VARIAN NORMAL
TIM PENYUSUN
KELOMPOK B
PARALEL 2
NIM :
040001800110 - 040001800127
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
1. TORUS PALATINUS
ETIOLOGI
Penyebab torus palatinus belum dapat diketahui secara pasti tetapi pada beberapa orang lesi
ini diturunkan secara autosomal dominan (faktor genetik). Faktor lingkungan juga diyakini
merupakan salah satu faktor yang berperan selain hiperfungsi mastikator dan pertumbuhan yang
terus menerus. Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengemukakan bahwa penyebab tori
terdiri dari interaksi multifaktorial antara faktor genetik dengan lingkungan. Faktor lingkungan
juga diyakini merupakan salah satu faktor yang berperan selain trauma superfisial, mengunyah
yang berlebihan, aberasi gigi, gangguan temporomandibular, faktor diet, defisiensi vitamin dan
obat-obatan yang meningkatkan homeostasis tulang
GEJALA KLINIS
Gejala torus palatinus yang paling mudah dikenali adalah adanya tonjolan di langit-langit
mulut (palatum). Tonjolan dapat berbentuk datar atau membulat (lobular), baik tunggal ataupun
multipel.
Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya memiliki diameter kurang
dari 2 mm atau lebih dari 6 mm. Namun terkadang dapat bertambah besar secara perlahan dan
memenuhi seluruh langit-langit.
Ukurannya yang tak terlalu besar dan nyaris tanpa disertai rasa sakit atau nyeri, seringkali
membuat penderita tak menyadari keberadaannya. Seiring bertambahnya usia, torus palatinus
berhenti bertumbuh pada beberapa kasus, bahkan bisa menyusut berkat resorpsi alami tulang saat
kita bertambah tua. Umumnya penderita baru menyadari keberadaan torus palatinus jika
ukurannya sangat besar.
Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan permukaan
mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya berukuran
diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi
seluruh langit-langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala. Bentuk dan ukuran dari torus
palatinus bervariasi.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari torus palatinus antara lain osteoma dan displasia fibrosa pada
palatum. Osteoma merupakan lesi jinak osteogenik dengan pertumbuhan yang sangat lambat,
yang mungkin timbul dari proliferasi dari salah satu tulang kanselus atau kompak. Displasia
fibrosa adalah satu jenis lesi fibro-osseus jinak berupa pembentukan jaringan mesenkim
yang abnormal, dimana terjadi penggantian tulang spongiosa dengan jaringan fibrosa.
RENCANA PERAWATAN SINGKAT
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa keadaanya
merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung trauma,
pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika terdapat ulkus. Bila tidak ada
keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang menggunakan gigi
tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan
tindakan bedah menggunakan conservative surgical excision.
Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan pembutan gigi tiruan
sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan tonjolan yang ditutupi oleh selapis tipis
jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif terhadap tekanan atau palpasi (perabaan) dan
pada saat perabaan akan terasa sangat keras.
2. Torus Mandibula
Gambar Lesi
Etiologi
Karenan tekanan lokal dan berhubungan dengan Bruxism atau gigi tiruan yang tidak pas.
Ada juga hubungan antara gangguan dalam regulasi kalsium, vitamin D dan vitamin K, dan torus
Gejala Klinis
Deskripsi Lesi
Diagnosis Banding
Meliputi pembentukan abses, kanker tulang, tumor kelenjar ludah, tumor vaskular, sindrom
Gardner dan fibroid..
Sebagian besar kasus torus mandibula tidak memerlukan perawatan khusus. Bahkan, banyak
yang tidak diketahui sampai dokter gigi mendeteksi mereka dalam cek rutin atau dalam konsultasi
untuk penyebab lain.
Dalam beberapa kasus pengobatannya konservatif. Hanya beberapa gejala yang mungkin muncul
yang akan diobati dan pembedahan akan dilakukan apabila gigi tiruan tidak bisa pas karena torus
atau saat pasien merasa sakit yang parah.
3. Eksostosis
Gambar :
Perarawatan :
Umumnya exostosis memiliki gambaran klinis yang khas, tidak perlu di biopsi
Dapat dihilangkan jika sering terjadi trauma/ menjadi ulser dan sakit, keperluan prostetik,
memberikan adaptasi yang baik selama bedah periodontal
Rekurensi setelah bedah jarang terjadi
Etiologi
Exostosis dapat diartikan pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang lamelar
normal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada bagian tengahnya.
Penyebabnya belum diketahui tetapi dapat disebabkan oleh peradangan kronik , tekanan
yang tetap pada tulang, atau pembentukan tumor.
4. BERCAK FORDYCE
DESKRIPSI LESI
Bercak Fordyce merupakan salah satu dari variasi pada struktur dan penampakan dari
mukosa rongga mulut. Lesi ini merupakan suatu kondisi dimana terdapat kelenjar sebasea ektopik
atau sebaceous choristomas (jaringan normal pada lokasi yang abnormal) pada mukosa rongga
mulut. Normalnya, kelenjar sebasea terlihat pada dermal adnexa, dan memiliki asosiasi dengan
folikel rambut; tetapi bagaimanapun juga fordyce granules tidak memiliki asosiasi dengan struktur
rambut pada kavitas oral.
ETIOLOGI
Fordyce granules sering disebut sebagai fordyce’s conditions, fordyce’s spots, fordyce
disease, dan juga sering disebut sebagai seboglandulia buccalis. Kondisi ini awalnya
dideskripsikan oleh Kolliker pada tahun 1861, tetapi dinamakan sesuai dengan nama Fordyce yang
melaporkan kondisi yang sama pada tahun 1896.Etiologi dari fordyce granules ialah
developmental origin. H. S. Goldman dan M. Z. Marder (1982) juga mengatakan bahwa fordyce
granules bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan gangguan developmental.
GEJALA KLINIS
Fordyce granules memilik karakteristik gambaran klinis berupa butiran- butiran berwarna
putih kekuning-kuningan yang kecil, berbatas jelas, dan sedikit terangkat yang dapat terisolasi atau
bergabung menjadi suatu kesatuan. Butiran-butiran ini sering terjadi secara bilateral dan
simetris. Fordyce granules merupakan lesi yang asimtomatik dan sering ditemukan pada
pemeriksaan rutin. Terkadang, dengan pemeriksaan menggunakan kaca mulut, duktus dari kelenjar
dapat ditemukan.17 Biasanya, setiap glandula atau butiran memiliki diameter 1-2 mm, tetapi
butiran-butiran tersebut dapat juga bergabung menjadi suatu kesatuan hingga mencapai beberapa
sentimeter diameternya. Hal ini menyebabkan pasien dapat merasakan butiran-butiran ini dengan
lidahnya.
DIAGNOSIS BANDING
Folikulitis, liken planus, liken nitidus dermatitis kontak, skabies,
dermatitis kronik, dan lain-lain.
DESKRIPSI LESI
Sialolithiasis adalah formasi struktur terkalsifikasi yang berkembang di dalam kelenjar atau
duktus saliva yang berasal dari akumulasi debris dalam lumen duktus yang terdiposisi kalsium
pada nidus. Debris termasuk mukus, bakteri, sel epitel duktus atau benda asing.
ETIOLOGI
Etiologi sialolithiasis belum diketahui dengan pasti. Teori yang berkembang mengaitkan
etiologi sialolithiasis dengan sialodentitis kronis dan obstruksi parsial struktur kelenjar saliva.
Teori lain menyatakan bahwa sialolithiasis merupakan manifestasi dari penyakit sistemik. Contoh
penyakit sistemik yaitu asam urat atau arthritis, dimana batu yang terbentuk mengandung asam
urat. Pada umumnya batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit magnesium,
amonium dan karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat berupa matriks organik, yang mengandung
campuran antara karbohidrat dan asam amino. Meski terdapat presipitasi ion kalsium dan fosfat
dalam pembentukan sialolith, studi yang dilakukan menyatakan bahwa sialolithiasis tidak
berkaitan dengan abnormalitas metabolisme kalsium maupun fosfor.
GEJALA KLINIS
Rasa sakit dan adanya pembengkakan secara intermiten di daerah kelenjar ludah mayor.
Keadaan ini bertambah parah pada waktu makan dan kembali hiang setelah makan. Rasa sakit ini
berasal dari tersumbatnya air ludah di belakang pembatuan. Nyeri dan pembengkakan kelenjar
yang bersifat intermitter merupakan keluhan paling sering dijumpai dimana gejala ini muncul
berhubungan dengan selera makan. Pada saat selera makan meningkat muncul sekresi saliva
meningkat, sedangkan drainase melalui duktus mengalami obstuksi sehingga terjadilah stagnasi
yang menimbulkan rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar. Stagnasis yang berlangsung lama
menimbulkan infeksi, pada fase lanjut stagnasi menyebabkan atropi pada kelenjar saliva yang
menyebabkan hipersalivasi, dan akhirnya terjadi proses
fibrosis. Palpasi bimanual di dasar mulut arah posterior ke anterior didapatkan calculi pada duktus
submanibularis, juga dapat meraba pembesaran duktus dan kelenjar. Perabaan ini juga berguna
untuk mengevalusi fungsi kelenjar saliva (Hypofuctional dan non-functional gland). Studi imaging
sangat berguna untuk diagnosis sialothiasis, radiografi berguna untuk menunjukkan batu radiopak.
DIAGNOSIS BANDING
Ada beberapa penyakit yang perlu dibedakan dengan sialolitiasis, infeksi akut kelenjar liur
sering disebabkan oleh infeksi virus terutama virus mumps. Selain itu dapat disebabkan oleh virus
Coxsockie A, parainfluenzae, bisa juga peradangan pada kelenjar parotis seperti sialadenitis
bakterial akut yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau pyogens, Streptococcus viridans
atau pneumoniae atau Hemophilus influenzae. Infeksi kronik yaitu sialadenitis kronis yang
berulang akibat infeksi bakteri non pyogenik atau penyakit limphoepiteial seperti Sjorgen’s
syndrome.
Gambar Lesi
Etiologi
Iritasi ringan yang kronis akibat tekanan otot buccinator.
Gejala Klinis
Terdapat alur horizontal pada mukosa bukal setinggi bidang oklusal
Deskripsi Lesi
Garis putih keabu-abuan yang menonjol
Setinggi garis oklusi
Lebar 1-2 mm
Berkeratin
Berjalan horizontal dari komisura bibir hingga daerah molar
Pada mukosa bukal bilateral
Tidak dapat diseset
Diagnosis Banding
Frictional keratosis / Cheek biting
Gambar Lesi
Etiologi
Pada sisi lateral daerah posterior lidah terdapat papila foliata. Papila-papila ini seperti daun
yang menonjol mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal. Terkadang tonsil lingual yang meluas ke
daerah ini dari akar dorsal posterior lidah dapat salah disebutkan sebagai papila foliata. Karena
Papilla foliata terletak di sisi lateral lidah sehingga mudah sekali terkena trauma. Papilla foliate
prominen adalah varian normal rongga mulut berupa penonjolan. Keadaan ini dapat timbul karena
idopatik, lingual tonsil meradang, dan infeksi bakteri dan virus. Tonsil ini dapat ditemukan
dibawah papilla foliata sehingga apabila tonsil mengalami peradangan dapat menyebabkan papilla
foliata tampak prominen.
Gejala Klinis
Pada keadaan tidak normal papilla tampak bulat, kemerahan, dan membesar
Deskripsi Lesi/Gambaran
Kanker mulut
Hipertrofi foliata
Karsinoma sel skuamosa
ETIOLOGI:
Papila sirkumvalata merupakan papila yang terletak pada 1/3 belakang lidah, berukuran
paling besar, dan tersusun membentuk huruf V terbalik. Papila sirkumvalata bisa saja membesar
misalnya ketika ada peradangan yang disebabkan oleh virus, namun biasanya tidak serius. Bisa
juga terjadi karena efek samping obat, kekurangan zat gizi tertentu atau hal lainnya.Pada keadaan
yang jarang, papila ini bisa membesar karena kondisi lain misalnya GERD (asam lambung yang
naik ke kerongkongan) atau kanker mulut.
GEJALA KLINIS:
Munculnya benjolan yang terus membesar dalam waktu singkat, permukaan tidak rata,
mudah berdarah, serta berbau.
DIAGNOSIS BANDING :
Kanker mulut.
RENCANA PERAWATAN SINGKAT:
Dibutuhkan penyuluhan kepada masyarakat agar :
Gambar Lesi
Etiologi
Tonsila lingualis adalah kumpulan folikel limfe pada dasar jalur orofaring, pada akar lidah. Bagian
dasar dari orofaring dibentuk oleh segitiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan celah antara
lidah serta permukaan anterior epiglotis. Membran mukosa yang meliputi sepertiga posterior lidah
berbentuk irreguler, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid dibawahnya, disebut tonsila
lingualis.
Gambaran klinis
Lingual tonsil adalah sekelompok nodul limfoid yang terletak di sepertiga posterior lidah. Tonsil
tersebut dapat ditemukan dibawah papilla foliata, sehingga apabila tonsil mengalami keradangan
dan membesar, dapat menyebabkan papilla tampak prominen. Tonsil dapat menjadi membesar dan
terasa nyeri karena adanya peradangan, alergi, atau infeksi.
Diagnosa banding
Infeksi mononucleosis dengan dasar penyokong adanya gejala demam, nyeri tenggorokan,
gejala disfagia dan badan terasa lemah. Dengan dasar penolakan yaitu tidak ada gejala bau mulut,
tampilan faringoskopi normal, gambaran darah yang khas terdapat leukosit mononukleus dalam
jumlah besar dan etiologi dari virus Epstein Barr.
10. Varises Sublingualis
Gambaran lesi
Etiologi
Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah vena yang disebabkan oleh
adanya penumpukan darah di dalam pembuluh tersebut. Varises ditandai dengan pembuluh vena
yang berwarna ungu atau biru gelap, dan tampak bengkak atau menonjol.
Gejala Klinis
Pembuluh vena dapat terlihat di permukaan kulit menyerupai serabut atau garis-garis
berwarna biru keunguan
Deskripsi Lesi
Diagnosis banding
Gangguan herediter Osler Weber Rendu adalah penyakit autosomal dominan yang langka.
Pada penyakit ini akan tampak kecenderungan pasien mengalami perdarahan spontan. Gejala akan
timbul sejak pasien masih kecil, berbeda dengan varises yang cenderung timbul di usia lanjut.
Gambaran lesi
Etiologi
pigmentasi fisiologis adalah suatu pigmentasi yang menyuluruh dan konstan pada mukosa
mulut. Diakibatkan bertambahnya melanin, yaiitu suatu pigmen yang terletak dalam lapisan basal
mukosa dan lamina propia.
Gejala Klinis
Deskripsi Lesi
Ditemukan garis coklat kehitaman pada gingiva cekat sepanjang regio 13 hingga 23 pada
rahang atas dan regio 33 hingga 43 pada rahang bawah
Diagnosis banding
- Motivasi : meyakinkan pasien bahwa warna coklat kehitaman pada gingivanya bukan suatu
keganasan, melainkan suatu varian normal
- Edukasi : pasien diberi tahu diagnosis dari lesi tersebut adalah pigmentasi fisiologis, tidak
membutuhkan pengobatan dan tidak berbahaya
12. Leukoedema
Gambar 1. Leukoedema
ETIOLOGI
Etiologi dari leukoedema masih nelum diketahui secara jelas, namun secara garis besar dapat
diduga oleh beberapa hal, yaitu:
Gambar Lesi
Etiologi
Etiologi dari varian ini tidak diketahui, tetapi herediter memegang peranan penting. Kondisi
ini merupakan herediter, terlihat saat lahir, atau mungkin menjadi lebih jelas ketika usia lanjut.
Umur dan faktor lokal lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangannya. Fissure tongue juga dapat merupakan manifestasi dari Melkersson-
Rosenthal syndrome, Down syndrome, Sjogren’s syndrome dan psoriasis (Rathee, 2009).
Gejala Klinis
Terdapat celah sentral yang paling besar ditengah tengah lidah dengan celah celah kecil
bercabang disekitarnya yang tidak sakit.
Diagnosis Banding
Atrophic candidiasis
Rencana Perawatan Singkat
Fissure tongue merupakan suatu varian normal yang tidak membutuhkan perawatan yang
spesifik (scully, 2008). Oral hygiene yang baik dalam kasus ini sangat penting karena bakteri
dan plak dapat ditemukan dalam celah-celah tersebut sehingga menyebabkan halitosis.
Edukasi pada pasien bahwa fissured tongue merupakan varian normal yang tidak berbahaya
juga diperlukan (rathee, 2009). Bila pasien mengeluhkan rasa perih pada daerah celah pada
fissured tongue lidah harus ditarik dan diulas dengan hidrogenperioxida 3 % untuk
menghilangakan debris makanan.
14. Geographic Tongue
ETIOLOGI
Pada dasarnya etiologi dari Geographic tongue belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor telah
diajukan oleh para peneliti untuk menjelaskan faktor penyebab dari kondisi ini walaupun dapat
dikatakan bahwa hal ini belum jelas kepastiannya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Genetik
2. Defisiensi Nutrisi
Defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12 dapat mengakibatkan depapilasi lingua
dan kondisi ulseratif.
3. Psikosomatik
Lesi ini sering ditemukan pada penderita yang dalam keadaan stress, gugup dan
temperamen emosional
4. Hormonal
Lesi ini dapat muncul pada awal menstruasi atau lebih jelas pada masa menstruasi. Hal ini
dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal.
5. Atopy
6. Psoriasis dan Penyakit Reiter’s
Lesi Geographic tongue digambarkan berhubungan dengan penyakit kulit tertentu seperti
psoriasis dan penyakit Reiter’s.
7. Infeksi Jamur dan Bakteri
8. Fissure Tongue
9. Ibu Hamil dan Menyusui
Hal ini diyakini berkaitan dengan kebutuhan nutrisi dan zat besi yang ekstra pada ibu hamil
maupun menyusui. Saat ibu hamil & menyusui kebutuhan nutrisi akan menjadi 2 kali lipat
lebih banyak
GEJALA KLINIS
Bercak halus, merah, berbentuk tidak teratur di bagian atas atau samping lidah
Sering terjadi perubahan pada lokasi, ukuran dan bentuk lesi
Ketidaknyamanan, rasa sakit atau sensasi terbakar dalam beberapa kasus, paling sering
berhubungan dengan mengonsumsi makanan pedas atau asam
Geographic tongue bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi, melingkar tidak
teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak
merah menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis yang
beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil.
DIAGNOSIS BANDING
acute candidiasis atrophic, lichen planus tipe atropik, eritroplakia, dan erupsi obat.
Pengobatan awal dapat diberikan vitamin, obat kumur, anti-anxietas, dan anti-inflamasi. Dan jika
diperlukan maka pemberian obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDs) dan topikal kotikosteroid
atau kortikosteroid sistemik. Pada beberapa kasus obat analgesik mungkin perlu diberikan.
Kombinasi obat seperti nystatin-triamcinolone acetonide, clotrimazole-betamethasone
dipropionate, dan bethamethasone valerate 0,1%, diberikan setiap selesai makan dan sebelum tidur
di daerah yang terdapat Geographic tongue.
15. White Sponge Nevus
Gambar lesi :
Etiologi :
Merupakan autosomal heredity condition, genetik, dan lesi ini diturunkan secara autosomal
dominan. Muncul pada saat lahir atau diawal masa kanak-kanak, tetap ada seumur hidup dan
tidak menunjukan predileksi ras maupun jenis kelamin. Biasanya terjadi pada mukosa pipi
(paling banyak), mukosa bibir, alveolar ridge, dasar mulut, dan lidah.
Gejala klinis :
Muncul plak sepetti spons, berlipat, berwarna putih, dan tidak bergejala.
Gambaran lesi :
Plak putih lunak seperti bunga karang pada mukosa mulut yang tidak berkeratin
Permukaan tebal dan bergelombang
Simetris & bilateral
Asimtomatik
Lesi putih tidak hilang jika mukosa direngangkan
Diagnosis Banding :
Leukoedema : Seperti film putih, dan hilang jika diregangkan
Leukoplakia : Tidak lentuk, unilateral
Etiologi :
Median rhomboid glossitis merupakan suatu kondisi abnormal pada pertengahan permukaan
dorsum lidah pada pertautan 2/3 anterior dengan 1/3 posterior lidah Kondisi ini juga dikenal
sebagai central papillary atrophy.Median rhomboid glossitis merupakan gangguan
developmental, diperkirakan akibat persistensi tuberculum impar dan kegagalannya untuk berfusi
selama embryogenesis. Tetapi sekarang diperkirakan karena infeksi kronis candida albicans.
Gejala klinis :
Terdapat lesi berupa bentuk belah ketupat (rhomboid), menonjol dari jaringan sekitarnya
dengan permukaan halus dan berlobus.
Gambaran Klinis :
Terlihat sebagai penimbulan berbentuk rhomboid pada dorsum lidah didepan papilla
sirkum valatae.
Daerah rhomboid ini bebas dari papilla filiformis dan fungiformis berwarna lebih merah
dari sekitarnya
Biasanya asimpromatik
Menonjol dari jaringan sekitarnya dengan permukaan halus dan berlobus
Deskripsi lesi/Gambaran :
Median rhomboid glossitis memiliki gambaran berupa bentuk belah ketupat (rhomboid),
menonjol dari jaringan sekitarnya dengan permukaan halus dan berlobus. Lesi ini berada di daerah
median dorsum lidah persis di anterior papila sirkumvalata dan tidak memiliki papila filiformis.
Diagonosis banding :
Gambar lesi:
Etiologi:
Gejala klinis:
Asimtomatik
Tekanan yang abnormal dari gigi geligi pada lidah mencetak pola tertentu yang tampak
berkelok-kelok atau cekung, bewarna putih dan tepinya menonjol
Diagnosis banding:
-
Rencana perawatan:
Rugae Palatina atau yang dikenal dengan rugae palatal dan plica palatina tranversal palatina
berasal dari bahasa latin yang artinya ridge, kerutan, dan lipatan. Secara anatomis, rugae palatina
memiliki bentuk seperti bukit serta kerutan dan lipatan pada mukosa anterior pada palatum.
Menurut The Glossary of Prosthodontics terms 8, rugae palatina merupakan lipatan atau kerutan
anatomi dalam jumlah banyak dan tidak teratur, terbentuk dari jaringan ikat dan jaringan fibrous
yang terletak di sepertiga anterior palatum keras.
Rugae palatina bentuknya asimetri dan irreguler yang merupakan perluasan dari papila
insisivus dan ke anterior dari median palatal raphe. Secara anatomis, rugae palatina terletak pada
anterior mukosa palatum, dibelakang papilla insisivum dan disuplai oleh percabangan palatinus
mayor dan nasopalatina. Dikelilingi oleh pipi, bibir, lidah, dan buccal pad, rugae palatina
terlindungi dari insinerasi atau trauma. Posisi rugae palatina yang terlindungi oleh anatomi kepala
dapat juga mengalami perubahan pola akibat trauma berat, menghisap jari yang ekstrim dan
tekanan persisten akibat perawatan ortodonti dan prostodonti.
19. Angkyloglosia
Etiologi Angkyloglossia
Ankyloglossia atau tongue tie yang disebabkan oleh frenum lingual pendek, tebal atau ketat
membatasi pergerakan lidah. Selain itu, frenum singkat menyebabkan masalah menyusui,
termasuk puting yang sakit dan rusak dan makanan yang tidak mencukupi dapat diikuti oleh
penambahan berat badan yang lebih rendah pada bayi ini. (Nasim, 2013) Ada beberapa bukti
bahwa ankyloglossia bisa menjadi patologi genetik. Tidak diketahui komponen genetik mana
yang mengatur fenotipe dan penetrasi pada pasien yang terkena. Penelitian yang lebih
mendasar diperlukan untuk mengklarifikasi etiopatogenesis ankyloglossia yang tepat.
Ankyloglossia juga ditemukan terkait dalam kasus dengan beberapa sindrom langka seperti
sindrom celah bibir X-linked, sindrom Kindler, sindrom van der Woude, dan sindrom Opitz.
Namun demikian, kebanyakan ankyloglossi diamati pada orang tanpa kelainan bawaan bawaan
atau penyakit lainnya. (Tanay, 2011)
Gejala Klinis Angkyloglossia
1. Frenulum mencegah tonjolan lidah; Frenulum meluas sampai permukaan lidah terlipat;
Frenulum mengotori ujung lidah selama gerakan normal
2. Ujung lidah tidak bisa mencapai puncak gusi; Ujung lidah tidak bisa berayun dari satu
sudut ke mulut; Lidah menampilkan notching saat menonjol; Lidah tidak bisa menonjol
keluar dari gusi bawah
3. Frenulum <1 cm; Lidah berbentuk hati saat menonjol; Perasaan ketat saat jari
diletakkan di bawah lidah sepanjang garis tengah; Lidah tidak bisa mencapai garis gusi
saat menonjol
4. Ketidakmampuan untuk membawa lidah di punggung bawah gusi; Lidah berbentuk
hati saat menonjol
5. Frenulum membentang sepanjang 25% -100% panjang lidah (Hogan, 2005)
6. Frenulum tebal; Lidah berbentuk hati saat menonjol (Griffiths, 2004)
Gambar Lesi
Etiologi
Makroglosia diklasifikasikan embjadi dua yaitu pseudo makroglosia dan true makroglosia. True
makroglosia didapatkan kongenital (sejak lahir) dan akuired (didapatkan). Pseudo makroglosia
disebabkan karena sering menjulurkan lidah.
Gejala Klinis
Tinggi normal dorsum lidah lebih tinggi dengan bidang oklusal gigi-geligi bawah.
Deskripsi Lesi
Limfangioma
Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan masalah dalam rongga
mulut, perawatan makroglosia dapat dilakukan secara surgikal untuk mengurangi besarnya
jaringan lidah yang tidak normal.
21. Mikroglosia
Gambar Lesi
Etiologi
Kongenital, herediter dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin, dapat berupa cacat pada
saraf hypoglosus yang mempersarafi otot lidah, tanpa adanya rangsangan, otot lidah menjadi
atrofi dan lidah menjadi mengecil.
Gejala Klinis
Mengakibatkan gangguan makan dan minum
Deskripsi Lesi
Ukuran lidah kecil, posisi lidah yang jauh lebih ke posterior, sehingga mengurangi daerah
lintasan udara pada saluran pernafasan bagian atas.
Diagnosis Banding
Aglossia