Anda di halaman 1dari 20

1.Pemeriksaan IO, EO dan penunjang pada kasus? Dan interpreasi RO?

Intraoral

Pada pemeriksaan intraoral dapat dilakukan beberapa metode antara lain :

1. Inspeksi

2. palpasi

Extraoral

Pada pemeriksaan extraoral dapat dilakukan hal yang sama dengan pemeriksaan intra oral

Penunjang

Radiografi panoramik merupakan prosedur ekstraoral sederhana yang menggambarkan daerah


rahang atas dan rahang bawah dalam satu lembar film. Meskipun radiografi panoramik memperoleh
gambaran sekitar gigi yang lebih luas, namun penggunaan radiografi periapikal dapat memberi
keterangan yang lebih jelas dan rinci tentang gigi dan jaringan sekitarnya

perlu diidentifikasi gambaran distribusi pemakaian teknik radiologi periapikal dan panoramik pada
pasien impaksi molar ketiga rahang bawah dan jenis teknik radiologi yang paling sering digunakan
pada pemeriksaan impaksi molar ketiga rahang bawah
Interpretasi

 ROI : lengkap
 Densitas : baik
 Sharpness : baik
 Kontras : minimal
 Distorsi : minimal
 Overlapping : tidak ada
kualitas mutu : diagnostigcally acceptable
alveolar : adanya penurunan sekitar 1-2 mm
elemen gigi 38 : partial eruption (impaksi)
tata laksana : odontektomi
 Terdapat ghost image

Sumber :

 Larry. Peterson. Principles of Management of Impacted Teeth


 Jan Schmidt,dkk .2021. A Review of Evidence-Based Recommendations for Pericoronitis
Management and a Systematic Review of Antibiotic Prescribing for Pericoronitis among
Dentists: Inappropriate Pericoronitis Treatment Is a Critical Factor of Antibiotic Overuse in
Dentistry. Int. J. Environ. Res. Public Health

2.Diagnosis, klasifikasi, gejala klinis, patologi dan epidemiologi?

Diagnosis
Impaksi gigi molar tiga bawah sering ditemukan pada praktek dokter gigi seharihari. Gigi ini tumbuh
pada akhir masa remaja atau awal usia 20-an. Usia ini dianggap sebagai “age of wisdom” (usia di
mana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris disebut “wisdom
tooth”

Posisi gigi molar ketiga mandibula yang belum erupsi dapat sedemikian rupa sehingga pada proses
pertumbuhannya dapat diperkirakan akan menimbulkan gangguan alignment gigi mandibula akibat
daya dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Beberapa ahli berpendapat bahwa gigi impaksi
dapat mendorong gigi tetangganya sehingga menyebabkan missalignment of bite

Klasifikasi

 Winter
Winter menjelaskan tiga garis imajiner, WAR lines yang digambarkan pada
radiograf periapikal yaitu garis White, Amberdan Red. White line ditarik
sepanjang oklusal gigi molar kesatu dan molar kedua dan berakhir di atas
molar ketiga. Garis pertama ini digunakan untuk menilai inklinasi aksial pada
gigi impaksi. Garis kedua Amber line berjalan sepanjang puncak tulang
alveolar di antara gigi molar kesatu dan kedua memanjang hingga distal
sepanjang linea oblik interna. Garis ini mengindikasikan batas tulang
alveolar yang meliputi gigi setelah dilakukan flap. Garis terakhir atau red line
ditarik tegak lurus dari white line melewati red line hingga titik aplikasi
penempatan elevator.
 Pell dan gregory
penilaian gigi molar ketiga berdasarkan dua faktor. Faktor pertama adalah
kedalaman relatif gigi molar ketiga yang terdiri atas kelas A dengan bidang
oklusal gigi impaksi dalam posisi yang sama dengan bidang oklusal gigi molar
kedua, kelas B ketika bidang oklusal gigi impaksi berada di antara bidang
oklusal dan garis servikal gigi molar kedua, dan kelas C apabila bidang
oklusal gigi impaksi dalam posisi di bawah garis servikal gigi molar kedua.
Faktor yang kedua adalah hubungan ramus dan ruangan yang tersedia yang
terbagi menjadi kelas I yakni jarak cukup, kelas II apabila jarak kurang dan
Sebagian gigi terpendam di dalam tulang, serta kelas III ketika tidak ada
ruang sama sekali dan gigi sepenuhnya terletak di dalam tulang.
 Wharfe dan macgregror
WHARFE direkomendasikan oleh Macgregor merupakan sistem penilaian
untuk memprediksi tingkat kesulitan pencabutan gigi molar ketiga. Penilaian
Wharfe merupakan akronim yang terdiridari klasifikasi Winter (Winter
Classification), tinggi mandibula (Height of mandible), angulasi gigi molar
(Angulation of second molar), bentuk dan morfologi akar (Root shape and
morphology, perkembangan folikel (Follicle development), jalur keluar
pencabutan gigi(Path of Exit of the toot during removal).

 Pederson
Pederson mengajukan modifikasi skala Pell dan Gregory yang meliputi tiga faktor
yaitu, posisi gigi molar ketiga (mesioangular, horizontal, vertikal atau
distoangular) dan klasifikasi Pell and Gregory kedalaman relatif (Kelas A, B dan
C) serta hubungan dengan ramus dan ruangan yang tersedia. Skala
Pederson diajukan untuk evaluasi pada radiograf panoramik.
 Rood and shebab
Indikator radiografis posisi gigi dengan risiko tinggi dengan kanalis
mandibularis diidentifikasikan oleh Rood dan Shebab menjadi 7 kategori

 Juodzbalys dan daugela


Penilaian berdasarkan empat posisi gigi impaksi yaitu, posisi mesio-distal gigi
molar ketiga dengan molar kedua dan ramus mandibula, posisi apiko-koronal
dengan puncak tulang alveolar dan kanalis mandibularis (risiko trauma saraf
alveolaris inferior), posisi buko-lingual dengan lingual mandibularis dan dinding
bukal (risiko trauma saraf lingualis) dan posisi parsial. Penilaian dideskripsikan
dalam skor 0-3 (0 konvensional, 1 sederhana 2 sedang, 3 sulit) pada 6 item
(M, R, A, C, B, S)

 The new performa index


Gejala klinis

Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga impaksi yaitu merasa kurang
nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala
terjadinya gigi impaksi ialah:

1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi disekitar
gigi yang diduga impaksi.

2. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal

3. Kista (folikuler).

4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia).

5. Fraktur rahang (patah tulang rahang)

Patologi

Epidemiologi

Gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau awal usia 20-an. Usia ini dianggap sebagai “age of
wisdom” (usia di mana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris
disebut “wisdom tooth”. Oviechina et al mengevaluasi gejala dan pola impaksi gigi molar ketiga
mandibula di Nigeria dan menemukakan bahwa prevalensi gigi impaksi mencapai 88.8% pada yang
berusia 16-30 tahun.

Penyebab kejadian impaksi ini belum diketahui pasti, namun diduga oleh penyebab multifaktorial.
Pada prinsipnya, masalah impaksi timbul karena ketidaksesuaian antara ukuran serta bentuk gigi dan
rahang. Impaksi gigi molar ketiga bawah adalah gigi molar ketiga mandibula yang gagal untuk erupsi
(tumbuh) secara sempurna pada posisinya, oleh karena terhalang oleh gigi depannya (molar kedua)
atau jaringan tulang/jaringan lunak yang padat di sekitarnya.

Sumber :

 Yurika Ambar Lita, Indra Hadikrishna.2020. Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga melalui
pemeriksaan radiografi sebagai penunjang odontektomi. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial
Indonesia
 Krista V. Siagian.2011. PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA BAWAH DENGAN
KOMPLIKASINYA PADA DEWASA MUDA.jurnal biomedik
 Ferhat Ayrancı, M. Melih Omezli, E. Can Sivrikaya, Zeki Rastgeldi.2017. Prevalence of Third
Molar Impacted Teeth: A Cross-Sectional Study Evaluating Radiographs of Adolescents.
JOURNAL OF CLINICAL AND EXPERIMENTAL INVESTIGATIONS 8(2)

3.Bagaimana tatalaksana kasus dan kompliasi dari tatalaksana dan Indikasi dan kontraindikasi?

Tatalaksana
mesioangular

horizontal
vertical
distoangular
Indikasi

a. Pencegahan penyakit periodontal dijadikan sebagai indikasi yang penting diperhatikan dalam
tindakan odontektomi oleh karena merupakan daerah yang paling dekat gigi impaksi sebagai tempat
predisposisi terjadinya penyakit periodontal.

b. Pencegahan karies dan perikoronitis karena daerah tersebut merupakan retensi sisa makanan
dan tempat perkembangan bakteri. Apabila tidak dilakukan pembersihan secara maksimal akan
berisiko mudah terjadi karies dan perikoronitis.

c. Pencegahan resorpsi akar dijadikan sebagai indikasi dalam odontektomi karena gigi impaksi dapat
menyebabkan tekanan pada akar gigi sebelahnya sehingga menyebabkan resorpsi akar. Pencabutan
gigi impaksi dapat menyelamatkan gigi terdekat dengan adanya perbaikan pada sementumnya.

d. Pencegahan kista dan tumor odontogen termasuk indikasi odontektomi karena gigi impaksi yang
berada di dalam tulang alveolar mengakibatkan follicular sacc tertahan. Folikel gigi ini akan
mengalami degenerasi kistik sehingga menyebabkan terjadinya kista dentigerous dan keratokis.
Tumor odontogen dapat terjadi disekitar gigi impaksi yang terbentuk dari folikel gigi.

e. Rasa sakit daerah gigi impaksi akan terjadi karena penekanan syaraf, maka odontektomi akan
menyebabkan dekompresi syaraf daerah tersebut.

Kontraindikasi

a. Lokal

1. Periapikal patologi; apabila pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan menyebar luas

dan sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum dilakukan pencabutan gigi.
2. Adanya infeksi oral seperti Vincent’s Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal ini harus

dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan gigi.

3. Perikoronitis akut; perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan

pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi bakteri akan menurun ke bagian

bawah kepala dan leher.

b. Sistemik

1. Pasien-pasien dengan compromised medis juga menjadi hal penting yang perlu

diperhatikan sebelum odontektomi karena apabila pasien memiliki riwayat medis seperti

gangguan fungsi kardiovascular, gangguan pernapasan, gangguan pertahanan tubuh, atau

memiliki kongenital koagulopati, maka operator sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak

melakukan tindakan pencabutan gigi impaksi atau odontektomi. Akan tetapi, jika gigi

impaksi tersebut bermasalah maka sebelum tindakan operator harus konsultasi medis

terlebih dahulu kepada dokter yang merawatnya.

2. Demam yang asalnya tidak dapat dijelaskan; penyebab paling umum dari demam tersebut

kemungkinan adalah endokarditis bakteri subakut dan apabila dilakukan prosedur ekstraksi

dalam kondisi ini dapat menyebabkan bakteremia, maka sebelum tindakan perlu diberikan

antibiotika sebagai profilaksis.

Sumber :

 Larry. Peterson. Principles of Management of Impacted Teeth


 Fragiskos D. Fragiskos. 2007.Oral Surgery.springer
 Osunde OD, Saheeb BD1 , Bassey GO. Indications and Risk Factors for Complications of
Lower Third Molar Surgery in a Nigerian Teaching Hospital. Annals of Medical and Health
Sciences Research

4.Apa komplikasi gigi 38 tidak segera dirawat dan efek dari impaksi gigi 38 terhadap daerah dan
jaringan sekitarnya?

Komplikasi dalam impaksi antara lain adalah terjadinya pericoronitis. masalahnya bukan hanya
keberadaan bakteri ini tetapi akumulasi, pertumbuhan berlebih, dan manajemen kebersihan yang
buruk di ruang terbatas antara jaringan lunak dan gigi.

Infeksi odontogenik dapat berasal dari dua jalur, yaitu: periapikal, sebagai hasil nekrosis pulpa dan
invasi bakteri ke jaringan periapikal; dan periodontal, sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada
kantong periodontal. Yang paling sering terjadi ialah melalui jalur periapikal, yang berawal dari
penyakit pulpa gigi, yang mengandung elemen neurovaskular gigi. Invasi bakteri di pulpa gigi
menghasilkan nekrosis jaringan neurovaskular. Infeksi akan menyebar dari tulang spongiosa
(cancellous bone) hingga ke lempeng kortikal. Jika lempeng kortikal ini tipis, maka infeksi akan
menembus tulang dan mengenai jaringan lunak. Pertahanan lokal inang, jumlah dan virulensi
bakteri, serta anatomi regional sangat menentukan patogenesis.

Pada jalur periodontal, proses inflamasi terjadi bila virulensi bakteri melebihi pertahanan lokal inang,
atau adanya benda asing yang tersangkut di sulkus ginggiva. Bakteri dan eksudat inflamasi meluas
dari sulkus ginggiva melalui ligamen periodontal ke periapikal atau area radikular akar gigi dan
memperlihatkan reaksi yang sama dengan infeksi gigi periapikal. Produk inflamasi ini dapat juga
melintasi bidang supraperiosteal ke dalam vestibulum oris atau melintasi bidang subperiosteal ke
dalam ruang badan mandibula

Sumber :

 Jan Schmidt,dkk .2021. A Review of Evidence-Based Recommendations for Pericoronitis


Management and a Systematic Review of Antibiotic Prescribing for Pericoronitis among
Dentists: Inappropriate Pericoronitis Treatment Is a Critical Factor of Antibiotic Overuse in
Dentistry. Int. J. Environ. Res. Public Health
 Krista V. Siagian.2011. PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA BAWAH DENGAN
KOMPLIKASINYA PADA DEWASA MUDA.jurnal biomedik

Anda mungkin juga menyukai