Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA CARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

YANG BERKUNJUNG DIPOLIKKLINIK GIGI ANAK

RSUD ANUTAPURA KOTA PALU

SULAWESI TENGAH

OLEH
ZULKARNAIN HARMAIN
NIM : 211611098

PRODI DIPLOMA IV TRAPIS GIGI


UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puja atas kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam, yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang dimaksudkan sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi pada Jurusan Trapis gigi Universitas Nahdatul Ulama Gorontalo.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan keharibaan sebaik-baik makhluk
Allah, yaitu Baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya, para sahabat beliau yang
mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari
pembalasan.
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Orang
tua tercinta, Istri dan anakku tercinta, serta seluruh keluarga yang selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan studi. Dalam penyusunan
proposal ini tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh penulis, namun berkat bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang dengan penuh kesabaran, telah
meluangkan waktunya yang sangat berharga demi membimbing, mengarahkan dan
memberikan masukkan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini., petunjuk,
saran dengan begitu arif dan bijaksana, serta senantiasa menumbuhkan semangat dan
rasa percaya diri dalam menuntut ilmu pengetahuan.
Semoga apa yang telah diberikan dapat bermanfaat dan berguna serta
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin...

Palu, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………3

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………….3

1. Tujuan Umum…………………………………………………………………………..3

2. Tujuan Khusus…………………………………………………………………………3

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………………...4

1. Manfaat Teoritis…………………………………………………………………………4

2. Peneliti Lain……………………………………………………………………………..4

3. Manfaat Praktisi…………………………………………………………………………4

E. Keaslian Skripsi…………………………………………………………………………...4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka……………………………………………………………………………..6

1. Defenisi karies gigi…………………………………………………………...............6

2. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi Dan Mulut………………………………6

3. Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut………………………………………12

4. Pendidikan Anak Usia Dini (TK)………………………………………………….14

B. Landasan Teori…………………………………………………………………………...17

C. Kerangka Konsep………………………………………………………………………..18

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian………………………………………………………………….19
B. Definisi Konsep dan Operasional…………………………………………………….19
1. Definisi Konseptual…………………………………………………………………...19
2. Definisi Operasional…………………………………………………………………..19
C. Lokasi Penelitian………………………………………………………………………...19
D. Waktu Penelitian…………………………………………………………………………19
E. Populasi dan Sampling Penelitian……………………………………………………19
F. Penyusunan instrument penelitian…………………………………………………..19
ii
1. Instrumen Penelitian………………………………………………………………….19

2. Bahan Penelitian………………………………………………………………………19
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………..20
1. Dokumentasi……………………………………………………………………………20

2. Studi Pustaka (Librari Research)……………………………………………………..20

3. Riset Internet ( online Research)……………………………………………………..20

H. Validitas dan Reabilitas………………………………………………………………...20


I. Tekhnik Analisis Data…………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..21
Lampiran……………………………………………………………………………………….23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

F. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia merupakan hal yang perlu

mendapat perhatian serius. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kejadian penyakit

gigi dan mulut yang diderita oleh sebagian penduduk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan

Dasar atau Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa 93 persen anak usia dini, yakni dalam

rentang usia 5-6 tahun, mengalami gigi berlubang. Ini berarti hanya tujuh persen anak

di Indonesia yang bebas dari masalah karies gigi. Hasil Riskesdas 2018 ini juga

menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak usia 5-6 tahun mengalami lubang pada

delapan giginya. Hal ini bisa mempengaruhi status gizi anak karena gigi berlubang

membuat anak menolak untuk makan. Salah satu faktor penyebabnya adalah

rendahnya frekuensi menyikat gigi sehari-hari termasuk rendahnya pengetahuan anak

tentang cara menyikat gigi dengan benar (Kemenkes, 2018).

Sementara untuk perilaku menyikat gigi yang benar, hasil Riskesdas 2018

menyebut bahwa baru 2,8 % persen penduduk Indonesia yang sudah menyikat gigi dua

kali sehari, yakni pagi dan malam secara benar. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi

seputar menyikat gigi harus dimulai sejak dini karena akan menjadi kebiasaan hingga

dewasa,oleh sebab itu perawatan gigi sejak dini pada anak membutuhkan pelayanan

karena anak belum mampu melakukan sendiri, sampai mereka siap untuk diajarkan dan

mampu merawat gigi secara mandiri. Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok gigi,

akan dari kebiasaan tersebut dapat meningkatkan potensi karies pada anak (Rosseno,

2008).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut profil propinsi Sulawesi tengah

tahun 2020 jumlah kasus gigi dan mulut yang terdata adalah 14757 kasus gigi dan

mulut. Dari kasus ini yang terlayani dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut yakni :

tindakan pencabutan gigi ada 4.322 kasus dan 585 kasus telah di lakukan penambalan

serta 850 kasus dirujuk kepalayanan kesehatan gigi dan mulut yang lebih memadai

atas pelayanan kasus tersebut. Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020.

1
Untuk menilai upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada murid SD dipakai

indikator cakupan perawatan gigi pada murid SD yang menghitung persentase

perbandingan antara jumlah murid yang mendapat perawatan gigi dan jumlah murid

yang perlu perawatan gigi. Kegiatan sikat gigi masal di SD/MI merupakan salah satu

kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat memahami cara

dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi). Cakupan pemeriksaan gigi pada

murid SD/MI secara selektif di Kota Palu pada Tahun 2020 sebesar 21,08% meningkat

sebesar 0,04% jika dibanding cakupan Tahun 2019 yaitu 21,04%. Sementara itu jika

dilihat dari jumlah murid yang mendapat perawatan pada Tahun 2020 terdapat 3.379

orang yang perlu perawatan dan yang mendapat perawatan sebanyak 922 orang atau

27,29%. Sedangkan jika dilihat dari jumlah sekolah yang melaksanakan kegiatan UKGS

pada Tahun 2020 hanya 25 SD/MI dari 188 SD/MI yang ada di Kota Palu (13,30%).

Sumber data dari Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020.

Pada profile Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Kota Palu Sulawesi

Tengah kasus gigi di poliklinik gigi umum dan polik klinik konservasi gigi dewasa tahun

2020 sebanyak 1392 kasus, pada Poliklinik gigi anak ( Pedodontia) sebanyak 585

kasus. Jumlah total kasus gigi sebanyak 1.977 kasus. Dengan melihat jumlah kasus

perkembangan caries gigi, ini terlihat masih kurangnya masyarakat memperhatikan

kesehatan gigi dan mulut. Rata – rata masyarakat berkunjung ke rumah sakit jika

giginya merasa bermasalah dan sangat mengganggu terhadap dirinya.,masih banyak

masyarakat yang minim atas pengetahuan perawatan gigi dan mulut dalam keseharian.

Semakin meningkatnya angka karies gigi saat ini dipengaruhi oleh salah satunya

adalah factor perilaku masyarakat. Sebagian besar masyarakat tidak menyadari

pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut. Ketidak tahuan masyarakat tersebut

yang mengakibatkan penurunan produktivitas karena pengaruh sakit yang dirasakan.

Hal ini karena menurunnya jaringan pendukung gigi. Karies gigi ini nantinya menjadi

sumber infeksi yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit sistemik (Nurhidayat dkk.,

2012).

Apa lagi pada anak-anak prasekolah dan sekolah dasar yang belum begitu

memahami betapa penting menjaga kesehatan gigi dan mulut ditambah lagi kurangnya

perhatian dan peranan penting orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya.
2
Seharusnya peranan orang tua merupakan peranan control untuk mencegah terjadinya

caries gigi dan memeriksakan gigi anaknya di pelayanan kesehatan gigi dan mulut

setiap enam bulan sekali untuk mengetahui apakah gigi pada anaknya mengalami

kelainan karies atau tidak.

Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi secara ekonomi adalah semakin
lemahnya produktivitas masyarakat. Jika yang mengalami anak-anak maka akan
menghambat perkembangan anak sehingga akan menurunkan tingkat kecerdasan
anak, yang secara jangka panjang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat
(Asse, 2010).
Dengan melihat jumlah kasus gigi anak yang berkunjung dipolikklinik gigi anak
menjadi perhatian khusus bagi penulis akan melakukan penelitian pada anak-anak
umur Sekolah Dasar yang berkunjung dipolikklinik gigi anak untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab terjadinya caries gigi pada Anak usia Sekolah Dasar. Hal ini sebagai
upaya sedini mungkin untuk mencegah terjadinya caries gigi pada anak-anak usia
Sekolah Dasar.

G. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
kah yang menyebabkan terjadinya caries gigi pada Anak usia Sekolah Dasar yang
berkunjung di Rumah sakit Umum Anutapura palu bagian Polikklinik Gigi Anak ?

H. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan khusus yang dapat dijelaskan

sebagai berikut.

3. Tujuan Umum

untuk mengetahui faktor-fakto apa saja yang menyebab terjadinya caries gigi
pada Anak usia Sekolah Dasar yang berkunjung di Rumah sakit Umum
Anutapura palu bagian Polikklinik Gigi Anak

4. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui faktor-fakto apa saja yang menyebab terjadinya caries gigi

pada Anak usia Sekolah Dasar yang berkunjung di Rumah sakit Umum

Anutapura palu bagian Polikklinik Gigi Anak

3
b. Untuk mengetahui apakah perilaku orang tua anak usia sekolah dasar yang

berkunjung di polikklinik gigi anak memahami akan pentingnya menjaga

kesehatan gigi anaknya

I. Manfaat Penelitian

4. Manfaat Teoritis

a. Bagi orang tua anak usia sekolah dasar yang berkunjung di polikklinik gigi

anak.

1) Sebagai bahan kajian dan bahan pertimbangan akan pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut dalam kaitannya dengan perkembangan emosi

anak.

2) Dapat digunakan sebagai bahan kajian, dalam usaha meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah dasar untuk

memelihara kesehatan giginya secara mandiri

b. Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi keilmuan bagi penelitian lain yang melakukan

penelitian sejenis atau lanjutan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Pasien Polikklinik gigi anak

Sebagai masukan pada semua pasien polikklinik gigi anak tentang perlunya

pelayanan asuhan perawatan gigi dan mulut dengan memperhatikan pola

pendekatan Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi

perorangan dalam kaitannya dengan perkembangan emosi anak.

b. Perawat Gigi dan Mulut

Sebagai masukan untuk mengoptimalkan program pendidikan kesehatan gigi

dan mulut pada setiap jenjang persekolahan.

J. Keaslian Skripsi
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Nur Widayati dengan judul Faktor Yang
Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anakusia 4–6 Tahun diTaman Kanak-Kanak
(TK) R.A Bustanussholihin di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
4
Penelitian ini bersifat Analitik yang datanya dikumpulkan secara Cross Sectional
dengan sampel anak TK usia 4–6 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 49 anak.
Pengumpulan data primer melalui wawancara pada orang tua siswa TK R.A
Bustanussholihin dengan menggunakan kuisioner dan data sekunder diperoleh dari
instansi yaitu data profil wilayah di TK R.A Bustanussholihin di Desa Balun
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan uji korelasi
coeffi cient contingency. Berdasarkan hasil uji korelasi coeffi cient contingency
didapatkan hasil bahwa faktor yang memiliki hubungan yang kuat adalah kebiasaan
memberi makan manis,lengket, dan minum susu dengan nilai P = 0,504.
Sedangkan faktor yang memiliki hubungan yang lemah yaitu kebiasaan
pemeliharaan kebersihan gigi anak dan kebiasaan pemeriksaan gigi dan mulut
anak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi
yang kuat antara kebiasaan memberi makanan manis, lengket dan minum susu
dengan kejadian karies gigi anak usia 4–6 tahun. Sehingga untuk mencegah
keparahan karies gigi maka perlu diadakan penyuluhan tentang pemberian makan
manis, lunak dan lengket terhadap pengaruh karies gigi serta bagaimana
seharusnya pemberian susu formula maupun Air Susu Ibu (ASI) kepada anak agar
tidak terjadi karies rampan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada lokasi

penelitian, jenis penelitian yang digunakan, dan kriteria keberhasilan penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analisis deskriptif, lokasi penelitian di

poliklinik gigi RSU Anutapura Kota Palu Sulawesi Tengah. Data yang didapatkan

berdasarkan data sekendur berupah sensus harian langsung dari poliklik gigi anak,

table data bulanan dan tahunan didapatkan dari profile RSU Anutapura Kota Palu.

Sedangkan data primer didapatkan secara langsung dilapangan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D. Telaah Pustaka

5. Defenisi karies gigi

a. Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari
substrat (medium makanan bagi bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya
destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitasi
(pembentukan lubang) (Kennedy, 2002).

b. Kariesgigiadalahsuatu proses penghancuransetempatjaringankalsifikasi yang


dimulaipadabagianpermukaangigimelalui proses dekalsifikasilapisan email
gigi yang
diikutiolehlisisstrukturorganiksecaraenzimatissehinggaterbentukkavitas
(lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat
mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010).

6. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan yang

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit

maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan

penyakit gigi, dan penyembuhan terbatas (Budiharto 2010).

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan

gigi dan mulut yang terencana, ditujukan kepada kelompok tertentu yang dapat

diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan

dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada

individu, kelompok, dan masyarakat (Erni Gultom, 2017).

Menurut Horowitz dalam Budiarto (2010) mengatakan bahwa tindakan

kesehatan harus dilakukan dengan cara hati-hati terhadap program pelayanan

asuhan kesehatan gigi dan mulut, termasuk program pengkontrolan plak gigi

yang dianggap sebagai keharusan untuk pelayanan kesehatan mulut. Menurut

6
Leavel and Clark Budiarto (2010) dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi,

dapat dilakukan berdasarkan lima tingkatan pencegahan (five levels of

prevention) yaitu:

a. Promosi kesehatan (Health promotion)

Promosi kesehatan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan tetapi juga meningkatkan atau

mmperbaiki lingkungan dalm rangka memelihara dan meningkatkan

kesehatan seseorang. Pada tingkat ini (tinkat promosi kesehatan) bagi

kesehatan gigi digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi,

misalnya dengan memilih makanan yang menyehatkan gigi, mengatur pola

makanan yang mengandung gula.

b. Perlindungan khusus (Specific protection)

Meliputi pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah makan,

topikal aplikasi, flouridasi air minum dan sebagainya. Pada tingkat ini

diperlukan agar masyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi.

c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Eary diagnosis and prompt treatment)

Meliputi pemeriksaan gigi dengan sinar-X secara berkala, panambalan gigi

yang baru terkena karies, penambalan fissure yang terlalu dalam dan

sebagainya.

d. Pembatasan cacat (Disability limitation)

Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah,

misalnya pulpa capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi. Pada

tingkat ini sangat diperlukan karena pasien sering tidak mengobati

penyakitnya secara tuntas. Contoh pada perawatan urat saraf yang

memerlukan beberapa kali kunjungan atau pasien yang ingin segera

mencabut gigi walaupun sebenarnya masih dapat dilakukan tambalan. 5.

Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian

fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan.

Menurut Taylor, 1993, perspektif dari asuhan adalah suatu pelayanan

yang diberikan berpusat pada hubungan interpersonal. Pendekatan pelayanan

asuhan ini dengan memperhatikan 5 kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan


7
fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri untuk meningkatkan

penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien sebagai manusia.

Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral

meliputi kepedulian terhadap klien, empati dan dengan perasaan kasih sayang.

Seorang perawat gigi harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku dan etika profesional.

Pelayanan asuhan diberikan dengan pendekatan berdasarkan etika dimana

perawat gigi menghargai kapasitas otonomi setiap orang, menghindari berbuat

salah, bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat,

bertindak adil dengan menjelaskan dan memberikan informasi tentang manfaat

dan risiko yang dihadapi, dan mendukung hak pasien untuk mengambil

keputusan.

Berdasarkan buku konsep dasar pelayanan asuhan keperawatan gigi dan

mulut yang ditulis oleh Erni Gultom (2017), pelayanan asuhan kesehatan gigi

ditujukan untuk melayani kelompok sebagai berikut:

a. Individu

Dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi

dan mulut, kesehatan gigi dan mulut yang optimal seharusnya diawali dari

diri sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan dirinya

sendiri. Setelah ia peduli terhadap kesehatan dirinya, maka diharapkan ia

akan dapat menjadi contoh bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun di

masyarakat dalam kesehatan gigi dan mulut. Berikut adalah beberapa

kemampuan dasar dalam kesehatan gigi dan mulut individu:

1) Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri

2) Mampu melaksanakan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut

bagi diri sendiri

3) Dapat mengetahui kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi

dan mulut danmengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya

4) Mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia

b. Keluarga

8
Keluarga adalah kumpulan individu yang hidup bersama sebagai satu

kesatuan, sebagaiunit terkecil dalam masyarakat. Keluarga memiliki ikatan

yang kuat di antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam

menghadapi berbagai masalah yang timbul termasuk masalah kesehatan

gigi dan mulut. Keluarga saling mendukung, membantu dalam

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh salah satu anggota

keluarganya. Freeman menguraikan tugas keluarga dalam masalah

kesehatan yaitu :

1) Keluarga mampu mengenal adanya gangguan kesehatan pada anggota

keluarganya

2) Keluarga dapat menanggulangi keadaan darurat yang bersifat kesehatan

maupun nonkesehatan

3) Keluarga dapat memberi perawatan dan mencari bantuan bagi anggota

keluarga yang sakit

c. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup bersama dalam waktu

yang lama yang merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem dan

menghasilkan suatu kebudayaan. Layanan asuhan kesehatan gigi dan mulut

dilakukan agar masyarakat memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan mulut, bagaimana memelihara gigi dan mulut, bagaimana mengatasi

gangguan/kelainan gigi dan mulut, dapat memanfaatkan pelayanan

kesehatan gigi yang ada. Dengan kondisi masyarakat seperti ini, diharapkan

dapat tercipta kebudayaan pelihara diri terhadap kesehatan, khususnya

kesehatan gigi dan mulut. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya status

kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi kelompok masyarakat

tersebut.Untuk menciptakan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan

kesadaran pelihara diri kesehatan gigi dan mulut, dilakukan pendidikan

kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat melalui pelatihan kader-kader

kesehatan gigi dan mulut seperti kader di Posyandu, juga kepada

masyarakat melalui program Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat

(UKGM).
9
Menurut Budiharto (2010) sikap dapat menjadi suatu tindakan yang nyata

yaitu diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain,

adanya saran dan prasarana atau fasilitas. Tindakan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut mempunyai empat tingkatan, yaitu:

a. Persepsi

Merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Contohnya, mengambil

sikat gigi yang benar dari bermacam-macam sikat gigi yang disajikan dengan

berbagai bentuk dan kekerasan bulu sikat (bulu sikat yang lunak, sedang,

keras) untuk menggosok gigi.

b. Respons terpimpin

Jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh yang diberikan. Contohnya, mendidik cara menggosok

gigi untuk anak berumur dibawah lima tahun dengan posisi ibu di belakang

anaknya, dan anak serta ibu menghadap cermin agar anak dapat melihat.

Selanjutnya ibu melakukan gerakan menggosok gigi dan anak dapat

mencontohnya.

c. Mekanisme

Seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara teratur atau

sudah merupakan kebiasaan. Contohnya, anak umur lima tahun sudah

mampu menggosok gigi dengan benar secara teratur yaitu pagi hari sesudah

makan dan malam hari sebelum tidur.

d. Adaptasi

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakannya

sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan yang

dimaksudkan. Contohnya, anak yang masih dibawah lima tahun dan

mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol maka ibu dapat mengurangi

jumlah gula dalam susu dan setelah memberi minum, ibu segera

membersihkan gigi anak dengan kain bersih yang dibasahi, sebab akan

sangat sulit untuk langsung menggosok gigi anak.

10
Adapun program pelayanan asuhan keperawatan gigi diberikan untuk

tujuan promotif preventif, dan kuratif. Promotif yang dimaksud dalam pelayanan

asuhan keperawatan gigi adalah tugas sebagai perawat gigi untuk berupaya

meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya

sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial

budaya setempat yang didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan.

Sasarannya adalah kelompok orang sehat agar tetap memiliki gigi dan mulut

yang sehat.

Pogram promotif bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan gigi

b. Memotivasi dan membimbing individu, masyarakat untuk membiasakan

pelihara diri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri dan

keluarganya

c. Dapat menjalankan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi diri

sendiri, dan keluarganya

d. Dapat mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini mungkin kemudian

mencari sarana pengobatan yang tepat dan benar

Selanjutnya adalah program bertujuan preventif yaitu pelayanan asuhan

secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan

penyakit gigi dan mulut bagi seseorang atau masyarakat. Sasaran yang dihadapi

adalah kelompok orang resiko tinggi, seperti anak pra sekolah, anak sekolah dan

ibu hamil.Perawatan preventif yang dapat Anda lakukan sebagai berikut :

a. Perawatan rutin, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan

secara rutin (setiap hari). Misalnya melakukan sikat gigi secara teratur pada

pagi hari sesudah sarapandan sebelum tidur malam.

b. Perawatan periodik, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan dalam jangka waktu tertentu seperti rutin melakukan pemeriksaan

gigi dan mulut ke pelayanan kesehatan (dokter gigi, puskesmas, rumah sakit)

setiap 6 bulan sekali. Perawatan seperti ini dapat mendeteksi sedini mungkin

11
kerusakan-kerusakan, kelainan gigi dan mulut. Perawatan yang dilakukan

antara lain adalah dengan melakukan pembersihan karang gigi (scalling)

yang dapat menghindari terjadinya kerusakan jaringan pendukung gigi.

Dan yang terakhir adalah program kuratif, yaitu program yang bertujuan

untuk merawat dan mengobati/memperbaiki gigi anggota keluarga dan kelompok

yang menderita penyakit atau masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi

akibat tidak dilakukannya perawatan preventif. Sasarannya adalah kelompok

orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Bila sudah terjadi kerusakan gigi,

dokter gigi dapat melakukan penambalan atau pencabutan gigi.

7. Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan

terbebasnya gigi geligi dari plak dan calculus, keduanya selalu terbentuk pada

gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi, hal ini disebabkan karena rongga

mulut bersifat basah, lembab dan gelap, yang menyebabkan kuman dapat

berkembang biak (Farida, 2012).

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), mengukur kebersihan gigi

dan mulut seseorang diukur dengan suatu index. Index adalah suatu angka yang

menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan

dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun

calculus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang

objektif.

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), Faktor-faktor yang

mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu:

a. Menyikat gigi

1) Pengertian menyikat gigi Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010),

mengatakan bahwa menyikat gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan

mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak.

12
2) Frekuensi menyikat gigi Menurut Manson (dalam Putri, Herijulianti, dan

Nurjanah, 2010), menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari yaitu pagi setelah

makan pagi dan malam sebelum tidur.

3) Cara menyikat gigi Menurut (Sariningsih, 2012), cara menyikat gigi yang

baik adalah sebagai berikut:

a) Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor,

banyaknya pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.

b) Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.

c) Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan sehingga gigi rahang

atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang

atas dan gigi rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.

d) Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan

gerakan maju mundur. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk

setiap permukaan

e) Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan naik

turun sedikit memutar.

f) Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah

dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

g) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke

lidah dengan gerakan mencongkel keluar.

h) Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-

langit dengan gerakan sikat mencongkel ke luar dari rongga mulut.

i) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-

langit dengan dengan gerakan mencongkel.

4) Alat Menyikat Gigi

a) Sikat Gigi

Menurut (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010) Syarat sikat gigi yang

ideal : (1) Tangkai sikat gigi harus enak di pegang dan stabil, pegangan

sikat gigi harus cukup lebar dan cukup tebal. (2) Kepala sikat jangan

terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29 x 10 mm, untuk

anak-anak 15-24 x 7 mm, untuk anak balita 18 mm x 7 mm. (3) Tekstur


13
harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak

jaringan lunak maupun keras.

b) Pasta Gigi

Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi

untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi, serta

memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang

terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan (Putri,

Herijulianti, dan Nurjanah 2010).

Pasta gigi biasanya mengandung bahan-bahan abrasi, pembersih,

bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga

ditambahkan bahan pelembab, pengawet, fluor dan air. Bahan abrasi

yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat atau aluminium

hidoksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi (Putri, Herijulianti,

dan Nurjanah 2010).

b. Jenis Makanan

Menurut (Tarigan, 2013), fungsi mekanis dari makanan yang dimakan

berpengaruh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, diantaranya :

1) Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang berserat

dan berair seperti : buah-buahan dan sayur-sayuran.

2) Sebaliknya makanan yang dapat merusak gigi yaitu makanan yang manis

dan mudah melekat pada gigi seperti: coklat, permen, biskuit, dll.

8. Pendidikan Anak Usia Dini (TK)

Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan

pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk

mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki

jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan taman kanak-kanak merupakan

jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu

sekolah dasar dan lingkungan lainnya.

14
Salah satu jenis jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak.

Taman Kanak-kanak menurut Helmawati (2015) yaitu pendidikan jalur formal

untuk anak usia dini usia 4-6 tahun. Sedangkan menurut Maimunah (2012)

Taman Kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan formal setelah play groub.

Menurut pendapat Bilher dan Snowman yang dikutip oleh Masitoh (2003)

menekankan anak usia dini kepada anak usia 2,5 tahun sampai dengan usia 6

tahun. Lebih lanjut pasal 1 ayat 16 Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Naisonal menyatakan: “Pendidikan anak usia dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6

tahun yang dilakukan melalui pemberiaan rangsangan pendidikan untuk

membantu perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Berbeda dengan pernyataan di atas, menurut pendapat Bredekamp dan

Copple yang dikutip oleh Masitoh (2003) mengemukakan bahwa, “pendidikan

anak usia dini mencakup berbagai berbagai program yang melayani anak dari

lahir sampai dengan usia 8 tahun yang dirancang untuk meningkatkan

perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak”. Taman Kanak-

kanak sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

bukan merupakan syarat untuk memasuki jenjang pendidikan dasar, akan tetapi

dalam upaya pengembangan sumber daya manusia, lembaga ini merupakan

bagian yang sangat penting. Atas dasar itu maka peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan Taman Kanak-kanak perlu terus dikembangkan.

Taman Kanak-kanak merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang

berada pada jalur pendidikan formal sebagaimana yang dinyatakan dalam

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naisonal pasal

28 ayat 3, “pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk

Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), bentuk lain yang sederajat”.

Dari beberapa pendapat tersebut maka sapat disimpulkan bahwa Taman

Kanak-kanak merupakan tempat untuk mengenalkan sesuatu hal ataupun

pembelajaran untuk anak usia 4-6 tahun. Di Taman Kanak-kanak biasanya

terdapat dua kelompok yaitu kelompok A dengan usia 4-5 tahun dan kelompok B
15
dengan usia 5-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak dilakukan untuk

mengembangkan dan menstimulasi enam aspek perkembangan anak yaitu nilai

agama moral, bahasa, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, dan seni. Semua

aspek perkembangan tersebut distimulasi dengan baik sesuai dengan tahap

perkembangan anak.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di TK

seperti yang dikemukakan oleh Musitoh (2003):

b. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan awal,

pendidikan sekolah yang dikenal oleh anak, oleh karena itu Taman Kanak-

kanak perlu menciptakan situasi pendidikan yang memberi rasa aman dan

menyenangkan.

c. Sifat kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak adalah pembentukan perilaku

melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan seharihari seperti

menjaga kebersihan dan keamanan mandiri, sopan santun. Berani

bertanggung jawab dan penggendalian diri.

d. Sifat kegiatan merupakan pengembangan berbagai kemampuan dasar anak,

oleh karena itu pengetahuan terhadap dunia sekitar merupakan alat yang

dipilih oleh guru untuk penngembangan kemampuan dasar. Faktor lain yang

harus diperhatikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah dasar

pembelajaran bagi anak.

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip belajar

yang berorientasi perkembangan dan bermain yang menyenangkan, didasarkan

20 pada minat dan pengalaman anak, mendorong terjadinya komunikasi baik

secara individual maupun kelompok, dan bersifat fleksibel. Masitoh (2003)

mengungkapkan prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia dini sebagai berikut:

a. Anak aktif melakukan sesuatu atau bermain dalam situasi yang

menyenangkan.

b. Kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat.

c. Mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan

individual.

b. Mendorong anak untuk mengambil resiko dan belajar dari kesalahan.


16
c. Memperhatikan prinsip perkembangan anak.

d. Bersifat fleksibel.

E. Landasan Teori

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan

gigi dan mulut yang terencana, ditujukan kepada kelompok tertentu yang dapat

diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan

dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada

individu, kelompok, dan masyarakat (Erni Gultom, 2017).

Pelayanan asuhan secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya

gangguan, kerusakan penyakit gigi dan mulut bagi seseorang atau masyarakat.

Sasaran yang dihadapi dalam penelitian ini adalah orang tua anak sekolah dasar

yang berkunjung di polikklinik gigi anak. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh

kebutuhan dasar anak diantaranya kebutuhan asah, asih dan asuh. Pola asih

adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan

kebutuhannya. Pola asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan

perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Pola asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya

(Setiadi, 2008).

Palayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut dengan pola pendekatan

Upaya promosi, pencegahan dan pelayanan kesehatan gigi perorangan dalam

kaitannya dengan perkembangan emosi anak yang diterapkan pada anak SD

berdampak pada kemandirian anak menyikat gigi secara baik dan benar. Menyikat

gigi Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), adalah tindakan membersihkan

gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak.

Jangan anggap remeh kesehatan gigi dan mulut terutama anak usia dini.

Banyak orang tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak

17
dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka dari itu, betapa penting

perhatian orangtua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, terutama anak- anak

yang masih balita maupun anak usia dini. Sebab, kondisi gigi susu akan

menentukan pertumbuhan gigi tetap si anak. Selain itu, bila anak memiliki gigi yang

tidak sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si

anak akan terganggu. Akibatnya, anak akan mudah terserang penyakit. Setiap

orangtua sebaiknya menanamkan suatu prinsip dalam dirinya bahwa anak-anak

harus bebas dari rasa sakit gigi dan memberi mereka awal kehidupan yang baik

sehingga mereka mampu bersaing di masa depan. (Stikes S1 Keperawatan, 2016)

F. Kerangka Konsep

Penyajian hasil penelitian diuraikan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja kah yang menyebabkan terjadinya caries gigi

pada Anak usia Sekolah Dasar yang berkunjung di Rumah sakit Umum Anutapura

palu bagian Polikklinik Gigi Anak

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor-faktor penyebab terjadinya Anak usia sekolah dasar yang


karies gigi berkunjung di poliklinik gigi RSU
Anutapura Kota palu

Peranan Orang tUa

Variabel independen

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan teknik analisis data
menggunakan statistika. Menurut Azwar (2005:5) penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menekankan pada data-data numerical (angka) yang diolah secara
statistika
B. Definisi Konsep dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Variabel menurut Sugiyono adalah segala sesuatu yang disebut apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (2012:38), Variabel-variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya
karies
b. Variabel Terikat (Y)
variabel terikat dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar yang
berkunjung di polikklinik Gigi Anak Rsud Anutapura Kota Palu Sulawesi
Tengah

5. Definisi Operasional
Pada definisi ini, penulis mencoba melakukan pembatasan pemahaman
terhadap Konsep Atau Variabel Yang Diteliti Yang Secara Jelas Tercantum Pada
Judul Penelitian analisis deskriptif faktor-faktor penyebab terjadinya caries gigi
pada anak usia Sekolah Dasar Yang Berkunjung Di Polikklinik Gigi Anak RSUD
Anutapura Kota Palu Sulawesi Tengah

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi Di Polikklinik Gigi Anak RSUD Anutapura
Kota Palu Sulawesi Tengah

G. Waktu Penelitian
Waktu penelitan akan dilakukan awal bulan April sampai bulan Juni Tahun 2023

H. Populasi dan Sampling Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar yang berkunjung di
Polikklinik Gigi Anak RSUD Anutapura Kota Palu Sulawesi Tengah

Sampling Penelitian yang di gunakan adalah Nonprobelit sampling Sampling Kuota


jumlah data kunjungan poliklinik gigi anak akan dipisahkan data anak pra sekolah
dan anak usia sekolah dasar. Data tahun 2020 yang berjumlah 585 kasus.

I. Penyusunan Instrumen Penelitian.

1. Instrumen Penelitian

Menurut Darmadi (2011) bahwa definisi instrumen adalah sebagai alat

untukmengukur informasi atau melakukan pengukuran. Instrumen yang


19
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi / kuesioner untuk

mengamati faktor-faktor pendukung terjadinya karies

2. Bahan Penelitian

Adapun Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu :

a. Kertas lembaran pertanyaan (kuesioner)


b. ATk
c. Alat perekam suara menggunakan HP
d. lektop
J. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dan penyebaran
kuesioner kepada anak usia sekolah dasar dan orang tuanya yakni :
1. Dokumentasi

Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara
dokumentasi. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mencatat data
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen- dokumen
yang dimiliki oleh instansi terkait, dimana pada umumnya dokumen tersebut
berupa laporan.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data yang


bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data
tersebut dapat diperoleh dari literature, catatan kuliah serta tulisan lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.

3. Riset Internet (Online Research).

Dalam hal ini penulis selaku peneliti juga menggunakan media internet sebagai
penelusuran informasi berupa teori maupun data-data penunjang penelitian
yang akan dilakukan.

K. Validitas dan Reabilitas


Uji Validitas dilakukan dengan proses SPSS, proses ini akan digunakan Uji korelasi
Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item akan . diurai relasinya dengan
skor total variabel yang dimaksud. Dalam hal ini masing-masing item yang ada di
dalam variabel dan y akan diuji korelasinya dengan skor variable.
L. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik penganalisaan data menggunakan teknik analisis regresi
linier sederhana yaitu metode statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana
hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (x) terhadap variabel
akibatnya (y). Faktor penyebab pada umumnya dilambangkan dengan atau disebut
juga dengan predictor (X)sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan y atau
disebut juga dengan response.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 (Kemenkes, 2018).

Profil pronsi Sulawesi tengah tahun 2020 Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber data dari Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020


profile Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Kota Palu Sulawesi Tengah Tahun 2020

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Budiharto. 2010. Pengantar Ilmu perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta:
EGC

Darmadi, H. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Erni, G, dkk. 2017. Konsep Dasar Pelayanan Keperawatan Gigi dan Mulut I. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Farida. 2012. Studi Kasus. Diakses melalui http://faridaanastika.blogspot.com /2012/05/studi-


kasus.html. Pada 19 Agustus 2019

Gupte, S,. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Helmawati. 2015. Mengenal dan Memahami Paud. Bandung: PT Remaja

Maimunah. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.

Masitoh, dkk. 2003. Pendekatan Belajar aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Universitas
Terbuka

Pahrur, R. 2007. Pengembangan Model Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi


Dengan Pola Asah, Asih Dan Asuh Pada Anak Usia Dini. Jurnal Bahana Kesehatan
Masyarakat Poltekes Kemenkes Jambi Vol.1 No.2 edisi November 2017.

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

Rita Izzati dkk. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Rosseno, Y. 2008.Perawatan Gigi Anak - Menjaga Gigi Anak Tetap Sehat. Diakses melalui
http://www.dentiadental.com/2008/. Pada Tanggal 19 Agustus 2019

Sariningsih, Endang. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta: Kompas Gramedia

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stikes S1 Keperawatan. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut. Diakses
melalui http://shareilmusehat.blogspot.com/2016/07/ faktor -yang-mempengaruhi-
kesehatan-gigi.html.Pada tanggal 19 Agustus 2019.

Sugiono. 1999. Metodologi Penelitian Administrasi. Edisi Kedua. Bandung: CV Alfa Beta.

Supriyanto, A.S dan Machfudz, M. 2010. Metodologi Riset: Manajemen Sumberdaya Manusia.
Malang: UIN-Maliki Press.

21
Tarigan, H. G. 2013. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Taylor, Steven J. 1993. Kualitatif: Dasar - Dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional

Undang-undang RI No.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas

22
Kusioner tentang Kebiasaan Anak menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Nama : ______________

Kelas : ______________

Jenis Kelamin : ______________

Jawaban Peserta Didik

No Pertanyaan Tidak Ya

(0) (1)

1. Apakah anak setiap hari menggosok gigi?

2. Apakah anak menggosok gigi dua kali sehari?

3. Apakah anak suka makan buah dan sayur?

4. Apakah anak sering makan jajanan yang manis


seperti permen dan snack lainnya?

5. Apakah anak rutin periksa gigi?

6. Apakah anak sering mengalami sakit gigi?

Untuk Orang tua

Nama : ______________

Pekerjaan : ______________

Jenis Kelamin : ______________

Jawaban Peserta Didik

No Pertanyaan Tidak Ya

(0) (1)

1. Apakah anak setiap hari menggosok gigi?

2. Apakah anak menggosok gigi dua kali sehari?

3. Apakah anak suka makan buah dan sayur?

4. Apakah anak jarang makan jajanan yang manis


seperti permen dan snack lainnya?

5. Apakah anak rutin periksa gigi?

6. Apakah anak tidak pernah mengalami sakit


gigi?

7 Apakah anak sering control 6 bulan sekali pada


pelayanan kesehatan gigi yang terdekat (
Puskesmas atau dokter gigi)

23
24

Anda mungkin juga menyukai