PENDAHULUAN
Gigi impaksi pada umumnya berhubungan dengan molar tiga, biasanya pada gigi
yang terakhir berkembang. Gigi tersebut terletak pada bagian paling belakang mulut,
setelah gigi molar kedua dan berdekatan dengan jalan masuk ke tenggorokan. Gigi
impaksi biasanya tidak memiliki ruang yang cukup untuk erupsi dengan baik ke dalam
mulut dimana gigi tersebut dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan ruang tersebut
disebabkan karena terhalang oleh tulang atau jaringan lunak sehingga dapat
menyebabkan efek yang merugikan pada kesehatan gigi. Terdiri atas :
1. Impaksi jaringan lunak : ini merupakan tulang rahang yang adekuat untuk gigi
impaksi erupsi, tetapi ruangan tidak cukup memberikan jaringan gingiva posisi
yang baik dan melekat ke gigi. Hal ini menyebabkan masalah baru karena ini
tidak memungkinkan untuk menjaga daerah menjadi bersih. Infeksi biasa terjadi,
2.
berbagai
kelainan dalam mulut, rahang dan bagian-bagian wajah (Donoff,1997). Impaksi molar
tiga rahang atas biasanya dimulai dari daerah sekitar servikal molar kedua rahang
atas bagian posterior. Erupsi molar tiga rahang atas biasanya terjadi pada usia sekitar
20 tahun, dimana erupsi molar ketiga atas pada wanita lebih lambat 6 bulan
dibandingkan pada pria (Andreasen,1997).
Proses erupsi pada gigi molar tiga atas biasanya diikuti oleh erupsi gigi molar tiga
bawah.
Frekuensi impaksi molar tiga atas tidak sebanyak molar tiga bawah, berdasar
study di Amerika dan Skandinavia ditemukan satu dari empat individu dengan impaksi
molar tiga atas (Andreasen, 1997).
Pengambilan gigi molar tiga merupakan tindakan operasi di bagian bedah mulut
yang sering dilakukan. Pengambilan gigi impaksi rahang atas lebih beresiko
dibandingkan pengambilan gigi impaksi rahang bawah, oleh karenanya dibutuhkan
evaluasi melalui pemeriksaan radiografi pada pasien yang berumur di bawah 20 tahun
(Andreasen, 1997).
ETIOLOGI
Dari kebanyakan impaksi molar tiga atas disebabkan oleh kekurangan ruangan
sehingga menyebabkan terjadinya ektopik benih gigi molar tiga (Andreasen, 1997).
Terjadinya gigi impaksi juga disebabkan oleh berkurangnya ukuran atau besarnya
maksila dan mandibula secara perlahan sesuai dengan teori evolusi, sehingga maksila dan
mandibula menjadi terlalu kecil untuk tempat molar tiga (Andreasen, 1997). Penyebab
kekurangan ruangan juga disebabkan oleh regresi dari rahang yang berhubungan dengan
berkurangnya jumlah gigi, dimana terjadi ketidakseimbangan antara lebar gigi-gigi dan
ukuran rahang oleh karenanya gigi molar tiga yang berkembang tidak mempunyai cukup
ruangan untuk bererupsi secara normal. Selain itu terdapat pula kemungkinan penyebab
lain yaitu faktor lokal yaitu :
1. Letak gigi yang tidak beraturan
2. Adanya tekanan gigi sebelah yang berlebihan
3. Kepadatan tulang dan jaringan sekitarnya
4. Adanya radang kronis
padat.
5. Retensi gigi sulung yang lama
6. Gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.
KLASIFIKASI
Gigi impaksi molar tiga menurut archer dikalsifikasikan : mesioangular,
distoangular, vertikal, horizontal, bukoangular, linguoangular atau inverted. Gigi biasanya
lebih sering tampak dengan inklinasi mesial atau distal dengan permukaan oklusal
posisinya agak ke bukal.(Fragiskos)
Gambar :
Selain itu gigi impaksi molar tiga juga dikalsifikasikan (Archer), berdasarkan
kedalaman dari impaksi dibandingkan dengan molar kedua ke dfalam tiga kategori :
-
Klas A : Permukaan oklusal dari gigi impaksi kira-kira sama dengan permukaan
oklusal gigi molar kedua.
Klas B : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan mahkota
dari gigi molar kedua.
Permukaan oklusal mahkota di bawah servikal dari gigi molar kedua, atau lebih
dalam, bahkan jika di bawah akar.
INDIKASI OPERASI
Pengambilan gigi molar tiga harus dilakukan jika terdapat kelainan dan tidak
dapat dipertahankan. Prosedur operasi dilakukan jika ditemukan akibat yang merusak
atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika benar-benar
tidak berfungsi dan hanya menjadi sumber komplikasi. Dewasa ini operasi gigi molar tiga
makin meningkat kearah profilaktik karena alasan berkembangnya anestesi lokal yang
modern dan memungkinkan dilakukannya prosedur operasi tanpa rasa sakit.
1. Indikasi Profilaktik
a. Kurangnya Fungsi
Jika gigi molar tiga impaksi tidak bisa digunakan sebagai fungsi
mastikasi karena gigi tersebut dapat menyebabkan sumber komplikasi
b. Profilaksis Infeksi
Erupsi gigi molar tiga biasanya berjalan lamban karena lemahnya gaya
erupsi. Karakteristik anatomi ini mendorong timbulnya symptom yang
biasa dikenal sebagai perikoronitis yang sering menimbulkan keluhan
dan komplikasi peradangan
c. Profilaksis Ortodonti
Tekanan erupsi gigi molar tiga yang berjejal akan menimbulkan
tekanan ke mesial pada gigi-gigi di depannya (Crowding). Tekanan
mesial ini dapat mempengaruhi perawatan ortodonti.
2. Indikasi Prostetik
Gigi molar tiga impaksi sebaiknya dikeluarkan sebelum pembuatan
mahkota gigi-gigi molar kedua jika tidak dikeluarkan tentunya akan
berpengaruh terhadap pekerjaan prostetik karena tekanan pertumbuhan dari
gigi molar tiga impaksi sehingga timbul masalah bagi pemakai geligi tiruan.
3. Indikasi Bedah Mulut
Gigi molar tiga yang teletak pada garis fraktur harus dilakukan
pengangkatan karena dapat menimbulkan infeksi pada daerah fraktur.
Indikasi lain pada bedah ortognati dimana gigi molar tiga terletak pada region
osteotomi dapat menimbulkan komplikasi peradangan seperti pada fraktur,
selain itu pula tekanan gigi molar tiga juga dapat meningkatkan kemungkinan
relaps setelah dilakukan pergeseran mandibula ke belakang.
4. Indikasi Terapetik
Gigi molar tiga harus dikeluarkan pada gigi dengan :
a. Perikoronitis
b. Karies dan kelainan pulpa
c. Kista (Kista folikuler)
d. Sepsis fokal
KONTRA INDIKASI
1. Pasien tidak menghendaki giginya diambil.
2. Kemungkinan besar terjadi kerusakan pada struktur penting di sekitarnya
3. Tulang yang menutupi sangat padat
radiografi umumnya
selain itu dapat menggunakan radiografi oblique occlusal view untuk melihat
kedalaman gigi impaksi ( Andreasen, 1997)
2. Persiapan lokal
Pembersihan daerah sekitar operasi : pembersihan karang gigi,plak, jika
diperlukan pemberian desinfeksi mulut sebelum operasi.
3. Anestesi
Umumnya operasi molar tiga rahang atas dapat dilakukan dengan anestesi
local disini dapat dilakukan injeksi blok pada nervus superior posterior dan nervus
palatinus mayor. Penambahan vasokonstriktor dianjurkan agar diperoleh
kedalaman yang cukup dan anestesi yang lama yang dapat memberikan daerah
operasi yang relatif bebas darah, sehingga tidak menghalangi pandangan saat
operasi dilakukan.
PROSEDUR OPERASI
1. Insisi
Insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel no 15, insisi dilakukan
sesuai
dengan
rencana
operasi
pada
dasarnya
keadaan
berikut
ini
gigi
impaksi
dibuka
dengan
rasparatorium,
bagian
palatal
2. Osteotomi
Struktur tulang pada rahang atas umumnya tidak padat sehingga jarang
diperlukan osteotomi yang luas, hanya pada kasus kasus tertentu seperti kelainan
pada akar, atau bentuk gigi yang tidak beraturan, karena daerah ini dekat dengan
antrum.
3. Pengeluaran Gigi Impaksi
Umumnya jika gigi impaksi telah nampak maka gigi tersebut dapat segera
dikeluarkan, baik secara utuh maupun terbagi-bagi menggunakan bor atau pahat
sehingga bagian gigi dapat terungkit dan dikeluarkan.
4. Penutupan luka
Setelah dilakukan osteotomi dilakukan pembersihan, pemeriksaan soket,
pinggiran yang tajam dihaluskan dengan bor atau dengan rongeur, setelah
perdarahan dihentikan dilakukan penjahitan interrupted, umumnya 3
cukup untuk menutupi tepi luka
jahitan
10
11
12
KESIMPULAN
Impaksi gigi molar tiga rahang atas seringkali menyebabkan terjadinya pelbagai
kompikasi. Untuk mengatasinya diperlukan prosedur pengambilan gigi impaksi dengan
prosedur pembedahan. Dengan perkembangan pelbagai jenis anestesi maupun teknik
operasi serta rencana perawatan yang tepat memungkinkan prosedur operasi dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang timbul akibat dari gigi impaksi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andreasen. J.O. 1997. Textbook and Color Atlas of Tooth Impactions, 1th ed St. Louis.
Mosby.
Fragiskos DF., 2007., Text Book of Oral Surgery., School of Dentistry, University of
Athens, Greece
Donoff. R.B. 1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed St. Louis. Mosby
Dym. H., Ogle OE. 2001. Atlas of Minor Oral Surgery, 1th ed Philadelphia. W.B.
Saunders
Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa Purwanto, EGC, Jakarta
Peterson LJ., Ellis E., Hupp JR., Tucker MR. 2003. Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery. 4thEd. St. Louis Missouri. Mosby.
Tetsch. P., Wagner W. 1992 . Pencabutan Gigi Molar tiga. Alih bahasa Agus Djaya
EGC, Jakarta
.