Shabika 22010220210027
LATAR BELAKANG..................................................................................3
TUJUAN....................................................................................................5
a) Tujuan Umum................................................................................5
b) Tujuan Khusus...............................................................................5
MANFAAT.................................................................................................5
SASARAN.................................................................................................5
RENCANA TENAGA PELAKSANA...........................................................6
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN...................................................6
ASPEK EVALUASI SKRINING GIGI DAN MULUT...................................7
REFERENSI............................................................................................14
2
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan
secara menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada tingkat sekolah dasar.
Kesehatan gigi dan mulut menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015
adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan lunak gigi serta unsur-unsur yang
berhubungan dalam rongga mulut sehingga memungkinkan individu makan, berbicara dan
berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya
penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah
kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir
dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah
gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kejadian karies gigi
pada anak usia sekolah dasar mencapai 60-90%. Prevalensi tersebut akan semakin
meningkat seiring bertambahnya usia. Anak usia 6 tahun telah mengalami karies gigi pada
gigi tetapnya sebanyak 20%, meningkat 60% pada usia 8 tahun, dan 85% pada usia 12
tahun. Center Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa prevalensi karies
gigi tinggi pada anak-anak, yaitu 27% pada anak usia pra-sekolah dan 43% pada anak usia
sekolah. Hal ini disebabkan oleh gigi geligi pada usia tersebut mengalami fase pergantian
gigi, dari gigi sulung ke fase gigi dewasa. Berdasarkan RISKESDAS 2018 prevalensi gigi
dan riwayat karies gigi (DMF-T/def-t) 67,3% anak usia 9 tahun memiliki angka karies gigi
DMF-T>6 yang artinya, termasuk angka yang parah pada kategori karies anak usia dini.
Mayoritas penduduk Indonesia (94,7%) sudah memiliki perilaku menyikat gigi yang
baik, yaitu menyikat gigi setiap hari. Namun dari presentase tersebut hanya 2,8% yang
menyikat gigi di waktu yang benar, yaitu minimal dua kali sehari, sesudah makan pagi dan
sebelum tidur. Jika berdasar kelompok usia, presentase tertinggi perilaku menyikat gigi yang
baik adalah usia 15-24 tahun sebesar 98,5% dengan presentase waktu menyikat gigi yang
benar sebesar 3,3%. Presentase penduduk berusia 10 tahun ke atas di Indonesia yang
menyikat gigi setiap hari cukup tinggi yaitu 94,2%, akan tetapi hanya 2,3% yang berprilaku
benar menyikat gigi. Anak usia sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun masih kurang
mengerti dan mengetahui tata cara pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.
3
Batas maksimal indeks DMF-T pada anak menurut WHO yaitu tiga. Target Indonesia
bebas karies 2030 adalah indeks DMF-T anak mencapai satu. Pada tahun 2018, rata-rata
indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah 7,1 sedangkan untuk anak-anak adalah
1,9. Angka ini masih belum memenuhi target Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada
tahun 2020 yaitu indeks DMF-T pada anak-anak yakni 1,26. Pelayanan kesehatan gigi dan
mulut sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah
menetapkan indikator kesehatan gigi dan mulut khususnya untuk anak sekolah yang
mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yakni berkurangnya rasa sakit dan
intensitas absen akibat rasa sakit, peningkatan proporsi bebas karies, penurunan angka D
(decay/lubang) dari indeks DMF-T serta berkurangnya jumlah gigi yang dicabut akibat
karies.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu upaya kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut
peserta didik sekolah yang ditunjang dengan upaya kuratif bagi individu yang memerlukan
perawatan kesehatan gigi dan mulut. (Kemenkes, 2012) Usaha kesehatan gigi dan mulut ini
termasuk salah satu program puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi yang
diselenggarakan bersamaan dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini
mengarah kepada pendidikan secara dini terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi
dan mulut. Upaya yang dilakukan dalam program UKGS ini berupa peningkatan kesehatan
gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan pemulihan terhadap
penyakit gigi dan mulut.
4
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Melaksanakan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) guna meningkatkan
pengetahuan serta derajat kesehatan gigi dan mulut dengan cara memberikan
penyuluhan dan pelatihan di SD Negeri Bulusan, Semarang.
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan penyuluhan edukasi kesehatan gigi dan mulut serta pelatihan
terhadap peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan,
Semarang.
2. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui edukasi
dan pelatihan terhadap peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri
Bulusan, Semarang.
3. Mengevaluasi derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik dengan
pemeriksaan indeks DMF-T di SD Negeri Bulusan, Semarang
C. MANFAAT
1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan
kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan, Semarang.
2. Meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan, Semarang.
3. Perubahan sikap, perilaku dan tindakan dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan,
Semarang.
D. SASARAN
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi :
1. Sasaran Primer : Peserta didik, di SD Negeri Bulusan Semarang.
2. Sasaran Sekunder : Kepala sekolah/ Guru di SD Negeri Bulusan
Semarang.
3. Sasaran Tersier : Lingkungan sekolah, Lingkungan Keluarga.
4. Waktu Pelaksanaan : - Senin, 15 Februari 2021 (pukul 09.00 – 11.00)
- Senin, 22 Februari 2021 (pukul 09.00 – 11.00)
5. Lokasi Pelaksanaan : SD Negeri Bulusan, Semarang
5
E. RENCANA TENAGA PELAKSANA
Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah
dan berkisanambungan. Sehingga diperlukan keikutsertaan kepala sekolah/guru dalam
meningkatkan upaya promotif-preventif sejak usia dini seperti penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut, sikat gigi bersama di sekolah dan pemeriksaan DMF-T. Hal ini dilaksanakan
secara berkelanjutan sehingga tercapai sasaran dan target program yang diinginkan.
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari:
a. Kepala Sekolah/Guru SD, peran dalam kegiatan UKGS antara lain:
1. Membantu tenaga kesehatan dalam pengumpulan data (screening)
2. Memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut seperti penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut serta demonstrasi cara menyikat gigi pada waktu
pelajaran Penjasorkes (Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan)
3. Merujuk peserta didik ke Puskesmas untuk dilakukan perawatan bila menemukan
peserta didik dengan keluhan penyakit gigi dan mulut
4. Membantu saat sikat gigi bersama
b. Tenaga Kesehatan (Mahasiswa profesi dokter gigi), peran dalam kegiatan UKGS
antara lain:
1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS
2. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada kepala sekolah/guru SD
3. Melakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut
4. Melakukan demosntrasi cara menyikat gigi yang benar
5. Melakukan sikat gigi bersama
6. Pemeriksaan peserta didik (screening) DMF-T
7. Melaksanakan rujukan
6
b) Penyuluhan kepada peserta didik tentang kesehatan gigi dan mulut dengan media
infografis
c) Penyuluhan dan demonstrasi sikat gigi yang benar dengan model gigi dan sikat gigi,
serta penjelasan stiker kepatuhan menyikat gigi yang akan digunakan sebagai
evaluasi
2) Kegiatan preventif, kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau
penyakit, meliputi:
a) Sikat gigi bersama dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluorida
b) Screening kesehatan gigi dengan DMF-T
3) Kegiatan kuratif, kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin, dengan melakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan bagi peserta didik yang memerlukan.
7
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi
lima kategori, yaitu :
1. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T : 0,0 – 1,0
2. Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T : 1,2 – 2,6
3. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T : 2,7 – 4,4
4. Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T : 4,5 – 6,5
5. Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T : >6
Perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan kebiasaan
menyikat gigi pada waktu yang tepat. Kebiasaan menyikat gigi pada waktu yang dianjurkan
perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Anak usia sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun
masih kurang mengerti dan mengetahui tata cara pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.
Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yaitu
edukasi dalam meningkatkan kepatuhan menyikat gigi anak usia sekolah, terutama melalui
menyikat gigi dengan waktu dan cara yang tepat. Kemudian diberikan lembar checklist
dengan stiker yang diisi oleh peserta didik apabila telah menyikat gigi pagi dan malam.
Pengisiannya dengan menempelkan stiker jika peserta didik telah menyikat gigi pagi dan
malam sehingga dapat memotivasi anak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
8
STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT (DMF-T)
Kelas :
Nama Pasien :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Nama Pemeriksa :
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Jumlah D = ...
Jumlah M = ...
Jumlah F = ...
Jumlah DMF-T = ...
Ket:
D = Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang
masih dapat ditambal.
M = Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies
atau gigi karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
F = Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena
karies
9
Hari 1 2 3 4 5 6 7
10
POSTER KESEHATAN GIGI DAN MULUT
11
12
13
14
REFERENSI
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi sekolag (UKGS).
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Khasanah, Nopi Nur. Panji Satriyo. 2019. Metode Storytelling Efektif sebagai Media
Edukasi untuk Meningkatkan Kepatuhan Gosok Gigi Malam. Jurnal Endurance :
Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. E-ISSN - 2477-6521 Vol 4(2):303-310.
Dewi, Puspita Kania, dkk. 2017. Indeks DMF-T dan def-t pada anak di Sekolah
Dasar Negeri Mekarjaya (SDN) Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Padjadjaran J Dent Res Student. Vol 1(2):122-126
15