NASKAH PUBLIKASI
Pembimbing Utama
EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DENGAN METODE
DIGITAL STORYTELLING TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN
GIGI PADA SISWA SEKOLAH DASAR (LITERATUR REVIEW)
Nurul Tri Atmayanti; Sulur Joyo Sukendro; Endah Ayati Ekoningtyas
INTISARI
Masalah kesehatan gigi dan mulut terjadi karena kurangnya pengetahuan
mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi yang menyebabkan terjadinya karies gigi
pada anak. Digital storytelling adalah penggabungan gambar, suara, teks, dan video
untuk menceritakan atau menggambarkan sesuatu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan gigi dengan metode digital storytelling
terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada siswa sekolah dasar.
Jenis penelitian ini adalah studi literatur dengan mencari referensi teori yang
relevan dengan masalah yang ditemukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini dengan melakukan serangkaian kegiatan kepustakaan mulai dari
mengumpulkan, mencatat serta mengolah data yang diperoleh kemudian dianalisa
secara deskriptif dengan menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah
terkumpul.
Hasil : Efektivitas penyuluhan dengan metode digital storytelling sangat efektif
digunakan pada siswa sekolah dasar karena mudah diterima atau dipahami oleh anak
didukung dengan pemilihan karakter dan cerita yang membuat anak tertarik untuk
melihat dan mendengarkan informasi yang disampaikan dalam cerita. Berdasarkan
hasil studi literatur diharapkan bagi penelitian selanjutnya mampu mengembangkan
metode Digital Storytelling sebagai media penyuluhan bagi anak sekolah dasar.
ABSTRACT
Dental and oral health problems because of ignorance about the importance of
maintaining good health and oral health that results in a child's dental caries. One of the
methods used in a medical education gig is digital storytelling is a process that
combines images, sounds, text, and videos to tell or illustrate something. The purpose
of this study is to know the effectiveness of dentistry by the digtal storytelling method
of dental knowledge in elementary school students.
This type of research isa literature study and USES analytic qualitative data.
Answers to problems based on theories found by studying books, journals and science
articles. The data collection technique conducted in this study by conducting a series of
literature activities ranging from collecting, recording and processing the data acquired
and then being theoretical analysed and drawing conclusions to answer problem
formulas and give advice at the end of the study.
Results: the effectiveness of education with digital storytelling methods is
particularly effective in elementary school students because it is easy to accept or
understand by the child supported by selecting characters and stories that attract the
child to see and listen to the information presented in the story. Based on the results of
the literature study, it is hoped that further research will be able to develop the Digital
Storytelling method as a medium of counseling for elementary school children.
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari beberapa kesehatan yang tidak
bisa dipisahkan antara satu sama lain karena kesehatan gigi dan mulut ini juga dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan (Lossu, dkk, 2015). Kesehatan gigi
dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang dengan cara menjaga
kebersihan rongga mulut, masalah kesehatan gigi dan mulut banyak terjadi pada anak-
anak.
Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada
anak-anak adalah faktor perilaku, itu ditunjukkan dengan anak-anak yang mengabaikan
kesehatan gigi dan mulut. Perilaku memegang peran penting dalam mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut dan berdampak pada baik buruknya kesehatan gigi dan mulut
(Widayati, 2014). Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut yang menyebabkan terjadinya karies gigi
pada anak.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukkan
prevalensi karies gigi di Indonesia masih tinggi terutama pada anak-anak. Prevalensi
karies aktif di Indonesia sebanyak 45,3%. Karies pada anak menjadi perhatian dalam
bidang kesehatan masyarakat secara signifikan Center for disease control and
prevention (CDC) pada tahun 2005 menyatakan bahwa prevalensi karies pada anak usia
prasekolah sebesar 27% dan untuk anak usia sekolah sebesar 43% (Prihmantoro, dkk,
2017).
Provinsi Jawa Tengah prevalensi penduduk yang masih mengalami masalah
gigi dan mulut berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 sebanyak 43,4%. Persentase
responden yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 54,0%
ditemukan pada kelompok usia 5-9 tahun, karena pada usia 5-9 tahun sebagian besar
masih memiliki kebiasaan menggosok gigi yang keliru yaitu saat mandi pagi dan mandi
sore. Hal ini dibuktikan bahwa cara menyikat gigi yang baik dan benar pada penduduk
Indonesia hanya 2,8% (Kemenkes, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan gigi pada anak sekolah adalah dengan melakukan penyuluhan.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang efektif dan paling
banyak disukai dan digemari anak-anak, salah satunya adalah metode storytelling.
Storytelling efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Karena
memiliki cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga cerita
terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia, dan melalui metode storytelling anak
diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akan membuat anak lebih
nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. (Muallifah, 2013). Selain metode
storytelling, metode pemutaran video kartun pula mampu memberikan kesan yang
besar dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena dapat mengintegrasikan teks,
grafik, animasi, audio dan video. Metode pemutaran video merupakan metode yang
untuk membantu menyampaikan pesan agar lebih mudah dipahami dan lebih menarik
sehingga sasaran dapat mempelajari pesan kemudian dapat mengadopsi perilaku yang
positif. (Yanti, dkk, 2012)
Akan tetapi, banyak orang menganggap bahwa metode storytelling telah
ketinggalan jaman. Hal ini sangat mengkhawatirkan pada pelestarian dongeng itu
sendiri. Mengingat sekarang ini telah banyak anak sekolah yang lebih tertarik
menggunakan gadget untuk melihat video-video kartun dari pada mendengar orang
berdongeng secara langsung. (Nuraina, dkk, 2018). Oleh sebab itu, dongeng akan
dikemas dengan menarik dalam bentuk digital kartun agar anak sekolah lebih tertarik
mendengar cerita dengan melihat karakter kartun yang mereka sukai dalam sebuah
video.
Berdasarkan hasil observasi beberapa bulan yang lalu dari 21 SD yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Grobogan, terdapat karies tiggi dibeberapa SD, dikarenakan
siswanya banyak yang tidak mengetahui tentang kesehatan gigi dan kurangnya
kunjungan petugas puskesmas pada SD tersebut. Berdasarkan data awal penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dengan
metode digital storytelling pada anak Sekolah Dasar berdasarkan literatur review
METODE
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
tujuan penelitian untuk melakukan analisis tentang efektivitas penyuluhan kesehatan
gigi dengan metode digital storytelling terhadap pengetahuan kesehatan gigi pada anak
sekolah dasar berdasarkan studi literatur. Jenis pendekatan penelitian menggunakan
studi kepustakaan dengan melakukan perbandingan pada penelitian-penelitian yang
sudah ada.
Ekstraksi Data
Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Gigi Dengan Metode Digital Storytelling
Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar
Judul Penelitian Peneliti Outcome
Pengaruh Metode Dian Pratiwi Sebelum diberikan pendidikan
Digital kesehatan gigi dengan metode digital
Storytelling storytelling berada pada kategori kurang
Terhadap Perilaku sebanyak 34 responden (91,9%) dan
Menggosok Gigi yang baik hanya 3 orang (8,1%).
Di Tk Dharma Sesudah diberikan pendidikan
Wanita IV Banjar kesehatan gigi dengan metode digital
Sengon storytelling berada pada kategori baik
Kabupaten yaitu 23 orang (62,2%) pada kategori
Jember cukup sebanyak 14 orang (37,8%) dan
tidak ada siswa yang berada pada
kategori kurang.
Pengaruh Aries Sebelum diberikan pendidikan
Pendidikan Abiyoga, kesehatan dengan metode storytelling
Kesehatan Rani Fitriani didapatkan memiliki hygienitas kuku
Dengan Metode Arifin, Yanti Kurang bersih sebanyak 25 siswa
Storytelling Norlita (65,8%).
(Bercerita) Dalam Sesudah diberikan pendidikan
Personal Hygiene kesehatan dengan metode Storytelling di
Terhadap dapatkan memiliki hygienitas kuku
Hygienitas Kuku Bersih sebanyak 22 siswa (81,6%).
Pada Anak Usia Ada pengaruh pendidikan kesehatan
dengan metode Storytelling dalam
pendidikan personal hygiene terhadap
hygienitas kuku pada anak usia sekolah
dikelas 1 MI Darul Azhar Tanah Bumbu
Pengaruh Metode Annisa Perilaku menggosok gigi anak sebelum
Storytelling Mukminatun pendidikan kesehatan rata-rata dalam
Terhadap Perilaku Afifah kategori “Kurang” yaitu sebanyak 15
Menggosok Gigi orang (50%). Perilaku menggosok gigi
Pada Siswa Sd pada anak sesudah pendidikan
Banyuripan Kelas kesehatan rata-rata dalam kategori
Iv Dan V “Baik” yaitu sebanyak 16 orang
Bangunjiwo (53,3%). Terdapat pengaruh yang
Kasihan Bantul signifikan antara pendidikan kesehatan
menggosok gigi dengan metode
storytelling terhadap perilaku
menggosok gigi yang benar pada anak
usia sekolah di SD Banyuripan
Bangunjiwo Kasihan Bantul dengan
nilai Pvalue = 0,000 (P<0,005)
PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dilakukan Penyuluhan Dengan Metode Digital
Storytelling
Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi (2016) menyatakan bahwa perilaku
menggosok gigi siswa taman kanak-kanak Dharma Wanita IV Banjar Sengon
Jember sebelum diberikan pendidikan kesehatan gigi dengan metode digital
storytelling berada pada kategori kurang, hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran
anak-anak tentang pendidikan kesehatan gigi berupa pentingnya menggosok gigi
dan kegemaran anak-anak mengkonsumsi makanan yang manis-manis. Penelitian
tersebut sejalan dengan penelitian Harisnal (2018) tentang perbedaan perilaku
menyikat gigi siswa dalam kesehatan gigi dengan metode digital storytelling di SDN
13 Parit Putus Kabupaten Agam yang menyatakan bahwa pengetahuan menyikat
gigi siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan gigi dengan metode digital
storytelling di SDN 13 Parit Putus Kabupaten Agam berada pada pada kategori
kurang, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan gigi dengan metode digital storytelling adalah 5,40.
Berdasarkan jawaban dari 20 orang responden pada kuesioner terlihat bahwa
sebelum diberikan pendidikan kesehatan gigi dengan metode digital storytelling
hanya 6 orang (30%) responden yang mengetahui tentang kesehatan gigi.
Menurut Hombing (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan
informasi. Hal itu sejalan dengan penelitian Abiyoga (2017) tentang perilaku
kesehatan anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperolehnya, tetapi health
education yang disampaikan pada anak usia sekolah harus dikemas dalam bentuk
yang menarik sesuai dengan perkembangan kognitif anak agar dapat diterima,
dipahami, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu sebelum
dilakukan nya penyuluhan dengan metode digital storytelling pengetahuan anak
kurang.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) dan Harisnal (2018)
dengan penelitian ini terdapat pada variabel pengaruh yaitu tentang penyuuhan
dengan metode digital storytelling. Perbedaan penelitian Pratiwi (2016) dan Harisnal
(2018) dengan penelitian penulis yaitu tentang pengetahuan kesehatan gigi pada
anak sekolah dasar. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti karena berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan pada seluruh SD di wilayah kerja Puskesmas
Grobogan menyatakan bahwa ada satu SD yang terdapat karies tertinggi,
dikarenakan siswanya banyak yang tidak mengetahui tentang kesehatan gigi.
Menurut peneliti, adapun perbedaan variabel terpengaruh dari penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2016) yaitu tentang perilaku anak tentang menggosok gigi
yang benar karena jika menggosok gigi tidak benar maka akan meninggalkan sisa
makanan yang lama-lama akan menjadi karies pada gigi anak. Harisnal (2018) yaitu
tentang perbedaan perilaku menyikat gigi. Dapat diperoleh kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016) dan Harisnal (2018) bahwa kurangnya
pengetahuan anak tentang kesehatan gigi yang menyebabkan anak tidak mengetahui
bagaimana cara menyikat gigi dengan baik dan benar. Menurut peneliti, kesimpulan
penelitian yang dilakukan oleh Hombing (2015) dan Abiyoga (2017) adalah perilaku
anak sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh anak akan tetapi cara
menyampaikan pengetahuan pada naak juga harus dengan cara yang menarik dan
mudah dimengerti agar anak mampu memahami maksud yang disampaikan.
2. Tingkat Pengetahuan Siswa Sesudah dilakukan Penyuluhan Dengan Metode Digital
Storytelling
Berdasarkan hasil penelitian dari Khasanah (2019) menyatakan bahwa
pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak usia sekolah setelah diberikan
edukasi menggunakan metode digital storytelling, anak mempunyai pengetahuan
dan kebersihan gigi dan mulut berada pada kategori baik yang disebabkan karena
siswa telah mengetahui informasi tentang menjaga kesehatan dan kebersihan mulut
dengan benar melalui penyuluhan.
Menurut Pratiwi (2016) menyatakan bahwa perilaku menggosok gigi anak
setelah diberikan metode digital storytelling berada pada kategori baik. Hal itu
disebabkan karena anak mengalami peningkatan pengetahuan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2012) juga menyatakan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan dengan metode digital
storytelling.
Metode digital storytelling telah mengembangkan proses pengajaran dan
pembelajaran ke arah yang lebih dinamis dan efektif. Dengan kondisi tersebut,
metode digital storytelling dapat dimanfaatkan untuk penyuluhan kesehatan gigi.
Disamping itu, memungkinkan materi penyuluhan yang lebih menarik, interaktif,
mudah dipahami melalui visualisasi yang meliputi teks, citra, suara, video, dan
animasi atau film. Digital storytelling ini telah mengubah paradigma belajar dengan
membaca, melihat, mendengar, dan mengamati. Dengan demikian, dapat memenuhi
seseorang untuk menyimpan 90% apa yang dia baca, dengar, lihat, dan sebut. Hal ini
sejalan dengan penelitian Fitriani (2019) mengatakan bahwa penyuluhan dengan
menggunakan metode dongeng merupakan metode pembelajran paling menarik,
paling disukai, dan paling melekat dalam ingatan seorang anak karena hakekatnya
sebuah cerita sulit dilupakan. Metode digital storytelling mampu memberikan kesan
yang besar dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena dapat mengintegrasikan
teks, grafik, animasi, audio, dan video.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2019), Yanti (2012) dan
Fitriani (2019) dengan penelitian ini terdapat pada variabel pengaruh yaitu tentang
penyuluhan dengan metode digital storytelling. Perbedaan penelitian Berliana
(2016) dan Suratri (2016) dengan penelitian penulis yaitu peran orang tua dalam
merubah perilaku anak. Menurut peneliti adapun perbedaan variabel terpengaruh
dari penelitian yang dilakukan Khasanah (2019) yaitu tentang meningkatkan
kepatuhan gosok gigi malam, penelitian Fitriani (2019) tentang pengetahuan
menyikat gigi pada kelompok usia 9-10 tahun. Dapat diperoleh kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2019), Yanti (2012) dan Fitriani (2019)
meningkatnya pengetahuan anak setelah diberikan penyuluhan dengan metode digial
storytelling dikarenakan anak udah mengetahui informasi yang diberikan tentang
kesehatan gigi dan dikemas dalam bentuk sebuah cerita dan gambar yang manarik
agar anak tidak bosan dalam menerima penyuluahan. Menurut peneliti, kesimpulan
penelitian yang dilakukan oleh Desmita (2014), Nuryanto (2016) dan Nuraina
(2018) bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar mampu menyimpan memori
dengan baik seperti melihat atau mendengar suatu informasi yang disampaikan
dengan penggunaaan metode storytelling untuk penyuluhan kesehatan gigi
diharapkan pesan yang disampaikan dapat diingat semaksimal mungkin sehingga
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan anak. Kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan oleh Berliana (2016) dan Suratri (2016) yaitu peran orang tua sangat
diperlukan untuk mendukung dan memantau anak dirumah dalam menerapkan
informasi yang diperoleh dari penyuluhan kesehatan gigi.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi penelitian keperawatan gigi
Penelitian selanjutnya dapat menjadikan hasil skripsi berdasarkan studi literatur ini
sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian terkait dengan efektivitas
penyuluhan kesehatan gigi dengan metode digital storytelling terhadap pengetahuan
kesehatan gigi pada siswa sekolah dasar.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan gigi
Hasil skripsi berdasarkan studi literatur ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk
pengembangan ilmu keperawatan gigi sehingga dapat diterapkan dalam hal
pencegahan terjadinya karies gigi pada siswa sekolah dasar.
3. Bagi sekolah melalui sarana pelayanan kesehatan / puskesmas
Hasil skripsi berdasarkan studi literatur ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan edukasi siswa sekolah dasar yang disampaikan oleh petugas sarana
pelayanan / puskesmas melalui kegiatan penyuluhan kesehatan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Lusiani, Y (2010) Efektifitas Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi Dan
Guru Orkes Dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Dan Mulut Pada Murid SD Negeri 060973 Di Kecamatan Medan
Selayan. Thesis.
Muallifah, (2013) Storytelling Sebagai Metode Parenting Untuk Pengembangan
Kecerdasan Anak Usia Dini
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/view/6364
Tanggal download : 16/06/2020
Saumi, M. R (2011) Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Dan Pengetahuan Gizi Ibu
Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi (6-12 Bulan) Di
Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang. Skripsi
Sophiani, P. (2008) Peran Storytelling Sebagai Sarana Promosi Perpustakaan
Tk/Sd Al-Izhar Pondok Labu.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/822/1/PUJI%
20SOPHIANI-FAH.pdf
Tanggal download : 25/06/2020
Suratri, M. A. L., Sintawati, F., Andayasari, L (2016) Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Provinsi Banten Tahun 2014’, Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 26(2), pp. 119–126. doi: 10.22435/mpk.v26i2.5449.119-
126.
https://www.neliti.com/publications/179280/pengetahuan-sikap-dan
perilaku-orang-tua-tentang-kesehatan-gigi-dan-mulut-pada-a
Tanggal download : 27/06/2020
Widayati, N (2014) Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak 4-
6 Tahun, Jurnal Berkala Epidemiologi Vol.2 No.2
Yanti, G. N., Raphaeli, S., Natamihardja, L (2012) Perbedaan Peningkatan
Pengetahuan Antara Metode Ceramah Dan Pemutaran Video Kartun
Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Pada Siswa Kelas II SD Bodhicitta
Medan, Edisi Cetak Dentika
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Yanti%2
C+G.+N.%2C+Raphaeli%2C+S.%2C+Natamihardja%2C+L+%282012
%29+Perbedaan+Peningkatan+Pengetahuan+Antara+Metode+Ceramah
+Dan+Pemutaran+Video+Kartun+Dalam+Penyuluhan+Kesehatan+Gig
i+Pada+Siswa+Kelas+II+SD+Bodhicitta+Medan%2C+Edisi+Cetak+D
entika+&btnG=
Tanggal download : 22/06/2020