Anda di halaman 1dari 2

Pencegahan gingivitis

Menurut Depkes RI. (2002), untuk mencegah terjadinya gingivitis, kita harus
berusaha agar bakteri dan plak pada permukaan gigi tidak diberi kesempatan untuk
bertambah dan harus dihilangkan, sebenarnya setiap orang mampu, tetapi untuk
melakukannya secara teratur dan berkesinambungan diperlukan kedisiplinan pribadi
masing-masing. Caranya :
1. Menjaga kebersihan mulut, yaitu : sikatlah gigi secara teratur setiap sesudah makan
dan sebelum tidur.
2. Mengatur pola makan dan menghindari makan yang merusak gigi, yaitu makanan
yang banyak gula.
3. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi, Puskesmas setiap enam bulan sekali.
Dafpus: Depkes RI 2002

Pencegahan periodontitis

Pencegahan penyakit periodontal diutamakan pada pengontrolan plak. Hal yang


termasuk kedalam pencegahan penyakit periodontal antara lain adalah cara
mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya,
serta upaya memotivasi pasien agar pasien menerapkan nasihat dan petunjuk yang
sudah diberikan oleh dokter gigi.
Dalam hal mendidik pasien, dokter gigi harus memberitahu tentang cara
pengontrolan plak secara mekanis, yaitu yang dilakukan dengan sikat gigi atau
dental floss. Sebelum mengetahui cara menyikat gigi yang baik, dokter gigi haru
memberitahu terlebih dahulu bagaimana sikat gigi yang ideal, yaitu :
 Kepala sikat gigi harus cukup kecil untuk dapat dimanipulasi dengan efektif
di daerah manapun di dalam rongga mulut. Panjang kepala sikat untuk orang
dewasa adalah 2,5 cm, dan untuk anak-anak adalah 1,5 cm.
 Bulu-bulu sikat harus mempunyai panjang yang sama sehingga dapat
berfungsi bergantian.
 Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak
jaringan lunak maupun jaringan keras.
 Sikat harus mudah dibersihkan.
 Pegangan sikat gigi harus enak dipegang dan stabil.
Setelah memberitahukan bagaimana sikat gigi yang ideal, maka dokter gigi
kemudian akan menjelaskan bagaimana cara menyikat gigi yang ideal, yaitu :
 Teknik penyikatan harus dapat membersihkan semua permukaan gigi,
khususnya daerah leher gingival dan region interdental.
 Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun jaringan
keras. Metode penyikatan vertikal dan horizontal dapat menimbulkan resesi
gingiva dan abrasi gigi.
 Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah dipelajari oleh pasien.
 Metode harus tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi-geligi dapat
disikat bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan.
Kemudian, dokter gigi juga harus memberitahukan kepada pasien frekuensi
penyikatan gigi. Secara teoritis, gigi-geligi cukup dibersihkan sehari sekali untuk
mencegah agar plak tidak menempel pada daerah yang dapat merangsang
timbulnya inflamasi gingiva. Meskipun demikian, hanya beberapa individu yang
dapat membersihkan gigi-geliginya dengan sangat baik sehingga seluruh plak
dapat dihilangkan dalam sekali penyikatan. Oleh sebab itu, frekuensi menyikat gigi
adalah minimal dua kali sehari, yaitu pagi saat setelah sarapan, dan malam sebelum
tidur.
Untuk lebih membersihkan gigi, terutama di bagian interdental yang agak sulit
dijangkau oleh sikat gigi, maka pasien dapat diajari cara pemakaian dental floss.
Awalnya, dokter gigi lah yang mempraktekkan cara pemakaian dental floss di gigi-
geligi pasien, kemudian ketika pasien telah mengerti cara menggunakannya, maka
pasien dapat mencoba menggunakan dental floss dengan diawasi oleh dokter gigi,
sehingga jika pemakaiannya sudah benar, maka pasien tersebut dapat
menggunakan dental floss di rumah.1,2

Dafpus:

1. Michael G. Newman, dkk. Caranza’s Clinical Periodontology. 10th Ed.


Missouri : Saunders Elsevier. 2006. P.371-2
2. J.D Manson. Buku Ajar Periodonti. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates. 1993.
P.105-122

Anda mungkin juga menyukai