Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI HASIL PERAWATAN

MODUL ORTODONSIA
PERAWATAN MALOKLUSI ANGLE KLAS I DISERTAI MALRELASI
OPEN BITE ANTERIOR DISERTAI MALPOSISI GIGI INDIVIDUAL
MENGGUNAKAN ALAT ORTODONTI LEPASAN

Diajukan Oleh
Rindra Aji Widhiya Putra
J530155030
Periode III

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan ortodonti merupakan salah satu bentuk perawatan dalam bidang
kedokteran gigi yang berperan penting dalam memperbaiki susunan gigi sehingga
dapat meningkatkan kemampuan mastikasi, fonetik, serta estetik. Perawatan ortodonti
pada dasarnya adalah upaya menggerakkan gigi dengan cara mengoreksi malrelasi dan
malposisi individual yang dapat dilakukan baik pada anak-anak maupun dewasa.
Tujuannya dari perawatan ini adalah untuk memperoleh oklusi yang optimal dan
harmonis, baik letak maupun fungsi gigi serta untuk menciptakan keseimbangan antara
hubungan oklusal gigi geligi, estetik wajah dan stabilitas hasil perawatan.1 2 3
Perawatan tersebut membutuhkan pergerakan gigi untuk mengembalikan posisi gigi
yang menyimpang ke posisi yang baik sesuai dengan oklusinya. Alat ortodonti yang
digunakan secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3, yaitu: alat ortodonti lepasan
(removable appliance), alat ortodonti fungsional (functional appliance) dan alat
ortodonti (fixed appliance).4 5
Alat ortodonti lepasan merupakan alat yang didesain untuk dapat dipasang dan
dilepas sendiri oleh pasien. Penggunaan alat ortodonti lepasan memiliki beberapa
keuntungan. Pertama alat ortodonti lepasan mudah untuk dibersihkan dan kebersihan
rongga mulut dapat dipertahankan selama masa perawatan. Kedua dapat digunakan
pada kasus yang memerlukan pergerakan tipping. Ketiga evaluasi pada perawatan
menggunakan alat ortodonti lepasan mudah untuk dilakukan. Keempat perawatan
relatif lebih murah dibandingkan dengan alat ortodonti cekat.6
Alat ortodonti lepasan juga memiliki kekurangan. Alat ortodonti lepasan hanya
memberikan pergerakan gigi yang terbatas. Gerakan yang dapat diberikan berupa
gerakan tipping. Gerakan bodily dan gerakan torquing apikal sulit atau bahkan tidak
mungkin diperoleh dengan menggunakan alat ortodonti lepasan.7
Alat ortodonsi lepasan diindikasikan untuk pasien yang kooperatif dengan kondisi
kebersihan rongga mulut yang baik, maloklusi klas I skeletal atau yang tidak jauh
menyimpang dari kelas I skeletal dengan kondisi akar gigi terletak pada posisi yang
benar, crossbite unilateral pada bagian posterior dan crossbite hingga overjet yang
besar karena inklinasi gigi geligi. Kontraindikasi penggunaan alat ortodonsi lepasan

2
adalah adanya diskrepansi skeletal, malposisi apeks gigi, rotasi parah pada gigi, gigi
dengan kondisi berjejal parah dan distema yang berlebih.8
Komponen utama alat ortodonti lepasan adalah terdiri dari komponen aktif dan
komponen pasif. Komponen aktif terdiri atas pegas, busur dan sekrup ekspansi.
Komponen pasif yang utama adalah Adams clams dengan beberapa modifikasinya,
cengkram Southend dan busur pendek. Peranti lepasan dapat juga dihubungkan dengan
headgear untuk menambah penjangkaran.9
Malposisi gigi merupakan kelainan arah tumbuh gigi yang tidak sesuai arah tumbuh
normal, atau kondisi gigi yang tumbuh diluar lengkung rahang tempatnya tumbuh.
Penyebab terjadinya malposisi diantaranya adalah rahang yang kecil sehingga tidak
cukup menampung gigi, ataupun sebaliknya ukuran gigi yang terlalu besar sehingga
posisi gigi menjadi berdesakan. Penyebab lain karena tanggalnya gigi susu yang lebih
awal atau terlambat dari waktunya merupakan penyebab gigi tumbuh tidak beraturan,
faktor keturunan, faktor bad habit seperti mengisap jari, menggigit-gigit bibir, bernapas
melalui mulut atau mengulum makanan dalam waktu yang cukup lama.10 11 12
Salah satu kelainan yang sering dijumpai pada kasus-kasus maloklusi adalah
kelainan pada arah vertikal wajah. Kelainan pada arah vertikal wajah dapat
menyebabkan memendeknya tinggi wajah yang ditandai dengan gigitan dalam (deep
bite) atau memanjangnya tingggi wajah yang sering ditandai dengan gigitan terbuka
(open bite). Open bite pada regio anterior dapat disebabkan oleh masalah dental,
skeletal atau kombinasi keduanya. Kondisi open bite dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, seperti kedudukan molar dan incisi, pertumbuhan ramus dan corpus
mandibula, pertumbuhan tulang basal dan tulang alveolar, aktivitas otot-otot wajah
hingga kebiasaan buruk yang dapat memperparah open bite.14

3
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Operator : Rindra Aji Widiya Putra
No. Mhs. : J530155030
Pembimbing : drg. Nur Rahmawati
Nomor model : 002 16 0 21
Nama Pasien : Anita Dian Pratiwi
Suku : Jawa
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Wates 4/4, Klodran, Grobokan, Jawa Tengah
Telepon : 085647170794
Pekerjaan : Mahasiswi
Nama Ayah : Bp. Sukoprayetno
Suku : Jawa
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Ny. Sri Wahyuni
Suku : Jawa
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat Ortu : Wates 4/4, Klodran, Grobokan, Jawa Tengah
Telepon :-
2. WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : 2 Maret 2016
Pencetakan : 4 Maret 2016
Pemasangan alat :-
Pemasangan Retainer :-
3. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)
 Motivasi :
Pasien datang atas kemauan sendiri ingin memasang kawat gigi

4
 Keluhan utama :
Pasien ingin merapikan gigi depannya yang terasa berjejal.
 Riwayat perjalanan penyakit (PI) :
Pasien sadar dengan kondisi giginya yang berjejal sejak 8 tahun yang
lalu, keadaan tersebut tidak menggangu saat digunakan untuk makan atau
berbicara akan tetapi pasien terganggu secara estetik.
 Riwayat kesehatan umum (PMH) :
Pasien belum pernah di opname di rumah sakit.
Pasien tidak memiliki alergi obat, cuaca, ataupun makanan.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
 Riwayat kesehatan gigi (PDH) :
Pasien pernah saat SD untuk mencabutkan gigi susu, saat kuliah untuk
melakukan pemeriksaan lengkap keadaan rongga mulut dan
membersihkan karang gigi
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi :
Gigi Desidui : Pasien memiliki keterlambatan pertumbuhan gigi
susu, gigi tersebut baru tumbuh saat usia 2 tahun
Gigi bercampur : Pasien pernah mencabutkan gigi susu bagian depan
ke dokter gigi, sejak kecil gigi pasien berjejal dan tidak terdapat lubang.
Gigi Permanen : Pasien pernah ke dokter gigi selama masa gigi
permanen, kondisi gigi rahang bawah berjejal dan tidak terdapat lubang
pada gigi pasien
 Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien:
Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas
Tidur miring ke Mulai tidur malam Sering dilakukan saat Kuat.
kanan. sampai bangun tidur malam.
pagi.
Minum susu Saat hendak tidur Sering dilakukan saat Kuat
dalam dot hingga tertidur siang dan malam hari
Minum susu dalam dot sudah tidak dilakukan
 Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Berdasarkan pengakuan pasien, keluarga pasien (ayah, ibu dan adik)
memiliki riwayat gigi berjejal, keadaan gigi geligi berlubang, dan rutin
sikat gigi 2x sehari.
5
B. Pemeriksaan Objektif
A. Umum
 Jasmani : Sehat (tidak ada gangguan)
 Mental : Sehat komunikatif dan kooperatif)
 Status Gizi :
Indeks Masa Tubuh BB/(TB)2 = 27
Status Gizi : Lebih
Kategori : Gemuk
B. Lokal
Ekstra oral
 Kepala
Lebar Kepala : 190 mm Panjang Kepala : 225 mm
Indeks Kepala = (Lebar kepala/panjang kepala) x 100
= 84,4 mm
Bentuk Kepala : Brakisefali
 Muka
Jarak Nasion - Gnation : 120,1 mm
Lebar Bizygomatic : 79,2 mm
Indeks Muka = (Jarak N-Gn/Lebar bizygomatik) x 100
= 151,6 mm
Bentuk Muka : Hiperleptoprosop
 Posisi rahang terhadap bidang Orbital / garis Simon
 Maksila : normal, berada pada 1/3 distal caninus
 Mandibula : normal, berada pada distal caninus
 Sendi TMJ : normal
 Tonus otot mastikasi : normal
 Tonus otot bibir : normal
 Bibir posisi istirahat : normal
 Free way space : 3 mm
Intraoral
 Higiene mulut : OHI: 1,3 (baik)
 Pola atrisi : tidak terdapat
 Lingua : normal
 Palatum

6
Vertikal : sedang berbentuk U
Lateral : lebar
 Gingiva : normal
 Mukosa : normal
 Frenulum
Frenulum Labii superior :sedang
Frenulum Labii inferior :rendah
Frenulum Lingualis :sedang
 Tonsila : normal
C. Analisis Foto Muka

Gl

Zy Zy

Up
Lp
G
P

Tampak depan Tampak samping


Bentuk muka : Simetris Profil muka : cembung
Keterangan :
N : Nasion Up : Upper lip
G : Gnasion Lp : Lower lip
Zy : Zygomatic P : Pgonion
Gl : Glabela
D. Analisis Model Studi
 Bentuk lengkung gigi
RA : Parabola
RB : Parabola
 Malposisi gigi individual
Rahang atas :

7
13 mesiolabiotorsiversi, 24 distopalatotorsiversi.
Rahang bawah :
32 linguoversi, 31 mesiolinguotorsiversi, 41 mesiolinguotorsiversi, 43
mesiolabiotorsiversi
 Relasi gigi-geligi pada oklusi sentrik
 Anterior
Overjet : 0,7 mm
Overbite : 0,9 mm
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : tidak ada
Open Bite : gigi 22 terhadap 32 dan 33, gigi 23 trehadap 33 dan 34
Step bite : tidak ada
Cross bite : tidak ada
 Posterior
Cross bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cups to cups bite : tidak ada
 Relasi Molar pertama kanan : mesiobuccal cusp molar satu permanen
rahang atas berkontak dengan groove molar satu permanen rahang
bawah
 Relasi Molar pertama kiri : mesiobuccal cusp molar satu permanen
rahang atas berkontak dengan groove molar satu permanen rahang
bawah
 Relasi kaninus kanan : Puncak caninus rahang atas terletak pada
interdental premolar satu permanen dan caninus permanen
 Relasi Kaninus kiri : Puncak caninus rahang atas terletak pada
interdental premolar satu permanen dan caninus permanen
Lebar mesiodistal gigi-geligi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah

Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Kanan Kiri Normal Ket

1 7,7 7,5 7,4-9,75 Normal 5,2 5,1 4,97-6,6 Normal

8
2 5,6 5,7 6,05-8,10 Mikro 5,7 5,6 5,45-6,85 Normal

3 6,9 6,8 7,05-9,32 Mikro 6,1 6,2 6,15-8,15 Normal

4 6,7 6,8 6,75-9,00 Normal 7,5 7,6 6,350-8,75 Normal

5 6,0 6,4 6,00-8,10 Normal 7,2 7,6 6,80-9,55 Normal

6 10,5 10 9,95-12,10 Normal 11,2 11,6 10,62-13,05 Normal

7 8,25 9 8,75-10,87 Normal 9,4 9,3 8,90-11,37 Normal

Kesimpulan: pasien mengalam i mikrodonsia pada gigi 12, 13, 22 dan 23


E. Skema gigi geligi dari oklusal
Maxilla Mandibula

11 21 31 41
32 42
12 22
33 43
13 23
34 44
14
24
35 45
15 25
36 46
26
16
37 47
27
17

F. Perhitungan-perhitungan
 Metode Pont
Jumlah mesiodistal 21 │ 12 : 26,5 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 37,4 mm
Jarak P1 – P1 perhitungan : Σ I x 100 = 33,1 mm
80
Diskrepansi : 4,3 mm
 Normal Kontraksi √Distraksi
Jarak M1 – M1 pengukuran : 49,8 mm
Jarak M1 – M1 perhitungan : Σ I x 100 = 41,4 mm
64
diskrepansi : 8,45 mm  kategori ringan

9
 Normal Kontraksi √Distraksi
Keterangan:
Pertumbuhan rahang ke arah lateral pada regio premolar terjadi distraksi
sebesar 4,3 mm dan pada regio molar sebesar 8,45 mm
 Metode Korkhaus
Tabel korkhaus : 16 mm
Jarak I-( P1-P1) pengukuran : 15,4 mm
Diskrepansi : 0,6 mm
 Normal Retraksi √Protraksi
Keterangan:
Pertumbuhan rahang ke arah anteroposterior terjadi protaksi sebesar 0,6 mm
 Metode Howes
Jumlah lebar mesio distal M1-M1 : 80,7 mm
Jarak P1-P1 (tonjol) : 39,7 mm
Indeks P : Jarak P1-P1 x 100 % = 49,1%
md M1-M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi: lebih karena lebih dari 43%
Cukup Kurang √Lebih

Jarak inter fossa Canina : 42,6 mm


Indeks FC : Jarak FC x 100 % = 52,7 %
md M1- M1
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi: lebih karena lebih dari 44%
Cukup Kurang √Lebih

Inklinasi gigi-gigi regio posterior:


Normal Divergen √Konvergen
Keterangan :
Hasil penghitungan dan pengukuran didapatkan hasil index inter premolar
49,1% sehingga lengkung gigi dapat menampung gigi geligi, hasil
penghitungan dan pengukuran didapatkan index fosa canina 52,7% sehingga
lengkung basal dapat menampung gigi geligi. Inklinasi gigi-gigi pada regio
posterior berbentuk konvergen.

10
 Determinasi lengkung gigi
Hasil penapakan :

Keterangan:
Overjet awal : 0,7 mm
Retraksi RA : 0 mm
Retraksi RB : 2 mm
Overjet akhir : 2,7mm
Rahang atas:
Panjang lengkung ideal : 101,75 mm
sisi kanan : 50 mm sisi kiri: 51,7 mm
Jumlah lebar mesiodistal : 103,8 mm
sisi kanan : 51,6 mm sisi kiri: 52,2 mm
Diskrepansi : 2,05 mm
sisi kanan : 1,6 mm sisi kiri: 0,45 mm
Rahang bawah:
Panjang lengkung ideal : -111,7 mm
sisi kanan : -56,5 mm sisi kiri: -55,2 mm
Jumlah lebar mesiodistal : 105,5 mm
sisi kanan : 52,4 mm sisi kiri: 53,15 mm
Diskrepansi : -6,2 mm
sisi kanan : -4,1 mm sisi kiri: -2,1 mm
4. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah :

11
Pasien maloklusi angle klas I tipe dental dengan adanya malrelasi open bite
gigi 22 terhadap 32 dan 33, gigi 23 terhadap 33 dan 34 disertai dengan
malposisi gigi individual.
Solusi masalah
Rahang Atas : Dilakukan pengaplikasian plat aktif untuk memperbaiki
malposisi gigi individual.
Rahang Bawah : Dilakukan pencarian ruang dengan cara grinding
gigi anterior dan mesial gigi 44 sebanyak ± 6,2 mm
5. DIAGNOSIS FINAL
Pasien mengalami maloklusi angle klas I tipe dental disertai dengan
malrelasi open bite gigi 22 terhadap 32 dan 33, gigi 23 terhadap 33 dan 34
disertai malposisi gigi 13 mesiolabiotorsiversi, gigi 24 distopalatotorsiversi,
gigi 32 linguoversi, gigi 31 mesiolinguotorsiversi, gigi 41
mesiolinguotorsiversi, gigi 43 mesiolabiotorsiversi diperparah bad habit
tidur miring ke sisi kanan.
6. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI
Adanya malrelasi gigi open bite anterior dikarenakan bat habit pasien yang
masih minum susu dalam dot hingga periode gigi bercampur. Keadaan
pasien yang mengalami kondisi gigi berjejal dikarenakan pasien terdapat
peristensi saat periode gigi bercampur, sehingga mengakibatkan gigi pasien
berjejal saat dewasa.
7. PROSEDUR PERAWATAN
 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai perawatan ortodontik
yang akan dilakukan, prosedur dari perawatan, lama waktu perawatan,
cara memasang dan melepas alat ortodontik, cara membersihkan alat
ortodontik dan menjaga kebersihan rongga mulut serta menjaga pola
makan.
 Pencarian ruang (daerah anterior) berdasarkan determinasi lengkung
didapatkan diskrepansi pada rahang atas sisi kanan sebesar 1,6 mm dan
sisi kiri sebesar 0,4 mm sehingga tidak diperlukan koreksi. Pada rahang
bawah didapatkan diskrepansi pada sisi kanan -4,1 mm dan pada sisi
kiri -2,1 mm. Pencarian ruang dilakukan dengan cara grinding pada gigi
anterior pada gigi 33 hingga 43 pada sisi mesial dan distal sebesar 0,5
mm ditambah pada sisi mesial gigi 44 sebesar 0,5 mm.

12
 Koreksi malrelasi dan malposisi gigi
Rahang atas:
Koreksi malrelasi dan malposisi gigi dilakukan dengan alat ortodonti
lepasan yang dilengkapi dengan labial arch 0,7 mm dengan tipe
medium, pundak terletak antara gigi 14, 15 dan 24, 25 bentuk U loop
vertical untuk memperbaiki malposisi gigi 13 disertai dengan simple
spring 0,6 mm yang diletakkan pada sisi distal gigi 13 untuk
memperbaiki malposisi gigi 13 yang mengalami mesiolabiotorsiversi.
Simple spring 0,6 mm dietakkan pada gigi 24 permukaan palatal untuk
memperbaiki malposisi gigi 24 distopalatotorsiversi. Adam clams 0,7
mm digunakna sebagai retainer dilekakkan pada gigi 16 dan 26.
Rahang bawah:
Koreksi malrelasi dan malposisi gigi dilakukan dengan alat ortodonti
lepasan yang dilengkapi dengan labial arch 0,7 mm untuk memperbaiki
malposisi gigi dan melakukan retraksi pada gigi anterior RB tipe
medium dengan pundak terletak pada diantara gigi 34, 35 dan gigi 44,
45 dilengkapi U loop berbentuk vertical. finger spring 0,6 mm pada gigi
43 untuk memperbaiki malposisi gigi 43 yang mengalami malposisi
mesiolabiotorsiversi dengan cara diaktifkan setelah dilakukan grinding
pada gigi 43 sisi distal dan gigi 44 sisi mesial yang berguna dalam
pencarian ruang. Selanjutnya dilakukan grinding gigi anterior sisi
mesial dan distal dan diahkiri dengan mengaktifkan labial arch. Adam
clams 0,7 mm sebagai retainar yang diletakkan pada gigi 46 dan 36.
 Retainer
Retainer dengan Hawley retainer untuk mencegah gigi kembali ke
keadaan semula dengan mengunakan plat akrilik pada rahang atas dan
bawah yang dilengkapi dengan labial arch 0,7 mm yang dilengkapi
dengan adam clams 0,7 mm sebagai penahan yang diletakkan pada gigi
molar pertama kanan dan kiri. Retainer digunakan selama tiga bulan
pada siang dan malam secara pasif. Apabila dalam waktu tiga bulan
didapatkan kondisi gigi kembali ke keadaan semula pemakaian retainer
diperpanjang tiga bulan. Jika pergerakan gigi hilang maka retainer dapat
dilepas pada saat keluar rumah. Cek dengan pemakaian kembali
retainer, jika terasa sesak maka pemakaian retainer dilanjutkan. Apabila

13
tidak merasa sesak maka retainer dapat dilepas saat keluar rumah. Jika
ratainer tidak sesak saat digunakan maka retainer hanya dipakai saat
malam hari selama tiga bulan. Jika tidak terdapat perubahan kondisi
gigi geligi dan tidak terdapat kegoyahan maka pengunaan retainer dapat
dihentikan.
8. GAMBAR/ DESAIN ALAT
Plat aktif
Rahang Atas

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Rahang Bawah
H.
I.
J.
5
K.
L.
M.
N.
O.
Keterangan :
1 Base plate akrilik
2 Labial arch
3 Adam clams
4 Simple spring
5 Finger spring

14
Retainer
Rahang Atas

Rahang Bawah

Keterangan :
1. Base plate akrilik
2. Labial arch
3. Adam clams

9. PROGNOSIS
Prognosis : Ad Bona
Keterangan : Pasien membutuhkan perawatan orthodonsi dengan
prognosis ad bona karena maloklusi angle klas I
namun hanya mengoreksi malposisi gigi dan
malrelasi gigi. Perawatan orthodonsi dapat dilakukan
dengan plat aktif. Pasien masih muda dan kooperatif
serta tidak adanya penyakit sistemik juga
mempengaruhi hasil perawatan.

15
Indikasi perawatan : Othodonsi Lepasan
10. JALANNYA PERAWATAN
No. Tanggal Perawatan Tindakan Pembimbing
1 2-3-2016 Pendaftaran pasien 1. Indikasi drg. Nur Rachmawati,
2. Pencetakan rahang Sp. Ort
3. Pembuatan model study
2 16-3-2016 Diskusi kasus drg. Nur Rachmawati,
Sp. Ort
3 23-3-2016 Persetujuan laporan drg. Nur Rachmawati,
Pembuatan alat Sp. Ort
4 13-4-2016 Insersi alat Pengecekan retensi dan drg. Nur Rachmawati,
stabilisasi Sp. Ort
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm
5 28-4-2016 Kontrol 1 Pengurangan plat akrilik drg. Nur Rachmawati,
Sub: anterior, grinding gigi 41, Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, 42, 31, 32
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan.
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm
6 19-5-2016 Kontrol 2 Grinding distal gigi 31, drg. Nur Rachmawati,
Sub: mesial-distal gigi 32, Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, mesial-distal gigi 33 dan
tanpa terdapat keluhan dengan mesial gigi 34
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm
7 2-6-2016 Kontrol 3 Pengurangan plat rahang drg. Lasmi D, Sp.KGA
Sub: bawah regio gigi 35 dan
Pasien datang untuk kontrol, observasi ulcern
terdapat keluhan sariawan.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan terdapat ulserasi
pada regio gigi 35
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm

16
8 23-6-2016 Kontrol 4 Penambahan simple drg. Nur Rachmawati,
Sub: continous pada interdental Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, gigi 31-41
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring gigi
rahang bawah longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm
9 29-6-2016 Kontrol 5 Aktivasi labial arch drg. Nur Rachmawati,
Sub: Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, continous spring
longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 0,9 mm
10 28-7-2016 Kontrol 6 Aktivasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous rahang atas longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
11 7-9-2016 Kontrol 7 Aktivasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah dan labial Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, arch
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm

17
Overjet : 1,2 mm
12 22-9-2016 Kontrol 8 Aktivasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
13 5-10-2016 Kontrol 9 Aktivasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
14 19-10-2016 Kontrol 10 Aktifasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah dan rahang Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, atas kiri
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
15 26-10-2016 Kontrol 11 Aktivasi contonus spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: dan simple spring rahang Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, bawah
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar

18
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
16 2-12-2016 Kontrol 12 Penggantian desain, simple drg. Nur Rachmawati,
Sub: spring pada 32, 31 dan 41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
17 4-12-2016 Kontrol 13 Aktivasi simple spring drg Ayu M
Sub: rahang bawah
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
18 5-12-2016 Kontrol 14 Aktivasi simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: rahang bawah Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
19 5-4-2017 Kontrol 15 Pergantian simple spring drg. Nur Rachmawati,
Sub: gigi 32, 31-41, 42 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring dan
continous longgar
Overbite: 0,6 mm

19
Overjet : 1,2 mm
20 12-4-2017 Kontrol 16 Aktifasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 32 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple spring longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
22 19-4-2017 Kontrol 17 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 42 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
23 26-4-2017 Kontrol 18 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 42 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
24 17-5-2017 Kontrol 19 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 42 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
25 31-5-2017 Kontrol 20 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 32, 42 Sp. Ort

20
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar, gigi
32 relaps
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
26 3-6-2017 Kontrol 21 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
27 30-8-2017 Kontrol 22 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
28 7-9-2017 Kontrol 23 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
29 28-9-2017 Kontrol 24 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan

21
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
30 5-10-2017 Kontrol 25 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 dan grinding gigi 31, Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol, 41 sisi mesial dan distal, 42
tanpa terdapat keluhan dengan sisi mesial dan distal
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
31 16-11-2017 Kontrol 26 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 0,6 mm
Overjet : 1,2 mm
32 23-11-2017 Kontrol 27 Aktivasi simple spring gigi drg. Nur Rachmawati,
Sub: 31-41 Sp. Ort
Pasien datang untuk kontrol,
tanpa terdapat keluhan dengan
perawatannya.
Obx:
Stabilitas dan retensi alat
bagus dan tidak mengiritasi
jaringan, simple longgar
Overbite: 1,3 mm
Overjet : 1,4 mm
11. Hasil perawatan
No. Sebelum perawatan Setelah perawatan
1 Open bite 22-32 dan 33, 23-33 dan 34 Belum terkoreksi
2 Gigi 13 mesiolabiotorsiversi Sedikit terkoreksi
3 Gigi 24 distopalatotorsiversi Sedikit terkoreksi

22
4 Gigi 32 linguoversi Terkoreksi
5 Gigi 31 mesiolinguotorsiversi Belum terkoreksi
6 Gigi 41 mesiolinguotorsiversi Belum terkoreksi
7 Gigi 43 mesiolabiotorsiversi Sedikit terkoreksi

23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PERAWATAN

Sebelum perawatan

Setelah perawatan
B. PEMBAHASAN
Laporan ini membahas tentang penggunaan alat ortodonti lepasan pada pasien
dengan kondisi maloklusi Angel klas I disertai dengan malrelasi open bite disertai
dengan malposisi gigi individual. Kedudukan molar dan incisi, pertumbuhan ramus

24
dan corpus mandibula, pertumbuhan tulang basal dan tulang alveolar, aktivitas otot-
16
otot wajah hingga kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan open bite. Kondisi
open bite pasien dapat disebabkan karena kebiasaan minum susu dari botol yang
terjadi selama masa gigi bercampur. Malposisi pada gigi anterior rahang atas dan
bawah menyebabkan susunan pada gigi-gigi tersebut tampak crowding. Crowding
pada pasien dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor genetik, tanggalnya gigi
desidui sebelum waktunya dan gigi desidui yang tidak tanggal walaupun gigi
permanennya sudah tumbuh.17 Faktor genetik crowding pada pasien dapat ditunjukkan
dari kondisi crowding yang juga dialami oleh orang tua dan saudara pasien. Gigi yang
tanggal sebelum waktunya dan persistensi atau tidak tanggalnya gigi desidui dapat
menyebabkan crowding pada pasien yang disebabkan kekurangan ruang untuk erupsi
dan pertumbuhan gigi permanen. 18 19
Pencarian ruang pada pasien dilakukan dengan menggunakan teknik grinding pada
gigi anterior di kedua sisi (mesial-distal) dan ditambah pada gigi premolar kanan
bawah di sisi mesial sebanyak 0,25 mm menggunakan grinding strip. Kelebihan dari
pencarian ruang menggunakan teknik ini selain digunakan untuk mendapatkan
ruangan yang sesuai untuk melakukan pergerakan pada gigi-gigi yang mengalami
malposisi juga dapat digunakan untuk memperbaiki bentuk anatomis gigi. Perawatan
yang dilakukan setelah melakukan grinding adalah mengaplikasikan topikal aplikasi
flour yang bertujuan untuk mencegah karies pada gigi yang telah dilakukan grinding.20
Komponen aktif pada alat ortodonti pasien adalah labial arch dan simple spring
pada gigi rahang atas dan bawah untuk meperbaiki malposisi pada gigi tersebut.
Labial arch digunakan untuk meratakan gigi anterior rahang bawah dan atas dari arah
labial menggunakan kawat dengan ukuran 0,7mm dengan tipe medium dan simple
spring yang digunakan pada kasus ini menggunakan kawat 0,6mm. Tipe medium pada
labial arch dipiih unutk membantu menghilangkan malposisi pada gigi caninus baik
pada rahang atas dan bawah. Aktivasi komponen aktif dilakukan bersamaan dengan
pencarian ruang sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal. Aktivasi simple
spring dilakukan secara perlahan hal ini bertujuan untuk mencegah kesulitan pasien
dalam melepas dan memasang alat ortodonti. Kekuatan yang dihasilkan oleh simple
spring pada gigi dengan akar tunggal misalnya pada gigi anterior berkisar anatara 25-
40 gram dan akan ideal apabila dilakukan secara terus menerus (continous forces).20
Komponen retentif yang diletakkan pada alat ortodonti pasien bertujuan untuk
mengcegah perubahan terhadap letak alat ortodonti. Adam clams digunakan sebagai

25
komponen retentif dan diletakkan pada gigi 16, 26, 6 dan 46 dengan memanfaatkan
undercut pada sisi mesiobucal dan distobucal. Penjangkaran pada alat ortodonti yang
baik harus memiliki kekuatan menahan minimal sama atau lebih besar dari kekuatan
yang diberikan oleh komponen aktif dengan arah yang berlawanan. Base plate akrilik
yang digunakan pada alat ortodonti pasien digunakan sebagai penahan dan tempat dari
komponen - komponen ortodonti lainnya. Fungsi lainnnya dari base plate adalah
meneruskan kekuatan dari komponen aktif ke penjangkar dan menghindari terjadinya
pergeseran gigi yang tidak diinginkan.20
Perawatan telah dilakukan selama 1 tahun 8 bulan dengan hasil malrelasi open bite
yang belum terkoreksi, akan tetapi pada beberapa kondisi gigi malposisi didapatkan
hasil sedikit terkoreksi dan masih terdapat gigi yang belum terkoreksi. Perawatan yang
menyisakan gigi malposisi yang belum terkoreksi disebabkan oleh tingkat kooperatif
pasien yang kurang. Tingkat kooperatif pada pasien dengan alat ortodonti lepasan
berhubungan dengan motivasi pasien dalam menjalani perawatan tersebut. Pasien
dengan motivasi menggunakan alat ortodonti atas kemauan sendiri memiliki tingkat
kooperatif dan menunjukkan hasil perawatan yang lebih baik dibandingkan dengan
pasien yang tidak memiliki motovasi terhadap perawatan tersebut.22

26
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Perawatan ortodonti dengan kondisi maloklusi angel klas I disertai melrelasi open
bite disertai malposisi gigi individual yang dilakukan perawatan menggunakan alat
ortodonti lepasan berhasil mengoreksi beberapa gigi malposisi. Hasil perawatan
menunjukkan terdapat beberapa kondisi gigi yang belum terkoreksi, ini disebabkan
tingkat kooperatif pasien yang kurang terhadap perawatan yang diberikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Amico, R.M, Bjerklin K, Kurol J, Falahat B, 2003, Longterm Results of Orthodontic


Treatment of Impacted Maxillary Canines. Angle Orthod: 73; 231–238.
2. Monica ,R, Mahesh, C, Nikhil, M, 2009, Bilateral Mandibular Canine Impaction: A
Rare Case Report. JOHCD.
3. Donald, F, Yap, W.L, 1985, The Surgical Exposire and a Application of Direct
Traction of Unerupted Teeth, J. Ortod.
4. Kokich, V.C, Mathews, D.A, 2001, Surgical and Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, Ann Arbor, Mich: Needham Press.
5. Aydin, U, Yilmaz, H.H, Yildrim, D, 2004, Incidence of Canine Impacted and
Transmigration in a Patient Population, Dentomaxillo Fac Radio.
6. Syahrul, 2013, Perawatan Gigitan Silang Posterior Dengan Rapid Maxillary
Expansion, Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati
Denpasar.
7. Foster, T.D, 2014, Buku Ajar Ortodonsi, Jakarta: EGC.
8. Raharjo, Pambudi, 2009, Diagnosis Ortodontik, Surabaya: Universitas Airlangga
Press.
9. Raharjo, Pambudi, 2009, Peranti Ortodontik Lepasan, Surabaya: Universitas Airlangga
Press.
10. Asmawati, 2012, Malposisi Gigi Anterior Rahang Atas dan Rahang Bawah dengan
Status Gingiva di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta Jurusan Keperawatan Gigi.
11. Thomson, H, 2007, Oklusi 2nd Ed, Alih Bahasa : Lilian Yuwono, Jakarta : EGC.
12. Grace, W. S, 2011, Terapi Gusi untuk Kesehatan dan Kecantikan, Jakarta: Erlangga.
13. Piandi, S.P, 1997, Keausan Gigi Permanen Pada Kasus Maloklusi Angel Klas I
Dengan Deep Bite, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Vol 4.
14. Graber, TM, 1985, Dentofacial Orthopedics With Fungtional Appliances, St Louis:
C.V Mosby Company.
15. Moyers RE, 1988, Handbook of Orthodontics 4th Ed, Chicago: Year Book Medical
Publisher Inc.
16. Proffit, W.R., Fields, H.W, 1986, Malocclussion and Dentofacial Deformity in
Contemporary Society. London.
17. Andlaw, R. J, 1992, Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika.

28
18. Salzman, J. A, 1957, Orthodontics Principal And Prevention. Philadelphia : J. B.
Lippincott Company.
19. Houston, W.J, 1989, Diagnosis Orthodonti. Alih bahasa drg yuwono L. Jakarta :
Hipokrates.
20. Raharjo, Pambudi, 2009, Ortodonti Dasar, Surabaya: Universitas Airlangga Press.
21. Adams, C.P, 1970, The design and Construction of Removable Orthodontic
Appliances, 4th Ed, John Wright & Sons Ltd., Bristol.
22. Dewi, R.T, 2014, Keberhasilan Perawatan Ortodontik Lepasan Berdasarakan Motovasi
Pasien Di Klinik Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati.

29

Anda mungkin juga menyukai