatkan ergonomik saat pengerjaan
• Dapat menghindari struktur vital seperti sinus maksilaris, mandibular lingual
cortex, nervus alveolaris inferior
Sedangkan kelemahan dari penggunaan navigation system ini adalah biaya alat
yang tinggi, dan technical issue, dimana software dari tiap merk dagang memiliki
komponen yang berbeda.
• Pasien melakukan foto CBCT, setelah itu hasil CBCT di kirim ke sistem
navigasi (software)
• Tahapan persiapan berikutnya adalah mencari tempat dimana akan dilakukan
osteotomi yang paling efektif, dan menggambarkan posisi osteotomi yang akan
dilakukan dalam software
• Selanjutnya memasuki tahap operasi:
• Lakukan anestesi dan insisi gingiva
• Kemudian memasang tracking device pada pasien
• Setelah itu, lakukan kalibrasi bur yang akan digunakan
• Melanjutkan osteotomi sesuai dengan panduan dari sistem navigasi
(posisi dan angulasi handpiece)
• Setelah selesai dilakukan osteotomi, maka gigi impaksi akan terekspos.
• Gigi yang sudah terekspos dapat diekstraksi dengan elevator dan forcep
• Kemudian dilakukan hecting
TEKNIK TERBARU DALAM TATA LAKSANA IMPAKSI
Uji klinis pertama menggunakan operasi tulang dengan piezoelektrik yaitu pada tahun
1970-an. Perangkat piezo menggunakan frekuensi ultrasonik termodulasi yang
memungkinkan pemotongan tulang dengan mikrovibrasi. Instrumen piezoelektrik secara
selektif bekerja pada jaringan keras, sehingga mengurangi kemungkinan menimbulkan
trauma iatrogenik ke jaringan di sekitarnya, termasuk mukosa dan struktur neurovaskuler.
Peneliti telah mengumumkan perangkat piezosurgical secara resmi alternatif yang lebih aman
daripada bur konvensional untuk ostektomi karena respons osseus yang menguntungkan yang
memfasilitasi pemulihan yang cepat.
Bedah piezoelektrik dievaluasi ulang secara definitif pada akhir 1980-an, dan saat ini,
dianggap sebagai teknik alternatif yang dapat digunakan dalam bedah osseous oral dan
maksilofasial, karena juga menghasilkan lebih sedikit komplikasi pasca operasi.
Dalam operasi yang dilakukan dengan piezosurgery, tidak perlu menerapkan gaya
ekstra untuk mengatasi gaya balik yang disebabkan oleh rotasi motor mikro, dan gaya yang
diperlukan untuk memotong jauh lebih rendah; selain menjaga kedalaman potongan yang
sama, ia juga memberikan kontrol yang lebih baik untuk ahli bedah dan mengurangi trauma
pada jaringan mineral menggunakan prinsip-prinsip biomekanik, serta mencegah panas
berlebih. Ini juga menyebabkan kerusakan jaringan minimal pada tulang dengan
mempertahankan kehidupan sel-sel osteosit, sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit setelah operasi dan mengalami perjalanan perawatan yang lebih singkat oleh pasien.
Indikasi
Kontraindikasi
1. Perlu perhatian khusus pada pasien yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik
2. Kepatuhan yang rendah oleh pasien dan pembukaan rongga mulut. Dalam kasus ini
perlu untuk melakukan prosedur bedah di bawah bantuan anestesi (sedasi sadar atau
anestesi umum).
Prosedur Pembedahan menggunakan Piezoelektrik
1. Pasien diberi resep antibiotik profilaksis dengan 2gr amoksisilin 1 jam sebelum
operasi.
2. Anestesi truncular dilakukan dengan lidokain tanpa vasokonstriktor, kemudian
infiltrasi dengan adrenalin pada saraf buccinator.
3. Dilakukan insisi full-thickness triangular flap dengan sayatan horizontal di dasar
papila antara keenam dan ketujuh dan sayatan pelepasan distal dengan pola vestibular.
4. Kemudian kami melanjutkan dengan osteotomi yang dapat dilakukan dengan
instrumen rotary yang dipasang pada straight handpiece atau dengan terminal
piezoelektrik dengan sisipan khusus.
5. Jika perlu, dentotomi dan pemisahan akar dilakukan dengan bur tungsten karbida, lalu
elemen gigi luksasi dan diangkat.
6. Rongga alveolar dispooling dengan larutan saline, rongga alveolar diisi dengan
kolagen dan dijahit serta diberikan terapi antibiotik analgesik dan suportif.
Tahapan Pembedahan Impaksi Molar 3 dengan Teknik Piezoelektrik
Tahapan Pembedahan Impaksi Caninus dengan Teknik Piezoelektrik
Tahapan Pembedahan Supernumerary Teeth dengan Teknik Piezoelektrik
Seorang gadis berusia 13 tahun dirujuk oleh dokter ortodontinya sebelum perawatan
untuk ketidakharmonisan dentomaxillary di University Hospital Center untuk ekstraksi
mesiodens. Pemeriksaan penunjang digunakan CBCT sebelum operasi untuk menemukan
lokasi odontoid supernumerary ini secara akurat (Gbr. 1).
Pada kasus ini gigi tersebut memiliki morfologi konoid dan tidak dalam posisi
vertikal: mahkotanya menjorok ke dalam fossa hidung di bawah tulang rawan septum hidung,
dan akarnya membentang di belakang akar gigi insisif sentral kiri. Intervensi dilakukan
dengan anestesi umum. Pendekatan vestibular lebih disukai oleh sayatan intrasulcar dari
kaninus atas kiri ke kaninus atas kanan. Insisi kaninus distal yang dibuat secara distal ke
kaninus membuat full thickness flap. Tulang belakang anterior nasal (ANS) diperhatikan
dengan baik, sayatan berbentuk “V” dibuat dengan piezotome, di kedua sisi ANS sambil
berhati-hati agar tidak melukai akar gigi sebelahnya. Kemudian ANS dipindahkan, tanpa
melepaskan mukosa hidung, sehingga tidak mempengaruhi pembuluh darah periostealnya.
Odontoid dibelah cervical dan mahkotanya pada awalnya, dan kemudian akarnya diekstraksi.
Akhirnya, ANS diposisikan ulang dan difiksasi oleh sekrup osteosintesis, berhati-hati untuk
tidak menempatkannya dalam jahitan intermaxillary medial, tetapi memajukan dua milimeter
dari bidang median sehingga memperoleh stabilitas yang diperlukan untuk osteosintesis (Gbr.
2). Prosedur dilakukan tanpa komplikasi. Sekrup osteosintesis dilepas 1 tahun kemudian
melalui dasar ruang depan, selama avulsi gigi bungsu, di bawah anestesi umum.
Perbandingan Evaluasi Prosedur Pembedahan Impaksi Gigi dengan Rotary Handpiece
dan Teknik Piezoelektrik
Rasa sakit segera setelah operasi dan 2 hari serta 7 hari setelah operasi lebih tinggi
pada kelompok laser. Pembengkakan segera setelah operasi lebih pada kelompok laser tetapi
tidak signifikan. Bukaan mulut segera setelah operasi dan 2 hari dan 7 hari setelah operasi
secara signifikan lebih rendah pada kelompok laser daripada pada kelompok piezosurgery.
Total durasi operasi dan durasi osteotomi secara signifikan lebih lama pada kelompok laser.
Kepuasan pasien dari operasi dengan piezosurgery lebih baik dibandingkan laser, tetapi
perbedaan ini tidak signifikan.
TEKNIK LASER
Berbagai teknik dan instrument dalam osteotomi banyak dikembangkan saat ini guna
memperbaiki proses postoperatif pada ekstraksi gigi impaksi. Berbagai kemumkinan
komplikasi pun dapat tetap terjadi bergantung pada teknik dan instrument yang digunakan.
Dalam keadaan tertentu open surgical technique diperlukan dalam tatalaksana gigi impaksi.
Salah satu instrument yang saat ini banyak dipakai dalam tatalaksana gigi impaksi
adalah laser. Sebelum penggunaana laser berkembang, kombinasi antara open surgical
technique dan perawatan ortodontik pada tatalaksana gigi impaksi anterior jarang digunakan
karene efek samping rasa sakit post opertatif dan perdarahan yang terjadi.
Berbagai keuntungan penggunaan laser dalam proses tatalaksana gigi impaksi adalah
sebagai berikut:
Lebih tidak invasive, tidak ada getaran, peningkatan suhu minimal, dan minimal
produksi smear layer sehingga memiliki pandangan yang jelas jika dibandingkan
dengan metode penggunaan bur (Trauma minimal pada penggunaan laser)
Mengurangi perdarahan selama operasi
Memiliki sifat dekontaminasi atau efek bakterisidal
Menurunkan rasa sakit , inflamasi, dan infeksi pascaoperasi
Penyembuhan jaringan lunak lebih baik dikarenakan rasa sakit, pembengkakan,
kebutuhan penggunaan obat analgesic, trismus yang lebih sedikit, serta tidak
membutuhkan penjahitan
Menstimulasi regenerasi tulang akibat peningkatan sintesis kolagen tipe 1. hal ini juga
mengurangi rasa sakit dan tanda2 inflamasi dan infeksi
Terdapat berbagai jenis laser yang digunakan dalam praktik kedokteran gigi. Berbagai
jenis laser tersebut adalah Karbon Dioksida (CO2)Laser, Diode Laser, Erbium-yttrium-
aluminum-garnet (Er:YAG) Laser, neodymium-yttriumaluminum-garnet (Nd:YAG) Laser.
Berdasarkan penelitian, masing-masing laser tersebut memiliki perbedaan pada panjang
gelombang yang digunakan, sehingga hal ini memiliki beberapa pengaruh pada hasil operasi
yang didapatkan. Berikut panjang gelombang masing-masing laser:
Terdapat jurnal yang meneliti tentang evaluasi berbagai jenis laser pada tissue damage
extension pada surgical margin secara histology setelah eksisi lesi hiperplastik oral fibrous
epithelial. Pada teknik laser ditemukan kehilangan sel atau kehilangan perlekatan lapisan
epitel pada surgical margin. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa instrumen dengan
tingkat kerusakan (TDE) jaringan tertinggi adalah Diode Laser, diikuti dengan Nd:YAG
Laser, CO2 Laser, Er:YAG Laser. Hal tersebut berdasarkan perhitungan statistika ditemukan
perbedaan yang sigifikan.
Kemudian pada perhitungan statistik ditemukan perbedaan yang tidak signifikan pada
hasil regularitas insisi. Regularitas insisi yang paling baik terdapat pada CO2 Laser, diikuti
Er:YAG Laser, Nd:YAG Laser, Diode Laser. Terdapat penelitian lain yang melaporkan
bahwa regularitas insisi Er:YAG buruk akibat terbentuknya ledakan mikro/micro explosions
pada jaringan. Hal tersebut akan menghilangkan jaringan dengan membawa sebagian energi
dan hanya menyisakan sedikit energi termal untuk merusak jaringan sekitarnya. Sehingga jika
dibandingkan dengan metode tradisional dengan menggunakan bur, Er:YAG laser memiliki
peningkatan suhu pada tulang yang lebih rendah.
Kemudian hubungan signifikan ditemukan antara nilai insisi dan TDE (Tissue
Damage Extension), dimana kerusakan jaringan yang rendah memiliki regularitas insisi lebih
baik. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa Er:YAG Laser menunjukan kerusakan
jaringan terendah dan dengan regularitas insisi yang baik.
Salah satu laser yang banyak digunakan dalam proses tatalaksana gigi impaksi adalah
diode laser dan Er:YAG Laser
a. Diode laser
Selain banyak digunakan pada tatalaksana gigi impaksi, diode laser dapat digunakan
dalam operasi jaringan lunak, perawatan nonsurgical periodontal, merawat hipersensitif
dentin (memberikan retraksi gingiva tanpa perdarahan, misal dalam prosedur restorasi
indrek), hingga perawatan endodontik.
Terdapat penelitian yang memaparkan perbandingan tentang protocol penggunaan diode
laser dan teknik pembedahan tradisional menggunakan bur dalam surgical exposure pada
gigi impaksi. Berikut protokol klinis penggunaan diode laser dan teknik pembedahan
tradisional.