Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG)

Volume 2 No 2, Juli 2021


ISSN: 2721-2033

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG


KESEHATAN GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES PADA
ANAK PRASEKOLAH

Imam Sarwo Edie1* Arief Iriansyah Putra2 Bambang Hadi Sugito3


123
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya
*imamsarwoedi@poltekkesdepkes-sby.ac.id

ABSTRAK
Karies merupakan salah satu masalah penyakit gigi dan mulut
yang prevalensinya masih cukup tinggi di Indonesia. Karies gigi
menyebabkan timbulnya rasa sakit pada gigi sehingga akan
mengganggu penyerapan makanan yang dapat mempengaruhi
Kata Kunci : pertumbuhan anak. Masalah dalam penelitian ini tingginya
Knowledge, dental caries, persentase karies gigi di TK Pertiwi & KB Pelangi Kerep Kidul
Parents Nganjuk Tahun 2020 (80%). Pemeliharaan cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut anak Prasekolah bergantung kepada
orang tua. Namun masih banyak orang tua yang memiliki
pengetahuan tentang Kesehatan Gigi yang rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan
orang tua tentang Kesehatan Gigi dengan terjadinya karies gigi
anak TK Pertiwi & KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional.Dengan jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 44 orang tua dan 44 anak Prasekolah di TK
Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk Metode yaitu
pengumpulan data dengan cara pemeriksaan dan kuesioner
Teknis analisa data : perhitungan Statistik dengan menggunkan
uji chi square menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yaitu
0,817 > 0,05. Hal ini menunjukkan Tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan orang tua tentang kesehatan Gigi
dengan terjadinya Karies Gigi anak TK Pertiwi & KB Pelangi
Kerep Kidul Nganjuk.
ABSTRACT
Key word: Background :Caries is one of the dental and oral disease problems
whose prevalence is still quite high in Indonesia. Dental caries
causes pain in the teeth so that it will interfere with the absorption
of food which can affect the growth of children. Problem : in this
study is the high percentage of dental caries in TK Pertiwi & KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk in 2020 (80%). Maintenance of ways
to maintain dental and oral health of preschool children depends
on parents. However, there are still many parents who have low
knowledge about Dental Health. This study aims to : determine
the relationship between parental knowledge about dental health
and the occurrence of dental caries in children in TK Pertiwi & KB

371
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Pelangi Kerep Kidul Nganjuk. The type of research used is


analytical research with a cross sectional approach. The number
of respondents in this study were 44 parents and 44 preschool
children in TK Pertiwi and KB Pelangi Kerep Kidul
Nganjuk.Methods : collecting data by means of examination and
questionnaires. Technical data analysis: statistical calculations by
using the chi square test using the chi square test.Results The
study were 0.817 > 0.05. This shows that there is no significant
relationship between parents' knowledge about dental health and
the occurrence of dental caries for children in TK Pertiwi & KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk.

PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut juga penting dilakukan
kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari penyakit jaringan keras dan jaringan
lunak gigi yang memungkinkan gigi dan mulut berfungsi dengan baik tanpa adanya
masalah yang dapat menggangu kehidupan individu sehingga individu dapat hidup
lebih prodktif (Kemenkes RI, 2015)
Karies gigi terdapat diseluruh dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun
keadaan ekonomi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 mengatakan angka
kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Menurut penelitian di Negara-negara
Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-90% anak di bawah usia 18
tahun terserang karies gigi (Tarigan, 2014)
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang di tandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah
pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat ditimbulkan pada suatu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi,
misalnya dari enamel ke dentin atau ke pulpa
(Tarigan, 2014)
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 penduduk Indonesia masih banyak yang
mengalami gigi berlubang sebanyak 88,8% sedangkan pada kelompok umur 3-5 tahun
yang mengalami gigi berlubang mencapai 81,1%. Ini berarti hanya sekitar 19% anak di
indonesia yang terbebas dari masalah karies.Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi
rusak/berlubang/sakit (45,3%), tertinggi pada kelompok usia 4-9 tahun yaitu sebesar 7,3%
(Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini sangat tinggi yakni 93% artinya hanya
7% anak Indonesia yang bebas dari karies ggi.jumlah itu masih jauh dari target Badan
Organisasi Dunia (WHO) yang menginginkan 93% anak usia 5-6 tahun bebas karies gigi.
Adapun rata-rata karies gigi pada anak usia 5-6 tahun sebanyak 8 gigi ataupun lebih.
(Kemenkes RI, 2018)
Orangtua khususnya ibu, memiliki peran penting dalam mengembangkan perilaku
positif anak terhadap kesehatan gigi dan mulut. Keikutsertaan orang tua dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak dapat diterapkan dengan memperhatikan
perilaku anak mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pola makan anak. Pengetahuan,

372
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

sikap dan perilaku ibu secara signifikan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku
anak (Mentari et al., 2016)
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. pengetahuan
tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses
pendidikan . orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut
merupakan faktor predisposisi dan perilaku yang tidak medukung kesehatan gigi dan
mulut pada anak.(Sariningsih e ,2012)
Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan pada tanggal 15 september 2020
pada anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk dengan jumlah
10 anak di dapatkan 8 anak prasekolah mengalami karies gigi (80%), dan 2 anak yang
mengalami bebas karies (20%) Hal ini masih belum sesuai dengan harapan dimana
seharusnya responden memiliki presentasi bebas karies yang Tinggi. Dengan demikian
permasalahan dalam penelitian ini adalah kondisi karies gigi yang parah pada anak
prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Sasaran pada penelitian ini adalah ibu di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul
Nganjuk dengan jumlah sampel dalam penilitian ini adalah 44 ibu dan 44 anak
Prasekolah yang ada di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk. Lokasi
penelitian laksanakan di TK Pertiwi dan KB Pelangi. Yang berada di Desa Kerep Kidul
Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2020 sampai Februari 2021.Metode pengumpulan data yang dilakukan menggunakan
lembar pemeriksaan untuk mengidentifikasi angka karies anak prasekolah di TK Pertiwi
dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk dan lembar kuesioner untuk mengukur
pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk. Instrument pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar pemeriksaan dan lembar kuesioner. Prosedur pengumpulan data
untuk mengidentifikasi angka karies pada anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi
Kerep Kidul Nganjuk adalah mengunjungi anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi
Kerep Kidul Nganjuk, melakukan pemeriksaan gigi anak prasekolah, mencatat hasil
pemeriksaan pada lembar pemeriksaan yang telah di buat. Prosedur pengumpulan data
untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak prasekolah di TK
Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk adalah mengunjungi anak prasekolah
beserta ibunya di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk,memberikan lembar
kuesioner kepada ibu, memberikan penjelasan dalam pengisian kuesioner, setelah lembar
kuesioner di isi, selanjutnya di ambil kembali. Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan Pengetahuan orang tua
tentang kesehatan gigi anak prasekolah dengan terjadinya karies di TK Pertiwi dan KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk, karena kedua skala pengukuran data yaitu kategorik yang
berskala nominal dan ordinal dengan derajat .

373
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Distribusi frekuensi Usia Ibu di TK Pertiwi dan KB Pelangi Nganjuk Tahun
2020

No. Usia Frekuensi Presentase


1. 20- 30 th 16 36%
2. 31 – 40th 14 32%
3. 41– 50th 11 25%
4. 51 – 60 th 3 7%
Total 44 100%

Analisa : Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar Responden


paling banyak ber usia antara 20-30 th sebanyak 36%.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakir Ibu di TK Pertiwi dan KB Pelangi


Nganjuk tahun 2020

No. Pendidikan Frekuensi Presentase


1. SD 8 18,18%
2. SMP 18 40,91%
3. SMA 10 22,73%
4. SMK 4 9,09%
5. S1 4 9,09%
Total 44 100%

Analisa : Bedasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat


pendidikan Responden paling banyak adalah SMP yaitu sebesar 40,91% Sebanyak 21
orang.

Tabel 3 Distribusi Pekerjaan ibu di TK Pelangi dan KB Pertiwi Nganjuk Tahun 2020.
No. Perkerjaan Frekuensi Presentase
1. IRT 34 77,27%
2. PNS 2 4,55%
3. POLRI 1 2,27%
4. WIRAWASTA 4 9,09%
5. PEGAWAI SWASTA 3 6,82%
Total 44 100%

Analisa : Bedasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar Perkerjaan
Responden yaitu IRT sebesar 77,27% sebanyak 34 orang.

374
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Tabel 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Gigi

No. Tingkat Frekuensi Presentase


pengetahuan
1. Baik 3 6,82%
2. Cukup 13 29,55%
3. Kurang 28 63,64%
Total 44 100%

Analisa : Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden yang telah
menjawab kuesioner penelitian, termasuk dalam kategori Kurang Pengetahuan sebesar
63,64% sebanyak 28 orang.

Tabel 5 Distribusi Angka Karies Gigi Anak Prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi
Nganjuk Tahun 2020.

No Karies gigi Frekuensi Presentase Kriteria Penilaian


1. Bebas karies 14 31,82% 0 = Tidak ada karies
1 = Ada karies
2. Ada Karies 30 68,18%
Total 44 100%

Analisa : Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar Responden


mengalami karies gigi sebesar 68,18% dan hanya 31,82% Responden yang bebas karies
gigi.

Tabel 6 Distribusi Usia Anak Prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Nganjuk


Tahun 2020.

No. Usia Frekuensi Presentase


1. 3 th 8 18,18%
2. 4 th 14 31,82%
3. 5 th 20 45,45%
4. 6 th 2 4,55%
Total 44 100%

Analisa : Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar Responden


Berusia 5 tahun sebanyak 23 orang dengan Presentase 45,45%

375
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Tabel 7 Distribusi Jenis Kelamin Anak Prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi


Nganjuk Tahun 2020.

No. Jenis kelamin Frekuensi Presentase


1. Laki - laki 23 52,27%
2. Perempuan 21 47,73%
Total 44 100%

Analisa : Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar Responden


Berjenis Kelamin Laki laki sebanyak 23 orang dengan Presentase 52,27%.

Tabel 8 Analisis Hubungan Pengetahuan Orang tua tentang Kesehatan Gigi dengan
terjadinya Karies di TK Pertiwi dan KB Pelangi Nganjuk Tahun 2020

Karies Gigi p value


Ada Karies Tidak Ada
Karies
Pengetahuan Baik 1 2 0,817
orang tua Cukup 8 20
tentang
kesehatan
Gigi
Kurang 5 8
Total 14 30

Analisa : Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa p value > 0,817 maka dapat di
simpulkan bahwa Tidak ada Hubungan” yang signifikan antara Pengetahuan Orang tua
tentang Kesehatan Gigi dengan Terjadinya Karies di TK Pertiwi dan KB Pelangi Nganjuk
Tahun 2020. Sehingga H0 di terima sedangkan H1 ditolak.

Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Gigi Anak Prasekolah di TK Pertiwi dan KB


Pelangi Kerep Kidul Nganjuk.
Setelah dilakukan analisis data yang di peroleh dari pembagian lembar kuesioner
kepada ibu di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk, maka diketahui
Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak prasekolah termasuk dalam kategori
kurang.
Hal ini disebabkan karena Kebanyakan ibu tidak mengetahui bagaimana cara
menyikat gigi yang baik dan benar,waktu menyikat gigi yang tepat,sarana tentang Sikat
gigi dan pasta gigi yang dipakai oleh anak prasekolah,Penyebab akibat tidak memelihara
kesehatan gigi,Makanan yang baik untuk kesehatan gigi dan kapan melakukan
Pemeriksan Gigi secara rutin.

376
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sangat bergantung kepada orang tua
khususnya ibu sebagai orang terdekat anak, sehingga ibu harus mengetahui cara merawat
gigi (Mukhbitin, 2015).
Pengetahuan orang tua terutama ibu menjadi dasar terbentuknya perilaku yang baik
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut anak dengan perawatan yang baik dan benar.
Orang tua perlu mengajarkan dan melatih anak sejak dini untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Anak usia prasekolah sebagian besar menghabiskan waktu mereka dengan
orang tua atau pengasuh mereka, khususnya ibu. Hal inilah yang menunjukkan bahwa
pemeliharaan kesehatan gigi mulut anak dan hasilnya dipengaruhi oleh pengetahuan
ibu dan apa yang dipercayainya (Husna, 2016).
Menurut pernyataan dari Hanifa, FN & Hidayati, Sri. S. karies gigi disebabkan karena
orang tua tidak mengetahui bagaimana cara memilih sikat gigi yang baik, kapan sikat gigi
harus diganti, bagaimana cara sikat gigi yang baik dan benar, kapan waktu yang tepat
untuk sikat gigi yang baik, dan kapan waktu untuk memeriksakan gigi anaknya secara
rutin, sehingga hal itu dapat menjadi factor penyebab karies.
Pengetahuan ibu yang kurang dapat di sebabkan karena sebagian besar tingkat
pendidikan ibu di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk adalah tingkat SMP
sebanyak 40,91% yaitu 18 orang. hal ini sangat berpengaruh pada Status ekonomi atau
status sosial sehingga perhatian terhadap kesehatan gigi menjadi tidak diprioritaskan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa
seseorang yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan menengah atau rendah.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Mubarak dkk tahun 2014 menyebutkan
bahwa pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan. Dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan yang diperolehnya.
Hal ini di dukung dengan penelitian dari Jyoti Pranama dkk tahun 2019 dengan hasil
Responden yang memiliki status sosial ekonomi tinggi dengan tingkat keparahan karies
anak yang sangat rendah dan rendah masing-masing sebanyak 9 dan 10 responden.
Sedangkan tidak terdapat anak dengan tingkat keparahan karies sangat rendah dan
rendah pada responden dengan status sosial ekonomi rendah. Selain itu, setelah
dilakukan uji Spearman rho didapatkan hasil berupa nilai Level of Significance p value =
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya secara statistik terdapat
hubungan status sosial ekonomi orang tua terhadap kejadian karies anak di TK Titi
Dharma Denpasar.
Pernyataan dari (azwar azrul .,1983) Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada
perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut
meningkat. Orang dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah
cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat.
Peran orangtua memberikan pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada
anak. Peran orangtua sendiri sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang menjadikan baik atau buruknya perilaku orangtua dalam
menanamkan perilaku PHBS pada anak (Hastutiet all., 2011)
Pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sangat bergantung kepada orang tua
khususnya ibu sebagai orang terdekat anak, sehingga ibu harus mengetahui cara merawat
gigi (Mukhbitin, 2015).

377
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Pengetahuan kesehatan gigi merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
perilaku kesehatan gigi anak. Pendidikan kesehatan gigi yang diberikan oleh ibu kepada
anak sejak usia dini sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan mengenai faktor
resiko terjadinya penyakit gigi dan mulut. (Fatmasari M, Adhani R, 2017)

Angka karies Gigi anak Prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul
Nganjuk
Setelah dilakukan analisis data di dapatkan hasil bahwa sebagian besar anak
Prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk mengalami Karies. Hal ini
di sebabkan karena sebagian besar anak prasekolah belum mengetahui cara merawat gigi
dengan benar, sebagian anak prasekolah masih banyak mengkonsumsi makanan manis
dan lengket, dan sebagian besar anak prasekolah masih belum benar cara menggosok
giginya.
Peneitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Sari, 2016) yang menunjukan responden
yang mengalami Karies Gigi sebanyak 46 orang 82,1% dan yang tidak mengalami Karies
Gigi sebanyak 10 orang 17,9%.
Hasil penelitian (Putri et all., 2016) menunjukan sebagian besar anak (64,3%) pra
sekolah mengalami karies gigi. Ini berarti bahwa kebersihan gigi anak dalam kondisi
yang buruk. Terbentuknya karies gigi dikarenakan makanan dan minuman yang masih
menempel di gigi anak, dan tidak dilakukan penggosokan gigi dengan bersih dalam
jangka waktu yang lama. Ditandai dengan munculnya plak hitam disela gigi.
Pada anak usia TK pada penelitian ini ditemukan juga hasil bahwa anak TK di
Provinsi Banten lebih banyak yang mengeluh sakit gigi (57,45%) dari pada anak TK di
Povinsi DIY (39%) (Lely et all., 2016).
Hasil penelitian (Andhiniet all., 2014) menunjukkan bahwa responden lebih banyak
yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies (49,7%).
Sebanyak 45,6% responden mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies
dan jajanan yang menghambat karies yaitu 4,7%. Umumnya jajanan berpotensi tinggi
menyebabkan karies seperti permen, coklat, keripik, kue, biskuit, dan jajanan berpotensi
sedang menyebabkan karies seperti minumam manis, bakso, kerupuk, dan goreng-
gorengan merupakan jajanan yang selalu disediakan di kantin sekolah dengan harga
yang dapat dijangkau oleh anak sekolah, karena rasanya enak dan dapat memberi rasa
kenyang sehingga disukai anak-anak.
(Sumini et all., 2014) menyatakan sebagian besar anak-anak balita mengalami karies
gigi. Hal ini diakibatkan terutama adanya komponen karbohidrat dalam susunan
makanan merupakan faktor utama untuk timbulnya gigi berlubang. Karbohidrat yang
lengket dan dapat melekat pada permukaan gigi bersifat lebih kariogenik dibanding
dengan gula yang dilarutkan dalam air. Gula murni (refined sugars) yang diolah menjadi
lebih kariogenik di antara berbagai jenis karbohidrat tersebut. Kariogenisitas karbohidrat
bevariasi menurut frekuensi makan, bentuk fisik, komponen kimia, cara masuk dan
adanya zat makanan lain. Karena sintesa polisakararida ekstrasel dari sukrosa lebih tepat
dari pada glukosa, fruktosa, dan laktosa, maka sukrosa bersifat paling kariogenik dan
karena paling banyak di konsumsi, maka dianggap sebagai etiologi utama penyebab
karies gigi obesitas.
(Ramayanti et all., 2013) menyatakan frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik

378
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

yang sering menyebabkan meningkatnya produksiasarnpada mulut. Setiap


kalimengonsumsi makanan karbohidrat yang terfermentasi menyebabkan turunya pH
salivayang dimulai 5-15 menit setelah mengkonsumsi makanan tersebut.
Hal ini di dukung oleh hasil penelitian (Worotitjanet all., 2013) yaitu pola makan
makanan kariogenik dengan persentase terbesar pola makan permen yaitu terdapat 19
anak (31.66%) mengonsumsi permen > 3 kali per hari. Kebiasaan mengonsumsi
Snackbanyak dilakukan oleh anak-anak sekolah yaitu sebanyak 20 anak dengan frekuensi
waktu konsumsi yaitu 2-3 kali per hari.
Menurut pendapat (Angela, 2005) pada anak di bawah umur 5 tahun, usaha untuk
melakukan pencegahan primer diberikan kepada ibu seperti meningkatkan pengetahuan
ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik dan benar serta
tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini berhubungan
karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya. Pada anak 6
tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai tanggung
jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut.
(Sari, 2016) menyatakan, untuk mengatasi caries gigi pada anak dapat dilakukan
dengan meningkatkan daya tahan gigi dengan pemberian atau pengolesan flour yang
teratur pada gigi anak, mengurangi jumlah mikroorganisme dengan membiasakan
menggosok gigi untuk membersihkan sela-sela gigi, kontrol makanan dan minuman
dengan mengurangi jumlah makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat
pada waktu makan.
(Mariati, 2015) menyatakan, pada anak yang terkena karies rampan dan sudah tidak
dapat dilakukan perawatan, harus dilakukan pencabutan. Hal ini berguna untuk
menghindari fokus infeksi yang ditimbulkan pada kavitas maupun abses.

Hubungan Pengetahuan Orang tua tentang Kesehatan Gigi dengan Terjadinya Karies
di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk
Setelah dilakukan analisis data maka didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara Pengetahuan orang tua tentang Kesehatan gigi dengan terjadinya
karies gigi di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk. Hal ini sebabkan karena
sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan gigi anak
prasekolah dan hanya sebagian kecil ibu yg memiliki pengetahuan yang baik tentang
kesehatan gigi anak prasekolah.
Hal ini sejalan dengan pendapat (worang dkk.,2014).Pengetahuan orang tua tidak
menjamin perilaku sehari-hari anaknya untuk merawat kebersihan gigi dan mulut
mereka. Peran serta perhatian dari orang tualah yang dibutuhkan anakusia prasekolah.
Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan (Ekoningtyas EA dkk.,2014) Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kejadian karies gigi menyebabkan anak balita banyak yang
mengalami karies gigi. Ibu mempunyai cukup bekal pengetahuan dan penanganan pada
saat anak menyikat gigi, yaitu dalam hal ini seperti mendampingi dan menyikat gigi
anak, tetapi pengetahuan teknik yang benar dari menyikat gigi sepertinya diabaikan oleh
ibu.
Menurut (Bahuguna R,.2011) Yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak
yaitu sikap dan kesadaran orangtua. Inisiatif orang tua merupakan hal penting dalam
upaya kesehatan gigi anak. Inisiatif orang tua dalam hal ini berperan penting guna upaya

379
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

pencegahan penyakit gigi pada anak juga sebagai promotif terhadap masalah kesehatan
gigi yang ada.
Hal ini di dukung oleh penelitian (Jyoti Prama dkk.,2019)menunjukan bahwa
responden yang memiliki perilaku baik dengan tingkat keparahan karies yang sangat
rendah dan rendah masing-masing sebanyak 9 responden (30%), sedangkan responden
yang memiliki perilaku buruk memiliki tingkat keparahan karies yang sangat tinggi yaitu
sebanyak 8 responden (50%). Setelah dilakukan uji analisis menggunakan Spearman rho
didapatkan hasil berupa nilai Level of Significance p value = 0,000 maka dapat
disimpulkan bahwa bahwa H0 ditolak yang artinya secara statistik terdapat hubungan
perilaku ibu dalam merawat gigi anak terhadap kejadian karies anak di TK Titi Dharma
Denpasar.
Perilaku anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya ditentukan oleh perilaku
orang tuanya di rumah. Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam membimbing,
memberi pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kesehatan gigi dan mulut (Miftakhun et al., 2016)
Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam mengasuh, mendidik, mendorong dan
mengawasi. Ibu berperan penting terhadap menjaga kesehatan gigi anak dalam
mendasari terbentuknya prilaku positif yang mendukung kesehatan gigi anak. Sikap dan
perilaku orang tua dalam menjaga kesehatan gigi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku anak (Mentari et al., 2016).
Peran orang tua diharapkan mampu menjadi role model bagi anak. Orang tua dapat
memberikan contoh menggosok gigi dengan tepat. Orang tua juga perlu mengajak anak
untuk menggosok gigi bersama. Hal ini akan menjadikan kebiasaan menggosok gigi yang
baik. Apabila perilaku menggosok gigi dilakukan dengan terarah dan teratur, maka
kejadian karies gigi akan mengalami penurunan. Namun sebaliknya. Apabila anak tidak
mendapatkan pengajaran dan panutan yang benar dari orang tua mengenai gosok gigi,
maka perilaku tersebut akan dapat meningkatkan kejadian karies gigi pada anak
(Mukhbitin, 2015) .
Pentingnya peranan orang tua dalam membantu memelihara kesehatan gigi dan mulut
untuk mengurangi terjadinya karies dimaksudkan agar responden anak usia dini mampu
dan dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik. Peran orang tua dan
pola asuh terhadap responden sejak dini, baik itu berupa bimbingan dan pengawasan
akan dapat memotivasi anak (Husna, 2016)
Anak usia sekolah merupakan kelompok rentan mengalami karies gigi. Peran orang
tua sangat diperlukan untuk memberikan dorongan kepada anak untuk menjaga
kesehatan gigi. Faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi orang tua terhadap perawatan
kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang paling berpengaruh
(Sulistyaningrumaet al., 2019).
Prevalensi gigi rampan karies akan rendah apabila masyarakat tahu tentang cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut serta menghindari kebiasaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya rampan karies. Dengan rajin memelihara kebersihan gigi dan
mulutnya maka peluang terjadinya rampan karies pun dapat diminimalkan. Namun pada
kenyataannya sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas belum banyak diminati
masyarakat karena kurangnya informasi dan promosi kesehatan dari saranapelayanan
kesehatan yang terlibat langsung di dalamnya (Sadimin et al, 2017).

380
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Menurut teori Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2018) perilaku seseorang


dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) terdiri dari
pengetahuan dan sikap. Faktor pendorong (reinforcing factors) berisi peran guru, petugas
kesehatan dan peran ibu, serta faktor pendukung (enabling factors) berisi sarana dan
prasarana. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Sehingga banyak faktor yang
menyebabkan tingginya prevalensi kariesgigi. Tidah hanya dari faktor predisposisi
(predisposing factors) yaitu pengetahuan ibu saja.
Pengetahuan, sikap dan sarana yang tersedia kadang-kadang belum menjamin
terjadinya perilaku seseorang. Masih diperlukan faktor lain yaitu faktor penguat yang
mendorong terjadinya suatu perilaku. Contohnya faktor penguat perilaku menggosok
gigi siswa adalah orang tua, teman, guru dan petugas kesehatan (Arianto et al. , 2016).
Para guru di sekolah menjadi sasaran, dalam kapasitasnya sebagai sosok panutan
sekaligus sebagai sumber informasi bagi para siswa. Intervensi yang ditujukan pada
siswa, akan efektif dilakukan melalui para guru terlebih dahulu. Guru dapat berperan
sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator dalammenunjukkan sesuatu yang baik
misalnya dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar
merupakan faktor penentu atau pemegang kunci keberhasilan siswa dalam berperilaku
sehat di sekolah. Guru di sekolah tidak hanya mengajarkan tetapi juga terus mengikuti
proses perubahan perilaku siswa serta para guru berperilaku sehat dengan menerapkan
menggosok gigi di sekolah agar dapat ditiru oleh siswa dan membuat suatu kegiatan
yang lebih mengintegrasikan pesan-pesan tentang menggosok gigi. Selain itu perlu
ditingkatkan program kampanye sikat gigi pada siswa melalui program UKGS yang
dilakukan oleh guru diantaranya pelaksanaan sikat gigi massal(Arianto, 2017).
Peran puskesmas sebagai sistem pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan
mulut, yang salah satu tujuannya adalah pelayanan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat belum terlaksana dengan baik, padahal penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat merupakan hal yang sangat penting karena
dapat menambah informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat sadar akan pentingnya memelihara
kesehatan gigi dan mulut serta memiliki pemahaman tentang gigi rampan karies
(Sadimin et al., 2017).
Untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut
anak, perlu dilakukan upaya penyuluhan secara terus menerus dengan metode yang
mempertimbangkan tingkat pendidikan masyarakat dan memanfaatkan kegiatan-
kegiatan seperti posyandu balita dan pertemuan-pertemuan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat(Sumanti et al., 2013).
Yang perlu disampaikan adalah agar tenaga kesehatan mengupayakan untuk
meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat khususnya cara menggosok gigi
pada balita yang tepat di berbagai tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, BPS (Fatimawati, 2015).
Dengan diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut akan lebih peduli
tentang kesehatan gigi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut akan
bertambah. Sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku menjadi baik di bidang
kesehatan gigi dan mulut sehingga angka karies dapat menurun.

381
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

(Miftakhun et al., 2016).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan Orang tua tentang kesehatan gigi
anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul Nganjuk, dapat disimpulkan
bahwa
1. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak prasekolah Di TK Pertiwi dan KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk dalam kategori kurang
2. Angka Karies Gigi Anak Prasekolah Dengan Angka Karies Di TK Pertiwi dan KB
Pelangi Kerep Kidul Nganjuk dalam kategori Tinggi.
3. Tidak terdapat Hubungan signifikan antara Pengetahuan orang tua tentang kesehatan
gigi anak prasekolah dengan angka karies di TK Pertiwi dan KB Pelangi Kerep Kidul
Nganjuk.
Dari hasil kesimpulan diatas, secara keseluruhan dapat dikatakan Pengetahauan
Orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak prasekolah di TK Pertiwi dan KB Pelangi
Kerep Kidul Nganjuk menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan ibu dengan karies gigi anak prasekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Andhini, D., & Permatasari, I. (2014). Hubungan Perilaku Menggosok Gigi dan Pola Jajan
Anak Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Murid SD Negeri 157 Palembang. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 1(1), 39–46.
Angela, A. (2005). Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi (Primary
prevention in children with high caries risk). Dental Journal (Majalah Kedokteran
Gigi), 38(3), 130. https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v38.i3.p130-134
Amaniah, N.2009, Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga Pelaksana UKGS dengan
Cakupan Pelayanan UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah
Dasar Di Kabupaten Aceh Tamiang.Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Arianto. (2017). Peran Orang Tua , Teman , Guru , Petugas Kesehatan Terhadap Perilaku
Menggosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumberejo The Role Of
Parents , Friends , Teacher ’ s , Health Worker Influencing Teeth Brushing Behavior On The
Elementary School St. Jurnal Analis Kesehatan, 2(2), 270–275.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26630/jak.v2i2.433
Arianto, A., Shaluhiyah, Z., & Nugraha, P. (2016). Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa
Sekolah Dasar Kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo. The Indonesian Journal of
Health Promotion, 9(2), 127–135. https://doi.org/10.14710/jpki.9.2.127-135
Arumsari Fitria. (2016). Pembiasaan Menggosok Gigi Untuk Menjaga Kesehatan Gigi Dan
Mulut. Jurnal Pendidikan Anak, 3(2), 478–483.
https://doi.org/https://doi.org/10.21831/jpa.v3i2.11702
Azwar Azrul. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: PT Sastra Hudaya. 1983, hal 27 -
29. 16. Puntonuwu J

382
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Bahuguna R, Jain A, Khan SA. Knowledges and attitudes of parents regarding child dental care
in Indian Population. Asian Journal of Oral Health and Allied Sciences. 2011;1(1):9-12.
Depkes RI, 2010. (2013). Riset Kesehatan Dasar; Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun2010. Laporan Nasional 2010.
https://doi.org/1 Desember 2013
Eddy, F. N. E., & Mutiara, H. (2015). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Medical Journal of Lampung
University, 4(8), 1–6.
E, H., Indriani, T. dan Artini, S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Ekoningtyas EA, Apriliana US, Mardiati E. Pengaruh Peran Ibu Dalam Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Kelas I Sd
Negeri Jubelan 02 Kecamatan Sumowono. J Kesehat Gigi [Internet]. 2014;1(1):28–32.
Available from:
http://ejournal.poltekkessmg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/3301/882
Eptiani, R., Widyaningsih, S., Khabib, M., Igomh, B., Studi, P., Keperawatan, I., & Kendal,
S. (2016). Tingkat Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 Tahun Yang Mengikuti
Dan Tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (Paud). Jurnal Keperawatan Jiwa,
4(2), 114–125. https://doi.org/https://doi.org/10.26714/jkj.4.2.2016.114-125
Fatmasari M, Adhani R. Hubungan antara Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Indeks Karies Gigi Pelajar SMPN di Kecamatan Banjarmasin Selatan. Dentino Jurnal
Kedokteran Gigi. 2017; 1(1) : 55-59
Fatimawati, I. (2015). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN
GIGI DAN MULUT DENGAN CARA IBU MENGGOSOK GIGI PADA BALITA DI
DUSUN LOSARI MOJOKERTO. 7(1), 49–61.
Hanifa, FN ., Hidayati, Sri. S. Pengetahuan ibu tentang karies gigi pada anak balita di
paud taman posyandu wildan kraton. J Ilm Keperawatan. 2021;2(1)
Hansen, C.W., Dinar A, W. dan Elila, T. 2013. Gambaran Status Karies Gigi Anak Usia 11-
12 Taun pada Keluarga Pemegang Jamkesmas Di Kelurahan Tumatangtang 1
Kecamatan Tomohon Selatan. , 1.
Hastuti P, Aishah S., Santosa, B. (2011). Eka Puji Hastuti*Siti Aisah**, Budi Santosa***
ABSTRAK 1. Fikkes Jurnal Keperawatan, 4(2), 106–120.
Husna, A. (2016). Peranan Orang tua Dan Perilaku Anak DAlam Menyikat Gigi Dengan
Kejadian Karies. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 17–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.30602/jvk.v2i.4
KEMENKES RI. (2012). Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

383
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Lely Suratri, M. A., Sintawati, F., & Andayasari, L. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Taman
Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Banten Tahun
2014. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 119–126.
https://doi.org/10.22435/mpk.v26i2.5449.119-126
Mariati, N. W. (2015). Pencegahan Dan Perawatan Karies Rampan. Jurnal Biomedik (Jbm),
7(1). https://doi.org/10.35790/jbm.7.1.2015.7288
Mentari Suci, Bany Usman Zuraida, N. F. C. (2016). Hubungan Peran Orang Tua
Terhadap Indeks DMF-T Siswa Sekolah Dasar Dengan UKGS (Studi Pada SDN 20
Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh). J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l .
1 , N o . 4 : 6 3 - 6 9, 1(November), 63–69. https://doi.org/http://www.jim.unsyiah.ac.id
Miftakhun, N. F., Sunarjo, L., & Mardiati, E. (2016). FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB
TERJADINYA KARIES GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH DI PAUD
STROWBERRY RW 03 KELURAHAN BANGETAYU WETAN KOTA SEMARANG
TAHUN 2016 PENDAHULUAN Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih sangat
perlu penanganan lebih lanjut . Hasil Riskesdas. 03(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.31983/jkg.v3i2.1781
Mukhbitin, F. (2015). DESCRIPTION OF DENTAL CARIES IN THIRD CLASS STUDENTS
OF MI AL-MUTMAINNAH. 155–166.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473/jpk.V6.I2.2018.155-166
Notoatmodjo, S. (2018). PROMOSI KESEHATAN TEORI dan APLIKASI (3rd ed.)
Notoatmodjo, soekidjo ( 2011 ). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, ( 2012 ). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Oktarina, O., Tumaji, T., & Roosihermiatie, B. (2017). Korelasi Faktor Ibu Dengan Status
Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Taman Kanak-Kanak Di Kelurahan Kemayoran
Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 19(4),
226–235. https://doi.org/10.22435/hsr.v19i4.6815.227-235
Pintauli, S., dan Hamada, T., 2008.Menuju Gigi dan Mulut Sehat (Pencegahan dan
Pemeliharaan). USU Press, Medan Indonesia, hal: 4-27
Putri, R. M., Maemunah, N., & Rahayu, W. (2016). Pemeriksaan Pertumbuhan dan
Personal Hygiene. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 1: 55 – 64, 2016
PEMERIKSAAN, 1(1), 55–64.
Ramayanti, S., & Purnakarya, I. (2013). Peran Makanan terhadap Kejadian Karies Gigi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 89–93.
https://doi.org/https://doi.org/10.24893/jkma.v7i2.114
Sadimin, Wiyatini, T., Nugraheni, H., & Santoso, B. (2017). Faktor-faktor Penyebab
rampan Karies pada Siswa TK Pertiwi Jembungan 1 kanupaten Boyolali. Jurnal
Kesehatan Gigi, 04(1), 38–48.
https://doi.org/http://ejournal.poltekkes.smg.ac.id/ojs/index.php/jkg/article/view/2714

384
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Santik, Y. D. P. (2015). Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Menunjang


Produktivitas Atlet. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 5(2), 13–17.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/miki.v5i2.7880
Sari, R. (2016). DI DESA BANJAR NEGERI KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN
PESAWARAN STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Jl . KH Ghalib No . 122
Pringsewu Lampung 35373. 1(1).
Sariningsih,E. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta : Elex Media Komputindo
Septiani, R., Widyaningsih, S., Khabib, M., Igomh, B., Studi, P., Keperawatan, I., & Kendal,
S. (2016). Tingkat Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 Tahun Yang Mengikuti
Dan Tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (Paud). Jurnal Keperawatan Jiwa,
4(2), 114–125. https://doi.org/https://doi.org/10.26714/jkj.4.2.2016.114-125
Sulistyaningrum, A. T., & Martha, E. (2019). Peranan Jajanan Sekolah dan Orang Tua
terhadap Karies Gigi Siswa SD di Banda Aceh. Hasanuddin Journal of Midwifery, 1(1),
14. https://doi.org/10.35317/hajom.v1i1.1789
Sumanti, V., Widarsa, T., & Duarsa, P. (2013). Laporan hasil penelitian Faktor yang
berhubungan dengan partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan gigi anak di
Puskesmas Tegallalang I Factors related to parent ’ s participation in child dental health
care in Tegallalang I community health centre P. Public Health and Preventive Medicine
Archive, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.1111/ropr.12119
Sumini, Amikasari, B., & Nurhayati, D. (2014). Hubungan Konsumsi Makanan Manis
Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK B RA Muslimat PSM
Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima
Harapan, 3(2), 20–27.
Suwargiani, A.A., 2008. Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa
Mekarsari Kecamatan TirtaMulya Kabupaten Karawang. Universitas Padjajaran.
Tarigan. (2014). Karies Gigi.
WHO. 2006. Oral Health Country 2006
Worang, dkk, Jurnal e-Gigi (eG),Volume 2, nomor 2, Juli-Desembar 2014. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak Di TK
Tunas Bhakti Manado.
Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., & Gunawan, P. (2013). Pengalaman Karies Gigi Serta
Pola Makan Dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan
Kawangkoan Utara. E-GIGI, 1(1), 59–68. https://doi.org/10.35790/eg.1.1.2013.1931

385

Anda mungkin juga menyukai