Anda di halaman 1dari 5

Tes Vitalitas/Sensibilitas

Tes vitalitas atau sensibilitas merupakan bagian tes dari pemeriksaan objektif, yaitu
berupa pemeriksaan IO, yang bertujuan untuk mengetahui apakah gigi tersebut masih vital
atau tidak. Vital dapat diartikan apabila terdapat rangsangan/stimulus berupa sensori dari
eksternal, maka akan mengantar impuls tersebut ke saraf gigi.

1. Tes Termal (Panas dan Dingin)

Tes termal meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan
sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun, keduanya merupakan tes sensitivitas,
namun tes dingin dan panas berbeda dan digunakan untuk alasan diagnostik yang
berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa memperhatikan
apakah pulpa normal atau abnormal. Sedangkan, apabila gigi tersebut tidak merespon
menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis. Dan suatu respon
saat tes panas menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal.

a. Tes dingin

Tes dingin bertujuan untuk mengetahui apakah gigi tersebut vital atau tidak. Tes
dingin dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat menggunakan :

- Es batu (0o)

- Dry ice

- Udara dingin

Tes dingin menggunakan udara dingin dengan cara memberikan semprotan


udara dingin yang dikenakan langsung pada mahkota gigi yang sebelumnya
dikeringkan serta pada tepi gusi.

- Etil klorida (ethyl chloride)

Suatu cara lain yang lebih umum adalah dengan meletakkan kapas yang
dibasahi etil klorida ke permukaan gigi. Langkah awal pada tes ini yaitu gigi diisolasi
terlebih dahulu menggunakan cotton roll. Kemudian permuakaan buccal/incisal gigi
dikeringkan menggunakan cotton pellet. Lalu ethyl chloride spray diarahkan pada
cotton pellet yang dipegang dengan pinset samapi serat-serat kapas membeku. Cotton
pellet ditempelkan pada daerah servikal gigi yang telag dikeringkan sebelumnya.
Perhatikan respon atau reaksi pasien.

Rasa dingin akan menyebabkan kontraksi cairan dentin di dalam tubulus dentin yang
akan merangsang fiber A-delta sehingga menimbulkan rasa nyeri yg tajam. Apabila pasien
memberi respon keluhan nyeri yang singkat maka menandakan bahwa gigi vital. Sedangkan,
apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa apa, maka gigi tersebut non vital
atau bisa jadi terjadi nekrosis pulpa.

Gambar Tes Dingin

b. Tes panas

Tes panas bertujuan untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan pulpa atau
periapikal. Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan udara hangat. Jika diperlukan
temperatur yang lebih panas untuk mengetes uji panas dapat menggunakan air panas,
burnisher panas, gutta-perca panas, atau compound panas ataupun instrumen yang dapat
menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi.

Gutta perca panas merupakan bahan yang paling sering digunakan oleh dokter gigi
pada tes panas. Oemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan diperiksa
terlebih dahulu. Kemudian gutta perca dipanaskan diatas api. Gutta perca diaplikasikan
pada bagian bucco-oklusal gigi. Apabila tidak ada respon maka bisa dioleskan pada
sepertiga servikal bagian buccal.

Apabila timbul suatu respon, menandakan adanya gangguan pada pulpa atau
periapikal, serta Ketika timbul respon pada pasien maka benda panas harus segera
diambil. Panas yang diberikan harus dijaga agar tidak berlebihan atau memperpanjang
aplikasi panas pada gigi. Apabila tidak ada respon dari pasien maka tidak ada gangguan
pada pulapa atau periapikal.

Gambar Tes Panas

2. Tes Perkusi

Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi (Grossman,
dkk, 1995) dan apikal gigi (Barrat and Pool, 2008) dengan cara gigi diketuk. Tujuan dari
tes perkusi juga untuk mengetahui ada atau tidaknya inflamasi pada jaringan periodontal.
Terdapat dua metode perkusi, yaitu tes perkusi vertikal dan tes perkusi horizontal. Jika tes
perkusi vertikal positif, maka terdapat kelainan di daerah periapikal Jika tes perkusi
horizontal positif artinya terdapat kelainan di periodonsium (Ghom, 2007). Cara
melakukan tes perkusi:
1. Pukulan cepat dan tidak keras pada gigi. Mula-mula memakai jari dengan intensitas
yang rendah kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai suatu
instrumen (tangkai kaca mulut, tangkai sonde) untuk mengetahui apakah ada rasa
sakit pada gigi.
2. Perkusi dapat diketukkan pada bagian incisal atau oklusal pada sumbu aksial gigi
dengan tekanan ringan. Jika terasa sakit, disarankan untuk diketuk pada bagian labial
atau buccal gigi dengan tekanan ringan.
3. Sebaiknya diperkusi pada gigi sebelahnya terlebih dahulu dan kemudian diikuti
dengan tes perkusi pada gigi yang terjadi keluhan.
4. Untuk mengetahui respon yang lebih valid/benar dapat dilihat dari pergerakan tubuh
pasien, respon refleks rasa sakit, bahkan reaksi yang tidak bisa dikatakan (Ghom,
2007).
5. Apabila respon pasien meragukan, tes dapat dilakukan pada gigi normal lain atau gigi
kontral-lateralnya.

Gambar Tes Perkusi

Nilai diagnostik pada pemeriksaan perkusi adalah untuk mengetahui apakah jaringan
periapikal gigi mengalami inflamasi. Tes ini tidak menunjukkan pulpa dalam keadaan
vital atau nekrosis. Pada kasus gigi yang vital, iritasi dapat terjadi karena penempatan
restorasi dan bruxism, dimana kondisi ini menyebabkan iritasi pada ligamen periodontal.
Pada kasus gigi yang nekrosis, jaringan nekrotik yang banyak didalam gigi akan
terdorong keluar melewati foramen periapikal menuju jaringan dibawah gigi yang
menyebabkan rasa sakit (Barrat and Pool, 2008).
Perbedaan yang ada pada nyeri yang disebabkan oleh inflamasi periodonsium, besar
kemungkinan berada dalam kisaran ringan sampai moderat. Inflamasi periapikal
merupakan kasus yang mungkin terjadi jika nyeri sangat tajam dan menyebabkan respon
penolakan.

Anda mungkin juga menyukai