Anda di halaman 1dari 3

Maloklusi Klas II skeletal merupakan kondisi dimana posisi maksila lebih

ke distal daripada mandibula. Dimana dapat disebabkan karena hubungan maksila


terhadap kranium prognati dan mandibula normal, hubungan maksila terhadap
kranium normal dan mandibula retrognati, serta kombinasi keduanya yaitu
hubungan maksila terhadap kranium prognati dan hubungan mandibula terhadap
kranium retrognati (Moyers, 1988). Etiologi maloklusi kelas II skeletal terdapat 3
kemungkinan yaitu :
1. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior normal.
2. Hubungan maksila terhadap kranium adalah normal, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
3. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati dan pertumbuhan
mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
Alat kombinasi Aktivator-Headgear ini yaitu hubungan maksila terhadap kranium
Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati). Dikarena
penyebab maloklusi kelas II skeletal berbeda-beda, maka perawatannya juga
berbeda-beda tergantung faktor penyebabnya. Beberapa macam alat yang sering
digunakan pada kasus maloklusi kelas II skeletal yaitu aktivator, headgear dan
kombinasi aktivator-headgear. Untuk perawatan pada pasien dengan maloklusi
kelas II skeletal yang disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula,
maka diperlukan alat ortopedik yang bisa menghambat pertumbuhan maksila ke
anterior dan merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior. Perawatan
ortopedik adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan skeletal dan fungsional
(pola aktivitas sistem otot orofasial) sehingga dapat digunakan untuk merawat
suatu maloklusi akibat ketidakseimbangan skeletal dan fungsional
Maloklusi Klas III skeletal merupakan kondisi dimana posisi maksila lebih
ke mesial daripada mandibula. Tipe pertama maloklusi Klas III skeletal yang
sebenarnya (true skeletal) menurut Angle (1990) bahwa posisi gigi molar pertama
bawah terletak lebih ke mesial daripada gigi molar pertama atas. Hal ini terjadi
karena diskrepansi skeletal yang ditandai dengan mandibula prognasi dan maksila
normal, maksila retrognasi dan mandibula normal atau kombinasi maksila
retrognasi dan mandibula prognasi. Komponen dental biasanya ditandai dengan
gigi insisivus maksila proklinasi dan gigi insisivus mandibula retroklinasi untuk
mendapatkan kompensasi dentoalveolar. Tipe kedua maloklusi Klas III, crossbite
anterior sederhana merupakan satu atau lebih gigi insisivus maksila linguoversi
tanpa adanya pergerakan mandibula ke depan atau keterlibatan komponen
skeletal. Tipe ketiga pseudo maloklusi Klas III, menurut Moyers (1982) pseudo
maloklusi Klas III merupakan hubungan rahang yang tidak tepat karena gangguan
pola refleks neuromuskular saat penutupan mandibula. Pseudo maloklusi Klas III
biasanya ditandai dengan hubungan skeletal Klas I atau Klas III ringan, gigi
insisivus maksila retroklinasi dengan posisi gigi insisivus mandibula tegak pada
tulang basal, saat relasi sentrik gigi insisivus berada pada hubungan edge to edge,
dan saat oklusi sentrik terjadi crossbite anterior. Graber et al (1997)
menghubungkan gangguan pada gigi insisivus maksila retroklinasi dan gigi
insisivus mandibula proklinasi. Selama penutupan rahang untuk mendapatkan
interkuspal maksimum, gigi insisivus maksila yang berinklinasi ke arah lingual
dan meluncur ke permukaan lingual dari gigi insisivus mandibula yang bertujuan
mencegah traumatik gigi insisivus dan membawa gigi posterior ke oklusi sentrik.
Hal ini akan menghasilkan pergeseran ke depan dari mandibula dan terjadi
crossbite anterior.

Anda mungkin juga menyukai