ABSTRAK
Gigi molar ketiga rahang bawah sering memiliki gangguan erupsi, seperti gigi impaksi. Gigi impaksi
dapat diakibatkan adanya halangan gigi tetangga, lapisan tulang yang padat atau jaringan lunak yang
tebal. Gigi impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai
komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pembedahan yang disebut odontektomi. Tindakan
odontektomi sering menyebabkan komplikasi post odontektomi berupa perdarahan, trismus, edema,
dry socket dan paraestesi. Derajat tingkat kesulitan diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya
komplikasi post odontektomi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara derajat tingkat
kesulitan odotektomi dengan komplikasi post odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah
pada pasien di Instalasi Gigi dan Mulut RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik melibatkan 58 subjek pada gigi impaksi yang telah dilakukan pemeriksaan radiologis,
kemudian dilakukan tindakan odontektomi dan pemeriksaan klinis untuk menilai komplikasi post
odontektomi. Tingkat kesulitan odontektomi ringan, sedang, dan sulit ditentukan berdasarkan
hubungan posisi molar ketiga, kedalaman dan ruang yang tersedia. Berdasarkan hasil uji chi-square
tidak terdapat hubungan antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi gigi
impaksi molar ketiga rahang bawah (p>0,05). Kesimpulan pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi.
Kata kunci: Tingkat kesulitan, odontektomi, komplikasi post odontektomi, gigi impaksi molar ketiga
rahang bawah
ABSTRACT
Lower third molar teeth had interference in eruption frequently like impaction. Impacted teeth is
caused by obstruction of neighboring teeth, compact bone or soft-tissue thickness. Impacted teeth can
interfere masticatory function and often cause various complications. Therefore, it will require
surgery called odontectomy. Odontectomy often causes post odontectomy complications i.e. bleeding,
trismus, edema, dry socket, and paraesthesia. The difficulty level is suspected as a cause of post
odontectomy complications. The purposed of this study was to find out the relationship between
difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on lower third molar teeth
impaction in patient in Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. It was an analytical research
involved 58 subjects on impacted tooth that had radiological examinations and clinical examination to
observed post odontectomy complications. The difficulty level of mild, moderate, and difficult based
on lower third molar position, the depth and available space. Based on the result of chi-square test,
there was no link between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on
lower third molar teeth impaction (p>0.05). Conclusion in this study, there was no significant
relationship between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications.
Key words: Difficulty level, odontectomy, post odontectomy complications, lower third molar teeth
impaction
761
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
762
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
penelitian ini adalah pasien odontektomi gigi baik total maupun sebagian, dan adanya bau
impaksi molar ketiga rahang bawah yang mulut yang tidak normal atau malodour.15,16
berkunjung ke Instalasi Gigi dan Mulut Edema atau pembengkakan diukur
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel secara ekstraoral maupun intraoral. Secara
Abidin Banda Aceh. Sampel adalah sebagian ekstraoral edema diukur jarak antara ujung
dari keseluruhan subjek yang diteliti dan tragus dan ujung bibir pada sisi yang sama dan
dianggap mewakili seluruh populasi.12 Sampel dihitung menggunakan edema coefficient (EC)
dalam penelitian ini adalah pasien yang menggunakan formula dari Carillo et al
mendapatkan tindakan odontektomi gigi molar (1990).
ketiga rahang bawah impaksi di Instalasi Gigi Pengukuran juga dilakukan secara
dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah dr. intraoral, yaitu dengan melihat ada atau
Zainoel Abidin Banda Aceh. tidaknya buccal fold yang terangkat, (+/-).14
Metode pengambilan sampel yang Pengukuran trismus dinilai
dilakukan bukan secara acak (non probability menggunakan Maximum Interincisal Opening
sampling) dengan teknik accidental sampling. Distances (MID), yaitu mengukur jarak antara
Selanjutnya pada pengambilan sampel secara insisal gigi insisif RA dan gigi insisif RB.
accidental ini dilakukan dengan mengambil Menurut Osmani (2001), parameter derajat
kasus atau responden yang kebetulan ada atau trismus adalah sebagai berikut:15
tersedia.13 Dari penghitungan sampel maka
didapatkan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Tabel 1. Parameter derajat trismus 15
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
Derajat Jarak
Pasien yang datang ke Instalasi Gigi Rumah Keterangan
Trismus Interinsisal
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda I 0,09 cm -
Aceh pada waktu dilakukan penelitian. Pasien II 1–1,9 cm -
yang mendapatkan tindakan odontektomi gigi III 2–3 cm -
molar ketiga rahang bawah impaksi. Untuk
Kriteria eksklusi, yaitu pasien yang mengalami Paraestesi ditentukan secara subjektif
impaksi, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan dari pasien dengan melihat tanda-tanda dari
radiologi, pasien yang mengalami infeksi, terjadinya paraestesi berupa rasa kebas yang
abses dan perikoronitis, pasien yang menetap, panas, kesemutan bahkan rasa sakit.
mengalami trismus, pasien yang menggunakan Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi di
kontrasepsi oral, pasien yang sedang daerah sudut mulut, bibir bawah satu sisi,
mengalami menstruasi. dagu, mukosa bagian dalam dari bibir, dan
Peneliti mencari subjek penelitian sesuai gingival sebelah labial.17
dengan kriteria inklusi, lalu meminta Penelitian ini menggunakan subjek
kesediaan subjek untuk mengisi lembar penelitian berupa data primer yang diperoleh
informed consent, setelah mendapat dari pasien yang mengalami komplikasi post
persetujuan maka peneliti akan mengamati odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah
subjek sesuai dengan perhitungan yang telah impaksi di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah
ditentukan. Pemeriksaan dilakukan pada hari Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
pertama dan hari keempat setelah dilakukan Aceh. Data yang didapat akan ditabulasi dan
tindakan odontektomi dengan mengamati kemudian dianalisis secara statistik
tanda-tanda dari komplikasi.3 menggunakan uji chi-square.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari
pembuluh darah yang tidak dapat berhenti HASIL PENELITIAN
sendiri tanpa suatu perawatan. Pada penelitian Pengambilan data pada penelitian ini
ini pengukuran perdarahan dinilai dengan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
melihat ada atau tidaknya perdarahan post Zainoel Abidin Banda Aceh, dimulai pada
odontektomi, (+/-).14 tanggal 3 Maret 2013 sampai dengan 3 Mei
Dry socket ditentukan dengan melihat 2013. Subjek penelitian sebanyak 58 orang
tanda-tanda atau gejala dari terjadinya dry pasien yang mendapat tindakan odontektomi.
socket, antara lain terdapat rasa sakit yang Subjek penelitian terlebih dahulu diberi
konstan 2–4 hari pascaoperasi yang tidak penjelasan mengenai prosedur penelitian,
hilang meskipun telah menggunakan subjek yang menyetujui untuk berpartisipasi
analgesik, tidak terbentuknya bekuan darah dalam penelitian ini mengisi informed consent.
763
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
764
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
post odontektotmi gigi impaksi molar ketiga impaksi dengan terjadinya komplikasi post
rahang bawah berdasarkan derajat tingkat odontektomi.20
kesulitan yang diklasifikasikan oleh Winter Hasil dari penelitian ini juga
dan Pell-Gregory.4 Hasil penelitian diperoleh menunjukkan dari 58 pasien yang melakukan
jumlah pasien yang mengalami derajat tingkat tindakan odontetokmi, pasien yang mengalami
kesulitan sedang merupakan jumlah terbanyak, komplikasi sebanyak 53 pasien (91,4%).
yaitu 54 pasien (93,1%). Pasien yang Komplikasi post odontektomi yang paling
mengalami komplikasi post odontektomi sering terjadi adalah perdarahan pada hari
adalah sebanyak 53 pasien (91,4%). pertama dengan persentase sebesar 96,6% dan
Berdasarkan uji chi-square, pada edema 94,8% disertai trismus 100%.
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal
terdapat hubungan antara derajat tingkat apabila terjadi pada 12–24 jam pertama
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post sesudah pencabutan atau pembedahan gigi.
odontektomi pada pasien di Rumah Sakit Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah jalan terbaik untuk mengontrolnya dan
(p>0,05). Hal ini diduga karena perbedaan dapat merangsang pembentukan bekuan darah
jumlah subjek antara pasien dengan derajat yang stabil.4 Pada hari keempat komplikasi
tingkat kesulitan sedang dan ringan serta sulit post odontektomi yang paling sering terjadi
terlalu besar. Pada hasil penelitian ini pasien adalah edema dan trismus dengan persentase
dengan derajat tingkat kesulitan sedang adalah 91,4%. Edema sebagai akibat trauma
jumlah tertinggi, yaitu 54 pasien (93,1%). Hal setempat, seperti odontektomi terjadi sebagai
ini disebabkan oleh sebagian besar pasien proses radang dengan disertai kemerahan dan
yang berkunjung ke Instalasi Gigi dan mulut rasa sakit. Pada saat terjadi cedera jaringan,
Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan
Aceh adalah pasien gigi impaksi molar ketiga peningkatan volume darah di tempat cedera.
rahang bawah dengan tingkat kesulitan Volume darah yang meningkat di jaringan
sedang, sedangkan pasien gigi impaksi molar dapat menimbulkan perdarahan. Permeabilitas
ketiga rahang bawah yang memiliki derajat vaskular yang meningkat menimbulkan
tingkat kesulitan ringan dan sulit hanya kebocoran cairan pembuluh darah yang
sebagian kecil. Hal ini juga sesuai dengan menimbulkan edema. Adanya pembengkakan
penelitian Adisti dkk (2009) yang menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan
mengemukakan bahwa tidak terdapat pada sel saraf sehingga menimbulkan rasa
hubungan antara derajat tingkat kesulitan nyeri.21 Trismus dapat disebabkan oleh edema
dengan komplikasi post odontektomi, pada pascabedah.3 Hal ini didukung oleh pendapat
penelitian Adisti dijelaskan tidak adanya Osmani (2001) bahwa edema di sekitar bekas
hubungan tersebut diakibatkan sebagian besar pembedahan molar ketiga akan menyebabkan
penderita yang mereka dapatkan berada pada perubahan jaringan disekitarnya dan muskulus
derajat kesulitan ringan dan sedang.3 pengunyahan mengalami kontraksi sehingga
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa akan menimbulkan trismus.22 Vriezen
posisi gigi molar ketiga rahang bawah menjelaskan hal berbeda, menurut Vreizen
terbanyak, yaitu pada posisi IA, IIA, dan IIIA. trismus tidak terjadi karena meningkatnya
Hal ini sesuai dengan penelitian Othman volume dari muskulus karena edema dan
(2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat infiltrate, tetapi lebih disebabkan karena reaksi
hubungan antara kedalaman letak gigi impaksi atas rasa sakit yang disebabkan oleh gerakan
dan arah gigi impaksi dengan komplikasi yang rahang.3 Trismus merupakan gangguan fungsi
terjadi setelah tindakan odontektomi (functio laesa) pada proses peradangan,
disebabkan oleh komplikasi yang paling gangguan fungsi ini disebabkan karena
banyak terjadi berada pada posisi IIA. Othman penumpukan cairan pada tempat cedera
menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan jarak jaringan dan karena rasa nyeri yang
antara molar kedua dan ramus mandibula lebih mengurangi mobilitas pada daerah cedera.22
sedikit dari pada diameter mesiodistal gigi Gbotolorun dkk (2007) pada
molar ketiga yang menyebabkan berkurangnya penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian
jarak elevasi.5 Rebellato dkk (2011) juga besar peneliti setuju komplikasi pascaoperasi
mengungkapkan hal yang sama bahwa mereka lebih sering dikaitkan dengan penilaian tingkat
tidak menemukan hubungan antara posisi gigi kesulitan pencabutan gigi impaksi.18 Berbeda
765
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
dengan hasil penelitian ini yang menyatakan 2. Coulthard P, Horner K, Sloan P. Master
tidak terdapat hubungan antara tingkat dentistry: oral and maxillofacial surgery,
kesulitan dengan komplikasi post radiology, pathology and oral medicine.
odontektomi, penelitian Blondeau dan Daniel England: Elsevier Science Limited
(2007) menunjukkan hasil yang berbeda Churchill Livingstone. 2003: 84–87.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara 3. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim,
posisi gigi impaksi berdasarkan klasifikasi A. Komplikasi post odontektomi gigi
Winter dan Pell-Gregory terhadap komplikasi molar ketiga rahang bawah impaksi.
post odontektomi. Blondeau dan Daniel Jurnal PDGI 2009; 58:20–24.
menyatakan bahwa impaksi mesioangular dan 4. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah
distoangular dikaitkan dengan timbulnya mulut (oral surgery). Jakarta: EGC. 1996:
komplikasi yang lebih besar daripada arah gigi 47–81.
impaksi lainnya. Pada penelitiannya, Blondeau 5. Othman. Impacted mandibular third
dan Daniel juga menemukan gigi impaksi molar among patients attending Hospital
dengan klasifikasi IC, IIC, dan IIIC University Sains Malaysia. Archives of
menimbulkan lebih banyak komplikasi dari Orofacial Sciences 2009; 4:7–12.
pada klasifikasi impaksi dengan posisi A atau 6. Woldenberg Y, Gatot I, Bodner L.
B. Blondeau dan Daniel setuju posisi molar Iatrogenic mandibular fracture associated
ketiga rahang bawah mempengaruhi timbulnya with third molar removal: Can it be
komplikasi post odontektomi.23 Bui dkk prevented?. Med Oral Patol Oral Cir
(2003) juga menjelaskan bahwa meningkatnya Bucal 2007; 12:70–72e.
komplikasi post odontektomi dipengaruhi oleh 7. Bui CH, Seldin EB, Dodson TB. Types,
salah satu faktor, yaitu posisi gigi impaksi. frequencies, and risk factors for
Pada penelitiannya dijelaskan bahwa gigi complications after third molar extraction.
impaksi dengan arah vertikal lebih mungkin J Oral Maxillofac Surg 2003; 61:1379–
terkait dengan komplikasi pascaoperasi, 1389.
sedangkan gigi impaksi dengan arah horizontal 8. Balaji SM. Oral and maxillofacial
lebih cenderung mengakibatkan komplikasi surgery. Delhi: Elsevier. 2009: 230–242.
inflamasi.7 9. Torres JB, Diniz FM, Lago ML, Gude SF.
Secara umum terjadi penurunan jumlah Evaluation of the surgical difficulty in
komplikasi pada hari pertama dan keempat lower third molar extraction. Med Oral
post odontektomi seiring dengan proses Patol Oral Cir Bucal 2010; 15(6):e869–
penyembuhan. Proses penyembuhan dapat e874.
terhambat karena adanya komplikasi terutama 10. Anonymous. Metode penelitian. Available
trismus. Keterbatasan membuka mulut at: http://www.damandiri.or.id/
menyebabkan penurunan nutrisi, kesulitan file/isaunairbab4.pdf. Accessed March 1,
menelan dan kebersihan mulut yang buruk. 2012.
Nutrisi berperan terhadap proses 11. Budiarto E. Metodologi penelitian
penyembuhan.3 kedokteran. Jakarta: EGC. 2003: 58–62.
12. Sharma WCA. Role of hypebaric oxygen
KESIMPULAN therapy in dental surgery. IJASM 2003;
Berdasarkan penelitian yang telah 47(1);23–29.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak 13. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
terdapat hubungan antara derajat tingkat kesehatan. Jakarta: Rineka Chipta. 2005:
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post 138–139.
odontektomi pada pasien di Instalasi Gigi dan 14. Santoso EN. Perbedaan kecepatan
Mulut Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin penyembuhan luka pasca odontektomi
Banda Aceh. molar ketiga rahang bawah antara pasien
dengan inklinasi gigi molar ketiga
DAFTAR PUSTAKA vertikal dan pasien dengan inklinasi gigi
1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR. molar ketiga mesioangular. Available at:
Contemporary oral and maxillofacial http://www.scribd.com/doc/47164753/per
surgery. 4th ed. St. Louis: Mosby Co. bedaan-kecepatan-penyembuhan-luka-
2004: 184–212. paska-odontektomi-molar-ketiga.
Accessed December 14, 2012.
766
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
767