Anda di halaman 1dari 15

RENCANA PROGRAM

USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH


SD NEGERI BULUSAN-TEMBALANG
Kelompok 1

Vivi Indah Fatmasari 22010220210003

Yuni Uli Silalahi 22010220210017

Fadiah Annisa Safirah 22010220210020

Rima Talitha Yulianti 22010220210025

Shabika 22010220210027

Mochamad Haldi Tri Hutama 22010220210028

Syavergio Avia Difaputra 22010220210033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG..................................................................................3
TUJUAN....................................................................................................5
a) Tujuan Umum................................................................................5
b) Tujuan Khusus...............................................................................5
MANFAAT.................................................................................................5
SASARAN.................................................................................................5
RENCANA TENAGA PELAKSANA...........................................................6
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN...................................................6
ASPEK EVALUASI SKRINING GIGI DAN MULUT...................................7
REFERENSI............................................................................................14

2
A. LATAR BELAKANG

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan
secara menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada tingkat sekolah dasar.
Kesehatan gigi dan mulut menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015
adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan lunak gigi serta unsur-unsur yang
berhubungan dalam rongga mulut sehingga memungkinkan individu makan, berbicara dan
berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya
penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah
kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir
dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah
gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kejadian karies gigi
pada anak usia sekolah dasar mencapai 60-90%. Prevalensi tersebut akan semakin
meningkat seiring bertambahnya usia. Anak usia 6 tahun telah mengalami karies gigi pada
gigi tetapnya sebanyak 20%, meningkat 60% pada usia 8 tahun, dan 85% pada usia 12
tahun. Center Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa prevalensi karies
gigi tinggi pada anak-anak, yaitu 27% pada anak usia pra-sekolah dan 43% pada anak usia
sekolah. Hal ini disebabkan oleh gigi geligi pada usia tersebut mengalami fase pergantian
gigi, dari gigi sulung ke fase gigi dewasa. Berdasarkan RISKESDAS 2018 prevalensi gigi
dan riwayat karies gigi (DMF-T/def-t) 67,3% anak usia 9 tahun memiliki angka karies gigi
DMF-T>6 yang artinya, termasuk angka yang parah pada kategori karies anak usia dini.

Mayoritas penduduk Indonesia (94,7%) sudah memiliki perilaku menyikat gigi yang
baik, yaitu menyikat gigi setiap hari. Namun dari presentase tersebut hanya 2,8% yang
menyikat gigi di waktu yang benar, yaitu minimal dua kali sehari, sesudah makan pagi dan
sebelum tidur. Jika berdasar kelompok usia, presentase tertinggi perilaku menyikat gigi yang
baik adalah usia 15-24 tahun sebesar 98,5% dengan presentase waktu menyikat gigi yang
benar sebesar 3,3%. Presentase penduduk berusia 10 tahun ke atas di Indonesia yang
menyikat gigi setiap hari cukup tinggi yaitu 94,2%, akan tetapi hanya 2,3% yang berprilaku
benar menyikat gigi. Anak usia sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun masih kurang
mengerti dan mengetahui tata cara pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.

3
Batas maksimal indeks DMF-T pada anak menurut WHO yaitu tiga. Target Indonesia
bebas karies 2030 adalah indeks DMF-T anak mencapai satu. Pada tahun 2018, rata-rata
indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah 7,1 sedangkan untuk anak-anak adalah
1,9. Angka ini masih belum memenuhi target Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada
tahun 2020 yaitu indeks DMF-T pada anak-anak yakni 1,26. Pelayanan kesehatan gigi dan
mulut sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah
menetapkan indikator kesehatan gigi dan mulut khususnya untuk anak sekolah yang
mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yakni berkurangnya rasa sakit dan
intensitas absen akibat rasa sakit, peningkatan proporsi bebas karies, penurunan angka D
(decay/lubang) dari indeks DMF-T serta berkurangnya  jumlah gigi yang dicabut akibat
karies.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu upaya kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut
peserta didik sekolah yang ditunjang dengan upaya kuratif bagi individu yang memerlukan
perawatan kesehatan gigi dan mulut. (Kemenkes, 2012) Usaha kesehatan gigi dan mulut ini
termasuk salah satu program puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi yang
diselenggarakan bersamaan dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini
mengarah kepada pendidikan secara dini terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi
dan mulut. Upaya yang dilakukan dalam program UKGS ini berupa peningkatan kesehatan
gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan pemulihan terhadap
penyakit gigi dan mulut.

Peningkatan pengetahuan guru mengenai kesehatan rongga mulut akan membantu


guru dalam mengajarkan kepada peserta didik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Guru
tidak dapat mengajarkan pengetahuan yang luas mengenai kesehatan gigi dan mulut
apabila guru tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk dirinya sendiri. Upaya
yang dilakukan dalam mencegah terjadinya permasalahan rongga mulut seperti karies, yang
pada umumnya sering terjadi pada anak di usia sekolah dikarenakan banyaknya jajanan di
sekolah yang bersifat kariogenik, guru memiliki peran dalam mencegah terjadinya
permasalahan tersebut. Guru dapat dijadikan panutan dan sumber informasi bagi peserta
didiknya dalam perencanaan dan pelaksanaan program pencegahan kesehatan gigi dan
mulut, karena pada umumnya peserta didik akan melakukan dan mengikuti apa yang
dikatakan oleh guru mereka. Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dilakukan di SD
Negeri Bulusan, Semarang.

4
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Melaksanakan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) guna meningkatkan
pengetahuan serta derajat kesehatan gigi dan mulut dengan cara memberikan
penyuluhan dan pelatihan di SD Negeri Bulusan, Semarang.
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan penyuluhan edukasi kesehatan gigi dan mulut serta pelatihan
terhadap peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan,
Semarang.
2. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui edukasi
dan pelatihan terhadap peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri
Bulusan, Semarang.
3. Mengevaluasi derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik dengan
pemeriksaan indeks DMF-T di SD Negeri Bulusan, Semarang

C. MANFAAT
1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan
kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan, Semarang.
2. Meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan, Semarang.
3. Perubahan sikap, perilaku dan tindakan dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut peserta didik dan kepala sekolah/guru di SD Negeri Bulusan,
Semarang.

D. SASARAN
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi :
1. Sasaran Primer : Peserta didik, di SD Negeri Bulusan Semarang.
2. Sasaran Sekunder : Kepala sekolah/ Guru di SD Negeri Bulusan
Semarang.
3. Sasaran Tersier : Lingkungan sekolah, Lingkungan Keluarga.
4. Waktu Pelaksanaan : - Senin, 15 Februari 2021 (pukul 09.00 – 11.00)
- Senin, 22 Februari 2021 (pukul 09.00 – 11.00)
5. Lokasi Pelaksanaan : SD Negeri Bulusan, Semarang

5
E. RENCANA TENAGA PELAKSANA
Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah
dan berkisanambungan. Sehingga diperlukan keikutsertaan kepala sekolah/guru dalam
meningkatkan upaya promotif-preventif sejak usia dini seperti penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut, sikat gigi bersama di sekolah dan pemeriksaan DMF-T. Hal ini dilaksanakan
secara berkelanjutan sehingga tercapai sasaran dan target program yang diinginkan.
Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari:
a. Kepala Sekolah/Guru SD, peran dalam kegiatan UKGS antara lain:
1. Membantu tenaga kesehatan dalam pengumpulan data (screening)
2. Memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut seperti penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut serta demonstrasi cara menyikat gigi pada waktu
pelajaran Penjasorkes (Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan)
3. Merujuk peserta didik ke Puskesmas untuk dilakukan perawatan bila menemukan
peserta didik dengan keluhan penyakit gigi dan mulut
4. Membantu saat sikat gigi bersama
b. Tenaga Kesehatan (Mahasiswa profesi dokter gigi), peran dalam kegiatan UKGS
antara lain:
1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS
2. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada kepala sekolah/guru SD
3. Melakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut
4. Melakukan demosntrasi cara menyikat gigi yang benar
5. Melakukan sikat gigi bersama
6. Pemeriksaan peserta didik (screening) DMF-T
7. Melaksanakan rujukan

F. PERENCANAAN PELAKSANAAN KEGIATAN


1) Kegiatan promotif, kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi kesehatan, meliputi:
a) Pelatihan kepala sekolah/guru SD dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
Memberikan bimbingan dan arahan tentang kesehatan gigi dan mulut serta sikat gigi
yang benar dengan media infografis agar selanjutnya kepala sekolah/guru dapat
memberikan bimbingan secara mandiri.

6
b) Penyuluhan kepada peserta didik tentang kesehatan gigi dan mulut dengan media
infografis
c) Penyuluhan dan demonstrasi sikat gigi yang benar dengan model gigi dan sikat gigi,
serta penjelasan stiker kepatuhan menyikat gigi yang akan digunakan sebagai
evaluasi
2) Kegiatan preventif, kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau
penyakit, meliputi:
a) Sikat gigi bersama dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluorida
b) Screening kesehatan gigi dengan DMF-T
3) Kegiatan kuratif, kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin, dengan melakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan bagi peserta didik yang memerlukan.

G. ASPEK EVALUASI SKRINING GIGI DAN MULUT


Evaluasi merupakan suatu penilaian kegiatan upaya kesehatan gigi dan mulut untuk
mengetahui perkembangan sikap, tindakan dan perilaku peserta didik, sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan program upaya kesehatan gigi dan mulut SD Negeri Bulusan
kedepannya. Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dari peserta didik, dalam hal ini
karies gigi yang ditandai dengan adanya suatu kavitas (lubang), dapat menggunakan indeks
DMF-T.
Indeks DMF-T ditentukan dengan menggunakan kaca mulut dan dilakukan sondasi
dengan menggunakan sonde pada kavitas (lubang) tersebut. Angka D(decay) adalah jumlah
gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena
karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies.
Pemeriksaan DMF-T dilakukan oleh mahasiswa profesi dokter gigi kepada peserta
didik SD Negeri Bulusan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah gigi yang terkena karies
dan evaluasi program penyuluhan UKGS.

Rumus DMF-T Individu

Rumus DMF-T Rata-rata

7
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi
lima kategori, yaitu :
1. Tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T : 0,0 – 1,0
2. Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T : 1,2 – 2,6
3. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T : 2,7 – 4,4
4. Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T : 4,5 – 6,5
5. Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T : >6

Perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan kebiasaan
menyikat gigi pada waktu yang tepat. Kebiasaan menyikat gigi pada waktu yang dianjurkan
perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Anak usia sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun
masih kurang mengerti dan mengetahui tata cara pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.
Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yaitu
edukasi dalam meningkatkan kepatuhan menyikat gigi anak usia sekolah, terutama melalui
menyikat gigi dengan waktu dan cara yang tepat. Kemudian diberikan lembar checklist
dengan stiker yang diisi oleh peserta didik apabila telah menyikat gigi pagi dan malam.
Pengisiannya dengan menempelkan stiker jika peserta didik telah menyikat gigi pagi dan
malam sehingga dapat memotivasi anak untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.

8
STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT (DMF-T)

Kelas :
Nama Pasien :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Nama Pemeriksa :

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

Jumlah D = ...
Jumlah M = ...
Jumlah F = ...
Jumlah DMF-T = ...

Ket:
D = Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang
masih dapat ditambal.
M = Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies
atau gigi karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
F = Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena
karies

9
Hari 1 2 3 4 5 6 7

STIKER PAGI DAN MALAM

10
POSTER KESEHATAN GIGI DAN MULUT

11
12
13
14
REFERENSI

 Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2018. Indonesia:


Kementrian Kesehatan RI. 2018

 WHO.2018. Oral Health. https//www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-health

 Kementrian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 89 Tahun


2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

 Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi sekolag (UKGS).
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

 Khasanah, Nopi Nur. Panji Satriyo. 2019. Metode Storytelling Efektif sebagai Media
Edukasi untuk Meningkatkan Kepatuhan Gosok Gigi Malam. Jurnal Endurance :
Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. E-ISSN - 2477-6521 Vol 4(2):303-310.

 Dewi, Puspita Kania, dkk. 2017. Indeks DMF-T dan def-t pada anak di Sekolah
Dasar Negeri Mekarjaya (SDN) Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Padjadjaran J Dent Res Student. Vol 1(2):122-126

15

Anda mungkin juga menyukai