Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita
lakukan sebagai perawat gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan
komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu
waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi. Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang
melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut
dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan
adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya
hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan oeshophagus. Lebih lanjut
daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis
mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia. Tindakan pencabutan gigi
merupakan tindakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar
pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi
dapat dilakukan ditempat praktek. Beberapa kasus perlu penanganan di rumah sakit
oleh karena ada pertimbangan kondisi sistemetik penderita. Tindakan dengan teknik
yang cermat dengan didasari pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor yang
utama dalam melakukan tindakan pencabutan gigi. Jaringan hidup harus ditangani
dengan hati-hati, tindakan yang kasar dalam penanganan akan mengakibatkan
kerusakan atau bahkan kematian jaringan. Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana
keadaan lokal maupun keadaan umum penderita (physical status) dalam keadaan
yang sehat. Kemungkinan terjadi suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan,
mungkin saja dapat terjadi walaupun hanya dilakukan pencabutan pada satu gigi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang
utuh tanpa menimbulakan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak

1
menimbulkan problema prostetik pasca bedah.Pencabutan gigi pertama kali dilakukan
hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah
dalam prosedur pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk
dicabut/dikeluarkan bila hanya menggunakan tang saja maka kemudian dilakukan
pembedahan.Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila
pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabilagigi impaksi
(terpendam). Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau
impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali
dengan pembuatan flap untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang, kemudian
jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. Akhirnya,
jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan pengasahan kembali ketulang atau
lebih baik dengan memotong gigi secara terencana. Pada akhir prosedur ini jaringan
lunak dikembalikan ke tempatnya dan distabilkan dengan jahitan.
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena dapat
menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan, misalkan perdarahan,
edema, trismus, dry soket dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan
agar setiap pencabutan gigi yang ia lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal,
dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus menyesuaikan tekniknya untuk
menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat
pencabutan dari tiap-tiap gigi. Untuk itulah pengetahuan yang mendalam tentang
teknik-teknik pencabutan mutlak diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan
khususnya dengan jalan pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya efek samping/komplikasi yang tidak kita inginkan. Di samping itu,
perawatan pasca-pembedahan juga merupakan suatu hal yang penting agarprosedur
pencabutan gigi yang dilakukan berhasil dengan baik dan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa pengertian pencabutan gigi ?
2. Apa indikasi dalam pencabutan gigi permanen ?
3. Apa kontra indikasi dalam pencabutan gigi permanen ?

2
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswi mampu menjelaskan pengertian pencabutan gigi permanen
2. Mahasiswi mampu menjelaskan indikasi dalam pencabutan gigi permanen
3. Mahasiswi mampu menjelaskan kontra indikasi dalam pencabutan gigi permanen

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pencabutan Gigi


Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan
gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan
jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan
selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Definisi
pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau
akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga
bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah
prostetik di masa mendatang.Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat
komplek yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta
keselurahan bagian tubuh. Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan
prinsip-prinsip keadaan suci hama (asepsis) dan prinsip-prinsip pembedahan
(surgery). Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan tergantung pada
keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang mungkin
akan terjadi.
Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari socket gigi
dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan
keras gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan
adanya jalur terbuka untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan komplikasi
dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh karena itu tindakan aseptic
merupakan aturan perintah dalam bedah mulut. Selalu diingat bahwa gigi bukanlah
“ditarik” melainkan dicabut dengan hati-hati. Hal ini merupakan prosedur
pembedahan dan etika bedah yang harus diikuti guna mencegah komplikasi serius
(fraktur tulang/gigi, perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun
masing-masing gigi merupakan struktur individual yang penting, dan masing-

4
masing harus dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi harus diambil
untuk alasan terapeutik atau kuratif.

B. Indikasi Pencabutan Gigi


Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi
itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak
gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan
gigi:
1. Karies Yang Parah
Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk
pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi
yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk
dilakukan tindakan pencabutan.
2. Nekrosis Pulpa
Sebagai dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan
pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang
tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan
jumlah pasien yang menurun atau perawatan endodontik saluran akar yang
berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik endodontik
standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan
ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk
pencabutan.
3. Penyakit Periodontal Yang Parah.
Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal
yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa
waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas
gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami
mobilitas yang tinggi harus dicabut.
4.Alasan Orthodontik.

5
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan
pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang
paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi
premolar ke-dua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan
pencabutan dengan alasan yang sama.
5. Gigi Yang Mengalami Malposisi
Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan
dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan
tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus
diekstraksi. Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar
kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak
di pipi. Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
6. Gigi Yang Retak
Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang telah
retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan tekhnik
yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan kompleks
tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.
7. Pra-Prostetik Ekstraksi
Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari
peralatan prostetik seperti gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan atau
gigitiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.
8. Gigi Impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan
optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah
pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi
yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis,
impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada
pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.

6
9. Supernumary Gigi
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi
yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan
memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
10. Gigi Yang Terkait Dengan Lesi Patologis
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan.
Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi terapi endodontik
dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap
pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.
11. Terapi Pra-Radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus
memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.
12. Gigi Yang Mengalami Fraktur Rahang
Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar
kadang-kadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian besar
kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika
gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.
13. Estetik
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.
Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau
fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol.
Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah
pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan untuk
memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk
rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.
14. Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua
indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika
pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung
keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien

7
untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan
pencabutan gigi.

C. Kontraindikasi Pencabutan Gigi


1. Kontraindikasi sistemik
a. Diabetes Melitus
Penyakit apadabila tidak terkontrol sangat mempengaruhi
penyembuhan luka. Akibat yang ditimbulkan bila pencabutan gigi dilakukan
pada saat kadar gula darah tinggi antara lain :
- Terjadinya infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas pencabutan.
- Terjadinya sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah.
- Terjadinya perdarahan yang terus menerus akibat infeksi pasca pencabutan.
Oleh karena alasan tersebut di atas,maka biasanya dokter gigi menunda
pencabutan gigi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Gejala dan tanda tanda kinik dirongga mulut :
- Gusi agak membengkak, sakit, merah gelap dan biasanya agak lepas dari gigi
- Insiden karies naik pada DM yang tidk terkontrol
- Jumlah saliva menurun(xerostomia) mulut kering
- Mulut bau aseton
Perawatan gigi penderita:

- Perawatan gigi harus dilakukan 3-4 bulan sekali (semua fokal infeksi harus
dibersihkan)
- Pembersihan karang gigi(skaling) dengan segera
- Penyuluhan pada penderita cara sikat gigi yang baik
- Pemberian vitamin B komplek dan vitamin C dosis tinggi serta antibiotik akan
mempercepat penyembuhan

b. Kelainan Jatung

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan


darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong

8
sehingga terjadi perdarahan. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra
indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak
boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam
penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis
jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin
dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima
tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa
pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah
dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi
penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.
Gejala dan tanda tanda kinik dirongga mulut penderita Penyakit jantung:
- Oral hygiene buruk
- Menumpuknya bakteri Streptococcus viridan. Masuknya bakteri dari rongga
mulut ke dalam aliran darah memudahkan kuman mencapai bagian abnormal
di rongga jantung dan menyebabkan infeksi.
c. Kelainan darah.
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada
pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet
plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi
antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain
itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu
clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin
menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin. Agar tidak terjadi
komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan
seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada
penderita.
a. Purpura hemoragi
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam
gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas
kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut

9
dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi
pendarahan petechie dan ecchimosis.Perlu ditanyakan kepada pasien tentang
riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau pengalaman pendarahan lain.
Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan
waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Leukemia
Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan
prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan
terjadi perdarahan.
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu,
penderita anemia memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme
pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh
darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug
(gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi
antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah Selain itu
juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting
cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi
thrombin, dan akhirnyamembentukdeposisi fibrin.Agar tidak terjadi komplikasi
pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu
perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita

d. Hipertensi
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan
gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin

10
dengan baik antara dokter gigi dan pasien, diharapkan pasien menjadi tenang
dan nyaman. Selain itu, prosedur perawatan yang memakan waktu mungkin
dapat dibagi menjadi beberapa sesi, supaya pasien tidak duduk terbaring
terlalu lama di dental chair.Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol
beresiko untuk mengalami perdarahan paska pencabutan gigi. Hal ini
berkaitan dengan obat bius yang digunakan umumnya mengandung
vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan lama) yang berefek
menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat.
Hal ini dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi
perdarahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah
sebelum tindakan pencabutan dilakukan. Jika tekanan darah pasien tinggi,
pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam
terlebih dulu untuk mengontrol tekanan darah.

e. Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia
dan palpitasi, keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara
difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat badan
susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan
menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih. Tindakan bedah mulut,
termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya
yaitu setengah sadar,sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi
obat penenang. Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah
mulut, termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid
dan kegagalan jantung.Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu
daya tahan terutama tubuh sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan
penyembuhan akan memakan waktu yang lama.

11
2. Kontraindikasi lokal
Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu
infeksi akut jaringan disekitar gigi.
1. Infeksi Gingival Akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative
gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)

2. Infeksi Perikoronal Akut


Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota
gigi molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika
gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan
gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan
menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di
bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang.
Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari
gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.

3. Sinusitis Maksilaris Akut


Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga
hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran
pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan.
Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga

12
hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.
Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong
terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut:
• Nyeri, sakit di sekitar wajah
• Hidung tersumbat
• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
• Kurang peka terhadap bau dan rasa
• Eritem di sekitar lokasi sinus
• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah

4. Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas
adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar
melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia.
Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan
tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi
berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara
adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien
telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini
akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian
pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh
tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang
disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma
Respon Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome =

13
SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk
kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :

a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan
jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh
bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan
dari lidah dan rahang bawah. Dalam pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi
yang harus di ketahui oleh perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada
pasien agar tidak merugikan bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri.

B. Saran
Dalam pencabutan gigi ada indiksi dan kontra indikasi yang harus di ketahui oleh
perawat gigi dalam sebelum melakukan tindakan kepada pasien agar tidak merugikan
bagi pasien maupun perawat gigi itu sendiri. Jadi sebagai perawat gigi kita harus
mengtahui dan paham menganai indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi
permanen.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://ainulyannasari.blogspot.com/2016/04/indikasi-dan-kontraindikasi-
pencabutan_22.html
Hendra chandra, M. 2014 . buku petunjuk praktis pencabutan gigi. Jakarta : sagung
seto
Bakar, Abu. 2012 kedokteran gigi kliniks.Yogyakarta: Quantum Sinergi Media

16

Anda mungkin juga menyukai