Anda di halaman 1dari 17

Karies

Definisi
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang
bersifat kronik progresif dan disebabkan aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat
diragikan. Ditandai dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya.
Akibatnya trjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan
periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.Walaupun demikian memungkinkan remineralisasi
pada stadium yang sangat dini sehingga penyakit ini dapat dicegah.

Etiologi
1. Bakteri
Orland dan keyes pernah melakukan percobaan karies pada tikus percobaan. Pertama -
tama mereka memberi tikus percobaannya diet yang sangat kariogenik namun tidak terbentuk
karies. Setelah mereka menambahkan bakteri yaitu streptococcus mutans maka setelah itu
terjadi karies yang tak terkendali.
Selanjutnya untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan karies percobaan dilanjtkan
dengan menggunakan tikus yang kandungan floranya diketahui. Hasil percobaan ini menunjukan
bahwa streptococcus mutans, beberapa strain laktobasilus, dan aktinomises ini sangat relevan
dalam menimbulkan karies.

Tiga jenis bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu:


a. Laktobasilus

Bakteri Laktobasilus
Tempat yang paling disukai bakteri laktobasilus adalah lesi dentin yang dalam.
Jumlah banyak yang ditemukan pada plak dan dentin berkaries hanya kebetulan dan
Laktobasilus hanya dianggap faktor pembantu proses karies.

b. Streptokokus

Bakteri streptococcus
Bakteri kokus Gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya
terbanyak di dalam mulut. Salah satu spesiesnya, yaitu Streptococcus mutans, lebih
asidurik dibandingkan yang lain dan dapat menurunkan pH medium hingga 4,3.
Sterptococcus mutans terutama terdapat pada populasi yang banyak mengkonsumsi
sukrosa.

c. Aktinomises

Bakteri aktinomises
Semua spesies Aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk
asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actinomyces viscosus dan A. naeslundii
mampu membentuk karies akar, fisur, dan merusak periodontonium.
Sifat kariogenik bakteri, berkaitan dengan kemampuan untuk:
● Membentuk asam dari substrat (asidogenik)
● Menghasilkan kondisi dengan pH rendah (<5)
● Bertahan hidup dan memproduksi asam terus menerus pada kondisi dengan pH yang
rendah (asidurik)
● Melekat pada permukaan licin gigi
● Menghasilkan polisakarida tak larut dalam saliva dan cairan dari makanan guna
membentuk plak.

Bakteri kariogenik ini mampu membuat asam dari karbohidrat yang diragikan. Bakteri
tersebut tumbuh subur pada pH asam dan menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat
makanan.polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa menyebabkan matriks plak
gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin, sehingga bakteri bakteri ini akan lebih mudah
melekat satu sama lain dan plak akan menebal sehingga menyulitkan fungsi saliva untuk
menetralkan plak.

2. Karbohidrat Makanan
Karbohidrat menyediakan substrat untuk sintesa asam dan polisakarida ekstrasel bagi
bakteri. Namun, tidak semua karbohidrat ini dapat menyebabkan karies. Karbohidrat kompleks
misalnya pati relatif lebih tidak kariogenik karena tidak dicerna sempurna di mulut sehingga
lebih aman, sedangkan karbohidrat sederhana seperti gula akan meresap ke dalam plak dan
dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri.
Gula yang kariogeik itu sendiri adalah jenis sukrosa.karena sintesa polisakarida ekstra
sel dari sukrosa lebih cepat dibandingkan jenis gula lainnya.dengan demikian makanan dan
minuman yang mengandung gula terutama sukrosa dapat menurunkan pH plak dengan cepat
sampai ke tahap dapat menyebabkan demineralisasi. Plak ini akan bersifat asam selama beberapa
waktu. Untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30-60 menit dalam waktu selama itu
saliva akan menetralkan pH plak dan meremineralisasi gigi.namun konsumsi gula terus menerus
secara berulang akan menahan pH plak dan menyebabkan demineralisasi.
Grafik perubahan pH pada individu bebas karies dan indvidu karies rampan

Perubahan pH itu sendiri tergantung dari individu tersebut aktif karies atau bebas karies.
pada grafik terlihat bahwa individu yang aktif karies mengalami penurunan pH plak lebih besar
dibandingkan dengan orang yang bebas karies.

3. Kerentanan Permukaan Gigi


a. Morfologi gigi
Plak mengandung bakteri yang merupakan tahap awal dari terjadinya
karies. maka terdapat Daerah gigi di mana mudah terjadi plak sangat mungkin
diserang karies.
Daerah-daerah itu adalah:
● Pit dan fisur permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan
pit palatal insisivus
● Permukaan halus daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak
● Tepi leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
● Permukaan akar yang terbuka pada pasien resesi gingiva karena penyakit
periodontium
● Tepi tumpatan/tambalan, terutama yang kurang
● Permukaan gigi dekat gigi tiruan atau jembatan.

Gambaran morfologi yang sering dianggap penyebab karies adalah fisura


oklusal yang sempit dan dalam, lekukan pipi, atau lidah. Fisura-fisura tersebut
cenderung menjadi perangkap untuk makanan dan bakteri, terutama pada dasar
fisura.

b. Lingkungan Gigi
Gigi selalu dibasahi saliva secara normal.nah Jumlah saliva, derajat
keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva
mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion kalsium (Ca) dan
fosfat (P) terlebih lagi apabila terdapat ion fluor. Saliva ini mempengaruhi pH dan
komposisi mikroorganisme dalam plak. maka Jika terjadi perubahan jumlah dan
susunan saliva, misalnya pada pasien pascaradiasi, aplasia kelenjar saliva dan
xerostomia, maka kemungkinan karies meningkat.
Kekentalannya juga diduga berpengaruh pada terjadinya karies, karena
bila saliva banyak dan encer, karies relatif lebih jarang terjadi. Dari penelitian
Van Kestern menemukan bahwa saliva mengandung beberapa substansi
antibakteri.dari penelitian Green juga melaporkan adanya faktor bakteriolitik pada
orang yang imun terhadap karies. Faktor ini aktif melawan laktobasilus dan
streptokok sehingga sel lisis. lalu Pada daerah tepi gingiva, gigi itu kan dibasahi
cairan celah gusi. Cairan celah gusi itu mengandung antibodi serum spesifik
terhadap S. mutans.
Fluor (F) sendiri dengan konsentrasi normal (410 ppm-873 ppm) pada
jaringan gigi dan lingkungannya memiliki efek antikaries. Email gigi dengan
kadar flour lebih tinggi akan resisten terhadap asam, karena tersedianya flour di
sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi demineralisasi dan
terutama remineralisasi. Kesediaan flour itu sendiri tergantung dari jumlah
makanan dan minuman yang kita konsumsi. walaupun begitu email permukaan
lebih tahan terhadap karies daripada email subpermukaan, karena kandungan
flour, seng, dan besi lebih terakumulasi daripada di subpermukaan.

c. Posisi Gigi
Gigi malaligned, posisi keluar, rotasi, atau situasi tak normal lain,
menyebabkan kesulitan pembersihan dan cenderung membuat makan dan debris
terakumulasi.

4.Waktu
Saliva memiliki kandungan kandungan tertentu yang dapat mendepositkan
kembali mineral gigi selama berlangsungnya proses karies. Kemampuan saliva untuk
meremineralisasi ini, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan
dan perbaikan yang silih berganti, sehingga bila saliva yang berada di dalam lingkungan
gigi mencukupi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau
minggu, melainkan dalam bulan atau tahun dan apabila penderita mengurangi konsumsi
gulanya dan rutin membersihkan giginya maka terdapat kemungkinan kasus karies
dininya dapat teremineralisasi oleh saliva.
Diagram hubungan etiologi
Dapat disimpulkan masing masing dari penyebab tersebut dia saling berhubungan
menyebabkan karies. Sesuai percobaan Orland dan Keyes ketika tikus dengan lingkungan
kariogenik tanpa ditambahkan bakteri tidak menyebabkan karies namun ketika ditambahkan
bakteri tadi karies dapat terjadi. dari percobaan tersebut kita mengetahui bahwa karies terjadi
bukan dari satu atau dua faktor saja.

Aplikasi amalgam
Alat
1. Amalgamator
Berfungsi dalam mencampur amalgam secara mekanis

Amalgamator
2. Kaca mulut
Karena pada kasus ini gigi 36 jadi dibutuhkan alat bantu untuk melihat keadaan
lingkungan gigi.

Kaca mulut

3. Slow speed Handpiece


Berfungsi untuk masang finishing bur dan rubber point.

Slow-speed handpiece

4. Amalgam carrier
Berfungsi dalam mengambil dan menempatkan amalgam ke cavity
Amalgam carrier

5. Amalgam condenser
Berfungsi untuk memadatkan amalgam ke dalam cavity

Condenser

6. Ball burnisher
Berfungsi untuk menghaluskan permukaan restorasi amalgam

Ball burnisher

7. Hollen back carver


Berfungsi untuk membentuk oklusal dan aproksimal anatomi pada restorasi amalgam

Hollen back carver


8. Anatomical burnisher
Berfungsi untuk menghaluskan permukaan restorasi setelah carving agar lebih rapi

Anatomical burnisher

9. Discoid-cleoid carver
Berfungsi untuk membentuk anatomi oklusal

Discoid cleoid carver

10. T ball burnisher


Berfungsi untuk menghaluskan permukaan restorasi amalgam
T ball burnisher

11. Finishing bur


Berfungsi untuk :memfiksasi kan restorasi amalgam

Finishing bur

12. Rubber point


Berfungsi dalam memoles restorasi amalgam

Rubber point

Langkah-Langkah Restorasi Amalgam


1. Pemilihan Alloy Amalgam
2. Perbandingan merkuri-alloy
3. Triturasi
4. Aplikasi matrix band
5. Pengisian amalgam
6. Kondensasi
7. Burnisher
8. Proses carving
9. Finishing
10. Polishing

1. Pemilihan Alloy Amalgam


Faktor-faktor yang dipertimbangkan saat memilih alloy untuk restorasi adalah:
● Jenis alloy
Ketika meilih alloy haruslah memilih jenis alloy sesuai indikasi
● Pasien dengan masalah psikologis atau penyakit lain
Operator perlu mengetahui terlebih dahulu apa pasien memiliki masalah
psikologis dengan bahan logam
● Pada preparasi yang luas dan besar
Pada preparasi yang luas juga kita harus memlih alloy yang memiliki estetika
lebih baik
● Pasien dengan alergi
Operator perlu mengetahui apa pasien memiliki allergi terhadap jenis bahan
logam.

2. Rasio Merkuri-Alloy
Untuk keberhasilan restorasi, rasio merkuri harus spesifik dan akurat berdasarkan
tipe alloy yang digunakan. Merkuri pada dasarnya dibutuhkan untuk membasahi pertikel
alloy sebelum bereaksi. Rasio untuk mendapatkan hasil yang terbaik ialah 1:1. Pada
umumnya, 5:8 atau 5:7.

3. Triturasi
Triturasi ialah mencampurkan partikel alloy dan mercuri, menghasilkan masa
yang homogen untuk kondensasi.
Tujuan dari Triturasi :
● Untuk mencapai masa amalgam yang diharapkan dengan waktu yang minimum.
● Meningkatkan kontak langsung antara partikel dan merkuri dengan membuang
okside dari bubuk
Alat triturasi

4. Pemakaian matrix band


Biasanya matrix band ini digunakan untuk kasus pada preparasi kelas 2 dimana
karies mencapai bagian proksimal. Matrix band pada restorasi amalgam digunakan untuk
mempermudah dokter gigi menempatkan restorasi sesuai batas normal struktur gigi.
Tempatkan matrix band pada matrix retainer. Letakkan matrix diantara titik
kontak gigi. Gunakan wedges untuk menstabilisasikannya

Matrix band

5. Pengisian amalgam
Proses pengisian amalgam dengan amalgam carrier
Langkah -langkah :
● Ambil sedikit amalgam alloy dengan bantuan amalgam carrier dan letakkan pada
gigi yang telah dipreparasi.
● Box di proksimal harus diisi sebelum mengisi permukaan oklusal dari preparasi

6. Kondensasi

Proses kondensasi

Kondensasi adalah proses memadatkan amalgam pada cavity dalam arah vertikal
dan lateral. Berbagai bentuk (segitiga, bulat, elips, trapesium, dan persegi panjang) dan
ukuran kondenser digunakan untuk kondensasi amalgam.Ujung kondenser biasanya
bergerigi
Tujuan Kondensaisi :
● Membuang kelebihan merkuri dari permukaan restorasi.
● Mengurangi jumlah dan ukuran ruang yang berlebih dari restorasi.
● Menyiapkan permukaan restorasi untuk dibentuk
● Untuk mengadaptasikan dinding dan lantai preparasi

7. Proses Burnishing
Proses burnisher

Burnishing adalah proses menekan burnisher pada amalgam yang sudah


dipadatkan agar permukaan menjadi mengkilap.proses ini dilakukan sebelum dan sesudah
carving.
Keuntungan dari burnishing:
● Meningkatkan keutuhan tepi restorasi.
● Membentuk restorasi sesuai kontur dan kurvatura gigi.
● Membantu mengurangi jumlah merkuri pada amalgam.

8. Proses Carving

Proses carving

Carving adalah proses membentuk anatomi secara oklusal dan aproksimal pada
restorasi amalgam.
Tujuan dari proses carving adalah untuk mendapatkan restorasi dengan:
● Tidak berlebih dan kurang menggantung
● Ukuran yang tepat, lokasi, dan kontak interproksimal yang bagus.
● Tepi marginal yang adekuat
● Kontur yang tepat

9. Finishing Restorasi

Proses finishing

Proses finishing amalgam mencakup pembuangan marginal yang tidak teratur,


mempertegas kontur anatomi, dan menghaluskan permukaan yang kasar dari restorasi.

10. Polishing

.
Proses polishing

Proses ini merupakan proses penghalusan kembali restorasi amalgam.Proses ini


dilakukan ketika amalgam sudah setting dengan sempurna selama 24 jam. Pada lama
waktu ini biasanya restorasi amalgam menjadi kasar dan dapat menyebabkan tanish maka
dari itu diperlukan proses pemolesan.

Referensi :
Anusavice, KJ., 2004, Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10,
Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
Craig. R.G, Powers. J.M, Wataha. J.C.,2003, Dental Material Properties And
Manipulation. 8thed. Mosby: Elsevier
Kidd, Edwina A.M, Sally Joyston-Bechal, 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai