Anda di halaman 1dari 13

1

IMPAKSI MOLAR TIGA RAHANG ATAS

PENDAHULUAN
Gigi impaksi pada umumnya berhubungan dengan molar tiga, biasanya pada gigi
yang terakhir berkembang. Gigi tersebut terletak pada bagian paling belakang mulut,
setelah gigi molar kedua dan berdekatan dengan jalan masuk ke tenggorokan. Gigi
impaksi biasanya tidak memiliki ruang yang cukup untuk erupsi dengan baik ke dalam
mulut dimana gigi tersebut dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan ruang tersebut
disebabkan karena terhalang oleh tulang atau jaringan lunak sehingga dapat
menyebabkan efek yang merugikan pada kesehatan gigi. Terdiri atas :
1. Impaksi jaringan lunak : ini merupakan tulang rahang yang adekuat untuk gigi
impaksi erupsi, tetapi ruangan tidak cukup memberikan jaringan gingiva posisi
yang baik dan melekat ke gigi. Hal ini menyebabkan masalah baru karena ini
tidak memungkinkan untuk menjaga daerah menjadi bersih. Infeksi biasa terjadi,
2.

sehingga menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan.


Impaksi tulang parsial : terdapat ruang yang cukup untuk memberikan gigi
impaksi erupsi sebagian tetapi tidak dapat berfungsi pada proses pengunyahan.
Sebagian gigi tertutup oleh tulang dan jaringan lunak. Sehingga susah untuk

menjaga daerah bersih dan masalah biasanya berkembang.


3. Impaksi tulang komplit : tidak terdapat ruang yang cukup untuk gigi erupsi. Gigi
tersebut semuanya tertutup oleh tulang.
Impaksi gigi terbanyak adalah molar tiga dan seringkali harus dilakukan
pengambilan. Impaksi gigi molar tiga

seringkali menjadi penyebab

berbagai

kelainan dalam mulut, rahang dan bagian-bagian wajah (Donoff,1997). Impaksi molar
tiga rahang atas biasanya dimulai dari daerah sekitar servikal molar kedua rahang
atas bagian posterior. Erupsi molar tiga rahang atas biasanya terjadi pada usia sekitar
20 tahun, dimana erupsi molar ketiga atas pada wanita lebih lambat 6 bulan
dibandingkan pada pria (Andreasen,1997).

Proses erupsi pada gigi molar tiga atas biasanya diikuti oleh erupsi gigi molar tiga
bawah.
Frekuensi impaksi molar tiga atas tidak sebanyak molar tiga bawah, berdasar
study di Amerika dan Skandinavia ditemukan satu dari empat individu dengan impaksi
molar tiga atas (Andreasen, 1997).
Pengambilan gigi molar tiga merupakan tindakan operasi di bagian bedah mulut
yang sering dilakukan. Pengambilan gigi impaksi rahang atas lebih beresiko
dibandingkan pengambilan gigi impaksi rahang bawah, oleh karenanya dibutuhkan
evaluasi melalui pemeriksaan radiografi pada pasien yang berumur di bawah 20 tahun
(Andreasen, 1997).
ETIOLOGI
Dari kebanyakan impaksi molar tiga atas disebabkan oleh kekurangan ruangan
sehingga menyebabkan terjadinya ektopik benih gigi molar tiga (Andreasen, 1997).
Terjadinya gigi impaksi juga disebabkan oleh berkurangnya ukuran atau besarnya
maksila dan mandibula secara perlahan sesuai dengan teori evolusi, sehingga maksila dan
mandibula menjadi terlalu kecil untuk tempat molar tiga (Andreasen, 1997). Penyebab
kekurangan ruangan juga disebabkan oleh regresi dari rahang yang berhubungan dengan
berkurangnya jumlah gigi, dimana terjadi ketidakseimbangan antara lebar gigi-gigi dan
ukuran rahang oleh karenanya gigi molar tiga yang berkembang tidak mempunyai cukup
ruangan untuk bererupsi secara normal. Selain itu terdapat pula kemungkinan penyebab
lain yaitu faktor lokal yaitu :
1. Letak gigi yang tidak beraturan
2. Adanya tekanan gigi sebelah yang berlebihan
3. Kepadatan tulang dan jaringan sekitarnya
4. Adanya radang kronis

yang menyebabkan mukosa disekitarnya menjadi

padat.
5. Retensi gigi sulung yang lama
6. Gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.

KLASIFIKASI
Gigi impaksi molar tiga menurut archer dikalsifikasikan : mesioangular,
distoangular, vertikal, horizontal, bukoangular, linguoangular atau inverted. Gigi biasanya
lebih sering tampak dengan inklinasi mesial atau distal dengan permukaan oklusal
posisinya agak ke bukal.(Fragiskos)

Gambar :

klasifikasi impaksi menurut Archer

Selain itu gigi impaksi molar tiga juga dikalsifikasikan (Archer), berdasarkan
kedalaman dari impaksi dibandingkan dengan molar kedua ke dfalam tiga kategori :
-

Klas A : Permukaan oklusal dari gigi impaksi kira-kira sama dengan permukaan
oklusal gigi molar kedua.

Klas B : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada pertengahan mahkota
dari gigi molar kedua.

Permukaan oklusal mahkota di bawah servikal dari gigi molar kedua, atau lebih
dalam, bahkan jika di bawah akar.

Gambar : klasifikasi menurut Archer berdasarkan kedalamannya

INDIKASI OPERASI
Pengambilan gigi molar tiga harus dilakukan jika terdapat kelainan dan tidak
dapat dipertahankan. Prosedur operasi dilakukan jika ditemukan akibat yang merusak
atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika benar-benar
tidak berfungsi dan hanya menjadi sumber komplikasi. Dewasa ini operasi gigi molar tiga
makin meningkat kearah profilaktik karena alasan berkembangnya anestesi lokal yang
modern dan memungkinkan dilakukannya prosedur operasi tanpa rasa sakit.
1. Indikasi Profilaktik
a. Kurangnya Fungsi
Jika gigi molar tiga impaksi tidak bisa digunakan sebagai fungsi
mastikasi karena gigi tersebut dapat menyebabkan sumber komplikasi
b. Profilaksis Infeksi
Erupsi gigi molar tiga biasanya berjalan lamban karena lemahnya gaya
erupsi. Karakteristik anatomi ini mendorong timbulnya symptom yang
biasa dikenal sebagai perikoronitis yang sering menimbulkan keluhan
dan komplikasi peradangan

c. Profilaksis Ortodonti
Tekanan erupsi gigi molar tiga yang berjejal akan menimbulkan
tekanan ke mesial pada gigi-gigi di depannya (Crowding). Tekanan
mesial ini dapat mempengaruhi perawatan ortodonti.
2. Indikasi Prostetik
Gigi molar tiga impaksi sebaiknya dikeluarkan sebelum pembuatan
mahkota gigi-gigi molar kedua jika tidak dikeluarkan tentunya akan
berpengaruh terhadap pekerjaan prostetik karena tekanan pertumbuhan dari
gigi molar tiga impaksi sehingga timbul masalah bagi pemakai geligi tiruan.
3. Indikasi Bedah Mulut
Gigi molar tiga yang teletak pada garis fraktur harus dilakukan
pengangkatan karena dapat menimbulkan infeksi pada daerah fraktur.
Indikasi lain pada bedah ortognati dimana gigi molar tiga terletak pada region
osteotomi dapat menimbulkan komplikasi peradangan seperti pada fraktur,
selain itu pula tekanan gigi molar tiga juga dapat meningkatkan kemungkinan
relaps setelah dilakukan pergeseran mandibula ke belakang.
4. Indikasi Terapetik
Gigi molar tiga harus dikeluarkan pada gigi dengan :
a. Perikoronitis
b. Karies dan kelainan pulpa
c. Kista (Kista folikuler)
d. Sepsis fokal
KONTRA INDIKASI
1. Pasien tidak menghendaki giginya diambil.
2. Kemungkinan besar terjadi kerusakan pada struktur penting di sekitarnya
3. Tulang yang menutupi sangat padat

4. Pasien terganggu kondisi fisik dan mental dalam menghadapi pembedahan


5. Keadaan umum yang tidak memungkinkan dilakukan pembedahan
PERSIAPAN SEBELUM OPERASI
1. Persiapan pasien
Riwayat kesehatan umum pasien, pemeriksaan umum yang meliputi
pemeriksaan medis sebelum dilakukan prosedur operasi, pengukuran denyut nadi,
tekanan darah. Pemeriksaan radiografi sangatlah diperlukan mengingat organ
penting seperti sinus dan plexus (anyaman pembuluh darah dan saraf) pada
rahang atas, selain itu pada pasien edentulous harus pemeriksaan radiografi
diperlukan sebelum perawatan prostetik untuk melihat ada tidaknya sisa akar.
Pemeriksaan

radiografi umumnya

menggunakan periapikal foto radiografi,

selain itu dapat menggunakan radiografi oblique occlusal view untuk melihat
kedalaman gigi impaksi ( Andreasen, 1997)
2. Persiapan lokal
Pembersihan daerah sekitar operasi : pembersihan karang gigi,plak, jika
diperlukan pemberian desinfeksi mulut sebelum operasi.
3. Anestesi
Umumnya operasi molar tiga rahang atas dapat dilakukan dengan anestesi
local disini dapat dilakukan injeksi blok pada nervus superior posterior dan nervus
palatinus mayor. Penambahan vasokonstriktor dianjurkan agar diperoleh
kedalaman yang cukup dan anestesi yang lama yang dapat memberikan daerah
operasi yang relatif bebas darah, sehingga tidak menghalangi pandangan saat
operasi dilakukan.

Gambar 2 a. Suplai Nervus pada Rahang Atas (Aspek Vestibular)


b. Suplai Nervus pada Rahang Atas (Aspek Palatal)

PROSEDUR OPERASI
1. Insisi
Insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel no 15, insisi dilakukan
sesuai

dengan

rencana

operasi

pada

dasarnya

keadaan

berikut

ini

dipertimbangkan sewaktu pembukaan flap mukoperiosteal :


a. Pandangan cukup jelas terlihat
b. Tidak ada kerusakan struktur anatomi
c. Suplai darah cukup pada flap mukoperiosteal (dasar flap lebar)
d. Dimungkinkan perluasan insisi
e. Jahitan luka di atas tahanan tulang yang baik
f. Pembentukan jaringan parut baik
Insisi bersudut / flap paling cocok untuk pengambilan molar tiga rahang atas.
Insisi flap dimulai pada tuberositas di hamular notch. Selanjutnya membran
mukosa yang menutupi tuberositas diinsisi dari paling distal tuberositas ke arah
depan sampai bagian tengah permukaan distal molar kedua atas, lalu dilanjutkan
ke arah bukal mengelilingi leher gigi molar kedua atas pada permukaan
interproksimal antara molar pertama dan molar kedua atas,lalu ke depan kearah
mukobukal fold membentuk sudut 450 . Jaringan periosteal yang menutupi
mahkota

gigi

impaksi

dibuka

dengan

rasparatorium,

bagian

palatal

mukoperiosteal yang menutupi tuberositas juga dibuka agar dapat memudahkan


penglihatan tulang yang menutupi gigi impaksi.
Insisi

distal dapat dibuat sebagai perluasan dari garis lengkung gigi

sampai tuberositas, seperti pada rahang bawah

dapat diperluas dalam arah

vestibular baik dengan mempertahankan atau memotong periodontium marginalis,


sebab daerah ini sulit dijangkau sehingga daerah operasi dipersiapkan cukup
lebar.
Seringkali pembuatan insisi pada daerah tuberositas menimbulkan
masalah karena lapisan jaringan lunak yang tebal, pada kasus ini diperlukan eksisi
berbentuk pasak agar memudahkan pada perawatan prostetik.

Gambar : Flap yang dipergunakan untuk pencabutan gigi molar tiga(Fragiskos)

2. Osteotomi
Struktur tulang pada rahang atas umumnya tidak padat sehingga jarang
diperlukan osteotomi yang luas, hanya pada kasus kasus tertentu seperti kelainan
pada akar, atau bentuk gigi yang tidak beraturan, karena daerah ini dekat dengan
antrum.
3. Pengeluaran Gigi Impaksi
Umumnya jika gigi impaksi telah nampak maka gigi tersebut dapat segera
dikeluarkan, baik secara utuh maupun terbagi-bagi menggunakan bor atau pahat
sehingga bagian gigi dapat terungkit dan dikeluarkan.

Gambar : Pengeluaran gigi impaksi dengan menggunakan elevator double angle.

4. Penutupan luka
Setelah dilakukan osteotomi dilakukan pembersihan, pemeriksaan soket,
pinggiran yang tajam dihaluskan dengan bor atau dengan rongeur, setelah
perdarahan dihentikan dilakukan penjahitan interrupted, umumnya 3
cukup untuk menutupi tepi luka

jahitan

10

PERAWATAN PASCA OPERASI


1. Instruksi pada pasien
Instruksi pada pasien dilakukan setelah pembedahan dilakukan dengan :
a. Menggigit tampon kurang lebih selama 1 jam
b. Kompres dingin sekitar wajah didaerah operasi dengan menggunakan es / air
dingin untuk mengurangi pembengkakan dengan waktu berselang kira-kira 30
menit
c. Penggunaan obat kumur untuk menjaga kebersihan mulut
d. Minum obat sesuai anjuran
e. Diet /makan makanan lunak terlebih dulu
f. Istirahat yang cukup
2. Medikasi
Pemberian analgetik, antibiotik, dan obat kumur
3. Kontrol post operasi
Dianjurkan agar pasien datang untuk pembukaan jahitan 7 10 hari, serta melihat
penyembuhan luka yang terjadi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi selama pembedahan :
a. Perdarahan primer
b. Kerusakan gigi molar kedua
c. Fraktur tuberositas
d. Terbukanya sinus maksilaris
e. Emfisema
Komplikasi setelah pembedahan :
a. Rasa sakit akibat pembengkakan
b. Infeksi
c. Dry socket akibat lisisnya bekuan darah.
d. Hematom
e. Parestesi terjadi karena trauma yang berlebihan saat pembedahan

11

g. Trismus dimana terjadi keterbatasan pembukaan mulut karena spasme


otot pengunyahan dan meradangnya otot mastikasi(Pedersen,1996;
Andreasen,1997; Peterson, 2003)

12

KESIMPULAN
Impaksi gigi molar tiga rahang atas seringkali menyebabkan terjadinya pelbagai
kompikasi. Untuk mengatasinya diperlukan prosedur pengambilan gigi impaksi dengan
prosedur pembedahan. Dengan perkembangan pelbagai jenis anestesi maupun teknik
operasi serta rencana perawatan yang tepat memungkinkan prosedur operasi dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang timbul akibat dari gigi impaksi.

13

DAFTAR PUSTAKA
Andreasen. J.O. 1997. Textbook and Color Atlas of Tooth Impactions, 1th ed St. Louis.
Mosby.
Fragiskos DF., 2007., Text Book of Oral Surgery., School of Dentistry, University of
Athens, Greece
Donoff. R.B. 1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed St. Louis. Mosby
Dym. H., Ogle OE. 2001. Atlas of Minor Oral Surgery, 1th ed Philadelphia. W.B.
Saunders
Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa Purwanto, EGC, Jakarta
Peterson LJ., Ellis E., Hupp JR., Tucker MR. 2003. Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery. 4thEd. St. Louis Missouri. Mosby.
Tetsch. P., Wagner W. 1992 . Pencabutan Gigi Molar tiga. Alih bahasa Agus Djaya
EGC, Jakarta
.

Anda mungkin juga menyukai