Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH PEDODONSIA

DHE, ORAL PROFILAKSIS, DAN PEMERIKSAAN LENGKAP

OLEH:

EGY PERMATASARI HELMI

FIKA MELINDA PUTRI

RIKA IRMA YANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2020
DHE, Oral Profilaksis, dan Pemeriksaan lengkap

I. DHE dan Oral Profilaksis

 Pengertian

DHE merupakan pendidikan kesehatan gigi yang diberikan kepada anak

beserta orang tuanya untuk mencegah kerusakan gigi dan memberitahu langkah-

langkah yang dapat dilakukan oleh pasien untuk meningkatkan kebersihan rongga

mulut. Oral profilaksis merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan

rongga mulut baik dilakukan di rumah maupun dilakukan di klinik oleh dokter

gigi. Oral profilaksis termasuk kedalam DHE, namun DHE lebih kepada

pendidikannya, sedangkan Oral profilaksis langsung kepada tindakannya.

 Tujuan

Untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang yang

meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup

sehat. Perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses

memerlukan sumber daya baik tenaga pengajar atau orang yang mampu

memberikan informasi, sarana dan prasarana, maupun waktu yang diperlukan

untuk berlangsungnya proses.

 Pola Penyuluhan Kesehatan Gigi Masyarakat

1. Usia 1,5 tahun : Tergantung sepenuhnya pada orangtua

2. Usia 1,5 – 3 tahun : Mulai dapat diajak kerjasama

3. Usia 3 -6 tahun : Berpedoman pada proses belajar dan bermain

dimana hal tersebut sesuai dengan perkembangan

jiwanya
4. Usia 7 –10 tahun : Anak sudah dapat membedakan tetapi belum

dapat menghubungkan masalah yang satu dengan

yang lain

5. Usia 10 –12 tahun : Pengamatan anak cepat, pengertian, realitis dan

kritis. Misalnya anak sudah mengetahui bahwa

gigi susu akan lepas dan diganti dengan gigi

tetap. Jika gigi tetap lepas maka tidak dapat

tumbuh lagi maka perlu dirawat.

6. Usia 12 –14tahun : Anak memiliki emosi yang tinggi dan sering

bersikap melawan. Pada saat ini bila anak

menderita sakit gigi tidak akan mau berobat bila

dia tidak suka.

 Metode Penyuluhan

Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan

menggunakan pendekatan sugestif dan persuasif, dimana dalam proses

penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai hasil

yang memuaskan.

1. Pendekatan Sugestif

Merupakan pemberian penjelasan tidak secara logis, cenderung memberi

penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara membujuk

orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau

kepercayaan yang meyakinkan.

Kelebihan: Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasil pada

masyarakat yang pendidikan dan ekonominya kurang baik.


Kelemahan: Mudah melupakan hasil penyuluhan. Agar dapat berhasil

dengan baik, perlu dibantu dengan alat peraga edukatif yang merangsang

emosi manusia.

2. Pendekatan Persuasif

 Simon (1976): Persuasif adalah rancangan komunikasi yang berkaitan

dengan pendidikan pada manusia untuk mempengaruhi orang lain

dengan memodifikasi kepercayaan, nilai-nilai atau perilaku secara fakta

dan logika.

 Gondhoyoewono (1991): Dasar pendekatan persuasif adalah

menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab akibat, menunjukkan

konsekuensi suatu masalah, menjelaskan mengapa harus melakukan

perubahan perilaku yang berkaitan dengan topik masalah dengan

peninjauan dari berbagai sudut pandang.

Kelebihan adalah perubahan perilaku secara menetap, lebih berhasil

dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan logika dan perasaan,

merasa puas karena ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah.

Kelemahan: - memerlukan waktu yang terlalubanyak

- pada masyarakat dengan pendidikan dan sosial ekonomi

rendah sulituntuk berdialog dan mengerti

- pada masyarakat dengan emosional tinggi sulit berhasil.

DHE dan Oral Profilaksis dapat berupa:

1. Menyikat Gigi

 Frekuensi Menyikat Gigi

American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus


menyikat gigi secara teratur minimal 2 kali sehari yaitu 30 menit setelah sarapan

pagi dan malam sebelum tidur. Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak

sama, bergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap

plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan salivan dalam

membersihkan sisa-sisa makanan dan debris.

 Lama Menyikat Gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit. Lamanya

seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit, tetapi umumnya orang

menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada

setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak.

Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak

begitu baik daripada yang dilakukan dalam waktu yang lama, karena banyaknya

permukaan gigi yang harus dibersihkan.

 Pemilihan Sikat Gigi yang Baik

Sikat gigi yang ideal yaitu berukuran kecil sehingga dapat menjangkau

semua daerah di dalam rongga mulut, mempunyai bulu yang lembut yang

memungkinkan sikat gigi tidak dapat merusak jaringan lunak maupun jaringan

keras. Sikat harus mudah dibersihkan serta memiliki pegangan yang nyaman

dipegang dan stabil. Lakukan penggantian sikat gigi setiap 3 atau 4 bulan sekali,

jangan menunggu hingga bulu sikat menjadi rusak karena sikat gigi sudah tidak

dapat bekerja dengan baik dan dapat melukai gingiva.

 Metode Menyikat Gigi

Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi, tujuannya haruslah memberi

instruksi dan mendorong semangat mereka untuk mengeluarkan semua debris dan
plak dari semua permukaan gigi yang dapat dijangkau. Tidak mudah untuk

menguasai teknik menggosok gigi dan sejumlah anak tidak mempunyai

keterampilan untuk itu. Ini khususnya terjadi pada anak-anak kecil dibawah usia

5-6 tahun, dan pada mereka yang cacat fisik atau mental. Dokter gigi harus

melibatkan orang tua atau pengasuh yang harus didorong untuk menerima

tanggung jawab. Anak-anak harus didorong untuk menggosok gigi-giginya

sendiri, orang tua juga boleh membantu. Memaksakan satu metode yang sulit

dilakukan oleh anak akan melemahkan semangat anak untuk menggosok gigi.

Orang tua harus dinasehatkan untuk mulai menggosok gigi anaknya segera setelah

gigi pertama erupsi, sehingga menggosok gigi dapat diterima sebagai bagian dari

mandi yang rutin.

Menyikat gigi dengan cara yang salah tidak dapat membantu dalam

mengurangi akumulasi plak pada gigi. Teknik penyikatan gigi harus dapat

membersihkan semua permukaan gigi, khususnya daerah margin gingiva dan

daerah interdental. Teknik penyikatan gigi yang dapat digunakan yaitu:

1. Metode Horizontal

Semua permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur kekiri dan

kekanan. Teknik ini biasanya digunakan pada anak-anak dan gerakannya

dalam arah horizontal pada permukaan oklusal gigi.

Gambar 1. Metode horizontal


2. Metode Vertikal

Teknik menyikat gigi dengan gerakan vertikal dimulai pada rahang atas

dimana gerakan penyikatannya dari atas ke bawah dan pada rahang

bawah gerakannya dari bawah ke atas.

Gambar 2. Metode vertikal

3. Metode Stillman Modifikasi

Ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan

arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat

menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga

kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan

gigi. Cara ini dapat memijat gusi dan membersihkan sisa makanan di

daerah interproksimal. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah

dengan sistematis.

Gambar 3. Metode Stillman modifikasi


4. Metode Charter

Ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi, membentuk sudut 45°

terhadap sumbu panjang gigi. Sikat gigi digerakkan membentuk

lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak dengan margin

gingiva. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan

cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan periodontal, walaupun

sedikit sukar untuk dilakukan.

Gambar 4. Metode Charter

5. Metode Stillman

Sikat gigi ditempatkan sebagian pada gigi dan sebagian pada gingiva

membentuk sudut 45° terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal.

Sikat gigi ditekankan sehingga gingiva sedikit memucat dan dilakukan

gerakan rotasi kecil tanpa mengubah kedudukan ujung bulu sikat.

Penekanan dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu sikat tanpa

mengakibatkan trauma pada gingiva.

Gambar 5. Metode Stillman


6. Metode Bass

Bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45° dengan panjang

gigi dengan ujung bulu sikat ditekankan masuk ke sulkus gingiva dan

embrasur interproksimal. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-

kecil kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 15 detik ke setiap

daerah meliputi dua atau tiga gigi. Unutk permukaan lingual dan palatal

gigi belakang agak menyudut atau horizontal dan pada gigi depan sikat

dipegang vertikal.

Gambar 6. Metode Bass

2. Flossing

Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari permukaan

aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi. Idealnya, flossing

dilakukan disamping menggosok gigi sebagai bagian latihan oral hygiene sehari-

hari. Flossing sulit dilakukan dan memerlukan latihan yang lama sebelum benar-

benar menguasai. Oleh karenanya flossing harus diperkenalkan pada anak dengan

teknik yang mudah dan efisien sebagai bagian dari prosedur menggosok gigi

disertai dengan sedikit antusiasme. Pada mereka diperlihatkan bagaimana

menggunakan floss pada gigi-gigi anterior terlebih dahulu, kemudian diperluas ke

gigi-gigi posterior. Cara lain, orang tua yang termotivasi untuk menggunakan
floss dapat didorong untuk melakukan flossing pada gigi anaknya.

Bagi dokter gigi atau ahli kesehatan untuk mengawasi prosedur ini secara

berkala, karena teknik flossing yang salah dapat mengakibatkan lebih banyak

kerusakan dari pada kebaikan yang diharapkan.

Nasihat yang dapat diberikan pada anak dan orang tua :

1. Gunakan flossing yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang waxed

(dilapisi malam / lilin) dapat meninggalkan wax (lilin) pada permukaan

gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor dari pasta gigi atau

pemberian fluor topikal.

2. Potong floss kira-kira 30 – 40 cm panjangnya dan dengan ringan putar

ujungnya disekitar jari tengah.

3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm jaraknya,

supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.

4. Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan

menggerakkan floss kearah buko lingual sampai masuk perlahan-lahan.

Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma pada

papilla interdental.

5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso-gingival dan buko-

lingual terhadap tiap permukaan proksimal.

6. Setelah melakukan flossing semua gigi-gigi, kumur mulut dengan kuat

untuk mengeluarkan plak dan debris yang berada pada ruang interdental

3. Penyuluhan Diet

Untuk kesehatan umum yang optimal diperlukan diet yang baik dan seimbang.

Hal ini penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan untuk anak yang sedang
tumbuh. Dalam hal ini diet adalah makanan yang dikonsumsi setiap harinya yang

dimakan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Sebaiknya hindari makanan

yang banyak mengandung karbohidrat seperti gula, permen, dodol, dan makanan

yang lengket lainnya. Jika memakan makanan dengan jenis tersebut segera

bersihkan gigi dengan baik. Pada dasarnya karbohidrat dalam makanan

merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan diubah

menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut. Adapun makanan yang dianjurkan

adalah makanan yang banyak mengandung serat dan air, karena memiliki efek

cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung didalamnya akan memberi

daya tahan bagi jaringan periodontal

4. Penggunaan Fluor

Fluor merupakan golongan mineral mikro yang berperan dalam proses

mineralisasi dan pengerasan email gigi sehingga akan membuat gigi lebih tahan

terhadap pengikisan oleh asam. Dampak kelebihan dan kekurangan fluor adalah

sebagai berikut:

 Dampak kekurangan fluor :

- Kerusakan gigi

- Perubahan warna gigi

- Tulang keropos

 Dampak kelebihan fluor :

- Munculnya bintik putih pada gigi (fluorosis)

- Merusak tulang

- Kelumpuhan

- Kerusakan ginjal
- Kerusakan hati

Indikasi dan kontra indikasi pemberian fluor adalah:

 Indikasi

- Pasien anak dibawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai

tinggi

- Gigi dengan permukaan akar yang terbuka

- Gigi sensitif

- Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan

gigi

 Kontra indikasi

- Pasien anak dengan resiko karies rendah

- Adanya kavitas yang besar

Pengaplikasian fluor terbagi dua, secara sistemik dan topikal.

1. Pemberian fluor secara sistemik

Adalah fluor yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk

struktur gigi. Kekurangan penggunaan fluor secara sistemik ini adalah tidak dapat

mengontrol konsumsi fluor karena tidak terlalu mengetahui jumlah atau kadar

fluor didalam makanan dan minuman. Terdapat dua cara pemberian fluor secara

sistemik, yaitu:

a. Fluoridasi air minum

Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm

(part per milion). Konsentrasi optimum fluor yang dianjurkan dalam air

minum adalah 0,7-1,2 ppm.

b. Fluor dari makanan


Makanan yang sering dikonsumsi yang mengandung fluor seperti ikan,

daging, susu, kuning telur, teh, sayur-sayuran, buah-buahan.

2. Pemberian fluor secara topikal

Untuk penggunaan fluor secara topikal biasanya melalui pasta gigi dan kumur-

kumur larutan yang mengandung fluor atau mengoleskan fluor ke email gigi

dengan larutan yang mengandung fluor.

 Pasta gigi fluor

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies gigi. Pemakaian pada anak

pra sekolah harus diawasi karena pada umumnya mereka masih belum mampu

berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan

pasta gigi mengandung kira-kira 1 mg F/g (1 gram setara dengan 12 mm pasta

gigi pada sikat gigi).

 Obat kumur dengan fluor

Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang beresiko karies tinggi

atau selama terjadi kenaikan karies. Berkumur fluor diindikasikan untuk anak

yang berumur diatas 6 tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan

orang dewasa yang mudah terserang karies.

 Topikal aplikasi

Sediaan fluor dibuat dengan berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang

memakainya dengan cara diulaskan pada permukaan gigi, lalu dibiarkan kering

selama 5 menit dan tidak boleh makan dan minum selama 1 jam setelah

pemakaian. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF

merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan dalam waktu
yang relatif lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi, serta tidak

mengiritasi gingiva. Penggunaannya dianjurkan dengan konsentrasi 2%,

dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan 10 ml air destilasi.

SnF jarang digunakan karena menimbulkan rasa tidak enak sebagai suatu zat

astringent dan cenderung dapat merubah warna gigi karena beraksinya ion Sn

dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. ApF lebih sering

digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam rasa seperti

rasa jeruk, anggur, dan jeruk nipis. ApF tidak dapat menyebabkan perubahan

warna gigi dan tidak mengiritasi gingiva. ApF tersedia dalam bentuk larutan atau

gel, siap pakai, dan banyak dijual bebas di pasaran. Tatalaksana penggunaan fluor

dengan APF gel :

1. Pasien diberikan tindakan Oral Prophylaxis

2. APF gel diletakkan dalam gel sekali pakai

3. Aplikasin 1 menit di rahang atas dan rahang bawah

4. Sisa gel tidak dikumur dan langsung diludahkan saja

5. Baru boleh makan setelah satu jam

6. Ulangi penggunakan setiap 6 bulan sekali

5. Scaling

Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus,

dan stain pada permukaan gigi. Tujuan utama scaling adalah untuk

mengembalikan kesehatan gingiva dengan menghilangkan semua elemen yang

menyebabkan inflamasi gingiva dari permukaan gigi. Pasien dapat melakukan

scaling ke dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali atau tergantung kasus masing-

masing individu. Peralatan yang biasa dipakai adalah hand instruments scaler atau
manual scaler, dan ultrasonic scaler. Teknik-teknik scaling adalah sebagai

berikut:

1. Teknik scaling manual

 Alat yang digunakan

a. Sickle scaler

Mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working end-nya mempunyai

permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan

membentuk sudut lancip pada ujungnya. Digunakan untuk mengambil

kalkulus supragingiva atau subgingiva pada permukaan proksimal gigi

anterior dan posterior.

b. Kuret

Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok dan

digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan

permukaan akar dari ajaringan sementum yang nekrotik, dan mengkuret

jaringan lunak nekrotik pada dinding poket. Kuret mempunyai dua sisi

potong yang bertemu pada ujung alat dengan bentuk membulat.

c. Hoe scaler

d. Merupakan scaler yang mempunyai bentuk seperti cangkul. Digunakan

untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga bebas

dari sisa-sisa kalkulus. Hoe scaler digunakan dengan cara tangkai

dimasukkan hingga mencapai dasar saku periodontal sehingga antara

tangkai dan gigi ada 2 titik yang berkontak. Hal ini akan membuat

instrument menjadi stabil dan mencegah terbentuknya tarikan pada

akar. Lalu intrument diaktivasi dengan gerakan menarik yang cukup


kuat ke arah mahkota sepanjang akar.

e. File scaler

Berbentuk seperti kikir. Fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan

kalkulus yang besar. File scaler dapat menyebabkan permukaan akar

menjadi kasar jika penggunaannya tidak tepat. Dengan demikian alat ini

tidak tepat jika digunakan untuk melakikan scaling yang halus atau

menghaluskan permukaan akar.

f. Chisel scaler

Digunakan untuk bagian proksimal gigi-gigi anterior. Berbentuk seperti

pahat. Chisel dimasukkan dari permukaan labial. Adanya lekukan di

bagian tangkainya menyebabkan alat ini stabil ketika masuk ke bagian

proksimal dan sisi potongnya dapat mencapai kalkulus tanpa membuat

takikan pada gigi. Alat diaktifkan dengan cara mendorong.

Gambar 7. Alat scaling manual

 Teknik scaling kalkulus supragingiva

Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Alat yang sering


digunakan adalah sickle scaler. Tatalaksana scaling supragingiva diawali dengan

penempatan alat pada apikal dari kalkulus, membentuk sudut 45°-90° terhadap

area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam

jarak pendek arah vertikal (koronal), horizontal, maupun oblique mendorong dan

mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan sampai

permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual maupun perabaan

dengan bantuan alat seperti sonde. Alat dengan ujung yang tajam seperti sickle

digunakan secara hati-hati karena lebih mudah melukai jaringan lunak

dibawahnya.

 Teknik scaling kalkulus subgingiva

Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling

supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras, kadang melekat pada

permukaan akar yang sulit dijangkau. Jaringan lunak yang membatasi kalkulus

subgingiva juga mempersulit karena pandangan operator menjadi terhalang. Oleh

karena itu operator dituntut menggunakan kepekaan perasaan dngan bantuan

scaler untuk mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.

Scaling subgingiva diawali dengan penempatan scaler sebisa mungkin pada

apikal dari kalkulus, membentuk sudut 45°-90° terhadap area permukaan gigi

yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah

vertikal (koronal), mengungkit dan menarik kalkulus terlepas dari gigi.

2. Teknik scaling dengan ultrasonic scaler

Scaling dengan ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan kalkulus

pada permukaan gigi dibanding scaling dengan alat manual. Alat ini mempunyai

ujung (tip) yang dapat bergetar sehingga sapat melepaskan kalkulus dari
permukaan gigi. Alat ini juga dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan

menjadi lebih bersih karena permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang

keluar dari scaler.

Gerakan alat sama dengan gerakan scaler manual tetapi tidak boleh ada

gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakan untuk memecah kalkulus

yang besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan

ringan sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi

dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan

gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal, horizontal, dan oblique) ke

seluruh permukaan sampai diperkirakan halus.

Tata cara scaling dengan ultrasonic scaler:

- Alat diatur sedemikian rupa sehingga semburan air cukup memadai dan

vibrasi tidak melebihi yang dibutuhkan untuk penyingkiran kalkulus.

- Instrument dipegang dengan teknik modified pen grasp.

- Sandaran jari dibuat sebagaimana pada melakukan scaler manual.

- Alat dihidupkan dengan menginjak pedal kaki atau menyetel pada hand-

piece, tergantung tipe alatnya.

- Tip atau ujung alat yang telah bergetar digerakkan dengan sapuan vertikan

pendek-pendek dengan tekanan ringan melintasi deposit yang hendak

disingkirkan. Tekanan lateral yang kuat tidak dibutuhkan, karena yang

melepaskan kalkulus ada vibrasi dari alat.

- Tip harus senantiasa bergerak dan bagian ujungnya tidak boleh diarahkan

tegak lurus ke permukaan gigi untuk menghindari terjadinya guratan-

guratan pada permukaan gigi.


II. Pemeriksaan Lengkap

Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitian

pemeriksaan, diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat. Dalam mencapai hal

tersebut harus ada kerja sama segi tiga yang saling berhubungan satu sama lain

(Segi tiga Pedodontik). Segi tiga tersebut merupakan rangkaian tiga unsur yaitu

dokter gigi beserta stafnya, anak sebagai pasien dan orang tua/wali pasien.

Gambar 8. Segi Tiga Pedodontik

Kerja sama diantara ketiga unsur tersebut harus dibina dengan baik demi

keberhasilan perawatan yang akan dilakukan. Seperti pada setiap cabang ilmu

kedokteran gigi, praktek ilmu kedokteran gigi anak harus dikelola dengan suatu

filosofi yang sederhana tapi mendasar yaitu rawat pasiennya, bukan giginya. Apa

yang terkandung dalam filosofi ini adalah suatu tekad untuk mempertimbangkan

perasaan anak, membentuk rasa percaya dan kerja sama anak agar mau melakukan

perawatan dengan cara simpatik dan baik. Tidak hanya memberikan perawatan

sekarang, tetapi juga mengusahakan masa depan kesehatan gigi anak dengan

membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi. Tahapan

yang dilalui anak dalam perrawatan gigi dan mulut dimulai dari:
A. Kunjungan Pertama

Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting

terutama kunjungan pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasildengan baik

maka kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi

anak sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan

pertama ini sering disebut sebagai kunci keberhasilan perawatan dan merupakan

dasar yang nyata. Dalam mencapai tujuan ini perawatan harus dilangsungkan

sedemikian rupa sehingga menjadi pengalaman yang menyenangkan dan anak

akan mengenali dokter gigi dan lingkungannya. Tujuan kunjungan pertama

sebagai berikut:

1) Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua

2) Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien

3) Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila diperlukan.

4) Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :

 Profilaksis

Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh mulut

termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan

 Topikal Aplikasi Fluor

Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tramatik lain.

5) Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :

 Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif

 Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan berikutnya.

 Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan untuk

menyelesaikan perawatan.
Pada kunjungan pertama ini sebaiknya hanya untuk memperkenalkan pada

anak bagaimana rasanya memeriksakan gigi dan memperlihatkan bahwa ini

adalah pengalaman yang menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk anak

yang baru pertama kali berkunjung ke dokter gigi. Pemeriksaan terhadap anak

hendaknya dilakukan perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa dan alat yang digunakan

hendaknya dibatasi untuk menghindari rasa takut. Biarkan anak bertanya tentang

alat yang digunakan juga bila anak akan memegangnya asalkan tidak berbahaya.

Jawablah pertanyaan tersebut dengan jawaban yang mudah dimengerti dan

berikan contoh yang mudah dipahami anak. Para orang tua biasanya mencoba

mempersiapkan anak mereka pada kunjungan ke dokter gigi, tetapi beberapa

orang tua lebih banyak melakukan hal-hal yang buruk daripada yang baik dalam

usaha tersebut. Oleh karena itu perlu menasehati orang tua bagaimana

mempersiapkannya. Pemeriksaan yang lebih terperinci dapat dilakukan tetapi

tanpa menggunakan probe/sonde. Alat plastik yang tumpul dapat digunakan untuk

menggantikan probe. Untuk anak yang sanga tgelisah dokter gigi dapat mengganti

baju dokternya dengan baju biasa. Hal ini akan membuat dokter gigi mempunyai

penampilan seperti seorang bapak atau ibu.

Pada anak kecil prosedur penyikatan gigi dibatasi beberapa gigi seri dan

dalam waktu hanya satu atau dua menit. Tujuan utamanya adalah untuk

memperkenalkan anak agar senang ke dokter gigi, apakah plak akan hilang atau

tidak adalah tidak penting, sedangkan pasta profilaksis biasanya tidak diperlukan.

Pada anak yang lebih besar dapat dilakukan profilaksis seluruh mulut yang

dilanjutkan dengan topikal aplikasi fluor. Idealnya perawatan operatif yang

meliputi injeksi atau preparasi tidak dimulai pada kunjungan pertama, walaupun
anak pernah mempunyai pengalaman dengan dokter gigi lain, karena pada tahap

ini anak berada pada situasi yang baru. Sayangnya anak sering dibawa pertama

kali ke dokter gigi dalam keadaan sakit, sehingga prosedur pendahuluan yaitu

memperkenalkan anak ke dokter gigi tidak mungkin dilakukan. Prosedur yang

ideal pada kunjungan ini dapat diubah misalnya pada anak yang datang berobat

dalam keadaan sangat sakit, sehingga untuk keadaan demikian harus segera

dilakukan perawatan. Beberapa kasus perlu dilakukan segera perawatan (misalnya

gigi sangat goyang) sedangkan bila ada rasa sakit lebih baik memberikan

analgetik dulu, agar anak dapat yakin bahwa ke dokter gigi justru untuk

menyembuhkan, bukan untuk menambah rasa sakit.

Tujuan yang mendasar dari kunjungan ini tidak boleh diabaikan. Bagi orang

dewasa bila ia merasa kurang senang pada satu dokter gigi ia akan pergi ke dokter

gigi lain, tetapi tidak demikian halnya dengan pasien anak, sekali ia mengalami

pengalaman yang tidak menyenangkan akan sulit baginya untuk membangun

kepercayaan terhadap dokter gigi.

B. Alat-Alat Pemeriksaan

Disamping dental unit, dental light dan perlengkapan lain dalam kursi

perawatan gigi, diperlukan alat utama untuk pemeriksaan yaitu kaca mulut, sonde,

ekskavator dan pinset yang mempunyai fungsi masing-masing. Sedangkan untuk

pemeriksaan lengkap diperlukan bermacam-macam alat dan bahan yang

sebaiknya jauh dari jangkauan anak dan dikeluarkan bila diperlukan. Alat dan

bahan untuk pemeriksaan lengkap yaitu:

- alkohol - cotton roll - dento test

- bahan cetak - dental floss - tongue blade


- artikulator - chlor etil/es - wax

- objek glass - cotton pliers - sendok cetak

- api spiritus - rubber dam - periodontal probe

- cotton pellet - rubber bowl - fixing solution

- articulating paper - spatula

C. Macam-Macam Pemeriksaan

Pemeriksaan terhadap pasien yang datang ke dokter gigi ada 3 (tiga) macam

yaitu:

1. Pemeriksaan Darurat

Pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang

datang dalam keadaan akut, pemeriksaan langsung ditujukan pada regio/gigi yang

dikeluhkan, kemudian tentukan diagnosanya dan rawat keluhan utama tersebut.

Pemeriksaan lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan berikutnya

setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang memerlukan pemeriksaan

darurat:

 Gangren Pulpa tertutup

Terapi diberikan antibiotik dan analgetik. Bila mungkin lakukan trepanasi

untuk membuka saluran akar sehingga gas gangren/ gas H2S dapat keluar.

 Pulpitis akut

Terapi diberikan EF (Eugenol Fletcher) untuk mengurangi rasa sakit, bila

mungkin lakukan pulpotomi vital formokresol (untuk gigi sulung), beri analgetik.

 Abses disertai trismus

Pada keadaan yang demikian, berikan terlebih dulu antibiotik dan setelah

setelah pasien dapat membuka mulut, lakukan pemeriksaan untuk mengetahui


penyebabnya. Dapat juga dilakukan ronsen foto. Sedangkan trismus derajat satu

penyebabnya dapat diperiksa dengan membuka mulut perlahan-lahan.

2. Pemeriksaan Ulang (Pemeriksaan Berkala).

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan

sebelumnya. Secara objektif dipakai untuk menilai :

- Hasil perawatan yang telah dilakukan

- Pemeliharaan kesehatan gigi

- Mencatat perubahan yang terjadi

Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali, tergantung

keadaan gigi pasien.

3. Pemeriksaan Lengkap

Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada

kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi :

 Pencatatan Riwayat

Riwayat ini memberikan informasi yang berguna dan merupakan dasar dari

rencana perawatan. Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada

kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan,

sehingga anak dapat duduk dengan tenang pada kursi perawatan. Pada anak yang

sangat muda, pendekatan sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi dengan

menanyakan ‘berapa banyak gigimu’ dan menganjurkan ‘mari kita hitung

gigimu’. Ini tentunya kurang menakutkan bagi anak, dari pada ‘saya ingin melihat

gigi-gigimu’. Jika anak masih tidak mau duduk pada kursi perawatan, orang tua

dapat diminta untuk memangku anak dengan kepala ditahan menggunakan lengan

kiri orang tua. Pada posisi ini anak akan merasa aman, orang tua dapat membantu
menahan gerakan-gerakan anak yang dapat menghalangi dokter gigi melakukan

pemeriksaan gigi dan mulut.

Jika anak menangis, pemeriksaan tetap akan dilanjutkan, dokter gigi harus

dapat mengabaikan tangisan sambil menghitung gigi-gigi dengan keras. Ia akan

belajar bahwa tidak ada yang sakit waktu diperiksa dan menangis tidak akan

mengganggu pekerjaan dokter gigi. Pemeriksaan awal yang dilakukan pada

keadaan ini tidak perlu mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa

terlihatnya alat yang tajam atau runcing dapat menyebabkan kecemasan.

Kecerobohan dalam mempergunakan alat tersebut dapat menyebabkan timbulnya

rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak dipangku orang tua,

bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan senang hati duduk sendiri.

Pendekatan yang dijelaskan di atas jelas tidak praktis pada anak yang lebih

dewasa dan terlalu besar untuk dipangku. Jika anak sudah besar dan tidak mau

duduk pada kursi perawatan, lebih baik menunda pemeriksaan mulut dan dimulai

dengan pembentukan tingkah laku (penatalaksanaan tingkah laku) dengan

berbagai cara yang berbeda yaitu penjelasan kesehatan mulut, HOME, TSD dan

lain-lain. Penundaan sementara pemeriksaan mulut sampai diperoleh kerjasama

dari anak sering merupakan keputusan yang benar dan paling berhasil untuk

jangka panjang. Penatalaksanaan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada anak

cacat, jadi harus dicari jalan agar anak dapat diperiksa dan perawatan dapat

dilakukan pada anak cacat tersebut.

a. Pencatatan Riwayat Sosial

Pemeriksaan sosial meliputi :


 Nama (termasuk nama kecil). Dokter gigi sebaiknya memanggil pasien

dengan nama yang disukai anak .

 Alamat, sekolah, kelas, saudara laki-laki, perempuan, binatang peliharaan,

kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan sederhana tentang

hal ini merupakan cara umum berkomunikasi dengan pasien anak. Selain

itu jawabannya dapat menggali lebih jauh minat anak dan lingkungan

rumah pasien.

 Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama ibulah

yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu didiskusikan jumlah

kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tua dapat mengatur waktu

kunjungan.

 Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :Dokter yang merawat anak dapat

diminta keterangan atau rujukan, riwayat parental (orang tua) untuk

mendapatkan keterangan mengenai kelainan herediter yang diderita anak,

riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk

mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk

dan lain-lain).

b. Pencatatan Riwayat Gigi

1. Keluhan

Penting untuk mengetahui alasan kedatangan pasien, karena berdasarkan

alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan dapat diatasi.

2. Riwayat keluhan

Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi, kapan dimulai,

apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-putus (jika ya, berapa lama
berlangsung, apakah timbul karena rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu

makan). Apakah anak sampai tidak bisa tidur, menyebabkan anak gelisah dan

menangis terus. Gejala-gejala sakit gigi memberi indikasi macam kelainan pulpa

misalnya rasa sakit yang terputus-putus dengan jangka waktu pendek yang

disebabkan panas atau dingin diagnosanya hiperami pulpa. Rasa sakit spontan,

berat, membuat anak tidak bisa tidur diagnosanya pulpitis. Sedangkan bila disertai

pembengkakan kemungkinan sudah abses akibat gangren pulpa.

3. Riwayat kesehatan gigi

Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau tidak, apakah

pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya mengapa diganti, perlu ditanyakan

karena bila anak pernah mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan

rasa percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih berhati-

hati.

4. Sikap anak

Sikap anak terhadap setiap perawatan (untuk anak kecil, pendapat orang

tuanya cukup relevan). Setiap sikap yang kurang koperatif selama perawatan

harus dipertimbangkan dalam rencana perawatan mendatang.

5. Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap perwatan gigi perlu diketahui. Bila sikap dan

harapan orang tua terhadap perawatan gigi sangat berbeda, jangan lakukan

perawatan sebelum menjelaskan dan menimbang baik buruknya.

c. Pencatatan riwayat medis

Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua pasien,

misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah, penyakit


saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa), epilepsi,

kelainan mental dan penyakit lain yang serius.

 Pemeriksaan Ekstra Oral Anak

a. Penampilan Umum , Besar dan Berat Badan

Secara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat sewaktu

anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur dan

membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan,

usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan

dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan

gangguan endokrin

b. Kulit

Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai

sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder

dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau muka yang

disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda

atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih dulu.

c. Mata

Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata menyebabkan

pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi telah selesai dan

pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter mata.

d. Bibir

Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan

tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada bibir sering
dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering menyebabkan memar

pada bibir, reaksi alergi juga dapat terlihat.

e. Simetris wajah

Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis

misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga meyebabkan

perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat

disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous

displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah

patologis pada anak – anak sering juga disebabkan karena infeksi atau trauma.

Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk menentukan

diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa rasa sakit dan

penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak berhubungan dengan gigi

lebih baik merujuk pasien ke dokter anak. Pada anak sering ditemui selulitis yaitu

infeksi pada jaringan lunak yang difus, disebabkan infeksi pulpa gigi susu/tetap.

Selulitis dapat menimbulkan pembengkakan pada wajah dan leher. Bila

disebabkan gigi atas pembengkakan dapat meluas ke bawah mata dan dalam

keadaan akut mata kelihatan merah.

 Pemeriksaan Intra Oral Anak

1. Pipi dan bibir bagian dalam

Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial,

dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan

atau perubahan lain.


2. Gingiva

Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsistensinya.

Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena

trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada anak-anak gigi yang mengalami

gangren pulpa sering disertai fistel pada gingiva karena abses paradontal.

3. Lidah dan tonsil

Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Periksa

ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa

karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila

berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum lingualis yang

pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga mengganggu anak

berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan menggunakan kain kasa

yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Permukaan lidah anak umumnya

licin, halus dan papila filiformis relative pendek. Pada awal penyakit

exantematous, lidah berselaput putih keabu-abuan atau putih kecoklatan. Selaput

itu berisi sel yang mengalami desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini

sering juga terlihat pada anak yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi

atau stress dapat menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan

perubahan warna dan pembengkakan. Adanya pembesaran lidah yang patologis

dapat disebabkan kretinisme, mongolism atau tumor. Kebiasaan buruk pada lidah

dapat menimbulkan maloklusi. Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan

kaca mulut atau tongue blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasi atau

pembengkakan.

4. Palatum
Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi pada jaringan lunak dan keras

palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan, kelainan bentuk

dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi.

5. Gigi

Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum

masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan

memakai kaca mulut, ekskavator dan pinset. Perlu diketahui apakah ada gigi yang

dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang sudah waktunya lepas atau

gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi tetapi gigi sulung belum lepas).

Gigi persistensi dan gigi yang mengalami prematur loss akan mengganggu

susunan gigi dan perkembangan lengkung rahang. Kelainan akibat pertumbuhan

dan perkembangan dicatat, yaitu meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur,

warna dan bentuk gigi. Gigi berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya

(mesiodens, laterodens atau paramolar). Kondisi pada saat pemeriksaan perlu

dipertimbangkan apakah gigi berlebih tersebut perlu segera dicabut, menunggu

waktu yang tepat atau tidak perlu dicabut. Pada apel gigi, diberi tanda-tanda untuk

memudahkan melihat keberadaan dan perawatan gigi. Gigi yang belum erupsi

dilingkari, gigi yang sudah dicabut diberi tanda silang, gigi karies ditandai dengan

kedalamannya (superfisialis, media atau profunda), akar gigi diberi tanda juga.

Pemeriksaan karies gigi dimulai dengan membersihkan kavitas dan periksa

kedalamannya, lokasinya (superfisialis, oklusal, proksimal, serviks, dll),

vitalitasnya juga diperiksa.


Anamnese: Pasien datang dengan keluhan gigi belakang bawah kanan sakit

sudah tiga hari, terutama ketika makan. Usia pasien 5 tahun.

Gigi : V

Subjektif : Sakit, terutama waktu makan

Objektif : Karies profunda (tertutup)

Sonde : t.a.a Gas H2S (+)

Khlor etil : t.a.a Perkusi : sakit

Diagnosa : Gangren Pulpa

Terapi : Pulpektomi Non Vital

Beberapa Jenis Pemeriksaan Intra Oral

1. Probing/ Sondasi

Sisa makanan yang tinggal dalam lubang karies harus dibersihkan dengan

ekskavator. Kadang-kadang ada juga hal yang meragukan misalnya dari

permukaan oklusal terlihat karies kecil, tetapi dengan pemeriksaan dengan sonde

dapat dirasakan kariesnya sudah dalam. Pemeriksaan dengan sonde harus

dilakukan tanpa tekanan. Guna pemeriksaan dengan sonde untuk mengetahui :

 Ada karies atau tidak

Bila akan memeriksa adanya karies, sonde digoreskan pada gigi, bila sonde

tersangkut berarti ada karies.

 Kedalaman karies

Karies superfisialis (karies email) yaitu karies yang belum sampai dentin baru

sampai dentino enamel junction. Karies superfisialis tidak memberi keluhan,

kecuali bila sudah sampai dentino enamel junction, karena di situ terdapat serat

Tomes. Karies media (karies dentin) yaitu karies sudah di dalam dentin tetapi
masih jauh dari pulpa, kira-kira ½ tebal dentin. Karies profunda yaitu karies yang

sudah dekat pulpa, atap pulpanya sudah tipis sekali atau malahan pulpa sudah

terbuka.

 Ada reaksi dari pulpa atau tidak

Sonde digoreskan pada dasar kavita tanpa tekanan, harus hati-hati jangan

sampai terjadi perforasi. Bila ada keluhan sakit berarti gigi vital. Bila tidak ada

keluhan sama sekali berarti non vital.

 Ada perforasi atau tidak

Bila dilakukan sondasi dan sonde masuk ke dalam ruang pulpa berarti sudah

perforasi.

2. Tes Mobiltas

Tes mobilitas ialah pemeriksaan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral

(menggoyangkan gigi). Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi

terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi

periodontium; makin besar gerakannya, makin buruk status periodontalnya.

Cara melakukan tes mobilitas yaitu lakukan penekanan pada gigi yang akan

diperiksa dengan jari, pinset atau tangkai dua instrumen ke arah lateral. Bila gigi

tersebut goyang, kita tentukan derajat kegoyangannya. Ada 4 (empat) macam

derajat kegoyangan gigi :

a. Derajat 1 : bila penderita merasakan kegoyangan gigi, tetapi pemeriksa

tidak melihat adanya kegoyangan.

b. Derajat 2 : gigi terasa goyang dan terlihat goyang.

c. Derajat 3 : kegoyangan gigi ke arah horisontal oleh lidah

d. Derajat 4 : kegoyangan ke arah vertikal dan horisontal oleh lidah.


3. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba. Guna pemeriksaan dengan

palpasi adalah:

a. Mengetahui akut dan kronis, misalnya infeksi pada kelenjar submandibula.

Pada yang akut, saat palpasi akan terasa sakit, sedang yang kronis tidak terasa

sakit tetapi terasa seperti ada biji.

b. Mengetahui suhu di daerah yang sakit misalnya pada abses, suhu jaringan

setempat terasa panas.

c. Mengetahui keras lunaknya suatu pembengkakan misalnya pada abses yang

sudah matang, pada palpasi terasa lunak.

d. Mengetahui lokasi pembengkakan.

e. Mengetahui adanya fraktur, misalnya fraktur tulang alveolar

Cara pemeriksaan dengan palpasi :

 Pada abses : jari telunjuk kanan diletakkan perlahan-lahan pada daerah

pembengkakan dengan sedikit tekanan.

 Pada pemeriksaan kelenjar limfe, kepala pasien ditundukkan, ibu jari

bertumpu pada pipi. Kemudian kelenjar limfe diraba dari bawah korpus

mandibula dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking

dengan gerakan memutar secara perlahan-lahan tanpa tekanan. Bila infeksi

terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut pada periodontium, palpasi tidak

merupakan saran diagnostik.

4. Perkusi

Uji ini dapat digunakan untuk menentukan adanya peradangan pada jaringan

penyangga gigi. Gigi diberi ketukan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari
dengan intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan

tangkai instrument, untuk menentukan apakah gigi terasa sakit. Suatu respon

sensitif yang berbeda dari gigi di sebelahnya, biasanya menunjukkan adanya

periodontitis. Walaupun perkusi adalah suatu cara sederhana menguji, tetapi dapat

menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal. Untuk menghilangkan bias pada

pasien, harus diubah rentetan gigi yang diperkusi pada tes yang berturut-turut.

Sering juga, arah ketukan harus diubah dari permukaan vertikal-oklusal ke

permukaan bukal atau lingual mahkota dan masing-masing bonjol dipukul dengan

urutan yang berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan kepada pasien

mengenai rasa sakit gigi tertentu, pemeriksa akan memperoleh suatu respon yang

lebih benar, bila pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien,

refleks respon rasa sakit, atau bahkan suatu respon yang tidak diucapkan. Jangan

melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien.Masalah ini dapat

dihindari dengan melakukan tekanan ringan pada beberapa gigi sebelum

melakukan perkusi.Perkusi digunakan bersama-sama dengan tes periodontal lain,

yaitu palpasi, mobilitas dan tekanan. Tes ini membantu menguatkan adanya

periodontitis.

Gambar 9. Cara melakukan perkusi


5. Tes Vitalitas

Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya gigi

dengan keadaan :

- Sesudah mengalami trauma

- Perubahan warna

- Kavitas yang dalam/penyebab abses

- Gigi penyebab kista atau pembengkakan lain

Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

a. Test sonde

b. Test termal

Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk rnenentukan

sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya merupakan tes

sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan diagnostik yang

berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa

memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal

terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal

yang memerlukan perawatan endodontik.

Perbedaan diagnostik lain terdapat antara tes panas dan dingin. Bila timbul

respon terhadap dingin, pasien dengan cepat dapat menunjukkan gigi yang merasa

sakit. Respon panas, yang dirasakan oleh pasien dapat terbatas atau menyebar

(difus), dan kadang- kadang dirasakan di tempat lain. Hasil tes termis harus

berkorelasi dengan hasil tes lainnya untuk menjamin keabsahan. Cara

pemeriksaan Termis: Pada pemeriksaan dengan termis dingin maupun


pemeriksaan dengan termis panas, yang harus dilakukan adalah gigi dibersihkan

dari sisa-sisa makanan dan dikeringkan.

 Cara pemeriksaan dengan termis dingin

Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan, ambil kapas kecil dengan pinset,

kemudian semprotkan klor etil pada kapas tersebut. Sesudah berbuih (kristal

putih), kapas tersebut diletakkan pada dasar kavita gigi. Bisa juga digunakan air es

sebagai pengganti klor etil.

 Cara pemeriksaan dengan termis panas

Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan cara yang berbeda-beda yang

menghasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan dites diisolasi

dan dikeringkan, kemudian udara hangat dari semprotan angin/chip blower

dikenakan pada permukaan gigi dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan

temperatur yang lebih tinggi untuk mendapatkan suatu respon, harus digunakan

air panas, burnisher panas, gutta percha panas atau instrumen yang dapat

menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda

padat, seperti gutta percha panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga

okluso-bukal mahkota. Bila tidak timbul respon, bahan dapat dipindahkan ke

bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan serviks gigi. Bila timbul suatu

respon, benda panas harus segera diambil. Harus dijaga untuk tidak menggunakan

panas yang berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada gigi.

Dari pemeriksaan dengan termis dapat diperoleh diagnosis sementara,

misalnya :

1. Pemeriksaan dengan termis dingin positif, berarti gigi tersebut vital, berarti

gigi tersebut dapat didiagnosis sementara :


 Iritasi Pulpa

 Hiperemi Pulpa

 Pulpitis Partialis Akut/ Pulpitis Totalis Akut

 Pulpitis Kronis

2. Pemeriksaan dengan termis panas positif, berarti gigi tersebut dapat

didiagnosis sementara :

 Pulpitis

 Nekrosis

 Abses

c. Test elektrik dengan dento test

Untuk melakukan tes vitalitas dari gigi digunakan alat yang disebut

vitalitester. Melakukan tes pada pulpa gigi dengan menggunakan listrik lebih

cermat dari pada beberapa tes yang digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa.

Tujuannya adalah untuk merangsang respon pulpa dengan menggunakan arus

listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif merupakan suatu

indikasi vitalitas dan membantu dalam menentukan normal atau tidak normalnya

pulpa tersebut. Tidak adanya respon terhadap stimulus listrik dapat merupakan

indikasi adanya nekrosis pulpa.

Cara menggunakan vitalitester adalah gigi yang akan diperiksa dibersihkan

dan dikeringkan, jangan lupa memberi penjelasan kepada pasien untuk

mengurangi kecemasan dan dapat menghapuskan suatu respon yang menyimpang.

Mula-mula yang diperiksa gigi yang sehat, kemudian baru pada gigi yang sakit.

Ujung vitalitester diolesi dengan pasta gigi. Waktu mengetes mengambil daerah

1/3 dari insisal (oklusobukal atau insisolabial) dan pada daerah email yang baik,
tidak boleh melakukan tes langsung pada tumpatan amalgam atau dentin yang

terbuka, sebab akan memberikan reaksi yang tidak benar. Pada servikal juga lebih

sensitif. Putar reostat perlahan-lahan untuk memasukkan arus minimal ke dalam

gigi, dan menaikkan arus perlahan-lahan. Angka di mana gigi yang sehat bereaksi

disebut irritation point. Kemudian ujung vitalitester diletakkan pada gigi yang

sakit.

Misalnya :

- Pada hiperemi pulpa, gigi akan bereaksi sebelum irritation point

- Pada pulpitis kronis, gigi bereaksi setelah melewati irritation point

- Pada gigi nonvital gigi tidak memberikan reaksi

Untuk mengetes vitalitas gigi tidak dapat hanya tergantung pada tes pulpa

listrik saja, hasilnya harus dibandingkan dengan hasil tes lainnya, seperti tes

termis dingin atau pengujian kavitas. Kadang-kadang hasil tes pulpa listrik

menyesatkan. Misalnya, suatu respon positif palsu dapat timbul bila dijumpai

pulpa gangren basah di dalam saluran akar. Keadaan lain yang dapat

membingungkan yaitu pada gigi berakar banyak yang sebagian pulpanya nekrotik

dengan beberapa serabut saraf masih vital dalam salah satu saluran akarnya.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi respon adalah :

 Gigi dengan restorasi dan suatu bahan dasar proteksi pulpa yang luas

 Gigi yang belum lama mengalami trauma

 Gigi yang belum lama erupsi dengan pembentukan akar yang belum

sempurna

 Obat-obat sedatif yang digunakan pasien

 Pasien dengan ambang rasa sakit yang luar biasa tinggi


Pengujian pulpa dengan listrik tidak dilakukan pada gigi-gigi dengan restorasi

yang tertutup penuh, sebab suatu stimulus listrik tidak dapat melalui bagian

mahkota yang tertutup oleh akrilik, keramik atau logam, tanpa distorsi. Gigi-gigi

ini dapat diuji vitalitasnya dengan menggunakan suatu pengujian kavitas, tetapi

tes semacam ini hanya dapat dilakukan pada keadaan terbatas, karena memerlukan

preparasi kavitas pada permukaan oklusal mahkota.

Gambar 10. Tes Vitalitas

d. Test preparasi

Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas pulpa. Tes ini

dilakukan bila cara diagnosis lain telah gagal. Tes kavitas dilakukan dengan

mengebor melalui pertemuan email dentin gigi tanpa anestesi. Pengeboran

dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atau

nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa. Bila

tidak dirasakan sakit, preparasi kavitas boleh dilanjutkan sampai kamar pulpa

dicapai.Bila seluruh pulpa nekrotik, dapat dilanjutkan perawatan endodontik tanpa

rasa sakit dan pada banyak kasus tanpa anestesi.

6. Tes anestetik

Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu dites, bila

tes yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan seseorang


mengidentitikasi gigi. Tujuannya adalah untuk menganestesi gigi tunggal

berturut-turut sampai rasa sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.

Cara melakukan Tes Anestetik :

Menggunakan injeksi infiltrasi, lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang

pada daerah yang dicurigai sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa sakitnya tetap

ada setelah gigi dianestesi penuh, lakukan anestesi gigi di sebelah mesialnya, dan

lanjutkan melakukan demikian sampai sakitnya hilang. Bila sumber rasa sakit

tidak dapat ditentukan, baik pada gigi rahang atas atau rahang bawah, harus

diberikan suatu injeksi blok mandibular. Tes ini jelas merupakan suatu usaha yang

terakhir dan mempunyai keuntungan dibandingkan tes kavitas, karena selama tes

kavitas dapat terjadi kerusakan iatrogenik.

 Pemeriksaan Tambahan

1. Ronsen Foto

Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen foto antara lain:

a. Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering dijumpai

bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak sempurna (pada gigi

sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi tetap kontak titik). Oleh

karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya dilakukan

pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak terlihat

dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.

b. Melihat pertumbuhan dan posisi benih gigi sulung/tetap.

c. Melihat resobsi akar gigi sulung, ini berhubungan dengan perawatan saluran

akar.
2. Pemeriksaan Bakteri

Dilakukan untuk mengetahui :

a. Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.

b. Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang tepat.

c. Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap nonvital.

3. Biopsi

Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker

atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim kebagian

patologi anatomi.

4. Studi Model

Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk :

 Menjelaskan kepada orang tua tentang rencana perawatan yang akan

dilakukan (terutama berhubungan dengan perawatan orto).

 Sebagai dokumentasi

 Mengetahui dan menganalisa oklusi secara tepat.

III. DIAGNOSA

A. Mengumpulkan Data Melalui Anamnesa

Pada pemeriksaan pasien anak, mengumpulkan data ini merupakan

pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam

mulutpasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan memakai alat/bahan

yang diperlukan.

B. Mengumpulkan Data Melalui Pemeriksaan Klinis

C. Pemeriksaan Tambahan
Hanyadilakukan pada kasus tertentu dan apabila diperlukan.

D. Evaluasi Data

Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah terkumpul

dievaluasi secara teliti. Tidak jarang orang tua memberikan keterangan yang

kurang jelas dan lengkap tentang keluhan anaknya sehingga informasi yang

diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis. Sehingga dokter

gigi perlu menanyakan keterangan lain, misalnya merujuk ke dokter anak. Pada

pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan subjektif, semua yang

dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang dideritanya

E. Penegakkan Diagnosa

Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif) dan

laboratorium/tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi) adalah

faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang

terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih

dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta

yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan dapat

dilakukan dengan tepat.

IV. RENCANA PERAWATAN

Pertimbangan sebelum memulai perawatan :

a. Urgency

Kebutuhan utama pasien yang harus ditangani terlebih dahulu.

b. Sequence
Urutan rencana perawatan untuk mencegah repetition of treatment

yang sebenarnya tidak diperlukan, mencegah pemborosanwaktu, biaya

dan tenaga.

c. Probable Result

Kemungkinan keberhasilan suatu perawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Burket, L. W., 1971, Oral Medicine, diagnosis and treatment, J.B. Lippincott

Company. Depkes R.I, 1996, Oral Diagnostic, Pusdiknakes, Jakarta.

Grossman,L.I, Oliet, S. Dan Del Rio,C.E. 1995, Endodontic Practice.

Penerjemah: Abyono, R dan Suryo,S, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Jakarta.

Haryanti, D. D., Adhani, R., Aspriyanto, D., & Dewi, I. R. (2014). Efektivitas

Menyikat Gigi Metode Horizontal , Vertical Dan Roll Terhadap Penurunan

Plak Pada Anak Usia 9-11 Tahun. Jurnal Kedokteran Gigi.

Kerr, D. A., 1974, Oral Diagnosis, The CV Mosby Company, Saint Louis

Revision, L. (2018). Policy on the Role of Dental Prophylaxis in Pediatric

Dentistry. Pediatric Dentistry, 40(6), 47–48.

Sirat, N. M. (2014). Pengaruh Aplikasi Topiksal Dengan Larutan NaF DAN SnF2

Dalam Pencegahan Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi, 2(2), 222–232.

Anda mungkin juga menyukai