Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK (TYPODONT)

Nomor Model
001 21 0 16

Nama Pasien : Sarah


Operator : Fadiah Annisa Safirah
NIM : 22010220210020
Pembimbing : drg. Ananta H Pitaloka, Sp. Ort

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
I. IDENTITAS
Operator : Fadiah Annisa Safirah
NIM : 22010220210020
Pembimbing : drg. Ananta H Pitaloka, Sp. Ort

Nomor Model : 001 21 0 16


Nama Pasien : Sarah
Suku : Jawa
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tirto Agung No. 11 Tembalang Semarang
Telp. : 081390666999
Pekerjaan : Pelajar

Nama Ayah : Richard


Suku : Jawa
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Jasmine
Suku : Jawa
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Tirto Agung No. 11 Tembalang Semarang
Telp : 0811272211

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : Senin, 8 Maret 2021
Pencetakan : Senin, 15 Maret 2021
Pemasangan Alat : Senin, 31 Mei 2021
Retainer :-
III. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Pemeriksaan subjektif (Anamnesis)
a. Keluhan utama :
Pasien merasa kurang percaya diri karena pada gigi depan atas terlihat renggang. Pasien ingin dirawat
supaya giginya tidak renggang.
b. Riwayat kesehatan :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi dan tidak melakukan perawatan dokter.
c. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi :
- Periode gigi desidui (Decidui Dentition)
Orang tua pasien merasa anaknya semasa kecil tidak ada kelainan pada gigi geligi sehingga pasien
jarang mengunjungi dokter gigi
- Periode gigi campuran (Mixed Dentition) :
Pasien merasa pertumbuhan gigi normal, dan tidak pernah mengalami gigi sundulan, prematur loss,
prolong retention maupun sisa akar
- Periode gigi permanen (Permanent Dentition)
Semua gigi sudah tumbuh akan tetapi gigi molar ketiga semua regio baik rahang atas maupun rahang
bawah belum tumbuh. Tidak ada gigi yang ditambal maupun berlubang

d. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :


- Ayah : 52 tahun, susunan gigi geligi teratur
- Ibu : 42 tahun, susunan gigi geligi teratur namun terdapat diastema central
- Anak I : pasien sendiri
- Anak II : 11 tahun, susunan gigi geligi tidak teratur
e. Kebiasaan buruk yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Jenis
Durasi Frekuensi Intensistas Lokasi Keterangan
kebiasaan
Dilakuka Telapak ibu
n saat Mengulum jari jari
Terdapat
umur 1-8 dengan mendorong
hubungan antara
Thumb tahun, Setiap mau intensitas yang ke arah
menghisap ibu
sucking akan tidur cukup sering depan
jari dengan
tetapi saat setiap mau menghadap
maloklusi
ini sudah tidur palatum
berhenti durum
Dilakuka Mengigit
Menggigit
n sejak kuku Terdapat
kuku dengan
Menggigit umur 6 Setiap mengenai hubungan antara
intensitas
kuku tahun melamun gigi anterior menggigit kuku
cukup sering
sampai rahang atas dengan maloklusi
setiap melamun
sekarang dan bawah

2. Pemeriksaan objektif
Umum/ General
 Keadaan jasmani: Baik, pasien cukup sehat untuk menerima perawatan ortodontik
 Keadaan mental: Kooperatif dan komunikatif serta mampu menerima penjelasan dari dokter dan
mampu menyampaikan keluhannya dengan baik
 Status gizi:
- Tinggi badan: 1,52 m
- Berat badan : 55 kg
- Indeks masa tubuh: BB (kg) / TB2 (m)
55 / (1,52)2 =
55 / 2,31 = 23,8 (Normal)
Khusus/ Lokal
Ekstra Oral:
 Kepala
Lebar kepala : cm Panjang kepala : cm
Indeks kepala : Lebar Kepala x 100 =
Panjang Kepala
Bentuk kepala :

 Muka : Jarak Nasion-Gnation: 11,85 cm


Lebar Bizygomatik : 11,53 cm
Indeks muka: Jarak Nasion – Gnation / Lebar Bizygomatik x 100 = 102,77 mm
Bentuk muka : Hiperleptoprosop (wajah panjang)
Profil muka: cembung/convex, Lca & Lcb didepan garis Gl-Pog
 Garis simon (Bidang Orbital) :
RA kanan : Garis Simon berada pada 1/3 distal C RA
RA kiri : Garis Simon berada pada 1/3 distal C RA
RB kanan : Garis Simon berada pada interdental C dan P1
RB kiri : Garis Simon berada pada interdental C dan P1
Posisi rahang terhadap bidang Orbital / garis Simon
Maksila : Normal
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Mandibula : Normal
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Sendi TMJ : Normal
Tonus otot mastikasi : Normal
Tonus otot bibir : Normal
Bibir posisi istirahat : Normal
Free way space :
DVO : 70 mm
DVR : 72 mm
Free way space = DVR – DVO = 3 mm (normal)
Pipi : Normal
Intra oral :
 OH : Baik
 Pola atrisi : Normal
 Lingua : Normal
 Palatum : Normal
 Gingiva : Normal
 Mukosa : Normal
 Frenulum :
Fren. Labii superior : Tinggi
Fren. Labii inferior : Normal
Fren. Lingualis : Normal
 Tonsila : Normal

 Pemeriksaan gigi-geligi :
Rumus gigi-geligi

UNE UNE

UNE UNE

Keterangan :
18, 28, 38, 48 Un-Erupted

Radiologi Panoramik :
Keterangan :
ANALISIS FOTO MUKA :
Tampak Depan Tampak Samping
ANALISIS MODEL STUDI

a) Bentuk lengkung gigi:


 Rahang atas : Parabola, simetris
 Rahang bawah: Parabola, simetris
b) Malposisi Gigi individual
 Rahang atas :
o 11 labioversi
o 21 labioversi
o 23 labioversi
 Rahang Bawah:
o 41 linguoversi
o 43 linguoversi

c) Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :


 Anterior :
Overjet : 8,4 mm (diukur dari gigi 11 dengan 41)
Overbite : 2 mm (diukur dari gigi 11 dengan 41)
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
edge to edge bite : tidak ada
Cross bite : tidak ada
Spacing : gigi 11 dengan 21
 Posterior
Cross bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cusp to cusp : tidak ada

Relasi Molar pertama kanan : Klas I Angle


Relasi molar pertama kiri : Klas I Angle
Relasi kaninus Kanan : Klas I Angle
Relasi kaninus Kiri : Klas I Angle
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : segaris
Garis interinsisif sentral terhadap rahang atas : segaris
Keterangan pergeseran midline : tidak ada pergeseran midline

Lebar mesiodistal gigi-gigi


Rahang atas Rahang bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Kanan Kiri Normal Ket.
1 8,3 mm 8,3 mm 7,4-9,75 Normal 5,5 mm 5,5 mm 4,97-6,6 Normal
2 6,1 mm 6,1 mm 6,05-8,1 Normal 5,4 mm 5,4 mm 5,45-6,85 Normal
3 7,5 mm 7,5 mm 7,05-9,32 Normal 7,8 mm 7,8 mm 6,15-8,15 Normal
4 7,1 mm 7,1 mm 6,75-9 Normal 6,5 mm 6,5 mm 6,35-8,75 Normal
5 6,3 mm 6,3 mm 6-8,1 Normal 7,9 mm 7,9 mm 6,8-9,55 Normal
6 9,6 mm 9,6 mm 9,95-12-10 16 dan 26 10,2 mm 10,2 mm 10,62-13,05 36 dan 46
dibawah dibawah
normal normal
7 8,8 mm 8,8 mm 8,75-10,87 Normal 9,7 mm 9,7 mm 8,9-11,37 Normal
Keterangan:
Lebar mesiodistal gigi 16, 26, 36, 46 sedikit lebih sempit dari batas normal gigi
Karena lebar mesiodistal gigi pasien tidak ada yang melebihi batas normal, maka crowding pada gigi
pasien tidak disebabkan oleh ukuran gigi pasien yang terlalu besar.

Skema model rahang atas dan rahang bawah :

kanan kiri

kanan kiri
Rahang atas Rahang bawah
Foto intraoral

PERHITUNGAN DALAM PERAWATAN ORTODONTIK


1. Metode Pont
Jumlah mesiodistal 22-21-11-12 : 27,6 mm
Jarak P1-P1 pengukuran : 36,2 mm
Jarak P1-P1 perhitungan : 27,6/80 X100 = 34,5 mm
Diskrepansi : 1,7 mm --> distraksi derajat ringan

Jarak M1-M1 pengukuran : 45,3 mm


Jarak M1-M1 perhitungan : 27,6/64 X 100 = 43,1 mm
Diskrepansi : 2,2 mm --> distraksi derajat ringan
Kesimpulan:
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio P1-P1 mengalami
kontraksi derajat sedang sebesar 5,1 mm dan di regio M1-M1 mengalami kontraksi derajat sedang
sebesar 5,6 mm.
2. Metode Korkhaus

Tabel korkhaus : 16,3 mm


Jarak I-( P1-P1) pengukuran : 20,1 mm
Diskrepansi : 3,8 mm = protraksi
Kesimpulan:
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior berlebih atau mengalami protraksi
sebesar 3,8 mm
3. Metode Howes

Jumlah lebar mesiodistal M1-M1 : 89,8 mm


 Jarak P1-P1 (tonjol) : 40 mm
Indeks P = Jarak P1-P1 x 100%
Md M1-M1
Indeks P = 40/89,8 x 100% = 44,54 %
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi -> Cukup menampung gigi geligi ke dalam lengkung
ideal
 Jarak inter Fossa Canina : 45,4 mm
Indeks FC = Jarak FC x 100%
Md M1-M1
Indeks FC : = 45,4/89,8 x 100% = 50,5 %
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi -> Cukup menampung gigi geligi ke dalam lengkung
ideal
Inklinasi gigi-gigi regio posterior : Konvergen
Keterangan hasil perhitungan metode Howes:
a) Lengkung gigi cukup untuk menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal karena indeks premolar
pasien 44,54%. Untuk dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal diperlukan indeks
premolar > 43%.
b) Lengkung basal cukup untukmenampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal karena indeks fossa
canina pasien 50,5%. Untuk menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal diperlukan indeks fossa
canina > 44%.
c) Indeks Fossa Canina > Indeks Premolar, sehingga inklinasi lengkung gigi geligi di regio premolar
konvergen
Analisis Sefalometri
Hasil pengukuran Angka normal Interpretasi
Maksila
SNA - 82o
Prognatik/retrognatik/normal
Mandibula
SNB - 80o
Prognatik/retrognatik/normal
ANB - 2o Klas I/II/III skeletal
Insisivus atas
I-NA Linear - 4 mm
Protrusif/retrusif/normal
Insisivus atas
I-NA angular - 22o
Proklinasi/retroklinasi/normal
Insisivus bawah
I-NB linear - 4 mm
Protrusif/retrusif/normal
Insisivus bawah
I-NB angular - 25o
Proklinasi/retroklinasi/normal
Relasi insisivus atas dan bawah
Sudut interincisal - 130o-150o
Proklinasi/ Retroklinasi/normal
Tidak dilakukan pemeriksaan radiografi sefalometri
DETERMINASI LENGKUNG
1. Hasil penapakan

kanan kiri
: lengkung pra koreksi
: lengkung ideal
: midline
Keterangan:
Overjet awal : 8,4 mm (diukur dari gigi 11 dengan 41)
Retraksi RA : 3,4 mm
Protraksi RB : 3 mm
Overjet akhir : 2 mm
Rahang atas:
Panjang lengkung Ideal : Sisi Kanan: 55 mm Sisi Kiri: 55 mm
Jumlah lebar mesiodistal : Sisi Kanan: 53,7 mm Sisi Kiri: 53,7 mm
Diskrepansi : Sisi Kanan: 1,3 mm Sisi Kiri: 1,3 mm
Rahang bawah:
Panjang lengkung ideal : Sisi Kanan: 51 mm Sisi Kiri: 51 mm
Jumlah lebar mesiodistal : Sisi Kanan: 53 mm Sisi Kiri: 53 mm
Diskrepansi : Sisi Kanan: -2 mm Sisi Kiri: -2 mm
DIAGNOSIS
1. Diagnosis Sementara
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental, malposisi dan malrelasi
Solusi masalah:
Frenektomi frenulum labii superior
RA :
o Koreksi malrelasi : diastema sentral gigi 11 dengan 21 menggunakan piranti orto lepasan.
o Koreksi malposisi gigi individual : gigi 11, 21, 23 menggunakan piranti orto lepasan.
RB :
o Koreksi malposisi gigi individual : gigi 41, 43 menggunakan piranti orto lepasan
2. Diagnosis Final
Maloklusi Angle Klas I Dewey tipe II dengan diastema sentral dan malposisi gigi individual.
Overjet : 8,4 mm
Median line gigi simetris
Disertai bad habit thumb sucking dan menggigit kuku
Malposisi gigi individual :
 Rahang atas
o 11 labioversi
o 21 labioversi
o 23 labioversi
 Rahang Bawah
o 41 linguoversi
o 43 linguoversi
3. Analisis Etiologi Maloklusi
Maloklusi kelas I Angle disertai malposisi gigi individual. Berdasarkan pemeriksaan subjektif
diketahui bahwa keadaan gigi- gigi ayah dan ibu pasien memiliki susunan normal akan tetapi ibu pasien
mengalami diastema sentral, dan saudara pasien memiliki susunan gigi yang tidak ideal. Maka dari itu
dapat disimpulkan kasus adalah faktor herediter.
Gigi pasien yang berjejal kemungkinan juga bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk pasien
menggigit kuku yang masih dilakukan sampai sekarang, dan protrusi gigi anterior atas kemungkinan juga
bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk thumb sucking pasien yang dahulu terjadi pada waktu kecil
Malposisi gigi individual :
Rahang Atas
11 Labioversi, kemungkinan terjadi akibat kebiasaan buruk menghisap ibu jari
21 Labioversi, kemungkinan terjadi akibat kebiasaan buruk menghisap ibu jari
23 Labioversi, kemungkinan terjadi akibat kebiasaan buruk menggigit kuku
Rahang Bawah
41 Linguoversi, kemungkinan terjadi akibat kebiasaan buruk menggigit kuku
43 Linguoversi, kemungkinan terjadi akibat kebiasaan buruk menggigit kuku

PROSEDUR PERAWATAN
A. Rencana Perawatan
1. Edukasi pasien tentang perawatan ortodontik yang akan didapatkan pasien
2. Menghilangkan kebiasaan buruk
3. Frenektomi labii superior
4. Pencarian ruang
5. Koreksi malrelasi dan malposisi gigi individual
6. Pengaturan lengkung gigi
7. Penyesuaian oklusi
8. Retainer

B. Jalannya Perawatan
1. Penjelasan tentang perawatan ortodontik termasuk menghilangkan bad habit
Pasien dijelaskan tentang perawatan ortodontik yang akan dilakukan, meliputi prosedur
perawatan, cara pemakaian alat, cara merawat alat, lama pemakaian serta pemberian motivasi dan
mengedukasi pasien untuk menghentikan kebiasaan buruk karena dikhawatirkan dapat mengganggu
jalannya perawatan orthodontik Selain itu, memberi tahu kepada pasien bahwa pasien harus kontrol
secara rutin dan berkala agar perawatannya dapat berjalan dengan baik.
2. Frenektomi labii superior
Perlekatan frenulum yang tidak normal dapat diketahui dengan menggunakan Blach test,
yaitu dengan cara menarik bibir ke arah atas dan depan untuk beberapa saat. Pasien menunjukkan
tanda kepucatan sampai interdental papila, sehingga perlu dilakukan tindakan frenektomi terlebih
dahulu sebelum perawatan ortodontik dimulai dengan merujuk pasien ke Sp. BM untuk dilakukan
Frenektomi labii superior pada kasus diastema sentral anterior.
3. Pencarian Ruang RA dan RB
Berdasarkan determinasi lengkung pada RA terdapat kelebihan ruang pada sisi kanan
sebesar 1,3 mm, dan kelebihan ruang pada sisi kiri sebesar 1,3 mm.
Berdasarkan determinasi lengkung pada RB juga terdapat kekurangan ruang pada RB sisi
kanan sebesar 2 mm sedangkan lebar mesiodistal gigi P1 bawah kanan adalah 6,5 mm.
Kekurangan ruang lebih dari ¼ akan tetapi kurang dari ½ lebar mesiodistal P1. Kemudian
kekurangan ruang pada RB sisi kiri sebesar 2 mm sedangkan lebar mesiodistal gigi P1 RB kiri
sebesar 6,5 mm. Kekurangan ruang lebih dari ¼ akan tetapi kurang dari ½ lebar mesiodistal
P1. Sehingga rahang bawah dapat dilakukan ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi
Melihat analisis Carey:
 >1/2 lebar P1 : Cabut gigi P1 sisi tersebut.
 1/4-1/2 lebar P1:
o Cabut P1 satu sisi pada kasus pergeseran midline.
o Cabut dua P2 bila lengkung gigi pasien simetris.
o Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi kontraksi.
 <1/4 lebar P1: grinding lebar mesiodistal gigi anterior (bila OH pasien baik) atau ekspansi
rahang jika lengkung kontraksi
Analisis Carey (dalam Bhalajhi)
 Diskrepansi panjang lengkung < 2,5 mm -> tanpa pencabutan
 Diskrepansi panjang lengkung > 5 mm -> pencabutan empat premolar pertama
 Pasien intermediet atau borderline dengan diskrepansi panjang lengkung 2,5 – 5 mm ->
pencabutan empat premolar kedua
4. Koreksi malrelasi dan malposisi gigi individual
Tahap I
 Rahang atas
o Finger spring dengan diameter kawat 0,6 untuk menggeser gigi 11 dan 21 ke mesial serta
memberikan ruang untuk mengoreksi malposisi gigi individual
o Labial arch dengan diameter kawat 0,7 mm berfungsi untuk meretraksi gigi 11,21,23 ke
arah palatal, mempertahankan lengkung gigi retensi alat dan stabilitasi piranti. U loop pada
labial gigi 14 dan 24
o Klamer adam pada gigi 16 dan 26 dengan diameter kawat 0,7 mm sebagai retensi dan
penjangkar.
o Base plate dari akrilik
 Rahang bawah.
o Plat ekspansi
o Klamer adam pada gigi 36 dan 46 dengan diameter kawat 0,7 mm sebagai retensi dan
penjangkar.
o Klamer C pada gigi 34 dan 44 dengan diameter kawat 0,7 mm berfungsi untuk retensi alat
dan mempertahankan lengkung gigi.
o Base plate dari akrilik.
Tahap II
 Rahang bawah
o Simple spring dengan diameter kawat 0,6 untuk menggerakkan gigi kearah labial menggeser
gigi, 41, 43 ke anterior serta memberikan ruang untuk mengoreksi malposisi gigi individual
o Klamer adam pada gigi 36 dan 46 dengan diameter kawat 0,7 mm sebagai retensi dan
penjangkar.
o Labial arch dengan diameter kawat 0,7 mm berfungsi untuk retensi alat dan
mempertahankan lengkung gigi. U loop pada labial gigi 34 dan 44.
o Base plate dari akrilik.
5. Pengaturan lengkung gigi
Pengaturan lengkung gigi dilakukan untuk mencapai lengkung ideal yang sudah didesain.
Dilakukan setelah malrelasi dan malposisi gigi individual sudah terkoreksi. Pengaturan lengkung
gigi juga harus memperhatikan bahwa lengkung gigi rahang atas lebih besar daripada lengkung gigi
rahang bawah. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah hasil akhir dari overjet pasien yang
harus tetap berada dalam range normal (2-4 mm)
6. Penyesuaian Oklusi
Penyesuaian oklusi dilakukan untuk mencapai hasil perawatan orthodontik dengan hubungan
oklusal yang harmonis dari segi fungsional. Pengaturan malposisi gigi-gigi yang telah dilakukan
dapat mengubah keseimbangan oklusi sehingga menimbulkan traumatik iklusi. Traumatik oklusi
dapat memengaruhi stabilitas gigi, jaringan periodontal, tulang alveolar, dan otot mastikasi.
Penyesuaian oklusi dapat dilakukan dengan cara:
 Sentrik oklusi: 1 lembar malam merah dibuat tapal kuda, dilunakkan, lalu digigitkan pada pasien.
Setelah itu dikeluarkan dari mulut. Bila terdapat area yang berlubang maka terjadi traumatik oklusi.
 Oklusi fungsional: dengan menggunakan kertas artikulasi pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Daerah yang lebih biru/ lebih merah terdapat traumatik oklusi.
 Daerah yang traumatik oklusi di-grinding dengan diamond bur, cek kembali dengan articulating
paper, lalu oleskan fluor topikal.
7. Pemasangan retainer
Diperlukan pemasangan retainer (biasanya Hawley retainer) agar mencegah terjadinya
relaps atau untuk mempertahankan lengkung yang telah dikoreksi. Retainer yang dibuat terdiri dari
plat akrilik dengan verkeilung, busur labial dengan diameter kawat 0,8 mm dan adam klamer
dengan diameter kawat 0,7 mm untuk mempertahankan gigi tetap pada posisinya.
Cara pemakaian retainer dalam keadaan pasif :
a. Pemakaian selama 3 bulan pertama, dipakai siang dan malam hari minimal 12-16 jam,
kontrol 1 bulan sekali.
b. Bila dalam 3 bulan terdapat kegoyangan gigi, pemakaian retainer diperpanjang 3 bulan lagi.
Bila mobilitas gigi berkurang, retainer hanya dipakai pada malam hari.
c. Bila retainer sudah tidak terasa sesak, pemakaian dihentikan dan kontrol 3 bulan berikutnya.
Bila tidak ada perubahan, pemakaian retainer bisa dihentikan.

Penentuan desain alat.


Rahang atas
Tahap I (Plat Aktif)

Keterangan desain tahap I RA :


1. Labial Arch
3
2. Klamer Adam
3. Finger spring
2 4. Plat akrilik
4

Rahang bawah
Tahap I (Plat Ekspansi)
Keterangan desain tahap I RB
4
2
1. Plat Ekspansi
2. Klamer Adam
1
3. Klamer C
4. Plat Akrilik
3

Tahap II (Plat Aktif)

Keterangan desain tahap I RB


4
1. Labial Arch
2 2. Klamer Adam
3. Simple spring
3 4. Plat Akrilik

Retainer (Plat Pasif)


Rahang atas Rahang bawah

2
3
3
2

Keterangan desain retainer :


1. Labial Arch
2. Klamer Adam
3. Plat akrilik
PROGNOSIS
1. Jaringan lunak dan keras : Baik
2. Kooperatifan : Baik
3. Prognosis kelainan dental : Baik
4. Prognosis kelainan skeletal : Baik
Kesimpulan:
Prognosis baik karena kasus pasien kooperatif, komunikatif, dan memiliki motivasi yang tinggi
untuk merapikan giginya. Selain itu pasien masih muda sehingga kesehatan gigi dan jaringan periodontal
baik dan memungkinkan untuk keberhasilan jalannya perawatan. Serta kasus yang relatif ringan dan bisa
dikoreksi dengan alat orthodontik lepasan.
Indikasi perawatan: Kuratif.

Anda mungkin juga menyukai