Disusun Oleh :
I.
INFORMASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Rosita
: Melayu
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Alamat
Telepon
:-
Pekerjaan
: PNS
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUD Muhammad Hoesin Palembang dengan keluhan
gigi atas dan bawahnya goyang pada bagian depan sejak 4 bulan yang lalu, tidak terasa sakit,
pasien memiliki banyak sekali karang gigi, merasa mulutnya bau. Pasien ingin giginya
dibersihkan dan diperbaiki agar tidak goyang lagi.
Pemeriksaan Radiografi
Muka
Pipi
Bibir
Pinggiran Rahang
Kelenjar Submandibular
Palatum
Dasar mulut
Lidah
: normal
Oropharyngeal
Saliva
: normal
Kelenjar Limfe
Frenulum
: normal
Gingiva RA
: edema regio a, b, c
Gingiva RB
: edema regio d, e, f
Poket
: regio a, b, c, d, e, f
Kalkulus
: regio a, b, c, d, e, f
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan gigi yang mobiliti
RA : 16 (derajat 2) dan 14 (derajat 1).
RB :44 (derajat 1), 43,42,41,31,33 (derajat 2) dan 34 (derajat 3).
Etiologi
Etiologi lokal dari kasus ini adalah factor plak, kalkulus dan faktor fungsional yaitu maloklusi
klas 3.
Diagnosa
Berdasarkan amnanesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografis dan etiologi , maka
diagnosa dari kasus ini adalah periodontitis kronik generalis.
Prognosa
Prognosa pada pasien ini adalah Fear . Hal ini disebabkan karena sikap koperatif pasien, faktor
etiologi masi dapat diminimalisir, dan mobiliti gigi masi bisa di pertahankan.
II.
RENCANA PERAWATAN
FASE I (Etiotropik)
permanen
EVALUASI
Kontrol plak
FASE II (BEDAH)
Jika berhasil
III.
PERAWATAN
Recall at time
Maintenance
Kontrol Plak dan Scalling
Pemeriksaan klinis.
Kontrol 4 bulan
Kontrol 5 bulan
giginya.
Tindakan : kontrol plak
IV.
PEMBAHASAN
Splint merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi goyah karena suatu lesi,
trauma, atau penyakit periodontal. Prinsip dari pembuatan splint yanitu dengan mengikat
beberapa gigi menjadi satu kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan kesemua gigi yang
diikat. Perawatan mengunankan alat splint disebut splinting. Splinting tidak bisa membuat gigi
yang goyang kembali kencang, hanya dapat mengontrol mobilitas bila splint tetap terpasang pada
tempatnya. Oleh karena itu, bila splint dilepas, gigi akan goyang kembali. Hanya dengan
menghilangkan penyakitnya dan dengan proses regenerasi jaringan pendukung gigi dapat
diperoleh reduksi sesungguhnya dari mobilitas gigi.
Mobilitas gigi sebenarnya normal bila masih dalam batas tertentu misalnya sewaktu
bangun tidur yang disebabkan gigi sdikit ekstrusi akibat tidak berfungsi selama tidur. Apabila
mobilitas diluar batas fisiologis maka mobilitas tersebut telah patologis. Mobilitas patologis
disebabkan oleh inflamasi gingival dan jaringan periodontal, kebiasaan parafungsi oklusal, oklusi
premature, kehilangan tulang pendukung, gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang
dijadikan pegangan cengkraman gigi tiruan lepasan, erapi periodontal, terapi endodontik, dan
trauma dapat menyebabkan kegoyangan gigi sementara.
Pemeriksaan mobilitas dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang
bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan jari lainnya terletak pada sisi yang
berseberangan dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman. Cara lain untuk
memeriksa mobilitas adalah menempatkan jari pada permukaan fasial gigi dengan pasien
mengoklusikan gigi-geliginya.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan splint yaitu besarnya kehilangan
jaringan pendukung (jaringan periodontal), perubahan kualitas jaringan pendukung yang
disebabkan trumatik oklusi, penyakit sistemik,trauma jangka panjang karena perawatan
periodontitis dan faktor latrogenik.
Pada pembuatan pembuatan splintpun harus mempertimbangkan :
1. Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 gigi dan gigi yang di jadikan sandaran
harus kokoh
2. Estetis tidak terganggu
3. Oklusi tidak terganggu
4. Fonetik tidak teganggu
5. Tidak mengiritasi jaringan gingival
6. Mudah dibersihkan
3. Splint harus diperluas kesekitar lengkung rahang, sehingga tekanan anteroposterior dan
tekanan fasiolingual yang terjadi dapat saling dinetralkan.
4. Splint tidak boleh mengahalangi oklusi. Bila mungkin, ketidakharmonisan oklusi yang
menyeluruh harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pemasangan splint.
5. Splint tidak boleh mengiritasi pulpa
6. Splint tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, gingival, pipi, bibir dan lidah.
7. Splint harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dibersihkan. Daerah
embrasure interdental tidak boleh tertutup splint.
Tipe-Tipe Splinting
S
T
p
e
l
m
i
p
n
o
t
r
i
a
n
r
g
y
1. Splinting Sementara
Peran splint sementara adalah untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan. Splint
periodontal digunakan untuk menentukan seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi terhadap
respon perawatan, menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning, oklusal adjustment, dan
bedah periodontal,
stabilisasi pada jangka waktu lama untuk yang hilang di saat kegoyangan gigi meningkat atau
goyang pada saat melakukan pengunyahan dan digunakan pada gigi yang goyang karena trauma.
Adanya faktor estetik, serat kawat (wire ligature) sebagai splint sementara cekat sudah
jarang digunakan. Sebagai gantinya bahan komposit dengan etching. Akrilik bening juga dapat
digunakan untuk splinting sementara lepasan.
Penggunaan splint periodontal sementara juga dapat digunakan pada kondisi-kondisi
tertentu pada kasus splint permanen tidak bisa digunakan karena status ekonomi dan status
kesehatan pasien yang buruk, kasus gigi dengan prognosis yang meragukan dan prosedur splint
cekat yang rumit tidak bisa dilakukan, serta karena alasan waktu yang tidak cukup untuk
pemasangan splint permanen.
2. Splint Periodontal Semi Permanen
Indikasi splint semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang sangat berat yang
mengganggu pengunyahan dan dipergunakan sebelum dan selama terapi periodontal. Kadangkadang alat retensi ortodonsi juga dapat dianggap sebagai splint semi permanen. Untuk gigi-gigi
anterior, bahan yang sering digunakan pada splint semi permanen cekat adalah komposit resin
(light cure). Pada gigi-gigi posterior, splint semi permanen ditujukan untuk gigi-gigi goyang
berat yang harus menerima beban kunyah. Splint ini digunakan sebelum, selama dan sesudah
terapi periodontal karena prognosisnya belum pasti.
Penggunaan splint permanen pada umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal. Splint
ini hanya dapat dibuat beberapa bulan setelah terapi periodontal dan kesembuhannya sudah
sempurna serta harus memperhatikan intonasi pasien. Tujuan utamanya adalah memperoleh
fungsi kunyah yang lebih efektif, dalam hal ini tidak harus mengganti seluruh gigi geligi.
Splint permanen dapat berupa splint lepasan eksternal atau splint cekat internal. Splint
permanen lepasan eksternal ini desainnya merupakan bagian dari gigi tiruan kerangka logam.
Splint lepasan tidak boleh digunakan pada gigi-gigi goyang yang mempunyai tendensi untuk
bermigrasi, apalagi splint tersebut hanya digunakan pada malam hari. Pemakaian splin permanen
lepasan pada keadaan tidak bergigi dapat dikombinasikan dengan gigi tiruan.
Splint permanen cekat internal merupakan splint yang paling efektif dan tahan lama.
Splint ini merupakan penggabungan dari restorasi yang membentuk satu kesatuan rigid dan
direkatkan dengan penyemenan, jumlah gigi yang diperlukan untuk menstabilkan gigi goyang
tergantung pada derajat kegoyangan dan arah kegoyangan. Jumlah gigi tidak goyang yang
diikutsertakan dalam splinting, tergantung pada masing-masing konsisi penderita. Bila terdapat
kegoyangan lebih dari satu gigi dapat digunakan beberapa gigi untuk stabilisasi.
Setelah dilakukan splinting pasien diinstruksikan untuk lebih memperhatikan kebersihan
gigi dan mulutnya, terutama pada regio gigi yang displinting, karena pada regio tersebut lebih
mudah terjadi akumulasi plak dan debris. Begitupun setelah pelepasan splinting, pasien tetap
diinstruksi untuk lebih menjahga kebersihan gigi dan mulutnya, serta meminimalkan penggunaan
regio yang displinting dari fungsi pengunyahan dan pencabikan makanan.
4. Orthodontic Band Splint
Suatu temporary splint yang efektif dapat dibuat dengan menyatukan beberapa
orthodontic band biasanya tipe ini lebih banyak digunakan pada gigi posterior. Band harus
melekat erat pada gigi dan terletak di atas gingiva.
V.
KESIMPULAN
Splinting adalah suatu jenis perawatan untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi
yang goyang akibat suatu injuri atau penyakit periodontal. Pada kasus mobilitas gigi pasien
Rosita perawatan dilakukan dengan splint semi permanen.. Hasil perawatan cukup memuaskan
ditandai mobilitas yang berkurang serta OHI-S nya membaik. Hingga kini gigi tetap kami
splinting dan GTSL tetap dipasang sebagai splint tambahan.
DAFTAR PUSTAKA