Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan sehari-hari yang
kita lakukan sebagai dokter gigi. Walapun demikian tidak jarang kita
temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan.
Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi
kemungkinan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang
melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan
tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat
mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut
yaitu adanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan
oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana
terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh
manusia.
Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami,
walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan
ditempat praktek. Beberapa kasus perlu penanganan di rumah sakit oleh
karena ada pertimbangan kondisi sistemetik penderita.
Tindakan dengan teknik yang cermat dengan didasari pengetahuan
serta ketrampilan merupakan faktor yang utama dalam melakukan
tindakan pencabutan gigi. Jaringan hidup harus ditangani dengan hati-hati,
tindakan yang kasar dalam penanganan akan mengakibatkan kerusakan
atau bahkan kematian jaringan.
A. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini akan memberikan pengetahuan tentang:
1. Definisi pencabutan gigi

1
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi gigi
3. Jenis-jenis indikasi ekstraksi gigi
4. Kontraindikasi ekstraksi gigi
5. Teknik ekstraksi gigi
6. Komplikasi pasca ekstraksi gigi

B. MANFAAT
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk menjelaskan
bagaimana teknik/cara pengadukan bahan tumpatan yang baik dan
benar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui definisi pencabutan gigi
2. Untuk mengetahui apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi
gigi
3. Untuk mengetahui untuk mengetahui apa saja indikasi ekstraksi gigi
4. Untuk mengetahui apa saja kontraindikasi ekstraksi gigi
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik ekstraksi gigi
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pasca ekstraksi gigi

2
BAB II

KEGIATAN BELAJAR 1

EKSTRAKSI GIGI

1. KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi kegiatan operator dalam pencabutan gigi.

2. MATERI POKOK
1. Definisi pencabutan gigi
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi gigi
3. Jenis-jenis indikasi ekstraksi gigi
4. Kontraindikasi ekstraksi gigi
5. Teknik ekstraksi gigi
6. Komplikasi pasca ekstraksi gigi

3. URAIAN MATERI
1. DEFINISI PECABUTAN GIGI SULUNG
Menurut Pedlar dkk (2001) pencabutan gigi merupakan suatu
prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang, elevator, atau
pendekatan transveolar. Pencabutan bersifat irreversible dan terkadang
menimbulkan komplikasi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau
akar yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil
mungkin pada jaringan penyangganya sehingga luka bekas pencabutan
akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema prostetik
pasca-bedah.1(Kusumaningrum, A. (2008, Oktober). Diambil kembali dari
lib.ui.ac.id.)

3
2. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PENCABUTAN GIGI
Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang operator baik itu dokter
gigi maupun perawat gigi harus benar-benar mengetahui keadaan pasien
untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan membahayakan
sebelum, saat maupun setelah ekstraksi gigi. Sebelum melakukan tindakan
ekstraksi, perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa riwayat alergi,
pengobatan yang sedang dilakukan, riwayat cabut gigi sebelumnya, dan
kemungkinan reaksi anastesi yang pernah dialami sebelumnya. Hal ini
perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi,
antara lain:
a. Anatomi gigi menentukan jenis alat pencabutan, gerakan
pencabutan dan posisi pencabutan
b. Anastesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa
sakit
c. Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan
d. Tidak menggunakan tenaga yang besar
e. Pemeriksaan kembali gigi yang baru dicabut

Ekstraksi gigi harus sesuai dengan indikasi. Indikasi ekstraksi pada gigi permanen
tidak sama dengan gigi decidui (gigi sulung).2(Mirawati, Ellis. Lucia Yauri.,
dan Rini I. Sitanaya. (2013). Dasar Dasar Pencabutan Gigi.)

3. INDIKASI EKSTRAKSI GIGI


Ada beberapa indikasi dilakukannya tindakan pencabutan
gigi. Indikasi dilakukan pencabutan gigi adalah pada gigi
supernumerary, gigi impaksi, gigi yang diduga sebagai fokal
infeksi, gigi yang mengalami nekrosis dan infeksi periapikal dan
tidak dapat dilakukan terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan
tumor, gigi yang terlibat dalam fraktur rahang, dan gigi sulung
yang persisten. Selain itu tindakan ekstraksi juga dapat dilakukan
pada gigi yang sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk
alasan estetik, dan juga untuk kepentingan perawatan orthodontik
dan prosthodontik.3(Kusumaningrum, A. (2008, Oktober). Diambil
kembali dari lib.ui.ac.id.)

Sedangkan menurut Starshak (1980) dan Kruger (1974),


indikasi dilakukannya pencabutan gigi adalah sebagai berikut:

4
1.) Gigi dengan patologis pulpa, baik akut maupun kronik, yang
tidak mungkin dilakukan terapi endodontik harus dicabut.
2.) Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa
penyakit pupa atau periodontal, harus dicabut ketika
restorasinya akan menyebabkan kesulitan keuangan bagi pasien
dan keluarga.
3.) Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan
perawatan merupakan indikasi ekstraksi. Pertimbangan ini juga
meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana
perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga
menghasilkan perawatan yang bermanfaat.
4.) Gigi malposisi dan overeruption.
5.) Gigi inpaksi dan denture bearing area harus dicabut sebelum
melakukan pembuatan protesta.
6.) Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah
kehilangan tulang yang lebih besar.
7.) Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus
dicabut untuk meminimalisasi kemungkikan infeksi,
penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya rahang.
8.) Tipe dan desain protesa gigi dapat membutuhkan satu atau
beberapa gigi yang sehat sehingga dapat dihasilkan protesa
yang diharapkan.
9.) Ekstraksi profilaksis harus diperhatikan.
10.) Pasien yng sedang menjalani terapi radiasi.

Indikasi Ekstraksi Gigi Sulung


a. Gigi yang sudah goyang dan sudah waktunya untuk
tanggal.
b. Gigi yang masih kuat tertanam di dalam tulang, tetapi gigi
penggantinya sudah keluar.
c. Gigi yang sudah waktunya tunggal, tetapi masih persistensi.
Bila pada rontgen foto tampak pengganinya sudah akan
keluar.
d. Gigi susu yang akarnya meninggalkan ulcus decubitus.
e. Gigi susu yang seringkali menimbulkan abses.
f. Gigi susu yang merupakan fokal infeksi.
g. Gigi susu yang merupakan penyebab infeksi jaringan
sekitarnya.
Indikasi Ekstraksi Gigi Permanen

5
a. Gigi dengan karies besar sehingga tidak dapat ditambal lagi
dan tidak dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya
pada gigi dengan akar bengkok, ataupun saluran akar buntu.
b. Gigi yang sangat goyah, oleh karena resorbsi tulang
alveolar misalnya pada atropi senilis, patologis, maupun
trauma.
c. Gigi impaksi
d. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan
perawatan konsual dari bgaian ortodontik dengan
mempertimbangkan pencabutan gigi untuk mendapatkan
tuangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.
e. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan
gigi yang tidak sehat dapat merupakan sumber infeksi bagi
tubuh.
f. Gigi yang menyebabkan trauma pada jaringan lunak
sekitarnya.
g. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala
dan leher dapat dilakukan ekstraksi gigi yang terkena
radiasi. Radiasi dapat menyebabkan kerapuhan gigi, karies
pada gigi, dan pada gigi yang sebelumnya sudah rusak bila
terkena radiasi dapat menjadi lebih parah. Komplikasi yang
paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapiradiasi
adalah septikimia dan osteoradionecrosis/ORN (Koga etal,
2008)
h. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih
dan tidak normal.
i. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh.
Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit berkelanjutan
pada penderita sehingga gigi tersebut menjadi non-vital
atau mati.
j. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan
menjadipatologis karena hilangnya pembuluh darah dan
jaringan ikat, sehingga kondisi ini membuat akar gigi tidak
vital.
k. Gigi yang terletak pada garis fraktur tulang alveolar.
l. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu
reposisi.

Keinginan pasien untuk dicabut giginya.4(Mirawati, Ellis. Lucia Yauri., dan Rini I.
Sitanaya. (2013). Dasar Dasar Pencabutan Gigi.)

6
4. KONTRA INDIKASI EKSTRAKSI

Untuk mendukung diagnosa yang benar dan tepat serta menyusun


rencana perawatan yang tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan,
maka sebelum dilakukan tindakan eksodonsi atau tindakan bedah lainnya
harus dipersiapkan dahulu suatu pemeriksaan yang teliti dan lengkap.
Yaitu dengan pertanyaan adakah kontra indikasi eksodonsi atau tindakan
bedah lainnya yang disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik. Kontra
indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter spesialis akan memberi ijin
atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan
bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa
penderita.5(Mirawati, Ellis. Lucia Yauri., dan Rini I. Sitanaya. (2013). Dasar Dasar
Pencabutan Gigi.)

1. Kontra indikasi sistemik


Bila dijumpai suatu kontra indikasi yang bersifat sistemik, Iangkah
yang harus dilalui yaitu mendapat kepastian apakah penderita telah ada
dalam pengawasan dokter ahli, apakah penyakit yang dideritanya telah
dalam keadaan terkontrol. Berikut adalah daftar penyakit sistemik yang
merupakan kontra indikasi dilakukan eksodonsia pada penderitanya.
2. Penyakit jantung.
Riwayat kesrehatan berikut im dapat menunjukkan kecurigaan
terbadap penyakit jantung dan memerlukan rujukan ke dokter spesialis.
Tanda yang dapat dijadikan patookan adalah adanya tanda sesak nafas,
kelelahan khronis, palpitasi, sukar tidur, vertigo. Cyanosis pada bibir lidah
dan kuku dyspnoe pada eksesi; pembesaran vena sevikal; edema kaki;
eksoptalmus dengan goiter; nervous ditandai dengan berkenngat terus;
takikardi; petechiae.
Penderita yang mempunyai riwayat penyakit jantung rema harus
mendapat konsultasi dan dokter ahli, profilaksi obat Pemsilin sebelum dan
sesudah eksodonsia dilakukan. Katup jantung yang sudah mengalami
kerusakan merupakan tempat transit kuman Streptokokus Vindans yang
umumnya dapat ditemui dalam aliran darah sesudah dilakukan eksodonsia.
Kuman tersebut akan masuk kedalam jantung melalui katup sehingga akan
terjadi keadaan yang disebut Subacute Bacterial Endocarditis.
3. Penderita hamil
Operator sering menghadapi penderita hamil yang akan dilakukan
eksodonsia, yang menjadi masalah adalah apakah penderita tersebut akan
mampu menerima perawatan eksodonsia atau lebih baik ditunda sampai

7
melahirkan. Meskipun diketahui bahwa bukan tindakan bedah mulut yang
menjadi penyebab keguguran janin tersebut tetapi harus berhati-hati untuk
menghadapi segala kemungkinan karena masyarakat yang tidak mau tahu
atau tidak mengerti tentang hal itu.
4. Kelainan darah
Penyakit kelainan darah yang merupakan kontra indikasi untuk
dilakukan eksodonsia adalah: lekemia, purpura hemoragika, hemofihia,
anemia pernisiosa. Bagi seorang dokter gigi paling sedikit harus
mengetahui tanda-tanda penyakit kelainan darah tersebut agar dalam
megerjakan eksodonsia atau tindakan bedah mulut Iainnya dengan aman.

Lekemia

a. Lekemia mielogenous
Penderita merasa lemah, berat badan berkurang, terdapat
tanda-tanda anaemia, terdapat pembesaran limpa, perut merasa
mual dan kembung. Kadang-kadang demam, gangguan
gastrointestinal, terdapat fenomena ptechiae, perdarahan gusi
b. Lekemia limfatika
Terdapat tanda-tanda badan makin lama mudah lelah dan
lemah. Terdapat pembesaran limfonodi di seluruh tubuh. Terdapat
fenomena perdarahan yaitu gusi mudah berdarah dan petechiae.
Perdarahan pasca eksodonsia atau tonsilektomi.
c. Purpura hemoragika
Mempakan keadaan defisiensi asam askorbat atau disebut
scurvy. Pada keadaan yang lanjut akan teijadi perdarahan gusi
danfragilitas kapiler sehingga akan meidah terjadi perdarahan,
terdapat petechiae dan echymosis Tanda- tanda penyakit DM ini
adalah poliuri ( banyak kencing), polidipsi (banyak minum ), dan
polifagi (banyak makan). Dalam keadaan akut berat badan merosot
dan badan lemah, pmritus, penyembuhan luka terhambat, gangguan
penglihatan, parestesi dan neuritis. Hal ini disebabkan karena kadar
gula darah yang tinggi.
5. Nefritis
Pada keadaan radang ginjal ini terjadi dysuria, hematuria,
albuminuria, penderita merasa kedinginan dan menggigil,
uremia,xerostomia dan haitosis. Pencabutan gigi akan
memperparah keadaan nefritis. Rawat darurat eksodonsia penderita
nefritis sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli.
6. Toksik goiter

8
Tanda - tandanya adalah sebagai benkut: nerveus, tremor
emosi tidak stabil, takikardi, palpitasi, kenngat keluar berlebihan,
glandula thyroid membesar secara difus (kadang - kadang tidak),
exopthalmus, berat badan turun Pada penderita ini tidak boleh
dilakukan tindakan bedah mulut termasuk eksodonsia, karena dapat
menyebabkan keadaan krisis tiroid yang disertai dengan cardiac
embrasment dan kegagalanjantung. Penderita sebaiknya dikujuk ke
dokter ahli untuk mendapatkan perawatan sebelum menerima
tindakan bedah.
7. Jaundice
Tanda-tandanya adalah kulit berwarna kekuning-kuningan
desebut bronzed skin, konjungtiva juga berwama kekuningan, juga
mukosa rongga mulut. Tindakan eksodonsia pada penderita akan
menyebabkan prolonged haemorrhage yaitu perdarahan yang
berlangsung lama, maka sebelum pencabutan gigi sebaiknya
penderita dirujuk thhulu ke dokter ahli untuk mendapatkan
perawatan.
8. Sifihis
Pada penderita sifihis daya tahan tubuhnya sangat rendah
sehingga sangat mudah berkembang suatu infeksi pasca bedah dan
penyembuhan luka terhambat. Perawatan sifihis perlu dilakukan
terlebuh dahulu sebelum melakukan tinthka bedah mulut atau
eksodonsia.
9. Malignansi oral
Pada malignansi oral yang mendapatkan terapi radiasi atau
kemoterapi aktivitas sel-sel jaringan rendah, sehingga daya
resistensinya kurang terhadap infeksi. Eksodonsia yamg dilakukan
akan menyebabkan penyembuhan jaringan yang tidak baik bahkan
dapat terjadi osteoradionekrosis. Apabila perawatan radiasi
memang terpaksa harus dilakukan maka semua gigi-gigi pada
daerah yang akan terkena radiasi dicabut terlebih
6
dahulu. (Dwihardjo, B. (2004). Diambil kembali dari elisa.ugm.ac.id.)

5. Teknik Ekstraksi Gigi


Pada dasarnya hanya dua metode pencabutan gigi. Metode pertama
yang cukup memadai dalam sebagian besar kasus biasanya disebut
pencabutan dengan tang (forceps extraction) dan terdiri dari pencabutan
gigi atau akar dengan menggunakan tang atau elevator atau kedua-duanya.
Paruh alat-alat ini ditekan masuk ke dalam membran periodontal antara

9
akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini lebih baik disebut sebagai
pencabutan intra-alveolar.
Metode pencabutan gigi yang lain adalah memisahkan gigi atau
akar dari perlekatannya dengan tulang. Pemisahan dilakukan dengan
mengambil tulang penyangga akar gigi itu yang kemudian dikeluarkan
dengan menggunakan elevator dan atau tang. Teknik ini sering disebut
trans-alveolar.2 Metode ini digunakan untuk kasus akar sisa atau gigi yang
dipertimbangkan sulit untuk diekstraksi. Seorang dokter harus melakukan
perawatan bertahap untuk operasi ini, analisis dengan hati- hati ukuran
flep, banyaknya tulang yang dibuang dan poin utama aplikasi teknik ini
untuk mengeluarkan gigi atau akar dengan baik.12
Baik pada gigi molar satu dan molar dua mandibula memiliki dua
akar. Selama proses ekstraksi gigi molar satu, pertama tekanan tang
dilakukan pada bagian bukal, diikuti oleh tekanan pada bagian lingual.
Kadang-kadang tekanan rotasi dapat membantu proses ekstraksi. Tang
Cowhorn sangat membantu ekstraksi gigi ini, sebagaimana memegang gigi
tepat pada furkasi dan antara kedua akar, lalu tang akan bergerak ke
bukalingual.

6. Komplikasi Pasca Ekstraksi Gigi


Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi akan dijumpai
beberapa masalah kesehatan yang sama dan terdapat pada masing-masing
pasien pencabutan gigi. Hal demikian yang akan menjadi faktor risiko
terjadinya komplikasi pencabutan gigi. Beberapa faktor resiko yang
biasanya menjadi penyebab komplikasi pencabutan gigi antara lain
penyakit sistemik, umur pasien, keadaan akar gigi dan adanya gangguan
pada sendi temporomandibular.
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai
faktor dan bervariasi pula dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi
dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan dan
jauh setelah pencabutan.7(Nababan, P. (2017). Diambil kembali dari
repository.usu.ac.id.)

Menurut Archer (1975); Goldman (1977); Morris (11983); Meyer


(1987); Yuwono (1992), komplikasi pada saat melakukan pencabutan:
1. Fraktur akar
2. Pendarahan
3. Tercabutnya gigi tetangga
4. Fraktur gigi tetangga

10
5. Fraktur segmen labial atau bukal tulang alveolar yang luas dan
melibatkan jaringan mukoperiosteal
6. Fraktur rahang
7. Laserasi gingiva

Menurut Archer (1975); Goldman (1977); Morris (1983); Meyer


(1987); Yuwono (1992), komplikasi pasca pencabutan yang sering terjadi:
1. Rasa sakit
2. Dry socket
3. Perdarahan
4. Edema
5. Hematoma
Rasa Sakit
1) Rasa sakit adalah gejalah yang paling sering ditemukan dalam
rongga mulut, wajah, dan leher, serta merupakan alasan utama
kunjungan pasien ke dokter gigi.
2) Nilai biologis rasa sakit adalah biasanya menunjukka adanya
kerusakan pada jaringan. Namun, parahnya rasa sakit tidak selalu
seimbang dengan luasnya kerusakan, dan rasa sakit kadang muncul
walaupun tidak ditemukan kerusakan organ.
3) Rasa sakit biasanya timbul di perifer, dengan terjadinya stimulasi
pada reseptor,kemudian akan mengalami modifikasi ke arah pusat.
Dangan demikian, persepsi rasa sakit dapat mengalami komplikasi
oleh faktor budaya, kognitif (misalnya, perhatian, pengalihan
perhatian) dan emosi,juga dapat dimodifikasi oleh pengalaman rasa
sakit sebelumnya.
Dry Socket
Dry socket dapat dikarakteristikan sebagai rasa sakit pasca
pencabutan dan adanya soket yang terbuka selama 2-7 hari pasca
pencabutan. Soket kadang-kadang tertutup oleh jaringan flap yang
menyulitkan pendeteksi masalah yang sebenarnya. Pada tahap awal, soket
dapat terisi oleh jaringan granulasi yang nekrotik.
Nyeri dry socket dapat berakhir selama berapa hari hingga
beberapa minggu dan kadang-kadang memerlukan perawatan ulang. Rasa
sakit pada telinga dan/atau leher pada sisi yang sama tidak jarang terjadi.
Hal tersebut dapat menimbulkan bau yang tidak sedap tetapi umumnya
tidak terdapat suppurasi.
Menurut Goldmen (1977); Koerner (1986), dry socket dapat terjadi
karena:
1) Tidak terjadi pembekuan darah.

11
2) Kurangnya bekuan atau terlepasnya bekuan darah yang sudah
terjadi.
3) Awal pembentukan yang merupakan sub bagian.tertinggal di
belakang dari soket yang terbuka.

Lysis dapat terjadi karena satu atau lebih dari penyebab berikut:

- Bahan-bahan kimia, obat sistemik atau cairan tubuh yang memacu


aktifitas fibrinolitik.

- Rangsangan jaringan menghasilkan aktifitas fibrinolisis (seperti


bacterium treponema denticola).
Pendarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem pembuluh darah
akibat rusaknya pembuluh darah baik oleh trauma maupun akibat kelainan
elemen-elemen darah.
Perdarahan pasca pencabutan dapat disebabkan oleh:
1) Perdarahan mekanik
Perdarahan yang terjadi akibat trauma sehingga pembuluh darah
terputus dan aliran darah tidak dapat berhenti karena bekuan darah
rusak atau terlepas daerah yang terluka. Ada tiga tipe perdarahan:
a. Perdarahan primer
b.Perdarahan intermediet
c. Perdarahan sekunder.

2) Perdarahan biokimia
Perdarahan yang terjadi akibat adanya kelainan pada susunan
elemen darah atau pada sistem vaskular yang mencegah terjadinya
bekuan dan organisasi sel-sel darah. Ada dua tipe perdarahan biokimia:
a. Purpura
b. Kelainan pembekuan darah.
Perhatian harus dipusatkan pada riwayat kesehatan secara keseluruhan
dan pengawasan gangguan perdarahan yang cukup berat. Jika terjadi
masalah seperti ini maka dianjurkan agar segera berkonsultasi pada dokter
yeng merawatnya.
Edema
Edema pasca pencabutan disebabkan karena akumulasi lokal cairan
jaringan yang mengikuti prosedur bedah mulut. Edema pasca pencabutan
yang hebat hampir selalu disebabkan karena kerapatan jahitan luka.
Penanganan jaringan yang tidak hati-hati sering dihubungkan dengan
keluarnya darah pasca pencabutan. Apabila terdapat banyak perdarahan

12
dalam jaringan kemungkinan dapat berkembang suatu hematoma. Bila
dilakukan penjahitan setelah melakukan pencabutan, sebaiknya jahitan
tidak terlalu rapat. Tindakan pencegahan yang dapat diberikan untuk
mengurangi derajat edema adalah pemberian “ice pack”, terapi enzim
proteolitik tidak efektif dalam mempengaruhi kecepatan resolusi pasien
bedah mulut. Adanya pembengkakan edema yang ringan merupakan reaksi
normal pada trauma, biasanya akar reda dengan cepat dan menghilang
dalam waktu 48 jam. Edema yang nyata pada palpasi dapat dianggap
sebagai hematoma yang terinfeksi dan dirawat sebagaimana mestinya.
Bilamana terjadi edema yang hebat pada hari setelah operasi
sebaiknya lepaskan jahitan satu atau lebih.

Hematoma
Hematoma terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam
jaringan akibat tertusuknya pembuluh darah arteri maupun vena oleh
jarum anastesi sewaktu melakukan injeksi. Hematoma berkembang pada
pipi. Injeksi ke daerah tuberositas atau blok nervus posterior superior
sering menyebabkan terbentuknya hematoma.8(Sultan, F. (2014). Diambil
kembali dari repository.unhas.ac.id.)

7. Perdarahan Pasca Ekstraksi


Perdarahan adalah komplikasi yang terjadi pasca pencabutan gigi.
Pada luka pencabutan sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap setiap
kemungkinan adanya perdarahan spesifik dari arteri atau kemungkinan
anomali lainnya.
Berdasarkan tipe pembuluh darah yang terlibat, perdarahan dapat
berasal dari arteri, vena dan pembuluh kapiler. Perdarahan dari pembuluh
arteri artinya terjadi rupturnya arteri. Perdarahannya cepat,berdenyut dan
warnanya merah cerah. Hilangnya darah dari pembuluh vena berupa darah
berwarna gelap dan darahnya mengalir cepat. Perdarahan kapiler memiliki
karakteristik perdarahan yang merah muda kebiruan. Perdarahannya tidak
parah dan mudah dikontrol dengan tekanan menggunakan tampon, tetapi
bagi kelainan koagulasi darah sangat mungkin terjadinya kehilangan darah
yang besar dari kapiler.
Faktor resiko terjadinya perdarahan pencabutan gigi adalah akibat
penggunaan medikasi antikoagulan/antiplatelet, penyakit sistemik,
traumatik ekstraksi, laserasi jaringan, trauma pembuluh darah besar,
infeksi, trauma pada soket akibat terpisahnya bekuan (clot) dan tidak
mengikuti instruksi pasca pencabutan.

13
Waktu perdarahan pasca pencabutan gigi dapat terjadi primary,
reactionary , intermediate bleeding dan secondary haemorrhage. Primary
bleeding terjadi bersamaan dengan waktu pencabutan. Mekanisme
hemostatis pada tubuh akan menghentikan perdarahan dengan membentuk
bekuan darah (clot). Reactionary hemorrage terjadi 2-3 jam setelah
prosedur sebagai hasil penghentian vasokontriktor.12,16 Jika primary
bleeding berhenti, maka luka akan berdarah lagi setelah 24 jam atau
beberapa hari, dan ini dikenal sebagai secondary bleeding. Itu bisa terjadi
disebabkan : (a)lepasnya bekuan darah atau (b)trauma pada luka
pencabutan, (c)infeksi yang juga alasan untuk terjadinya secondary
bleeding. Infeksi menyebabkan erosinya dinding pembuluh darah. (d)
tekanan darah pasien cukup tinggi menyebabkan tekanan eksternal pada
pembuluh darah menjadi alasan terjadinya secondary bleeding. Perdarahan
yang terjadi dalam 8 jam setelah berhentinya primary bleeding disebut
intermediate bleeding. Adanya benda asing masuk pada bekas luka seperti
kalkulus, sisa tulang yang pecah dan mulai meluasnya jaringan granulasi
pada soket pencabutan adalah penyebab terjadinya intermediate bleeding.

Perawatan Perdarahan Pasca Pencabutan


Jika ada arteri yang pada jaringan lunak, maka sebaiknya di kontrol
dengan menekan langsung yaitu dengan cara menjepit dan kemudian
menjahitnya dengan benang jenis absorbable. Jika tidak ada arteri pada
daerah ekstraksi, maka seluruh kontrol hemostatik dapat dilakukan dengan
prosedur yang sudah umum dilakukan yaitu dengan menekan langsung
pada jaringan lunak kira-kira selama 5 menit. 2 Pada pasca pencabutan,
soket dapat ditutup dengan gauze normal salin atau tampon. Ditekan oleh
pasien dengan cara digigit pada hemostatik selama 2 menit. Evaluasi
bagian perdarahan tersebut 2-5 menit setelah pencabutan dan hemostatik di
lepaskan.
Perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ada dalam tulang
dapat terjadi dalam beberapa ekstraksi gigi. Pada beberapa kasus,
perdarahan dari dalam soket dapat ditahan dengan meletakkan hemostatik
gauze. Soket sebaiknya ditutup dengan sponge gauze ukuran 2x2 inci yang
telah dilipat agar tepat menutup luka ekstraksi. Pasien diberikan intruksi
untuk menggigit kuat daerah diatas sponge gauze sekitar 30-60 menit.
Jangan membolehkan pasien pulang sampai hemostatis berhasil, periksa
soket daerah ekstraksi pasien, sekitar 15 menit setelah operasi selesai.
Gantikan gauze dengan yang baru dan ulangi kembali selama 30 menit. 2
Jika perdarahan tetap terjadi, pasien diminta untuk kembali di esok
harinya.

14
Pada beberapa pasien perdarahan masih tetap terjadi. Maka
kombinasi terapi antifibrinolytic lokal dan agen hemostatik lokal efektif
mencegah perdarahan pasca operasi setelah pencabutan gigi.9(Nababan, P.
(2017). Diambil kembali dari repository.usu.ac.id.)

D. RANGKUMAN
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau
akar yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil
mungkin pada jaringan penyangganya sehingga luka bekas pencabutan
akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema prostetik
pasca-bedah.
Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang operator baik itu dokter
gigi maupun perawat gigi harus benar-benar mengetahui keadaan pasien
untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan membahayakan
sebelum, saat maupun setelah ekstraksi gigi. Sebelum melakukan tindakan
ekstraksi, perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa riwayat alergi,
pengobatan yang sedang dilakukan, riwayat cabut gigi sebelumnya, dan
kemungkinan reaksi anastesi yang pernah dialami sebelumnya. Hal ini
perlu dilakukan agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman.

E. LATIHAN/TUGAS
SOAL-SOAL PILIHAN GANDA:
1. Gigi yang diindikasikan dilakukan pencabutan gigi adalah pada gigi...
a) Gigi yang mengalami infeksi periokonal akut
b) Gigi yang mengalami sinusitis maksilaris akut
c) Gigi yang mengalami gingival akut
d) Gigi yang impaksi
e) Gigi yang masih bisa dirawat/dipertahankan

2. Tindakan ekstraksi gigi susu dapat dilakukan pada gigi...


a) Infeksi mulut
b) Pendarahan yang tidak diinginkan
c) Yang seringkali menimbulkan abses
d) Radang akut
e) Gigi yang masih bisa dirawat

3. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut,
dengan tujuan agar...
a) Meminimalisasi kemungkinan infeksi
b) Mencegah kehilangan tulang yang lebih besar

15
c) Menghasilkan protesa yang baik
d) Mencegah protesa pecah
e) Memungkinkan terjadinya penyatuan tulang rahang

4. Indikasi untuk ekstraksi gigi permanen yaitu...


a) Gigi impaksi
b) Gigi susu yang seringkali menimbulkan abses
c) Gigi susu yang sudah goyang dan sudah waktunya untuk tanggal
d) Gigi susu yang merupakan fokal infeksi
e) Gigi yang masih kuat tertanam di tulang, tetapi gigi penggantinya
sudah keluar

5. Salah satu indikasi ekstraksi gigi permanen yaitu untuk kepentingan


ortodontik, hal ini dilakukan agar...
a) Tidak terjadi infeksi jaringan sekitar
b) Agar menjadi sumber infeksi bagi tubuh
c) Mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam perawatannya
d) Meminimalisir terjadinya kerapuhan gigi
e) Menghalangi gigi terkena radiasi

6. Untuk mendukung diagnosa yang benar dan tepat serta menyusun


rencana perawatan yang tidak menimbulkan akibat yang tidak
diinginkan, maka yang perlu dilakukan adalah...
a) Langsung melakukan pemeriksaan
b) Mempersiapkan suatu pemeriksaan yang teliti dan lengkap
mengenai kontraindikasi eksodonsi
c) Mengabaikan kontraindikasi saat ingin melakukan ekstraksi gigi
d) Mengabaikan ijin dari dokter spesialis
e) Melakukan ekstraksi gigi tanpa pengawasan dari dokter ahli

7. Penyakit jantung merupakan salah satu jenis kontraindikasi pencabutan


gigi. Tanda yang dapat dijadikan patokan terhadap penyakit jantung
yaitu...
a) Kadang kadang demam dan muda lelah
b) Gangguan gastrointestinal
c) Terdapat fenomena ptechiae
d) Pendarahan gusi dan pembesaran limfonodi
e) Kelelahan kronis dan palpitasi

16
8. Daya tahan tubuh yang sangat rendah sehingga sangat mudah
berkembang suatu infeksi pasca bedah dan penyembuhan luka
terhambat merupakan tanda tanda dari salah satu jenis kontraindikasi
ekstraksi gigi, yaitu...
a) Sifihis
b) Nefritis
c) Toksik goiter
d) Jaundice
e) Purpura hemoragika

9. Periodontitis yang parah akan berdampak pada kehilangan tulang yang


berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversible. Pada keadaan seperti
ini, tindakan yang perlu dilakukan adalah...
a) Menunggu kesiapan pasien
b) Menunggu persetujuan dokter ahli
c) Harus dicabut karena memiliki mobilitas yang tinggi
d) Menunggu sampai gigi benar benar tanggal
e) Mempertahankan gigi tersebut

10. Jika tidak ada arteri pada daerah ekstraksi, maka seluruh kontrol
hemostatik dapat dilakukan dengan prosedur yang sudah umum
dilakukan, yaitu dengan menekan langsung pada jaringan lunak yang
dilakukan selama...
a) 5 menit
b) 3 menit
c) 4 menit
d) 10 menit
e) 8 menit

11. Perdarahan dari pembuluh darah yang ada dalam tulang dapat terjadi
dalam beberapa ekstraksi gigi. Pada beberapa kasus, perdarahan dari
dalam soket dapat ditahan dengan meletakkan hemostatik gauze. Soket
sebaiknya ditutup dengan sponge gauze yang berukuran...
a) 2x3 inci
b) 1x2 inci
c) 2x2 inci
d) 3x3 inci
e) 3x1 inci

17
12. Perdarahan yang terjadi dalam 8 jam setelah berhentinya primary
bleeding disebut?
a) Primary bleeding
b) Secondary bleeding
c) Tertiary bleeding
d) Intermediate bleeding
e) Spontaneous bleeding

13. Waktu perdarahan pasca pencabutan gigi dapat terjadi...


a) Primary, reactionary, intermediate bleeding dan secondary
hoemorrhage
b) Primary, secondary hoemorrhage dan reactionary
c) Primary, intermediate bleeding dan reactionary
d) Primary dan reactionary
e) Primary dan secondary hoemorrhage

14. Tipe perdarahan biokimia adalah...


a) Sel-sel darah
b) Purpura
c) Purpura dan kelainan pembekuan darah
d) Pendarahan
e) Kelainan darah

15. Menurut Goldemen (1977), Koerner (1986), dry socket dapat terjadi
salah satunya karena...
a) Terjadinya pembekuan darah
b) Tidak terjadinya pembekuan darah
c) Terlepasnya bekuan darah
d) Rangsangan jaringan
e) Kelainan pembekuan darah

16. Mekanisme hemostatispada tubuh akan menghentikan perdarahan


dengan membentuk bekuan darah (clot). Reactionary hemorrage terjadi
selama...
a) 2-3 jam
b) 3-4 jam
c) 1-2 jam
d) 2-4 jam
e) 5-6 jam

18
17. Ahli yang mengemukakan bahwa pencabutan gigi merupakan suatu
prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang, elevator, atau
pendekatan transveolar adalah...
a) Pedlar dkk (2001)
b) Kusumaningrum (2001)
c) Strshack (1980)
d) Kruger dkk (1974)
e) Haris (1980)

18. Di bawah ini yang termasuk dalam tipe perdarahan biokimia adalah...
a) Purpura
b) Intermidiet
c) Perdarahan sekunder
d) Perdarahan primer
e) Mekanik

19. Perdarahan terjadi akibat trauma sehingga pembuluh darah terputus


dan aliran darah tidak dapat berhenti karena bekuan darah rusak atau
terlepas daerah yang terluka, merupakan pengertian dari...
a) Perdarahan pasca ekstraksi
b) Perdarahan intermidiet
c) Perdarahan primer
d) Perdarahan biokimia
e) Perdarahan mekanik

20. Dislokasi pada tindakan pencabutan gigi dapat dihindari dengan cara...
a) Menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan
dititik beratkan pada septum interdental
b) Menitik beratkan pada gigi yang akan dicabut dan memberikan
anastesi yang tepat
c) Rujukan
d) Menggunakan tang dan dijepit menggunakan tangan pada gigi
yang berdekatan
e) Memberikan aspirasi

21. Dibawah ini yang termasuk penyebab terjadinya hematoma adalah...


a) Karena adanya ekstravasasi darah ke dalam jaringan akibat
tertusuknya pembuluh darah arteri maupun vena oleh jarum
anastesi sewaktu melakukan injeksi

19
b) Karena akumulasi lokal cairan jaringan yang mengikuti prosedur
bedah mulut
c) Karena adanya penggunaan medikasi antikoagulan/antiplatet
d) Karena rusaknya pembuluh darah baik oleh trauma maupun akibat
kelainan elemen elemen darah
e) Karena adanya kelainan pada susunan elemen darah atau sistem
vaskular

22. Salah satu penyebab tertinggalnya akar gigi adalah...


a) Letak akar yang tidak sempurna
b) Akar gigi yang tidak dipegang secara efektif
c) Elevator yang tidak tepat
d) Anamnesa yang tidak teliti
e) Posisi pencabutan yang tidak tepat

23. Pada pendarahan yang berlebih, tindakan yang diberikan adalah...


a) Mencari pembuluh darah yang bocor
b) Mengangkat karies
c) Merujuk ke rumah sakit terdekat untuk memperoleh perawatan
yang lebih intensif
d) Scalling pada calculus yang menempel
e) Memberikan obat

24. Seorang operator memeriksa gigi pasien yang berumur 7 tahun. Pada
pemeriksaan tersebut, gigi sulung pasien masih kuat tertanam di dalam
tulang, akan tetapi gigi penggantinya sudah keluar. Tindakan yang
selanjutnya perlu dilakukan adalah...
a) Melakukan tindakan ekstraksi gigi sulung
b) Menunggu hingga gigi sulung goyah dan akan tanggal kemudian
melakukan ekstraksi
c) Menunggu kesiapan pasien kemudian melakukan tindakan
ekstraksi
d) Tidak melakukan tindakan ekstraksi
e) Melakukan ekstraksi tanpa anastesi
25. Menurut Goldmen (1977) di bawah ini yang merupakan salh satu
penyebab dry socket dapat terjadi adalah...
a) Kurangnya bekuan atau terlepasnya bekuan darah yang sudah
terjadi
b) Terjadi pembekuan darah
c) Bahan-bahan kimia

20
d) Fraktur akar
e) Laserasi gingiva

SOAL ESSAY

1. Jelaskan pengertian ekstraksi gigi menurut Pedlar dkk!


Jawab: Menurut Pedlar dkk (2001) pencabutan gigi merupakan suatu
prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang, elevator, atau
pendekatan transveolar. Pencabutan bersifat irreversible dan terkadang
menimbulkan komplikasi.

2. Sebutkan beberapa indikasi dilakukannya tindakan pencabutan gigi


permanen!
Jawab: Indikasi dilakukan pencabutan gigi adalah pada gigi
supernumerary, gigi impaksi, gigi yang diduga sebagai fokal infeksi, gigi
yang mengalami nekrosis dan infeksi periapikal dan tidak dapat dilakukan
terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, gigi yang terlibat
dalam fraktur rahang, dan gigi sulung yang persisten.

3. Langkah apa yang harus dilakukan apabila dijumpai suatu kontra indikasi
yang bersifat sistemik?
Jawab: Langkah yang harus dilalui yaitu mendapat kepastian apakah
penderita telah ada dalam pengawasan dokter ahli, apakah penyakit yang
dideritanya telah dalam keadaan terkontrol.

4. Sebutkan faktor resiko yang biasanya menjadi penyebab komplikasi


pencabutan gigi!
Jawab:
1) Penyakit sistemik
2) Umur pasien
3) Keadaan akar gigi
4) Adanya gangguan pada sendi temporo mandibular

5. Apa yang dimaksud dengan Dry Socket?


Jawab: Dry Socket adalah rasa sakit pasca pencabutan dan adanya soket
yang terbuka selama 2-7 hari pasca pencabutan.

21
BAB III

PENUTUP

A. HARAPAN

Modul ini merupakansalah satu bahan ajar mata pelajaran


exodontia. Namun, harus mengerti pula bahwa modul ini bukanlah satu
satunya rujukan dalam materi dasar-dasar pencabutan. Semoga modul ini
dapat menyajikan materi pembelajaran secara mekanik dan
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
efektif.

22
KUNCI JAWABAN

A. TUGAS/LATIHAN PILIHAN GANDA


1. D
2. C
3. A
4. A
5. C
6. B
7. E
8. A
9. C
10. A
11. C
12. D
13. A
14. C
15. B
16. A
17. A
18. A
19. E
20. A
21. A
22. B
23. C
24. A
25. A

23
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrum, Asti. 2008. Indikasi dan kontraindikasi ekstraksi gigi. [Internet].


Tersedia di: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125030-R19-BM
146%20Frekuensi%20distribusi-Literatur.pdf

Dwirahardjo, Bambang. 2004. Bedah Mulut. [Internet]. Tersedia di:


http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50209/psfk5e6h47va7d9vbt9f8pphf5

Sultan, Fitria. 2014. Prevalensi Terjadinya Kesalahan Operator Pada Tindakan


Ekstraksi Gigi di RSGM Kandea. [Internet]. Tersedia di:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/14197/BAB%20ll%20b
aru.pdf?sequence=5

Nababan, Pratiwi. 2017. Perbandingan efektivitas Pemberian Hemostatik Topikal


Feracrylum 1% dengan Tanpa pemberian Feracrylum 1% terhadap pembentukan
Koagulum Darah pada Ekstraksi Gigi Molar 1 Mandibula di Departemen Bedah
Mulut. [Internet]. Tersedia di:
http://repository.usu.ac.id/bitstrean/handle/123456789/68439/Chapter%20ll.pdf?s
equence=4&isAllowed=y

Mirawati, Ellis. Lucia Yauri., dan Rini I. Sitanaya. 2013. Dasar Dasar Pencabutan
Gigi. Makassar: Poltekkes Kemenkes Makassar.

24

Anda mungkin juga menyukai