Amalgam
1.1. Toksisitas Amalgam
Masalah ini kembali muncul diikuti kekhawatiran baru-baru ini atas pencemaran
merkuri pada lingkungan. Pertemuan pasien dengan uap merkuri selama insersi restorasi
singkat, dan jumlah total uap merkuri yang dilepaskan selama penutupan restorasi
amalgam jauh di bawah level "tanpa efek". Perkiraan yang paling dapat diandalkan
menunjukkan bahwa merrkuri dari amalgam gigi tidak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap paparan total pasien. Penelitian telah menunjukkan bahwa besarnya
paparan uap untuk pasien dengan restorasi amalgam sebanyak 8 hingga 10 berada dalam
kisaran 1,1 hingga 4,4 µg per hari. Nilai ambang batas pekerja di industri Merkuri adalah
350 hingga 500 µm per hari, sehingga ambang batas toksisitas untuk pasien yang
menerima beberapa restorasi amalgam jauh di bawah kisaran nilai yang ditetapkan oleh
pemerintah AS untuk lingkungan kerja.
Kadar merkuri dalam darah yang diukur dalam satu penelitian menunjukkan
bahwa kadar rata-rata pada pasien dengan amalgam adalah 0,7 ng / mL dibandingkan
dengan nilai 0,3 ng / mL untuk subjek tanpa amalgam. perbedaan tersebut ditemukan
signifikan secara statistik (P < 0,01). Namun, kita harus mengetahui penelitian di Swedia
yang menunjukkan bahwa satu kali makan laut air asin per minggu akan meningkatkan
rata-rata kadar merkuri dalam darah subjek dari 2,3 menjadi 5,1 dalam ng / mL, yang
merupakan peningkatan tujuh kali lipat (2,8 ng / mL) dibandingkan dengan peningkatan
(0,4 ng / mL) pada pasien dengan tambalan amalgam. Padahal asupan normal harian
merkuri adalah 15 µm untuk makanan, 1 µm dari udara dan 0,4 dari µm air. Tidak
diragukan lagi sejumlah kecil merkuri dilepaskan selama pengunyahan namun reaksi
toksik pada pasien dari jejak merkuri yang menembus gigi atau sensitisasi garam merkuri
yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang.
Setelah preparasi, gigi harus sudah siap untuk insersi dari amalgam. Disinfektan
akan digunakan, tetapi tidak dianggap esensial. Tahap dari manipulasi amalgam
sendiri ada 7, yaitu proporsi, triturasi, kondensasi, carving, burnishing, finishing, dan
polishing.
1.2.1. Proporsi
Pada tahap ini, dokter gigi maupun asistennya akan melalukan penimbangan
air raksa dengan logam alloy. Tindakan ini bertujuan untuk menentukan rasio
amalgam yang benar. Proporsi alloy dan merkuri yang tepat sangat penting untuk
membentuk massa amalgam yang sesuai untuk ditempatkan di rongga yang telah
disiapkan.
1.2.2. Triturasi
Tahap ini bisa dilakukan baik dengan cara manual maupun mekanis.
Untuk cara manual akan digunakan lumpang dan alu, sedangkan untuk cara
mekanis akan menggunakan amalgamator. Perlu diperhatikan waktu, kecepatan
serta jenis dari alloy saat proses triturasi.
1.2.3. Kondensasi
Amalgam harus dipadatkan ke dalam rongga gigi segera setelah merkuri dan
alloy dicampur. Penundaan prosedur kondensasi memungkinkan amalgam
mengeras sebagian sebelum dipindahkan ke rongga dan membuatnya tidak
mungkin mengeluarkan merkuri secara efektif selama kondensasi. Akibatnya,
massa amalgam yang tidak terkondensasi selama beberapa waktu akan
mengandung lebih banyak merkuri daripada yang segera terkondensasi dan akan
menunjukkan kekuatan kompresi yang lebih kecil. Keterlambatan dalam
prosedur kondensasi mengurangi plastisitas campuran, dan amalgam dengan
plastisitas yang berkurang tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan dinding
rongga. Dalam restorasi besar yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menempatkan massa amalgam, kondensasi pada bagian akhir amalgam menjadi
masalah. Dalam kasus seperti itu, lebih disukai untuk membuat dua campuran
amalgam yang lebih kecil daripada satu campuran yang terlalu besar dan tidak
menggunakan amalgam jika lebih dari 3 atau 4 menit telah berlalu dari waktu
pencampuran awal.
1.2.4. Carving
Bahan amalgam yang dipilih untuk restorasi memiliki waktu setting yang
spesifik. Setelah burnishing precarve dilakukan, sisa restorasi yang dapat diakses
harus diberi kontur agar mencapai bentuk yang tepat dan, sebagai hasilnya,
berfungsi. Insersinya (kondensasi) dan carving harus terjadi sebelum bahan telah
mengeras sedemikian rupa sehingga menjadi tidak bisa dipahat.
1.2.5. Burnishing
1.2.6. Finishing
1.2.7. Polishing
Gambar 2.5 Polishing Amalgam
Sumber:
Annusavice, K.J., et al. (2013). Phillip’ Science of Dental Materials. 13th ed. St Louis: Elsevier
Sakaguchi, R., Ferracane, J., & Powers, J. (2018). Craig's Restorative Dental Materials. Mosby.
Ritter, A. V., Boushell, L.J., & Walter, R. (2019). Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. St. Louis: Elsevier