ODONTEKTOMI
Disusun oleh:
Shintatika Erlagista
09/ 280735/ KG/ 8422
ditemukan dibawah garis gusi dan gigi molar desidui yang akarnya
memeluk mahkota gigi premolar permanen.
Impaksi merupakan gigi yang terpendam dalam tulang alveolar
yang tidak dapat erupsi. Gigi impaksi paling sering dan mudah
didiagnosis ketika gigi mengalami keterlambatan erupsi yang lama. Kasus
impaksi pada umumnya terjadi pada gigi molar ketiga rahang bawah,
kaninus rahang atas, molar ketiga rahang atas, premolar kedua rahang
atas dan rahang bawah dan insisif sentral rahang atas. Meskipun faktor
herediter memegang peranan penting pada gigi impaksi, faktor etiologi
yang umum pada gigi impaksi adalah malposisi benih gigi, persistensi
gigi sulung, lesi patologis, dan pendeknya lengkung rahang. Sebelum
dilakukan pembedahan untuk mengexpose gigi impaksi, sangat penting
untuk mengetahui posisi gigi tersebut secara tepat. Radiografi panoramik
biasanya dilakukan untuk mengetahui letak gigi impaksi. Radiografi
oklusal dan periapikal terbukti lebih membantu dalam menentukan posisi
gigi impaksi dengan tepat, yang mungkin posisi gigi impaksi dapat
overlap terhadap akar gigi yang sudah erupsi. Dalam pelaksanaannya,
proses eksodonsi gigi khususnya odontektomi perlu dilakukan dengan
prosedur yang tepat. Pada makalah ini akan dijabarkan mengenai proses
odontektomi .
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI GIGI IMPAKSI
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya
terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan
patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi
lain yang sudah erupsi atau akar gigi yang tidak terangkat saat pecabutan
sebelumnya.
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi
posterior dan jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang
mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui. Pada gigi posterior
yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :
1) Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula
2) Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila
3) Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula
4) Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila
Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami
impaksi adalah sebagai berikut :
1) Gigi kaninus maksila dan mandibula (13,23,33 dan 43)
2) Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31 dan 41)
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi dilakukan bertujuan untuk membantu operator
dalam memastikan dan membuat rencana kerja serta memperkirakan
kesulitan- kesulitan yang mungkin ditemuinya pada saat melalukan
pencabutan gigi tersebut. Klasifikasi menurut Pell dan Gregory yang
meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter:
Hubungan Gigi Dengan Tepi Ramus Antara Mandibula Dan Tepi
Distal Molar Kedua
1) Kelas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas
distal molar kedua untuk lebar mesiodistal molar tiga
2) Kelas II: Ruangan antara distal molar kedua dan ramus
lebih kecil daripada lebar mesiodistal molar ketiga
3) Kelas III: Sebagian besar atau seluruh molar ketiga
terletak di dalam ramus
distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar
ketiga.
dengan
foto
rontgen,
sehingga
dapat
meliputi
10
b.Triangular
- Dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang
gingival
- Diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan apikoektomi
11
c. Envelope
- Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal
gigi
- Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar
d.Semilunar
- Insisi flap berbentuk kurva
- Memberikan fasilitas jalan masuk ke apical
- Melindungi terkoyaknya tepi gingival
12
kasus, gigi bisa langsung dipotong dengan chisel tanpa harus dilakukan
pengambilan tulang. Pengamilan tulang dilakukan dengan menggunakan drill.
Alat yang biasa digunakan handpiece with adequate speed, high torque, round bur
no.8, dan telah disterilkan dengan steam autoclave.
permukaan oklusal, bukal, dan distal dibuang lebih dulu . Jarang dilakukan pada
bagian lingual karena membahayakan lingual nerve. Untuk gigi maksila, tulang
yang pertama diambil bagian bukal kebawah sampai servikal line dan terlihat
mahkota klinisnya. Karena tulang di maksila tipis, pengambilan tulang bisa
dengan chisel atau hand instrumen. Pemotongan Gigi. Dilakukan dengan bur atau
chisel. Bur jangan digunakan untuk memotong dalam arah lingual. Impaksi gigi
maksila jarang dilakukan pemotongan gigi, karena lapisan tulang biasanya tipis
dan relative elastis. Secara umum impaksi gigi dimanapun berada, pemotongan
biasanya dilakukan pada servikal line. Hal ini akan memudahkan pengambilan
bagian mahkota, mendorong bagian akar ke ruang yang ditempati bagian
mahkota, kemudian mengangkat bagian akar. Pada kasus mesioangular yang
cenderung sulit, pemotongan dilakukan pada bagian distal setengah mahkota gigi
sampai ke bawah cervical line dari aspek distal. Setelah bagian distal diangkat,
small straight elevator disisipkan ke purchase point pada mesial aspek M3, dan
gigi diangkat dengan gerakan rotasi dan lever dengan elevator. Pada kasus
horizontal impaksi setelah tulang yang diinginkan diambil, gigi dipotong tepat di
servikal line, kemudian pengangkatan bagian gigi sama dengan pengambilan gigi
secara umum. Pada kasus vertical impaksi gigi dipotong menjadi bagian mesial
dan distal. Pengambilan Potongan Gigi dengan Elevator. Setelah tulang
dibersihkan dan gigi dipotong, langkah selanjutnya adalah mengangkat potongan
gigi dengan dental elevator. Pada mandibula elevator yang biasa digunakan adalah
straight elevator, the paired Cryer elevator, dan Crane pick. Perbedaan
pengambilan gigi impaksi dengan ekstraksi biasa adalah pada pengambilan gigi
impaksi hampir tidak diperlukan luksasi gigi untuk tujuan ekspansi bucal or
linguocortical plate. Karena tulang telah dibuang dan gigi telah dipotong.
Pemberian tekanan yang eksesive malah akan membahayakan gigi M2 sebelahnya
dan keseluruhan mandibula. Elevator didesain bukan untuk memberikan tekanan
13
berlebih pada gigi akan tetapi untuk mencungkil gigi atau akar gigi kearah yang
diinginkan dengan tekanan yang sesuai. Debridement of
14
menggunakan
larutan
kumur
secara
efektif,
sedangkan
15
16
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20