PENDAHULUAN
Erupsi gigi didefinisikan sebagai pergerakan benih gigi dari tempat perkembangannya
dalam prosesus alveolar ke posisi fungsionalnya di rongga mulut. Erupsi gigi adalah
peristiwa fisiologis yang unik, dimana gigi adalah satusatunya organ yang muncul
beberapa bulan atau tahun setelah kelahiran. Ketika terjadi hambatan pada erupsi gigi,
seringkali hal tersebut disebabkan oleh satu atau beberapa faktor sehingga menimbulkan
gigi yang impaksi. Impaksi gigi adalah kondisi patologis di mana gigi gagal mencapai
posisi fungsional normalnya. Gigi molar ketiga adalah gigi yang paling sering terkena
impaksi dan prevalensi dilaporkan antara 16,7 dan 73,82%. Impaksi molar ketiga rahang
bawah lebih sering daripada molar ketiga rahang atas. Ketidakcukupan ruang di daerah
retromolar terkait dengan impaksi molar ketiga rahang bawah dan ketidakcukupan ini
dianggap terkait dengan jalannya pertumbuhan mandibula.
Penyusun : Gostry Aldica Dohude, drg., SpBM, Indra Basar Siregar, drg., M.Kes.,
Syafrinani, drg., Sp. Pros(K)
Seorang pasien wanita usia 50 tahun di rujuk ke RSGM USU, dengan keluhan nyeri pada
gusi gigi geraham ketiga bawah sebelah kiri sejak 6 hari yang lalu dan terasa bengkak.
Pasien meminum obat yang diberikan oleh drg, namun bengkak tidak berkurang. Pada
pemeriksaan klinis, terlihat pembengkakan di gingiva gigi 38, warna lebih merah dari
jaringan sekitarnya, nyeri tekan (+), konsisitensi lunak, gingiva sebagian menutupi
mahkota gigi 38. Edentulous pada regio gigi 14 s/d 16 dan regio gigi 31 s/d 35. Pada
pemeriksaan radiografi panoramik terlihat gigi molar 38, seperti pada foto dibawah ini.
More information:
Pasien sebelumnya menggunakan gigi palsu lepasan pada sisi kiri bawah sejak sekitar 8 tahun
yang lalu. Namun gigi palsu tersebut tidak dapat digunakan lagi karena selalu goyang dan
tidak nyaman apabila di pakai. Pasien dirujuk ke RSGM USU juga untuk pembuatan gigi
palsu yang baru. Pada pemeriksaan klinis di dapatkan linggir datar pada regio gigi 31 s/d 35.
Ketika gigi tiruan dibuka, tampak adanya jaringan gingiva yang berlebih di vestibulum
sepanjang 32-34, warna sedikit lebih merah dari jaringan sekitar dan ada sedikit laserasi
warna merah keputihan di regio 32-34, serta ada linggir alveolar edentulus yang menonjol
pada regio 14 s/d 16, nyeri saat ditekan, warna sama dengan jaringan sekitar.
Learning issue:
a. Gigi impaksi
b. Flabby ridge
c. Eksositosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dari hasil radiografi, sebutkan klasifikasi gigi molar tiga mandibula tersebut
menurut Pell & Gregory dan Winter! (BM)
Klasifikasi impaksi molar ketiga menurut Pell dan Gregory berdasarkan hubungan antara
ramus mandibula dan molar kedua, yaitu dengan cara membandingkan lebar mesio-distal
molar ketiga dengan jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula. Terdapat
tiga kelas yang dikemukakan pada klasifikasi ini (Gambar 2-4).
- Kelas I, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara
distal gigi molar kedua dengan ramus mandibular.
- Kelas II, yaitu ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara
distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.
- Kelas III, yaitu seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus
mandibular.
-Posisi A adalah pada saat bagian tertinggi gigi molar tiga yang impaksi berada sejajar atau
diatas oklusal gigi molar dua disebelahnya.
-Posisi B adalah gigi impaksi berada diatas servikal gigi molar dua tetapi tidak mencapai
oklusal.
-Posisi C adalah pada saat bagian tertinggi gigi molar tiga yang impaksi berada di bawah
servikal gigi molar dua tetangganya. 1,2
Menurut sistem klasifikasi Winter, gigi yang mengalami impaksi dinilai berdasarkan
sudut yang terbentuk antara sumbu panjang gigi molar ketiga dan sumbu panjang gigi
molar kedua mandibula. Klasifikasi Winter adalah sebagai berikut:
a. Vertikal: sumbu panjang molar ketiga sejajar dengan sumbu panjang molar kedua
(dari 10 sampai 10°).
b. Mesioangular: sumbu panjang molar ketiga miring ke arah molar kedua dalam arah
mesial (dari 11 sampai 79 °).
c. Horizontal: sumbu panjang molar ketiga adalah horizontal (dari 80 sampai 100°).
d. Distoangular: sumbu panjang molar ketiga miring ke arah belakang/posterior dari
molar kedua (dari –11 sampai –79°).
e. Buccolingual: sumbu panjang molar ketiga berorientasi pada arah buccolingual
dengan mahkota yang tumpang tindih dengan akar.
f. Lainnya (dari 101 sampai 80°), meliputi mesio invert, disto invert dan disto
horizontal1,2
Penyebab terjadinya mandibula sempit cukup kompleks dan hal ini terutama
disebabkan karena pertumbuhan tulang yang kurang sempurna. Terdapat teori lain yang
mengatakan bahwa pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke
arah depan. Bila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu misalnya, adanya infeksi, trauma,
malposisi gigi, atau gigi susu yang tanggal sebelum waktunya, bisa terjadi impaksi gigi.
Menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh faktor
keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi
besar-besar, maka terdapat kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan
bergigi besar-besar. Pada keadaan ini bisa terjadi kekurangan tempat erupsi untuk gigi
molar ketiga sehingga berpeluang terjadi impaksi.
Sempitnya ruang erupsi gigi molar ketiga bisa juga terjadi karena pertumbuhan rahang
yang kurang sempurna. Hal ini bisa diakibatkan oleh perubahan pola makan. Dewasa ini,
manusia cenderung menyantap makanan-makanan lunak, sehingga kurang merangsang
pertumbuhan tulang rahang. Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak
aktif mengunyah, sedangkan makanan berkandungan serat tinggi memerlukan kekuatan
rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan yang lebih lama justru
menjadikan rahang berkembang lebih baik. Telah diketahui bahwa sendi-sendi di ujung
rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Bila proses mengunyah
kurang, sendi-sendi tersebut akan kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang dengan
semestinya. Rahang yang seharusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit.
Akibatnya gigi molar ketiga yang erupsi terakhir tidak memiliki cukup tempat untuk
tumbuh.1
Siagian K. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah Dengan Komplikasinya Pada
Dewasa Muda. Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 3, November 2011, hlm. 186-194
Pemicu:
Supleman zink
Pada kasus diatas pasien mengalami Flabby ridge sepanjang gigi 32-34, dimana
ketika gigi tiruan dibuka, tampak adanya jaringan gingiva yang berlebih di vestibulum,
warna sedikit lebih merah dari jaringan sekitar dan ada sedikit laserasi warna merah
keputihan. Fibrous atau flabby ridge adalah area superfisial dari jaringan lunak bergerak
yang mempengaruhi ridge alveolar maksila atau mandibula. Flabby ridge berkembang
ketika jaringan lunak hiperplastik menggantikan tulang alveolar dan merupakan temuan
umum dari pemakai gigi tiruan jangka panjang. 5 Diketahui pasien di atas telah memakai
gigi palsu lepasan pada sisi kiri bawah sejak sekitar 8 tahun.
1. Bansal R,dkk. Prosthodontic rehabilitation of patient with flabby ridges with different
impression techniques. Indian J Dent. 2014 Apr-Jun; 5(2): 110–113.
2. Basa S, Uckan S, Kisnisci R. Preprosthetic and oral soft tissue surgery. United
Kingdom: Wiley-blackwell, 2010: 321-23.
3. Kanza Mrhar, Yasmina Cheikh, Khadija El assraoui, and Samira Bellemkhannate. Bone
Hypertrophies In Edentulous Patients: From Diagnosis To Prosthetic Rehabilitation).
Am. J. innov. res. appl. sci. 2020; 11(3): 214-218
2.8 Jelaskan rencana perawatan yang sebaiknya dilakukan terhadap kasus tersebut!
(BM-Prosto)
Pembuatan gigi tiruan cekat pada pasien yang mempunyai flabby ridge dan
esksotosis dapat mempengaruhi dukungan, retensi, dan stabilitas gigi tiruan. Gaya yang
diberikan selama pembuatan cetakan dapat mengakibatkan distorsi jaringan yang
bergerak. Kecuali dikelola dengan tepat dengan teknik cetakan khusus. Penonjolan tulang
harus dihilangkan untuk persiapan pemakaian gigi tiruan. Apabila tidak dihilangkan maka
akan mempengaruhi jaringan lunak, stabilitas, retensi, adaptasi gigi tiruan, dan dapat
mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah.
1) Flabby ridge dapat diatasi ada tiga cara penanggulangan ridge yang flabby, yaitu
pembuangan jaringan flabby dengan pembedahan dan dilanjutkan dengan cara
konvensional, gigi tiruan dukungan implan baik cekat maupun lepasan, dan cara
konvensional tanpa pembedahan. Pada kasus di atas, penanggulannya lebih baik
dilakukan dengan cara konvesional tanpa pembedahan. Walaupun pasien tidak
mempunyai penyakit sistemik. Namun, petimbangan lain seperti pasien di atas
termasuk usia tua harus dilakukan evaluasi sisa tulang alveolar, daerah ridge yang
flabby ini memiliki efek pelindung karena mengurangi trauma pada tulang di
bawahnya, retensi akan berkurang jika dilakukan pembedahan karena hilangnya
kedalaman sulkus.8 Menurut Boucher (1994) hampir semua kasus flabby tissue dapat
dibuatkan gigi tiruan dengan baik tanpa tindakan bedah. Pada kasus lingir flabby
memerlukan modifikasi yang cukup sederhana pada desain sendok cetak. Teknik
cetakan menurut Kawabe dibagi atas 2 tahap melipui:
- Teknik pencetakan anatomis atau preliminary impression : menggunakan teknik
yang bersifat mukostatis atau non pressure impression. Bentuk dan ukuran sendok
cetak yang digunakan adalah sendok cetak yang berukuran tidak terlalu besar
( tidak sama dengan sendok cetak untuk rahang yang edentulous), dengan dua
ketebalan lilin sebagai tissue stop yang terletak pada sendok cetak untuk
mendapatkan kestabilan.
- Teknik pencetakan fisiologis atau secondary impression: menggunakan teknik
selective pressure impression. Model studi yang dibuat dengan teknik pencetakan
mukostatik tadi, daerah lingir flabby ditutupi dengan tiga lapis landasan lilin.
Sendok cetak yang mengenai lingir yang flabby dibuat lubang-lubang agar bahan
cetak yang berlebihan dapat mengalir keluar dengan bebas. Dimana sendok cetak
dapat menutupi daerah mukosa yang stabil.
Kedua prosedur ini memungkinkan untuk membuat keduanya yaitu cetakan yang
bersifat mukostatik untuk lingir yang flabby dan cetakan yang mengunakan tekanan
untuk mukosa yang stabil. Teknik pencetakan ini memungkinkan untuk mendapatkan
retensi yang baik pada gigi tiruan.
2) Eksostosis linggir alveolar edentulus yang menonjol diatasi dengan tindakan
alveoktomi.
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus
alveolaris, baik sebagian maupun seluruhnya. Alveolektomi sebagian bertujuan untuk
mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat menerima gigi tiruan. Indikasi dari
alveoktomi yaitu adanya undercut, cortical plate yang tajam, puncak ridge yang tidak
teratur, tuberositas tulang, dan elongasi, sehingga mengganggu dalam proses
pembuatan dan adaptasi gigi tiruan, Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam
atau menonjol sehingga dapat menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit
setempat. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang tajam,
mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau elongasi, dan menghilangkan
eksostosis.9
3) Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk regio gigi 31-35 dan regio 14-16.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor lokal maupun usia.
Adanya hambatan pergerakan erupsi gigi seperti infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi
susu yang tanggal sebelum waktunya, bisa terjadi impaksi gigi. Pada kasus gigi 38 diatas,
pasien mengalami pericornitis et causa impaksi gigi. Pericornitis ditandai adanya keluhan
nyeri dan bengkak pada gingiva sekitar mahkota yang mengalami erupsi. Hasil pemeriksaan
radografi menunjukkan gigi 38 mengalmi impaksi. Klasifikasi impaksi gigi 38 menurut Pell
& Gregory dan Winter termasuk kelas I, posisi B, mesio angular. Rencana perawatan pada
kasus meliputi pemeriksaan subjektif, objektif, radiografi panoramik. Kunjungan pertama
melakukan irigasi dan pembuangan debris pada daerah peikornitis. Kunjungan berikutnya
melakukan odontektomi pada gigi 38 agar rekurensi tidak terjadi di kemudian hari. Sebelum
odontektomi harus dilakukan informed consent dan juga memberi tahu komplikasi yang
mungkin terjadi pada pasien beruumr 50 tahun seperti fraktur angulus mandibular, cedera
nervus, ekomosis, infeksi pasca bedah, dry socket, dan sebagainya.Peresapan rasional dengan
pemberian pemberian antibiotik, anti-inflamasi dan analgetik untuk membantu mengatasi
berbagai komplikasi tersebut.
Diagnosis tambahan pada kasus, pasien mengalami Flabby ridge sepanjang gigi 32-34
dan mengalami eksostosis / penonjolan tulang dengan linggir alveolar yang tidak teratur pada
region 14-16. Pembuatan gigi tiruan cekat pada pasien yang mempunyai flabby ridge dan
esksotosis dapat mempengaruhi dukungan, retensi, dan stabilitas gigi tiruan. Oleh karena itu,
harus dilakukan penangan dengan melakukan Preprosthetic surgery seperti alveoktomi pada
eksostosis regia 14-16, serta melakuakn modifikasi pencetakan pada daerah flabby ridge.