Anda di halaman 1dari 39

KELOMPOK B

VARIAN NORMAL

TIM PENYUSUN
KELOMPOK B
PARALEL 2
NIM :
040001800110 - 040001800127

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
2019
1. TORUS PALATINUS

ETIOLOGI

Penyebab torus palatinus belum dapat diketahui secara pasti tetapi pada beberapa orang lesi
ini diturunkan secara autosomal dominan (faktor genetik). Faktor lingkungan juga diyakini
merupakan salah satu faktor yang berperan selain hiperfungsi mastikator dan pertumbuhan yang
terus menerus. Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengemukakan bahwa penyebab tori
terdiri dari interaksi multifaktorial antara faktor genetik dengan lingkungan. Faktor lingkungan
juga diyakini merupakan salah satu faktor yang berperan selain trauma superfisial, mengunyah
yang berlebihan, aberasi gigi, gangguan temporomandibular, faktor diet, defisiensi vitamin dan
obat-obatan yang meningkatkan homeostasis tulang
GEJALA KLINIS

Gejala torus palatinus yang paling mudah dikenali adalah adanya tonjolan di langit-langit
mulut (palatum). Tonjolan dapat berbentuk datar atau membulat (lobular), baik tunggal ataupun
multipel.

Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya memiliki diameter kurang
dari 2 mm atau lebih dari 6 mm. Namun terkadang dapat bertambah besar secara perlahan dan
memenuhi seluruh langit-langit.

Ukurannya yang tak terlalu besar dan nyaris tanpa disertai rasa sakit atau nyeri, seringkali
membuat penderita tak menyadari keberadaannya. Seiring bertambahnya usia, torus palatinus
berhenti bertumbuh pada beberapa kasus, bahkan bisa menyusut berkat resorpsi alami tulang saat
kita bertambah tua. Umumnya penderita baru menyadari keberadaan torus palatinus jika
ukurannya sangat besar.

DESKRIPSI LESI / GAMBARAN

Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan permukaan
mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya berukuran
diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi
seluruh langit-langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala. Bentuk dan ukuran dari torus
palatinus bervariasi.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari torus palatinus antara lain osteoma dan displasia fibrosa pada
palatum. Osteoma merupakan lesi jinak osteogenik dengan pertumbuhan yang sangat lambat,
yang mungkin timbul dari proliferasi dari salah satu tulang kanselus atau kompak. Displasia
fibrosa adalah satu jenis lesi fibro-osseus jinak berupa pembentukan jaringan mesenkim
yang abnormal, dimana terjadi penggantian tulang spongiosa dengan jaringan fibrosa.
RENCANA PERAWATAN SINGKAT

Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa keadaanya
merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung trauma,
pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika terdapat ulkus. Bila tidak ada
keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang menggunakan gigi
tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan
tindakan bedah menggunakan conservative surgical excision.

Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan pembutan gigi tiruan
sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan tonjolan yang ditutupi oleh selapis tipis
jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif terhadap tekanan atau palpasi (perabaan) dan
pada saat perabaan akan terasa sangat keras.
2. Torus Mandibula

Gambar Lesi

Etiologi

Karenan tekanan lokal dan berhubungan dengan Bruxism atau gigi tiruan yang tidak pas.
Ada juga hubungan antara gangguan dalam regulasi kalsium, vitamin D dan vitamin K, dan torus

Gejala Klinis

Pertumbuhan tulang dibawah dan di tepi lidah

Deskripsi Lesi

 Ukuran kurang dari 2mm


 Dapat unilateral atau bilateral
 Tertutup mukosa oral
 Biasa terjadi pada daerah premolar dan kaninus

Diagnosis Banding
Meliputi pembentukan abses, kanker tulang, tumor kelenjar ludah, tumor vaskular, sindrom
Gardner dan fibroid..

Rencana Perawatan Singkat

Sebagian besar kasus torus mandibula tidak memerlukan perawatan khusus. Bahkan, banyak
yang tidak diketahui sampai dokter gigi mendeteksi mereka dalam cek rutin atau dalam konsultasi
untuk penyebab lain.
Dalam beberapa kasus pengobatannya konservatif. Hanya beberapa gejala yang mungkin muncul
yang akan diobati dan pembedahan akan dilakukan apabila gigi tiruan tidak bisa pas karena torus
atau saat pasien merasa sakit yang parah.
3. Eksostosis

Gambaran klinis lesi :

 Sering tampak pada usia dewasa


 Asimptomatik. Gejala muncul jika terjadi ulserasi pada mukosa yang menutupinya akibat
trauma.
 Buccal exostoses muncul sebagai nodul bilateral dari tulang keras pada permukaan fasial
ridge maksila atau mandibula
 Palatal exostoses mirip dengan penonjolan yang terbentuk pada lingual aspek dari
tuberositas maksilaris
 Beberapa pasien dengan bukal/palatal eksotosis juga memiliki torus maksila/mandibula

Gambar :

Perarawatan :

 Umumnya exostosis memiliki gambaran klinis yang khas, tidak perlu di biopsi
 Dapat dihilangkan jika sering terjadi trauma/ menjadi ulser dan sakit, keperluan prostetik,
memberikan adaptasi yang baik selama bedah periodontal
 Rekurensi setelah bedah jarang terjadi
Etiologi
Exostosis dapat diartikan pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang lamelar
normal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada bagian tengahnya.
Penyebabnya belum diketahui tetapi dapat disebabkan oleh peradangan kronik , tekanan
yang tetap pada tulang, atau pembentukan tumor.
4. BERCAK FORDYCE

DESKRIPSI LESI
Bercak Fordyce merupakan salah satu dari variasi pada struktur dan penampakan dari
mukosa rongga mulut. Lesi ini merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelenjar sebasea ektopik
atau sebaceous choristomas (jaringan normal pada lokasi yang abnormal) pada mukosa rongga
mulut. Normalnya, kelenjar sebasea terlihat pada dermal adnexa, dan memiliki asosiasi dengan
folikel rambut; tetapi bagaimanapun juga fordyce granules tidak memiliki asosiasi dengan struktur
rambut pada kavitas oral.

ETIOLOGI
Fordyce granules sering disebut sebagai fordyce’s conditions, fordyce’s spots, fordyce
disease, dan juga sering disebut sebagai seboglandulia buccalis. Kondisi ini awalnya
dideskripsikan oleh Kolliker pada tahun 1861, tetapi dinamakan sesuai dengan nama Fordyce yang
melaporkan kondisi yang sama pada tahun 1896.Etiologi dari fordyce granules ialah
developmental origin. H. S. Goldman dan M. Z. Marder (1982) juga mengatakan bahwa fordyce
granules bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan gangguan developmental.
GEJALA KLINIS
Fordyce granules memilik karakteristik gambaran klinis berupa butiran- butiran berwarna
putih kekuning-kuningan yang kecil, berbatas jelas, dan sedikit terangkat yang dapat terisolasi atau
bergabung menjadi suatu kesatuan. Butiran-butiran ini sering terjadi secara bilateral dan
simetris. Fordyce granules merupakan lesi yang asimtomatik dan sering ditemukan pada
pemeriksaan rutin. Terkadang, dengan pemeriksaan menggunakan kaca mulut, duktus dari kelenjar
dapat ditemukan.17 Biasanya, setiap glandula atau butiran memiliki diameter 1-2 mm, tetapi
butiran-butiran tersebut dapat juga bergabung menjadi suatu kesatuan hingga mencapai beberapa
sentimeter diameternya. Hal ini menyebabkan pasien dapat merasakan butiran-butiran ini dengan
lidahnya.

DIAGNOSIS BANDING
Folikulitis, liken planus, liken nitidus dermatitis kontak, skabies,
dermatitis kronik, dan lain-lain.

RENCANA PERAWATAN SINGKAT


Pada Kasus bercak Fordyce ini sebenarnya tidak perlu dilakukan pembedahan. Namun pada
kasus bercak Fordyce dengan garis merah terang pada bibir atas mungkin harus dilakukan
pembedahan karena alasan mengganggu estetik.
5. SIALOLITHIATIS (BATU GINJAL KELENJAR SALIVA)

DESKRIPSI LESI
Sialolithiasis adalah formasi struktur terkalsifikasi yang berkembang di dalam kelenjar atau
duktus saliva yang berasal dari akumulasi debris dalam lumen duktus yang terdiposisi kalsium
pada nidus. Debris termasuk mukus, bakteri, sel epitel duktus atau benda asing.

ETIOLOGI
Etiologi sialolithiasis belum diketahui dengan pasti. Teori yang berkembang mengaitkan
etiologi sialolithiasis dengan sialodentitis kronis dan obstruksi parsial struktur kelenjar saliva.
Teori lain menyatakan bahwa sialolithiasis merupakan manifestasi dari penyakit sistemik. Contoh
penyakit sistemik yaitu asam urat atau arthritis, dimana batu yang terbentuk mengandung asam
urat. Pada umumnya batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit magnesium,
amonium dan karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat berupa matriks organik, yang mengandung
campuran antara karbohidrat dan asam amino. Meski terdapat presipitasi ion kalsium dan fosfat
dalam pembentukan sialolith, studi yang dilakukan menyatakan bahwa sialolithiasis tidak
berkaitan dengan abnormalitas metabolisme kalsium maupun fosfor.
GEJALA KLINIS
Rasa sakit dan adanya pembengkakan secara intermiten di daerah kelenjar ludah mayor.
Keadaan ini bertambah parah pada waktu makan dan kembali hiang setelah makan. Rasa sakit ini
berasal dari tersumbatnya air ludah di belakang pembatuan. Nyeri dan pembengkakan kelenjar
yang bersifat intermitter merupakan keluhan paling sering dijumpai dimana gejala ini muncul
berhubungan dengan selera makan. Pada saat selera makan meningkat muncul sekresi saliva
meningkat, sedangkan drainase melalui duktus mengalami obstuksi sehingga terjadilah stagnasi
yang menimbulkan rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar. Stagnasis yang berlangsung lama
menimbulkan infeksi, pada fase lanjut stagnasi menyebabkan atropi pada kelenjar saliva yang
menyebabkan hipersalivasi, dan akhirnya terjadi proses
fibrosis. Palpasi bimanual di dasar mulut arah posterior ke anterior didapatkan calculi pada duktus
submanibularis, juga dapat meraba pembesaran duktus dan kelenjar. Perabaan ini juga berguna
untuk mengevalusi fungsi kelenjar saliva (Hypofuctional dan non-functional gland). Studi imaging
sangat berguna untuk diagnosis sialothiasis, radiografi berguna untuk menunjukkan batu radiopak.

DIAGNOSIS BANDING

Ada beberapa penyakit yang perlu dibedakan dengan sialolitiasis, infeksi akut kelenjar liur
sering disebabkan oleh infeksi virus terutama virus mumps. Selain itu dapat disebabkan oleh virus
Coxsockie A, parainfluenzae, bisa juga peradangan pada kelenjar parotis seperti sialadenitis
bakterial akut yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau pyogens, Streptococcus viridans
atau pneumoniae atau Hemophilus influenzae. Infeksi kronik yaitu sialadenitis kronis yang
berulang akibat infeksi bakteri non pyogenik atau penyakit limphoepiteial seperti Sjorgen’s
syndrome.

RENCANA PERAWATAN SINGKAT


Tanpa pembedahan, pembedahan, Minimal Invasive ( Lithotripsi, Sialaendoskopi).
6. Linea Alba Bukalis

Gambar Lesi

Etiologi
Iritasi ringan yang kronis akibat tekanan otot buccinator.

Gejala Klinis
Terdapat alur horizontal pada mukosa bukal setinggi bidang oklusal

Deskripsi Lesi
 Garis putih keabu-abuan yang menonjol
 Setinggi garis oklusi
 Lebar 1-2 mm
 Berkeratin
 Berjalan horizontal dari komisura bibir hingga daerah molar
 Pada mukosa bukal bilateral
 Tidak dapat diseset

Diagnosis Banding
Frictional keratosis / Cheek biting

Rencana Perawatan Singkat


Menjelaskan bahwa kondisi tersebut adalah variasi yang normal, tidak memerlukan
pengobatan, dan tidak perlu dihilangkan.
7. Papilla Foliate

Gambar Lesi

Etiologi

Pada sisi lateral daerah posterior lidah terdapat papila foliata. Papila-papila ini seperti daun
yang menonjol mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal. Terkadang tonsil lingual yang meluas ke
daerah ini dari akar dorsal posterior lidah dapat salah disebutkan sebagai papila foliata. Karena
Papilla foliata terletak di sisi lateral lidah sehingga mudah sekali terkena trauma. Papilla foliate
prominen adalah varian normal rongga mulut berupa penonjolan. Keadaan ini dapat timbul karena
idopatik, lingual tonsil meradang, dan infeksi bakteri dan virus. Tonsil ini dapat ditemukan
dibawah papilla foliata sehingga apabila tonsil mengalami peradangan dapat menyebabkan papilla
foliata tampak prominen.

Gejala Klinis

Pada keadaan tidak normal papilla tampak bulat, kemerahan, dan membesar

Deskripsi Lesi/Gambaran

Hipertrofi Papila Foliata terletak di bagian lateral lidah


Diagnosis Banding

 Kanker mulut
 Hipertrofi foliata
 Karsinoma sel skuamosa

Rencana Perawatan Singkat

1. Perbanyak minum air putih


2. Perbanyak makan buah-buahan
3. Mengatur pola makan 4 sehat 5 sempurna
4. Istirahat cukup
8. Papilla Sirkumvalata

ETIOLOGI:
Papila sirkumvalata merupakan papila yang terletak pada 1/3 belakang lidah, berukuran
paling besar, dan tersusun membentuk huruf V terbalik. Papila sirkumvalata bisa saja membesar
misalnya ketika ada peradangan yang disebabkan oleh virus, namun biasanya tidak serius. Bisa
juga terjadi karena efek samping obat, kekurangan zat gizi tertentu atau hal lainnya.Pada keadaan
yang jarang, papila ini bisa membesar karena kondisi lain misalnya GERD (asam lambung yang
naik ke kerongkongan) atau kanker mulut.

GEJALA KLINIS:
Munculnya benjolan yang terus membesar dalam waktu singkat, permukaan tidak rata,
mudah berdarah, serta berbau.

DIAGNOSIS BANDING :
Kanker mulut.
RENCANA PERAWATAN SINGKAT:
Dibutuhkan penyuluhan kepada masyarakat agar :

1. Mengunyah makanan hingga halus dan tidak terburu-buru.


2. Mengatur pola makan seimbang, antara sumber karbohidrat seperti nasi, sayuran, daging,
dan susu bila perlu.
3. Memperbanyak konsumsi buah.
4. Banyak minum air putih.
5. Cukup istirahat.
6. Membatasi konsumsi makanan yang digoreng atau makanan yang terlalu pedas.
9. Lateral Lingual Tonsil

Gambar Lesi

Etiologi
Tonsila lingualis adalah kumpulan folikel limfe pada dasar jalur orofaring, pada akar lidah. Bagian
dasar dari orofaring dibentuk oleh segitiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan celah antara
lidah serta permukaan anterior epiglotis. Membran mukosa yang meliputi sepertiga posterior lidah
berbentuk irreguler, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid dibawahnya, disebut tonsila
lingualis.

Gambaran klinis
Lingual tonsil adalah sekelompok nodul limfoid yang terletak di sepertiga posterior lidah. Tonsil
tersebut dapat ditemukan dibawah papilla foliata, sehingga apabila tonsil mengalami keradangan
dan membesar, dapat menyebabkan papilla tampak prominen. Tonsil dapat menjadi membesar dan
terasa nyeri karena adanya peradangan, alergi, atau infeksi.

Deskripsi lesi / gambaran

Tampak lesi kemerahan pada papilla foliata atau laterah lidah.

Diagnosa banding

Infeksi mononucleosis dengan dasar penyokong adanya gejala demam, nyeri tenggorokan,
gejala disfagia dan badan terasa lemah. Dengan dasar penolakan yaitu tidak ada gejala bau mulut,
tampilan faringoskopi normal, gambaran darah yang khas terdapat leukosit mononukleus dalam
jumlah besar dan etiologi dari virus Epstein Barr.
10. Varises Sublingualis

Gambaran lesi

Gambar 1. Varises sublingualis

Etiologi

Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah vena yang disebabkan oleh
adanya penumpukan darah di dalam pembuluh tersebut. Varises ditandai dengan pembuluh vena
yang berwarna ungu atau biru gelap, dan tampak bengkak atau menonjol.

Gejala Klinis

Pembuluh vena dapat terlihat di permukaan kulit menyerupai serabut atau garis-garis
berwarna biru keunguan

Deskripsi Lesi

Tampak tonjolan bewarna ungu atau biru gelap

Diagnosis banding

Gangguan herediter Osler Weber Rendu adalah penyakit autosomal dominan yang langka.
Pada penyakit ini akan tampak kecenderungan pasien mengalami perdarahan spontan. Gejala akan
timbul sejak pasien masih kecil, berbeda dengan varises yang cenderung timbul di usia lanjut.

Rencana Perawatan Singkat

Bedah endoskopi vena


11. Pigmentasi Fisiologis

Gambaran lesi

Etiologi

pigmentasi fisiologis adalah suatu pigmentasi yang menyuluruh dan konstan pada mukosa
mulut. Diakibatkan bertambahnya melanin, yaiitu suatu pigmen yang terletak dalam lapisan basal
mukosa dan lamina propia.

Gejala Klinis

 Umumnya bisa diamati pada bagian gingiva cekat


 Daerah yang dapat terkena adalah mukosa pipi, palatum keras, bibir dan lidah

Deskripsi Lesi

Ditemukan garis coklat kehitaman pada gingiva cekat sepanjang regio 13 hingga 23 pada
rahang atas dan regio 33 hingga 43 pada rahang bawah

Diagnosis banding

smoker’s melanosis merupakan suatu perubahan karakteristikwarna pada permukaan


mukosa
Rencana Perawatan Singkat

motivasi, edukasi, instruksi

- Motivasi : meyakinkan pasien bahwa warna coklat kehitaman pada gingivanya bukan suatu
keganasan, melainkan suatu varian normal
- Edukasi : pasien diberi tahu diagnosis dari lesi tersebut adalah pigmentasi fisiologis, tidak
membutuhkan pengobatan dan tidak berbahaya
12. Leukoedema

Gambar 1. Leukoedema

ETIOLOGI
Etiologi dari leukoedema masih nelum diketahui secara jelas, namun secara garis besar dapat
diduga oleh beberapa hal, yaitu:

Ras: orang kulit hitam lebih rentan terhadap leukoedema.


Pengguna tembakau: sering terjadi pada perokok.
Kondisi OH yang buruk: dapat menjadi factor predisposisi timbulnya leukoedema.
GEJALA KLINIS
Leukoedema merupakan kondisi kronis dimana mukosa rongga mulut memiliki penampakan
berwarna abu-abu dan opak.

DESKRIPSI LESI/GAMBARAN LEUKOEDEMA


Gambaran dari leukoedema berupa lesi berwarna putih seperti susu, menybar, homogen, dan
sedikit berkerut dengan distribusi yang simetria pada area mukosa bukal rongga mulut. Lesi tidak
mengalami penebalan dan pigmentasi putih akan menghilang atau berkurang ketika mukosa bukal
diregangkan.
DIAGNOSIS BANDING
Leukoplakia, cheek biting lesion, white sponge news, dan heredity benign intraepithelial
dyskeratosis.

RENCANA PERAWATAN SINGKAT


Tidak ada perawatan yang dibutuhkan karena lesi ini tidak memiliki potensial pre-malignant.
13. Fissure Tongue

Gambar Lesi

Etiologi
Etiologi dari varian ini tidak diketahui, tetapi herediter memegang peranan penting. Kondisi
ini merupakan herediter, terlihat saat lahir, atau mungkin menjadi lebih jelas ketika usia lanjut.
Umur dan faktor lokal lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangannya. Fissure tongue juga dapat merupakan manifestasi dari Melkersson-
Rosenthal syndrome, Down syndrome, Sjogren’s syndrome dan psoriasis (Rathee, 2009).

Gejala Klinis
Terdapat celah sentral yang paling besar ditengah tengah lidah dengan celah celah kecil
bercabang disekitarnya yang tidak sakit.

Deskripsi Lesi / Gambaran


Gambaran lesi dapat bervariasi baik dalam bentuk, jumlah, kedalaman dan panjang serta
pola dari celah celah lidah tersebut. Akan tetapi biasanya celah pada fissure tongue terdapat lebih
dari satu yang dalamnya 2-6 mm.

Diagnosis Banding
Atrophic candidiasis
Rencana Perawatan Singkat
Fissure tongue merupakan suatu varian normal yang tidak membutuhkan perawatan yang
spesifik (scully, 2008). Oral hygiene yang baik dalam kasus ini sangat penting karena bakteri
dan plak dapat ditemukan dalam celah-celah tersebut sehingga menyebabkan halitosis.
Edukasi pada pasien bahwa fissured tongue merupakan varian normal yang tidak berbahaya
juga diperlukan (rathee, 2009). Bila pasien mengeluhkan rasa perih pada daerah celah pada
fissured tongue lidah harus ditarik dan diulas dengan hidrogenperioxida 3 % untuk
menghilangakan debris makanan.
14. Geographic Tongue

Gambar 1 Geographic Tongue

ETIOLOGI

Pada dasarnya etiologi dari Geographic tongue belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor telah
diajukan oleh para peneliti untuk menjelaskan faktor penyebab dari kondisi ini walaupun dapat
dikatakan bahwa hal ini belum jelas kepastiannya. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Genetik
2. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12 dapat mengakibatkan depapilasi lingua
dan kondisi ulseratif.
3. Psikosomatik
Lesi ini sering ditemukan pada penderita yang dalam keadaan stress, gugup dan
temperamen emosional
4. Hormonal
Lesi ini dapat muncul pada awal menstruasi atau lebih jelas pada masa menstruasi. Hal ini
dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal.
5. Atopy
6. Psoriasis dan Penyakit Reiter’s
Lesi Geographic tongue digambarkan berhubungan dengan penyakit kulit tertentu seperti
psoriasis dan penyakit Reiter’s.
7. Infeksi Jamur dan Bakteri
8. Fissure Tongue
9. Ibu Hamil dan Menyusui
Hal ini diyakini berkaitan dengan kebutuhan nutrisi dan zat besi yang ekstra pada ibu hamil
maupun menyusui. Saat ibu hamil & menyusui kebutuhan nutrisi akan menjadi 2 kali lipat
lebih banyak

GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala Geographic tongue dapat meliputi:

 Bercak halus, merah, berbentuk tidak teratur di bagian atas atau samping lidah
 Sering terjadi perubahan pada lokasi, ukuran dan bentuk lesi
 Ketidaknyamanan, rasa sakit atau sensasi terbakar dalam beberapa kasus, paling sering
berhubungan dengan mengonsumsi makanan pedas atau asam

Namun, banyak orang dengan Geographic tongue tidak memiliki gejala.

DESKRIPSI LESI/GAMBARAN GEOGRAPHIC TONGUE

Geographic tongue bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi, melingkar tidak
teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak
merah menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis yang
beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil.

DIAGNOSIS BANDING

acute candidiasis atrophic, lichen planus tipe atropik, eritroplakia, dan erupsi obat.

RENCANA PERAWATAN SINGKAT

Pengobatan awal dapat diberikan vitamin, obat kumur, anti-anxietas, dan anti-inflamasi. Dan jika
diperlukan maka pemberian obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDs) dan topikal kotikosteroid
atau kortikosteroid sistemik. Pada beberapa kasus obat analgesik mungkin perlu diberikan.
Kombinasi obat seperti nystatin-triamcinolone acetonide, clotrimazole-betamethasone
dipropionate, dan bethamethasone valerate 0,1%, diberikan setiap selesai makan dan sebelum tidur
di daerah yang terdapat Geographic tongue.
15. White Sponge Nevus
Gambar lesi :

A. Pada mukosa bibir


B. Pada lateral lidah
C. Pada mukosa bukal kanan
D. Pada mukosa bukal kiri
E. Pada mukosa dorsal lidah

Etiologi :
Merupakan autosomal heredity condition, genetik, dan lesi ini diturunkan secara autosomal
dominan. Muncul pada saat lahir atau diawal masa kanak-kanak, tetap ada seumur hidup dan
tidak menunjukan predileksi ras maupun jenis kelamin. Biasanya terjadi pada mukosa pipi
(paling banyak), mukosa bibir, alveolar ridge, dasar mulut, dan lidah.

Gejala klinis :
Muncul plak sepetti spons, berlipat, berwarna putih, dan tidak bergejala.

Gambaran lesi :
 Plak putih lunak seperti bunga karang pada mukosa mulut yang tidak berkeratin
 Permukaan tebal dan bergelombang
 Simetris & bilateral
 Asimtomatik
 Lesi putih tidak hilang jika mukosa direngangkan

Diagnosis Banding :
 Leukoedema : Seperti film putih, dan hilang jika diregangkan
 Leukoplakia : Tidak lentuk, unilateral

Rencana Perawatan Singkat :


Tidak memerlukan perawatan/pengobatan karena jinak. Cukup dengan penyuluhan.
16. Median Rhomboid Glossitis
Gambar lesi :

Etiologi :

Median rhomboid glossitis merupakan suatu kondisi abnormal pada pertengahan permukaan
dorsum lidah pada pertautan 2/3 anterior dengan 1/3 posterior lidah Kondisi ini juga dikenal
sebagai central papillary atrophy.Median rhomboid glossitis merupakan gangguan
developmental, diperkirakan akibat persistensi tuberculum impar dan kegagalannya untuk berfusi
selama embryogenesis. Tetapi sekarang diperkirakan karena infeksi kronis candida albicans.

Gejala klinis :

Terdapat lesi berupa bentuk belah ketupat (rhomboid), menonjol dari jaringan sekitarnya
dengan permukaan halus dan berlobus.

Gambaran Klinis :

 Terlihat sebagai penimbulan berbentuk rhomboid pada dorsum lidah didepan papilla
sirkum valatae.
 Daerah rhomboid ini bebas dari papilla filiformis dan fungiformis berwarna lebih merah
dari sekitarnya
 Biasanya asimpromatik
 Menonjol dari jaringan sekitarnya dengan permukaan halus dan berlobus
Deskripsi lesi/Gambaran :

Median rhomboid glossitis memiliki gambaran berupa bentuk belah ketupat (rhomboid),
menonjol dari jaringan sekitarnya dengan permukaan halus dan berlobus. Lesi ini berada di daerah
median dorsum lidah persis di anterior papila sirkumvalata dan tidak memiliki papila filiformis.

Diagonosis banding :

 Benign Migratory Glossitis : Perbedaanya terletak di jumlah lesi yang multiple


 Multiple Atropic tongue

Rencana Perawatan Singkat :


\ Lesi ini asimtomatik, oleh karena itu tidak diperlukan perawatan. Tapi jika ada infeksi candida
albicans, dapat dipakai secara tropical nystatin dan klotrimazole.
17. Crenated Tongue

Gambar lesi:

Etiologi:

Penyebabnya meliputi keadaan-keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal pada lidah


seperti gerakan gesek dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah,
menghisab lidah, clenching atau lidah yang membesar. Crenated tongue dapat di jumpai dalam
kaitannya dengan temporomandibular. Keadaan-keadaan sistemik seperti akromegali dan
amiloidosis serta kelainan-kelainan genetik seperti sindrom down dan juga pada pasien yang
normal

Gejala klinis:

Asimtomatik

Deskirpsi lesi / gambaran:

Tekanan yang abnormal dari gigi geligi pada lidah mencetak pola tertentu yang tampak
berkelok-kelok atau cekung, bewarna putih dan tepinya menonjol

Diagnosis banding:
-

Rencana perawatan:

Perawatan seringkali diarahkan untuk menghilangkan kebiasaan buruk pasien


18. Rugae Palatina

Rugae Palatina atau yang dikenal dengan rugae palatal dan plica palatina tranversal palatina
berasal dari bahasa latin yang artinya ridge, kerutan, dan lipatan. Secara anatomis, rugae palatina
memiliki bentuk seperti bukit serta kerutan dan lipatan pada mukosa anterior pada palatum.
Menurut The Glossary of Prosthodontics terms 8, rugae palatina merupakan lipatan atau kerutan
anatomi dalam jumlah banyak dan tidak teratur, terbentuk dari jaringan ikat dan jaringan fibrous
yang terletak di sepertiga anterior palatum keras.

Rugae palatina bentuknya asimetri dan irreguler yang merupakan perluasan dari papila
insisivus dan ke anterior dari median palatal raphe. Secara anatomis, rugae palatina terletak pada
anterior mukosa palatum, dibelakang papilla insisivum dan disuplai oleh percabangan palatinus
mayor dan nasopalatina. Dikelilingi oleh pipi, bibir, lidah, dan buccal pad, rugae palatina
terlindungi dari insinerasi atau trauma. Posisi rugae palatina yang terlindungi oleh anatomi kepala
dapat juga mengalami perubahan pola akibat trauma berat, menghisap jari yang ekstrim dan
tekanan persisten akibat perawatan ortodonti dan prostodonti.
19. Angkyloglosia

Etiologi Angkyloglossia
Ankyloglossia atau tongue tie yang disebabkan oleh frenum lingual pendek, tebal atau ketat
membatasi pergerakan lidah. Selain itu, frenum singkat menyebabkan masalah menyusui,
termasuk puting yang sakit dan rusak dan makanan yang tidak mencukupi dapat diikuti oleh
penambahan berat badan yang lebih rendah pada bayi ini. (Nasim, 2013) Ada beberapa bukti
bahwa ankyloglossia bisa menjadi patologi genetik. Tidak diketahui komponen genetik mana
yang mengatur fenotipe dan penetrasi pada pasien yang terkena. Penelitian yang lebih
mendasar diperlukan untuk mengklarifikasi etiopatogenesis ankyloglossia yang tepat.
Ankyloglossia juga ditemukan terkait dalam kasus dengan beberapa sindrom langka seperti
sindrom celah bibir X-linked, sindrom Kindler, sindrom van der Woude, dan sindrom Opitz.
Namun demikian, kebanyakan ankyloglossi diamati pada orang tanpa kelainan bawaan bawaan
atau penyakit lainnya. (Tanay, 2011)
Gejala Klinis Angkyloglossia
1. Frenulum mencegah tonjolan lidah; Frenulum meluas sampai permukaan lidah terlipat;
Frenulum mengotori ujung lidah selama gerakan normal
2. Ujung lidah tidak bisa mencapai puncak gusi; Ujung lidah tidak bisa berayun dari satu
sudut ke mulut; Lidah menampilkan notching saat menonjol; Lidah tidak bisa menonjol
keluar dari gusi bawah
3. Frenulum <1 cm; Lidah berbentuk hati saat menonjol; Perasaan ketat saat jari
diletakkan di bawah lidah sepanjang garis tengah; Lidah tidak bisa mencapai garis gusi
saat menonjol
4. Ketidakmampuan untuk membawa lidah di punggung bawah gusi; Lidah berbentuk
hati saat menonjol
5. Frenulum membentang sepanjang 25% -100% panjang lidah (Hogan, 2005)
6. Frenulum tebal; Lidah berbentuk hati saat menonjol (Griffiths, 2004)

Diagnosis Angkylo glossia


Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi ankyloglossia sangat bervariasi dari kertas
ke kertas. Banyak penulis menggunakan kriteria berdasarkan karakteristik fisik anatomi oral bayi.
Kriteria yang umum digunakan adalah frenulum yang abnormal pendek dan tebal, yang
menyebabkan lidah menjadi berbentuk hati pada tonjolan. Kriteria juga termasuk tanda-tanda
kerusakan fungsional, seperti ketidakmampuan untuk menahan lidah melewati garis gusi, dan
indikasi penurunan mobilitas lidah lainnya. Beberapa penulis juga menyebutkan efek
ankyloglossia terhadap menyusui, seperti menyebabkan nyeri puting susu ibu dan trauma puting
susu. Tidak satupun kriteria ini telah divalidasi. Tidak ada kriteria standar yang direkomendasikan
untuk ankyloglossia, dan tidak satu pun dari studi ini secara prospektif membandingkan metodenya
dengan standar kriteria yang diajukan. Salah satu dari penelitian tersebut menilai metode
diagnostik mereka untuk validitas internal dan eksternal. (Lauren, 2007)
20. Makroglosia

Gambar Lesi

Etiologi

Makroglosia diklasifikasikan embjadi dua yaitu pseudo makroglosia dan true makroglosia. True
makroglosia didapatkan kongenital (sejak lahir) dan akuired (didapatkan). Pseudo makroglosia
disebabkan karena sering menjulurkan lidah.

Gejala Klinis

Tinggi normal dorsum lidah lebih tinggi dengan bidang oklusal gigi-geligi bawah.

Deskripsi Lesi

 Ujung lidah atau tepi melebihi oklusal gigi


 Adanya lekukan pada tepi lidah yang menggambarkan bentuk gigi
 Adanya diastema, openbite dan malserasi rahang
Diagnosis Banding

Limfangioma

Rencana Perawatan Singkat

Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga
mulut, perawatan makroglosia dapat dilakukan secara surgikal untuk mengurangi besarnya
jaringan lidah yang tidak normal.
21. Mikroglosia

Gambar Lesi

Etiologi
Kongenital, herediter dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin, dapat berupa cacat pada
saraf hypoglosus yang mempersarafi otot lidah, tanpa adanya rangsangan, otot lidah menjadi
atrofi dan lidah menjadi mengecil.

Gejala Klinis
Mengakibatkan gangguan makan dan minum

Deskripsi Lesi
Ukuran lidah kecil, posisi lidah yang jauh lebih ke posterior, sehingga mengurangi daerah
lintasan udara pada saluran pernafasan bagian atas.

Diagnosis Banding
Aglossia

Rencana Perawatan Singkat


Tindakan Bedah

Anda mungkin juga menyukai