Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PPT IMPACTED TEETH (ERUPTIO DIFISILIS)

Disusun oleh :
Gempita Sekar Permata (22010218130048)

Dosen Pembimbing :
drg.Ahmad Saptadi, Sp.BM

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
1. Bagaimana cara menilai tingkat kesulitan pengambilan gigi impaksi
berdasarkan klasifikasi?
Tingkat kesulitan impaksi gigi molar ketiga merupakan indeks yang berperan
dalam memprediksi faktor risiko setiap pembedahan sebelum fase operasi.
Faktor yang memengaruhi tingkat kesulitan pembedahan impaksi gigi molar
ketiga rahang bawah antara lain bentuk dan posisi gigi impaksi, variabel operatif
(teknik pembedahan dan pengalaman operator) dan variabel demografi (usia, jenis
kelamin, etnis dan indeks massa tubuh). Aspek bentuk dan posisi gigi impaksi dan
jaringan sekitarnya dalam sebuah klasifikasi impaksi gigi mengevaluasi beberapa
faktor meliputi, kedalaman gigi molar ketiga didalam tulang rahang, angulasi dan
inklinasi gigi molar ketiga dan bentuk akar dan hubungannya dengan mandibular
kanal.

Klasifikasi Winter :
Winter menyatakan penilaian tingkat kesulitan pembedahan gigi molar ketiga dengan
menjelaskan tiga garis imajiner pada radiograf intra oral yang mengindikasikan
angulasi dan kedalaman gigi dalam tulang.
Winter juga menjelaskan ukuran dan bentuk mahkota, ada dan tidak ada kontak antara
gigi molar kedua dan molar ketiga, kelainan posisi dalam arah oklusal bukal dan
lingual serta bentuk dan posisi akar serta inklinasinya.

Klasifikasi Pell dan Gregory :


Faktor pertama adalah kedalaman relatif gigi molar ketiga yang terdiri atas kelas A
dengan bidang oklusal gigi impaksi dalam posisi yang sama dengan bidang oklusal
gigi molar kedua, kelas B ketika bidang oklusal gigi impaksi berada di antara bidang
oklusal dan garis servikal gigi molar kedua, dan kelas C apabila bidang oklusal gigi
impaksi dalam posisi di bawah garis servikal gigi molar kedua.
Faktor yang kedua adalah hubungan ramus dan ruangan yang tersedia yang
terbagi menjadi kelas 1 dimana jarak antara distal gigi molar kedua dan anterior
ramus mandibula lebih besar daripada diameter mesiodistal mahkota gigi impaksi,
jadi dalam pencabutan tidak dibutuhkan pembuangan tulang, kelas 2 dimana jarak
antara distal gigi molar kedua dan anterior ramus mandibula lebih kecil daripada
diameter mesiodistal mahkota gigi impaksi, dan kelas 3 dimana tidak ada ruang antara
gigi molar kedua dan anterior ramus mandibula, jadi gigi impaksi terbenam didalam
ramus.
Jumlah akar dari gigi impaksi dan hubungannya dengan kanalis mandibularis
juga perlu dipertimbangkan. Pada prosedur bedah, kasus kelas 3 akan lebih sulit
dilakukan karena pencabutan gigi tersebut dibutuhkan pembuangan tulang dalam
jumlah besar dan berisiko terjadinya fraktur mandibula serta kerusakan saraf
alveolaris inferior.

Klasifikasi Pederson :
Posisi gigi molar ketiga (mesioangular, horizontal, vertikal atau distoangular) dan
klasifikasi Pell and Gregory kedalaman relatif (Kelas A, B dan C) serta hubungan
dengan ramus dan ruangan yang tersedia.
Klasifikasi Pederson dapat digunakan dalam menilai kesulitan pembedahan gigi
impaksi namun tidak luas digunakan karena tidak menilai beberapa aspek seperti
densitas tulang, fleksibilitas bukal, dan pembukaan area bukal.

2. Apa pertimbangan kita melakukan pengambilan gigi impaksi dengan anestesi


local atau general anestesi
Pemilihan modalitas anestesi adalah salah satu langkah utama selama
perencanaan operasi molar ketiga. Perencanaan bedah gigi molar tiga membutuhkan
pilihan modalitas anestesi (anestesi lokal atau anestesi umum). Saat ini, terlepas dari
kasus posisi molar ketiga atau perpindahan dalam ruang anatomis, mengingat waktu
operasi umumnya lebih lama dan risiko morbiditas pasca operasi meningkat. Pilihan
modalitas ini bergantung secara fundamental dari pasien.
Mengikuti pedoman dari Royal College of Surgeons of England, general
anestesi dianggap sebagai metode yang sesuai yang mungkin diperlukan untuk
prosedur yang kompleks dan lebih lama tetapi itu berkorelasi dengan risiko yang lebih
tinggi sehubungan dengan local anestesi.
- Anestesi local :
Anestesi lokal (bius lokal) merupakan prosedur pemberian obat-obatan yang dapat
memblokir sementara rasa nyeri dan sensasi pada area tubuh tertentu selama
operasi. Prosedur ini akan membuat area tubuh mati rasa. Pasien akan tetap sadar
dan mungkin merasakan sedikit tekanan selama operasi dilakukan, namun tidak
akan merasa nyeri sama sekali. Anestesi local digunakan pada :
§ Operasi kecil (minor) yang tidak membutuhkan anestesi umum atau regional
§ Operasi atau prosedur yang cepat sehingga pasien dapat pulang setelah
operasi.
§ Operasi yang tidak memerlukan pelemasan otot atau kondisi pasien tidak sadar
§ Anestesi local dapat digunakan pada pasien yang kooperatif
- Anestesi general : prosedur operasi gigi impaksi atau gigi terpendam dengan bius
umum dilakukan jika pengambilan gigi terpendam dilakukan secara multiple
(lebih dari atau sama dengan dua gigi), atau gigi yang terpendam dalam
(imbeded), pasien dengan kecemasan, pasien dengan penyakit penyerta
(komorbid) yang merupakan kontraindikasi lokal anestesi, gigi impaksi dengan
kelainan (kista, tumor rahang, tumor jinak jaringan lunak, perikoronitis), sulit
membuka mulut / trismus, dan pertimbangan lainnya. Pasien akan menghirup obat
melalui hidung. Ketika diberikan anestesi ini, Anda akan hilang kesadaran. Tim
dokter akan memonitor pengobatan, pernapasan, temperatur, cairan dan tekanan
darah. Pasien akan kehilangan memori selama prosedur dan tidak merasakan sakit
dan tersadar kembali setelah operasi selesai.

Daftar Pustaka

1. Lita Yurika Ambar, Hadikriahna. 2020. Klasifikasi impaksi gigi molar ketiga melalui
pemeriksaan radiografi sebagai penunjang odontektomi. Jurnal Radiologi
Dentomaksilofasial Indonesia. Volume 4 (1) : 1-5. DOI: 10.32793/jrdi.v4i1.467
2. Fragiskos. F.D. Oral Surgery. Greek: Springer; 2007: 126-7
3. Constantinides, Biasotto, et al. 2016. Local vs general anaesthesia in the development
of neurosensory disturbances after mandibular third molars extraction: A retrospective
study of 534 cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. Volume 21 (6) : e724-e730.
doi: 10.4317/medoral.21238

Anda mungkin juga menyukai