Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN INTRAORAL – PEMERIKSAAN GIGI

Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien
baik jaringan keras maupun lunak. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada gigi diantaranya adalah:

Perkusi

Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri terhadap pukulan
(tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic)

Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung
jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga
sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil
yang bias dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan
yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke
permukaan bukal atau horisontal-bukolingual mahkota.

Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan kelainan di
periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi
horisontal-bukolingual menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan
periodontal. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat
merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).

Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Pada gigi yang mengalami
ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi
yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan
bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada
gigi yang menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound) dibandingkan
gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul (dull sound) karena terlindungi
oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi
berakar tunggal (Miloro, 2004)

Sondasi

Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan sonde pada area
oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak. Nyeri yang diakibatkan
sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan
respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi
tersebut nonvital (Tarigan, 1994).
Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan alat berupa
probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur
kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman, dkk, 1995).

Tes mobilitas – depresibilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di sekeliling gigi,
mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan
menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua
instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek
status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat
pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam
jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan
lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan
menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan
Cohen, 1994).

Tes vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi masih bisa
dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes
jarum miller dan tes elektris.

 Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman, dkk, 1995).

 Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju
karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
o Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll maupun
rubber da
o Mengeringkan gigi yang akan dites.
o Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
o Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
o Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam yang singkat maka
menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa
maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila
aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon
negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).

 Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat dan
instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta perca
merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan
dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di
atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak
ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan
singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau
tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
 Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang
digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak
merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
 Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes kavitas.
Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar.
Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah
nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton dan Torabinejad,
2008).
 Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini
dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan
menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta
gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak
boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat
pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi
dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi,
karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini
terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan
jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai
habis (Grossman, dkk, 1995).

PEMERIKSAAN EKSTRAORAL – NEUROMUSKULER

Pemeriksaan otot-otot mastikasi untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik palpasi
yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi (pengunyahan).

Palpasi Otot/musculus :

Palpasi masseter:

 dilakukan secara bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) di bagian intraoral.
 Jari diletakkan di kedua pipi dekat ramus mandibular lalu pasien diminta untuk melakukan
gerakan mengunyah

Palpasi temporalis: langsung pada region temporal dan meminta pasien untuk mengoklusikan gigi
geliginya

Palpasi pterygoid lateral: dengan menempatkan jari sedikit di belakang tuberositas maksila, pasien
diminta untuk memajukkan dagu.
Palpasi pterygoid medial: palpasi secara intraoral pada bagian lingual pada ramus mandibular

Pemeriksaan nervus trigeminus

 Sensasi sentuhan ringan (dengan kapas)


 Nyeri (dengan tusuk jarum)
 Refleks kornea (sentuh kornea dengan gumpalan kapas)
 Membuka dan menutup mulut

Temuan abnormal meliputi: facial anaesthesia (kehilangan sensori), hypoaesthesia (sensori berkurang),
dysaesthesia atau paraesthesia (sensasi abnormal), reflex abnormal, otot pengunyahan lemah.

Pemeriksaan nervus fasialis

Pemeriksaan nervus fasialis bisa dilakukan dengan cara:

 Pasien diminta untuk menutup mata dan bibirnya dengan rapat -> kekuatan untuk menutup mata
dan bibir dapat dirasakan dengan mencoba membukanya secara manual
 Pasien diminta untuk menunjukkan giginya
 Pasien diminta untuk melihat ke atas, mengangkat alis dan mengerutkan dahi
 Pasien diminta untuk bersiul
 Cek hiposalivasi dan sensasi rasa

Temuan abnormal meliputi: kelemahan fasial kontralateral, kelemahan fasial ipsilateral, salivasi dan
indra perasa terganggu, Bell’s palsy

ORAL PHYSIOTHERAPY

Beberapa istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan metode yang dilakukan pasien untuk
menghilangkan plak antara lain home care, oral hygiene, oral physiotherapy, personal oral hygiene,
dan personal plaque control.

Ada perbedaan dalam menjaga kebersihan mulut yang dilakukan personal (dilakukan oleh pasien) dan
professional debridement (dilakukan oleh dokter gigi). Sebagian besar penyakit periodontal dapat
dicegah. Seperti penyakit kronis lainnya, perilaku atau gaya hidup memegang peranan penting dalam
pathogenesis periodontitis. Beberapa faktor resiko yang terlibat dalam penyakit periodontal diantaranya
flora subgingiva, predisposisi faktor genetik, stress, dan penyakit sistemik. Beberapa faktor resiko
seperti faktor genetik tidak dapat diatasi. Sedangkan perawatan dapat dilakukan pada penyakit
periodontal akibat rendahnya faktor kebersihan mulut.

Dasar Pemikiran Biologik untuk Kontrol Plak Personal

Kontrol plak adalah salah satu variabel yang menentukan status periodontal seseorang, dan merupakan
variabel yang dapat dimodifikasi. Plak dapat berada di supragingiva atau subgingiva, dan dapat bersifat
adherent atau nonadherent ke jaringan atau gigi. Komposisi mikrobial plak berbeda di setiap individu
dan di tiap daerah dalam rongga mulut. Plak supragingiva adalah agen penyebab gingivitis. Sebuah
eksperimen pada 1960 dilakukan, dimana terdapat suatu kelompok studi dengan faktor oral hygiene
yang diabaikan. Hasilnya, pada subjek penelitian terbentuk plak supragingiva dan gingivitis
berkembang dalam 2 sampai 3 minggu. Ketika kebersihan mulut pasien dijaga, kondisi gingiva kembali
membaik. Hal ini membuktikan bahwa plak supragingiva merupakan agen penyebab gingivitis.

Keberadaan flora sebagai penyebab gingivitis belum spesifik. Ketika plak menumpuk dan menjadi
lebih tebal, komposisi flora dalam rongga mulut berubah dari gram positif menjadi flora anaerob gram
negatif. Perubahan ini ditandai dengan pembengkakan ringan dari margin gingiva yang membawa
bakteri anaerob ke daerah subgingiva. Kemudian, peradangan ini menghasilkan eksudat kaya protein
yang membutuhkan organisme asaccharolytic sebagai sumber energi dan karbon. Akumulasi plak
supragingiva terbukti berpengaruh terhadap komposisi mikrobiota subgingiva, khususnya pada saat
probing pada poket yang kurang dari 6mm. Plak akan terbentuk lebih cepat pada gingiva yang
terinflamasi, karena eksudat radang pada gingivitis lebih kondusif dalam menyokong pertumbuhan
bakteri patogen periodontal. Kontrol plak telah terbukti dapat mengurangi inflamasi, bahkan pada
daerah subgingiva yang belum dilakukan debridement.

Meskipun tidak semua kasus gingivitis berlanjut menjadi periodontitis, gingivitis merupakan langkah
awal sebelum terjadi periodontitis. Dalam sebuah studi pada orang yang gemar minum teh dan tidak
menjaga kebersihan mulut di Sri Lanka, angka kejadian periodontitis adalah 89% dari subjek penelitian
dengan gingivitis kronis. Karena gingivitis dapat dicegah dengan perawatan dari dokter gigi dan
individu sendiri, maka sama halnya dengan periodontitis yang juga dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan mulut yang rutin.

Beberapa studi telah mempelajari efek dari kontrol plak yang tidak adekuat dalam tindakan terapeutik,
menyatakan bahwa terapi periodontal tidak ada hubungannya dengan perawatan di rumah yang tidak
adekuat. Kenyataannya, studi dari beberapa teknik bedah periodontal menunjukkan bahwa faktor
terpenting yang menentukan peningkatan status periodontal bukanlah tipe bedah yang digunakan, tetapi
tingkat kontrol plak pasien dan kemauan pasien dalam memelihara periodontalnya.

Hubungan antara kebersihan mulut dan perkembangan suatu penyakit merefleksikan hubungan yang
kompleks dari faktor resiko eksogen dan host. Menentukan faktor resiko akan memudahkan dokter gigi
dalam memperkirakan individu yang beresiko tinggi, sehingga dapat ditangani dengan perawatan yang
tepat. Meskipun plak supragingival merupakan faktor yang penting, terdapat juga beberapa faktor-
faktor resiko lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit peridontal.

Aplikasi Klinis

Setiap orang memiliki status periodontal yang berbeda, contohnya pada perokok atau pasien dengan
diabetes mellitus. Oleh karena itu, diperlukan kontrol plak yang tepat dan memulai perawatan di rumah
(home care) untuk mendapatkan kesehatan periodontal yang lebih baik.

Teknik Perawatan di Rumah (Home Care)

Menjaga kebersihan mulut bertujuan untuk mendestruksi biofilm secara fisika dan kimia secara
kontinyu.

1. Sikat Gigi
Sikat gigi merupakan teknik menjaga kebersihan mulut yang paling dasar.

a. Sikat gigi manual


Bulu sikat gigi yang membulat terbukti lebih baik daripada ujung bulu yang tajam karena
rendahnya resiko merusak gingiva dan gigi. Sebuah studi menjelaskan bahwa penggantian sikat
gigi setiap 2 minggu berpengaruh terhadap pembersihan plak. Namun, terdapat juga studi yang
melaporkan bahwa bulu sikat yang digunakan selama 3 bulan masih seperti yang baru dan tidak
berpengaruh terhadap pembersihan plak.

1) Teknik sikat gigi manual

Teknik sikat gigi yang berdasarkan tipe gerakan yang digunakan :

a) Teknik Bass
Bulu sikat diarahkan 45 derajat terhadap margin gingiva dan masuk dengan lembut
kedalam sulkus, lalu digetarkan pendek-pendek. Bulu sikat dimasukkan ke dalam sulkus
untuk mengangkat plak subgingiva (dimasukan kira-kira 1mm).
b) Teknik Charter
Bulu sikat diarahkan tegak lurus terhadap sumbu gigi, dimasukkan ke embrasure
interproksimal dengan lembut sehingga bulu sikat melengkung pada permukaan oklusal
gigi. Sisi bulu sikat biasanya bersandar pada permukaan gingiva. Teknik charter baik
digunakan untuk memijat gingiva dan pada kasus periodontitis lanjut dengan embrasure
interdental yang terbuka, dan pasien paska operasi.

c) Teknik Roll
Bulu sikat ditempatkan seperti teknik bass, tetapi bulu sikat bukan digetarkan, melainkan
kepala sikat diputar sehingga bulu sikat berada pada permukaan oklusal dengan gerakan
memutar.

d) Teknik Stillman modifikasi


Mirip dengan teknik roll, namun ujung bulu sikat diletakkan masuk kedalam sulkus dan
diatas marginal margin sebelum dilakukan gerakan memutar.

2. Sikat gigi elektromekanik


Sikat gigi elektromekanik generasi baru terlihat lebih efektif dalam pembersihan plak
dibandingkan dengan sikat gigi manual, khususnya pada area interproksimal. Penggunaan sikat
gigi elektromagnetik tidak menyebabkan terjadinya abrasi atau resesi jika digunakkan dengan
aturan yang benar. Sikat gigi elektromagnetik tidak dibutuhkan oleh semua pasien, karena banyak
pasien dapat menjaga kebersihan mulut yang adekuat dengan sikat gigi manual yang
dikombinasikan dengan dental floss atau alat pembersihan interdental lainnya. Sikat gigi
elektromekanik ini dianjurkan untuk pasien yang membutuhkan pembersihan plak yang ekstra.

3. Alat pembersih interdental


Embrasure interdental merupakan daerah dengan akumulasi plak yang sulit dibersihkan. Sikat
gigi manual kurang berperan dalam pembersihan plak interdental dan gingivitis. Pilihan alat
tergantung dari besarnya daerah dan bentuk dari embrasure interdental serta kondisi jaringan
lunak disekitar gigi.

a) Dental floss
Dental floss merupakan alat pembersih interdental yang paling sering digunakan. Panjang
dental floss kira kira 12-15 inci lalu dililitkan pada jari dengan gerakan flossing yang
berulang-ulang dari atas ke bawah sehingga plak dapat dibersihkan. Selain untuk
membersihkan plak atau sisa makanan, flossing juga dapat menunjukkan bagian kontak gigi
yang terbuka dan membutuhkan restorasi. Sehingga penting dijelaskan kepada pasien bahwa
tujuan dari flossing bukanlah untuk membersihkan sisa makanan, tetapi untuk melihat
hubungan dari permukaan interproximal dari setiap gigi.

Floss terbagi dua menjadi floss threader dan superfloss. Floss threader digunakan pada gigi
tiruan cekat, dimana floss tidak dapat lewat di bagian kontak interdental karena tertutup. Floss
threader digunakan untuk membersihkan daerah dibawah bridge. Alat alternatif dari floss
threader adalah superfloss, merupakan tipe floss yang menggabungkan bahan plastik rigid
yang dapat digunakan dibawah gigi tiruan cekat. Superfloss lebih mudah digunakan daripada
floss threader. Bagian yang rigid masuk ke dalam ruang embrasure antara retainer dan pontik
dan dapat ditarik melewati bagian lingual. Bagian yang berongga digunakan dengan gerakan
dari apikal ke koronal di daerah interproksimal dari gigi abutment.

1) Floss holders
Merupakan tangkai plastik untuk memegang benang yang berfungsi sebagai pengganti jari.
Berguna khususnya untuk pasien dengan manual dexterity. Benang digerakkan seperti
gergaji, dilewatkan dibagian kontak interdental dan sekali melewati kontak, benang ditarik
berlawanan di bagian interproksimal gigi dan digerakan dari apikal ke koronal.
2) Automated interdental cleaners
Merk yang dijual : The Braun Interclean

3) Tusuk gigi
Tusuk gigi merupakan alat yang digunakan untuk bagian interproksimal dengan beberapa
desain yaitu bulat, rata, dan segitiga. Tusuk gigi baik digunakan pada bagian interdental
papil yang mengalami resesi ringan. Tusuk gigi triangular merupakan alat yang efektif,
namun agak sulit digunakan pada regio posterior karena desain triangular harus melewati
jarak embrasure pada sudut tertentu.

4) Sikat interdental
Kepala sikat interdental berbentuk konus atau silindris, sangat baik digunakan pada daerah
embrasure yang terbuka dengan papila yang pendek dimana sikat dapat masuk tanpa
menyebabkan trauma disekitar papil. Banyak studi mengemukakan bahwa sikat interdental
lebih baik dibanding tusuk gigi untuk daerah embrasure terbuka.

Frekuensi Pembersihan Plak

Beberapa studi menunjukkan bahwa pembersihan plak yang dilakukan setiap 48 jam sangat efektif
untuk mencegah terjadinya gingivitis. Namun jika terjadi peradangan pada gingiva, plak akan lebih
banyak terdapat di daerah yang meradang dibanding daerah yang tidak meradang. Sehingga, durasi dan
pembersihan plak yang seksama lebih berpengaruh daripada frekuensinya.

Kontrol Plak dengan Bahan Kimia

Bahan kimia dapat menghambat pembentukan kalkulus supragingiva. Kalkulus supragingiva


menggambarkan plak gigi yang termineralisasi, dan permukaannya dilapisi lapisan plak yang tidak
termineralisasi. Kalkulus supragingiva tersusun dari kalsium yang mengandung mineral, termasuk
brushite, octacalcium phosphate, hydroxyapatite dan whitelocke. Bahan kimia anti kalkulus bertujuan
untuk mengurangi pembentukan kalkulus melalui adhesi pada kristal kalkulus yang sedang
berkembang, sehingga menghambat pembentukan kristal yang lebih jauh. Pyrophosphate dibuktikan
dapat digunakan sebagai agen anti kalkulus. Pasta gigi yang mengandung 2% zinc chloride dapat
mengurangi pembentukan kalkulus secara signifikan.

Irigasi di Rumah sebagai Perawatan Penyakit Periodontal

1. Irigasi supragingiva dan gingivitis

Irigasi supragingiva digunakan untuk menghilangkan plak supragingiva yang berperan sebagai
penyebab gingivitis. Dilaporkan aliran air intermitten lebih baik dibanding aliran air yang kontinu.
Aliran air yang kontinu dibuktikan dapat menekan jaringan dan mencegah drainase sulkular,
sebaliknya aliran air yang intermiten hanya menekan jaringan secara intermiten, sehingga dapat
membersihkan bakteri pada fase dekompresi. Efek efek kilinis yang terjadi dimungkinkan karena
hancurnya lapisan biofilm, dan pembersihan mediator-mediator inflamasi.

2. Irigasi subgingiva dan periodontitis

Beberapa bahan untuk irigasi subgingiva dalam perawatan periodontitis yaitu stannous fluoride,
tetrasiklin, dan bermacam obat kumur antiseptik. Beberapa diantaranya telah dibuktikan lebih baik
dibandingkan irigasi menggunakan air. Banyak studi menyatakan bahwa irigasi di rumah dapat
mengurangi mediator inflamasi. Irigasi subgingiva dengan air pada pasien dengan periodontitis
kronis menghasilkan keadaan periodontal yang lebih baik dan mengurangi mediator inflamasi pada
cairan krevikular, seperti interleukin-1, spesies reaktif oksigen, dan prostaglandin E2.
Irigasi dan Implan

Beberapa studi menjelaskan bahwa irigasi yang dilakukan pada daerah periimplan dengan
menggunakan clorhexidine 0,06% atau dengan clorhexidine 0,12% akan menghasilkan daerah mukosa
periimplan yang tidak meradang bila dibandingkan dengan daerah periimplan yang tidak diirigasi.

Aplikasi Klinis

Menurut suatu studi, irigasi yang dilakukan secara signifikan dapat mengurangi inflamasi gingiva dan
plak pada pasien ortodontik. Namun, pada daerah paska bedah, irigasi sebaiknya dilakukan setelah 1
bulan kemudian.

Agen untuk Hipersensitivitas dan Karies Akar

Karies akar merupakan komplikasi dari penyakit periodontal yang terjadi karena beberapa faktor,
antara lain; host, karbohidrat yang terfermentasi, dan mikroflora. Adanya salah satu atau lebih faktor
diatas dapat meningkatkan resiko berkembangnya lesi karies akar. Karies akar dapat dihambat dengan
cara perawatan dirumah yang cermat dan aplikasi fluoride. Pengggunaan fluoride menjadi tidak efektif
jika pasien tidak menjaga kebersihan mulut dengan baik. Plak pada karies akar dibagian bukal lebih
mudah dibersihkan dibandingkan daerah distal.

Diet yang benar dan mengurangi konsumsi karbohidrat juga dapat mengurangi terjadinya karies akar.
Selama proses penghalusan akar, riwayat karies akar pada pasien akan membuat praktisi memodifikasi
rencana perawatannya. Prosedur bedah yang dapat menyebababkan eksposur permukaan akar harus
dihindari. Perlunya kecermatan dalam pemberian fluoride pada bagian permukaan akar gigi yang baru
terekspos saat penyembuhan paska bedah.

Hipersensitivitas Dentin

Dentin yang hipersensitif merupakan suatu keadaan dimana permukaan akar yang terekspos menjadi
sensitif terhadap rangsang taktil, termal dan kimia. Keadaan ini banyak terjadi pada permukaan bukal
dan pada orang dengan tingkat kebersihan yang tinggi. Abrasi dapat terjadi akibat trauma penyikatan
gigi dan bedah periodontal resektif. Beberapa bahan dapat digunakan untuk mengurangi sensitivitas,
seperti pasta gigi yang menutup tubuli dentin terbuka. Bahan yang digunakan antara lain strontium
chloride, potassium nitrate, potassium citrate, formaldehyde, dan varian flouride.

Instruksi Kebersihan Mulut dan Heath Promotion

Instruksi untuk menjaga kebersihan mulut atau health promotion dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada sekelompok orang berdasarkan usaha dari masing-masing individu. Beberapa metode
dari instruksi menjaga kebersihan mulut yaitu instruksi one-on-one dan pendekatan instruksi
perorangan lainnya. Bagaimanapun juga, pembersihan plak harus dilakukan dalam praktek kedokteran
gigi. Program-program yang dilakukan harus dengan pendekatan yang berbeda mengingat perilaku
pasien yang bervariasi.

Kemauan dan Motivasi Pasien

Ketaatan pasien didasarkan pada tingkat kemauan pasien dalam menjaga gaya hidupnya dan mengikuti
saran dokter gigi. Pasien yang memiliki hubungan terapeutik yang baik dengan paraktisinya memiliki
prognosis yang lebih baik dalam perawatan masalah kesehatan gigi dan mulutnya.

1. Tingkat Prevensi

a. Primer

Strategi promosi dan perlindungan kesehatan yang bertujuan agar pasien dapat meningkatkan
kesehatannya.
b. Sekunder

Prevensi dengan tujuan diagnosis dan perawatan pada tahap awal. Misalnya perawatan pada
tahap awal gingivitis dan periodontitis.

c. Tersier

Prevensi tersier fokus pada pembatasaan disabilitas dan peningkatan rehabilitasi. Contohnya pada
bedah periodontal ekstensif dan bedah implan untuk memperbaiki gigi yang hilang dan mengatasi
penyakit periodontal.

2. Penyakit Kronis

Mencegah penyakit kronis lebih mudah dan tidak memakan biaya dibanding mengobatinya. Banyak
penyakit gigi dan mulut dapat dicegah dengan mudah dengan prosedur home care (perawatan
dirumah). Faktor resiko penyakit periodontal banyak berkaitan dengan perilaku pasien atau
psikologikal pasien seperti merokok, stress, dan tidak menjaga kebersihan mulut. Oleh karena itu,
kini terdapat bidang psikologi kesehatan yang mengidentifikasi dan mempelajari faktor-faktor
psikologis yang berkaitan dengan perilaku dalam menjaga kesehatan.

Health belief model merupakan teori dasar mengenai pendidikan dan promosi kesehatan, dimana
dipaparkan bahwa kepercayaan seorang individu tentang penerapan kesehatan akan mempengaruhi
perilaku kesehatan, termasuk pelaksanaan suatu rekomendasi. Model ini dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan pendidikan kesehatan dan dijadikan sebagai alat untuk memprediksi perilaku
kesehatan seseorang. Sebagai contoh, apabila pasien tidak merasa bahwa penyakit gigi tidak begitu
penting, maka ia akan enggan untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan perilaku kesehatan
yang tepat, misalnya memakai dental floss atau kontrol berkala ke dokter gigi. Banyak akademisi di
bidang periodonti mendukung sebuah pendekatan dimana pasien diberi pendidikan tentang proses
penyakit periodontal dan akibatnya. Strategi ini berdasarkan teori health belief model yang bertujuan
untuk mengubah kepercayaan seseorang untuk meraih ketepatan pemberian pengobatan yang tepat.

Meskipun penyampaian informasi yang berfokus pada manfaat dari kebersihan mulut yang baik ini
diduga dapat sedikit berpengaruh pada banyak pasien, kenyataannya hal ini tidak efektif pada orang
yang beranggapan bahwa penyakit periodontal terlihat biasa dan tidak membahayakan. Sebagai
contoh, seseorang diberikan demonstrasi tentang bakteri subgingiva yang dapat dilihat melalui
mikroskop dan dianggap dapat meningkatkan tingkat kecemasan akan penyakit periodontal. Hal ini
terlihat masuk akal dan diberikan sebagai salah satu strategi motivasional, namun kenyataannya
pasien yang telah melihat bakteri mereka sendiri beranggapan bahwa skor plak dan gingivitisnya
sama dengan mereka yang sehat.

Strategi lain diharapkan dapat meliputi sebuah perbandingan yang berdasarkan pada faktor sosial
sebagai perbandingan lain yang berdasarkan penyakit atau kesehatan. Penampakan dan kesehatan
wajah dan mulut merupakan komponen penting dari kecantikan fisik dan berdampak pada
penghargaan diri dan gambaran diri. Hal ini dapat dijadikan motivasi kepada pasien daripada
melihat dari sisi kesehatan. Apapun strategi yang digunakan, sangat penting untuk pasien mengerti
pentingnya menjaga kebersihan mulut dan mengontrol kondisi sistemiknya.

Pelaksanaan rekomendasi perawatan sebagian besar rendah, terutama pada penyakit kronis, dimana
keadaan ini tidak berlangsung tiba-tiba atau mengancam keselamatan. Ketika kelangsungan hidup
berada dalam keadaan yang baik, banyak pasien yang sulit untuk melaksanakannya. Pada
penggunaan peralatan pembersih interdental, rekomendasi penggunaan dental floss cukup buruk.
Pasien sering mengalami kesulitan dalam membersihkan bagian interdentalnya. Padahal, penyakit
periodontal lebih sering menyerang bagian interproksimal dan pada daerah ini yang sering terbentuk
plak. Pada studi yang berfokus pada pembersihan daerah interproksimal menunjukkan tingkat
pelaksanaan yang cukup buruk atau rendah.
Pada sebuah studi dari pelaksanaan dengan perawatan terekomendasi, Wilson dkk. berhasil
menurunkan 50% dari jumlah ketidaktaatan pelaksanaan dengan cara melakukan pelatihan
periodonti secara privat dengan menggunakan beberapa perubahan. Dalam formulir yang telah
dilakukan sedikit perubahan, perubahan-perubahan ini tercatat di bawah, dengan anjuran yang
spesifik mengenai cara mereka mengaplikasikannya dalam menjaga kebersihan mulut:

 Sederhanakan susunan (menggunakan peralatan kebersihan mulut yang lebih sedikit)


 Sesuaikan dengan pilihan pasien (apabila seseorang menolak untuk menggunakan dental floss,
anjurkan penggunaan tusuk gigi interdental)
 Kirim pengingat (kartu dikirim kepada pasien untuk mengingatkan mereka dalam menjaga
kebersihan mulut)
 Terus mencatat pelaksanaan (salinan diagram plak dan pendarahan tentang skor sekarang, skor
target, dan skor pada kunjungan terakhir diberikan kepada pasien)
 Berikan dorongan positif (pujian terhadap proses)
 Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi untuk tidak dilakukan dan memodifikasi perawatan
apabila dibutuhkan (menghindari pembedahan pada pasien dengan kontrol plak yang buruk)
Pada saat ini, penerapan konsep perilaku sosial ini pada praktek gigi sebenarnya cukup sulit. Bukan
berarti suatu dimensi model akan selalu berguna. Kenyataannya, model-model rumit telah
dikembangkan untuk dipergunakan pada faktor-faktor yang bervariasi dalam mempengaruhi
perilaku pasien. Seperti model new century model of oral health dari Inglehart dan Tedesco. Mereka
menekankan pada pendekatan yang lebih mengarah pada perasaan dan emosi pasien, faktor kognitif
seperti persepsi kesehatan gigi, perilaku kesehatan yang lalu atau sekarang, dan situasi kehidupan
pasien sekarang ini. Inglehart dan Tedesco telah mengembangkan perspektif yang lebih luas
daripada model sebelumnya. New century model mereka tentunya lebih konsisten dengan
biopsychosocial model. Pendekatan ini mempunyai implikasi yang signifikan terhadap pemeliharaan
pasien, promosi kesehatan, dan pendidikan kesehatan gigi.

Pengkajian Pemeliharaan di Rumah

Penilaian efektivitas pengendalian plak pada pasien merupakan proses yang berkelanjutan, dimulai
pada awal evaluasi dan terus sepanjang terapi, termasuk pemeliharaan. Perawatan di rumah dapat
dinilai dengan menggunakan berbagai metode. Pertama, gigi dapat diperiksa secara visual untuk
mengetahui ada tidaknya plak. Ini adalah metode yang paling efektif, karena plak mungkin sulit untuk
dilihat. Kedua, plak dapat dilihat melalui disclosing solution. Disclosing solution tersedia dalam bentuk
cair atau tablet. Cairan dapat diterapkan pada gigi yang menggunakan kapas kecil aplikator atau pasien
dapat berkumur dengan bahan untuk beberapa detik dan kemudian meludah. Tablet dikunyah dan larut
dalam air liur, yang kemudian berdesir di mulut dan dikeluarkan. Cairan dapat menawarkan beberapa
keuntungan bahwa operator dapat memastikan bahwa semua permukaan terdeteksi. Disclosing agent
merah memiliki kelemahan: dapat menodai bibir dan gusi. Lip balm atau petroleum jelly dapat
meminimalkan pewarnaan bibir, dimana beberapa pasien merasa keberatan. Kontak dengan pakaian
harus dihindari, karena noda sulit untuk dihilangkan.

Terlepas dari bagaimana plak divisualisasikan, persediaan harus dibuat untuk mengukur jumlah plak.
Berbagai indeks telah dikembangkan untuk tujuan ini. Indeks tersebut dapat berguna untuk dua tujuan:
(1) untuk digunakan dalam memantau kemajuan pasien (untuk menilai apakah perawatan di rumah
memadai untuk mengijinkan intervensi bedah), atau (2) sebagai alat motivasi pasien. Secara umum,
indeks plak sederhana lebih baik. Satu indeks yang banyak digunakan adalah O'Leary plak indeks.
Disclosing solution yang digunakan dan persentase daerah plak yang terlihat dihitung. Target berguna
(jika agak sewenang-wenang) mungkin tidak lebih dari 20% dari permukaan dengan plak yang terlihat.
Modifikasi O'Leary plak indeks lebih disukai oleh beberapa dokter, di mana persentase permukaan
dengan plak dikurangi dari 100. Ini memberikan persentase permukaan bebas plak. Beberapa pasien
lebih suka berusaha untuk mencapai skor 100% dengan modifikasi O'Leary plakat indeks ini, daripada
berusaha untuk mencapai nilai 0% dengan index pada umumnya.
Strategi untuk Meningkatkan Kinerja Perawatan di Rumah

Langkah pertama dalam mengatasi kekurangan perawatan di rumah adalah menentukan penyebab
masalah. Pada dasarnya, ada tiga kemungkinan:

1. Pasien tahu apa yang harus dilakukan, tetapi tidak bisa melakukannya (kurangnya keterampilan)
2. Pasien tidak tahu apa yang harus dilakukan (kurangnya pengetahuan)
3. Pasien tahu apa yang harus dilakukan, mampu melakukannya, tetapi tidak mau melakukannya
(kurangnya motivasi).
Untuk menentukan masalah, diperlukan pengamatan pasien dalam pelaksanaan prosedur yang
direkomendasikan. Ini merupakan hal yang terbaik yang dapat dilakukan di kamar dengan dinding
cermin dipasang, karena sulit untuk beberapa pasien melakukan prosedur kebersihan sambil duduk di
kursi dokter gigi. Tanpa pengamatan, tidak ada cara intervensi yang akan efektif.

Kasus 1 : pada pengamatan, pasien ini terlihat kurang mampu untuk menggunakan sikat secara efektif.
Dia tidak memposisikan sikat dengan benar. Terutama dalam menggunakan floss untuk menghilangkan
makanan dari antara gigi daripada menggunakan itu untuk menghilangkan plak. Pasien kurang
memahami apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan plak. Pengulangan instruksi diperlukan,
alternatif yang mungkin dianggap, seperti teknik menyikat lain atau EMB.

Kasus 2 : Home care pasien agak buruk meskipun setelah instruksi teknik yang tepat. Pada
pengamatan terlihat antusias tetapi usahanya tidak efektif. Hal ini tampaknya karena kurangnya
keluwesan, yang mungkin merupakan konsekuensi dari lama berdiri dan rheumatoid arthritis yang
parah. Lebih baik apabila ditemukan metode alternatif yang akan meningkatkan usahanya, atau pasien
perluk kontrol yang lebih sering untuk pemeliharaan.

Kasus 3 : Pasien ini mengerti tentang prosedur yang direkomendasikan dengan baik. Hal ini tidak
menjadi hal yang baru karena ia telah menerima instruksi berulang-ulang kali. Pada pengamatan tidak
ditemukan bahwa ia mempunyai kekurangan dalam ketangkasan. Bahkan, ia mengemukakan akan
melakukannya dua kali sehari di rumah, tetapi semua itu bohong karena ditemukan banyak plak dan
daerah pendarahan. Apa yang tampaknya hilang adalah motivasi atau disiplin diri yang diperlukan
untuk mempertahankan tingkat kebersihan yang memuaskan. Mengingat tingginya noncompliaance
didokumentasikan dalam literatur penelitian, pasien yang tidak memenuhi target kebersihan tidak boleh
diabaikan.

Kompensasi untuk Kebersihan Mulut yang Buruk

Kepatuhan adalah hal yang signifikan dalam terapi periodontal. Mengingat literatur kepatuhan, dokter
akan menemui pasien yang tidak mengikuti instruksi mengenai home care, lebih tepatnya dokter akan
memiliki banyak pasien yang tidak mengikuti petunjuk secara menyeluruh. Sebagai contoh pada pasien
yang tidak menggunakan dental floss, meskipun menerima petunjuk dan beberapa nasihat untuk
melakukannya. Apakah ini kurangnya kepatuhan pasien untuk pengobatan gagal? Belum tentu. Ada
beberapa strategi untuk mengkompensasi kebersihan mulut yang buruk.

Perangkat baru seperti EMB akan sering memberikan perbaikan, setidaknya dalam jangka pendek.
EMB juga memiliki keuntungan lebih baik untuk membersihkan plak interproksimal. Hal ini penting
karena wilayah interproksimal adalah daerah yang sering diabaikan oleh pasien. Strategi yang sama
mungkin menyarankan alat bantu interdental alternatif. Beberapa pasien yang memiliki kesulitan
dengan benang (dan banyak melakukan) akan siap menerima alat bantu interdental lainnya, seperti
Stim-U-Dents. Penggunaan alat bantuan mungkin memberikan tingkat yang dapat diterima dalam
pembersihan plak.

Kebersihan mulut mungkin kurang penting dalam menentukan hasil dari kepatuhan terhadap perawatan
profesional. Hal ni mungkin karena kelebihan dalam pembersihan subgingiva dan perawatan
supragingiva di rumah . Satu intervensi, maka akan menjadi peningkatan frekuensi pemeliharaan
kunjungan. Strategi lain mungkin menggunakan berbagai alat bantu yang dapat memberikan manfaat
tambahan, seperti obat kumur antimikroba. Namun, itu harus diingat bahwa strategi ini juga
memerlukan kepatuhan.

Banyak pasien yang merokok juga memiliki home care yang kurang ideal dan merokok merupakan
faktor risiko besar untuk periodontitis. Klinisi harus mendorong pasien yang tidak patuh untuk berhenti
merokok. Faktor risiko merokok dihapus melalui pemberhentian kebiasaan merokok pasien. Pasien
yang patuh dan mungkin lebih mudah untuk melakukan pemeliharaan.

Strategi bagi pasien yang tidak patuh mungkin dengan mengubah rencana perawatan. Hindari operasi
pada pasien dengan home care yang kurang baik. Pasien tersebut mungkin lebih baik dikelola dengan
cara non-bedah yang meliputi perawatan inisial dan melakukan pemeliharaan sesering mungkin. Jenis
pasien seperti ini sebaiknya diberikan agen antigingivitis topikal atau kumur.

Efek Buruk dari Peralatan Kebersihan Mulut

Tidak ada perlakuan terapeutik tanpa efek buruk yang terjadi, termasuk pada latihan kebersihan mulut.
Abrasi gigi dan resesi gingiva merupakan 2 efek buruk yang terjadi karena trauma menyikat gigi.
Sangat sulit untuk mempelajari fenomena ini karena terdapat beberapa variabel yang membingungkan.

1. Abrasi Gigi

Kejadian dimana sikat gigi menyebabkan abrasi pertama kali ditemukan pada studi in vitro, laporan
kasus, dan cross sectional studies. Beberapa penelitian mengatakan menyikat gigi secara horizontal
merupakan faktor resiko yang lebih penting daripada kekakuan bulu. Penelitian lain mengatakan
bahwa pasta gigi abrasif merupakan penyebab utama dari abrasi gigi. Ada banyak kejadian dimana
EMB lebih sedikit menyebabkan abrasi, kemungkinan karena tekanan yang lebih kecil yang
diaplikasikan pada sikat ini.

2. Resesi Gingiva

Resesi gingiva merupakan hasil dari interaksi antara faktor pencetus, seperti trauma pada jaringan
gingiva dan faktor pendukung, seperti tipisnya jaringan. Resesi gingiva, yang terjadi pada
permukaan bukal, sering disebabkan karena trauma menyikat gigi. Hal ini masuk akal apabila
jaringan gingiva yang tipis lebih mudah terjadi resesi. Pada jaringan marginal yang tipis, resesi
bukal juga berhubungan dengan adanya narrow zone dari attach gingiva dan labioversi atau akar
yang menonjol. Gigi yang telah dilakukan perawatan orthodonti lebih mudah terkena resesi, apalagi
jika gigi telah berpindah melalui tulang kortikal labial.

Metode menyikat gigi merupakan penyebab resesi gingiva yaitu bulu sikat kaku, frekuensi menyikat
gigi, pasta gigi abrasif, dan ujung pemotong bulu sikat. Hal ini merupakan sumber dari trauma
gingiva seperti ulserasi dapat terjadi karena menyikat gigi yang salah. Perlu disadari bahwa resesi
gingiva juga dapat disebabkan karena kerusakan jaringan periodontal.

Pasien beresiko tinggi meliputi pasien yang rentan terkena trauma menyikat gigi, gigi yang terletak
lebih labial, tulang alveolar yang tipis, dan luas dan ketebalan gingiva yang minimal. Beberapa
pasien beresiko pada bertambah parahnya resesi gingiva, terlebih jika faktor-faktor ini berkombinasi
dengan rencana perawatan ortodonti karena dapat menyebabkan kesalahan letak labial dari gigi.
Pada sebagian kasus, sikat gigi yang sangat halus atau EMB dapat dijadikan solusi.

Celah gingiva terkadang disebabkan karena flossing yang kurang benar atau terlalu bersemangat.
Peralatan interdental lainnya, seperti tusuk gigi segitiga dan tusuk gigi dapat menyebabkan
kerusakan jika digunakan dengan cara yang salah dan terlalu bersemangat. Pasien harus diajarkan
tentang penggunaan alat-alat ini.

3. Kemungkinan Efek Buruk dari Irigasi di Rumah


Beberapa peneliti telah memeriksa efek dari penggunaan alat denyut pancaran air pada gingiva dan
mukosa dan kebanyakan menyimpulkan bahwa ada resiko kecil pada kerusakan jaringan ketika
peralatan itu digunakan sesuai dengan instruksi pabrik. Pada suatu penelitian, penggunaan alat
irigasi sebesar 60psi pada poket periodontal tidak terawat tidak menimbulkan adanya kerusakan
jaringan dibanding dengan kontrol grup yang tidak diirigasi. Ada beberapa pertanyaan mengenai
irigasi menyebabkan bakterimia. Beberapa peniliti menyatakan hal itu tidak benar dan ada peneliti
lain yang menyatakan irigasi dapat menyebabkan bakterimia. Karena hal ini berdampak pada
individu yang beresiko mengalami endokarditis, beberapa penulis telah merekomendasikan agar alat
tersebut tidak digunakan pada individu yang beresiko.

4. Kebersihan Mulut setelah Prosedur Regeneratif

Pembersihan plak secara menyeluruh dapat meningkatkan hasil terapi bedah regeneratif dan dapat
membantu menyediakan stabilitas untuk keuntungan klinis yang dicapai. Dalam periode pasca
operasi, kontrol plak dilakukan dengan agen kemoterapi seperti obat kumur chlorhexidine glukonat
dan pembersihan plak secara manual dihindari. Hal penting untuk hasil regeneratif adalah stabilitias
luka dan pelestarian hubungan fibrin halus yang terbentuk pada permukaan akar gigi. Adanya
bekuan fibrin ini dapat mencegah penurunan epitel, sehingga memungkinkan regenerasi attachment
aparatus. Pembersihan plak yang terlalu bersemangat, pada profesional atau pribadi, dapat
merugikan kepada proses penyembuhan dan harus dihindari.

Terapi Non Bedah

Tujuan dari terapi periodontal yaitu menghilangkan penyakit dan mengembalikan jaringan
periodonsium yang sehat, yaitu kenyamanan, fungsi, dan estetik yang dapat dipelihara dengan baik,
baik dari pasien maupun dokter gigi. Perubahan atau penghilangan bakteri patogen periodontal dan
penyembuhan inflamasi merupakan hal terpenting dari terapi non bedah, hal ini menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk kesehatan periodontal dan menurunkan perkembangan penyakit.
Terapi non bedah termasuk perawatan kebersihan mulut, instrumentasi periodontal dan agen
kemoterapeutik untuk mencegah, menghentikan, dan mengeliminasi penyakit periodontal.

Dasar Pemikiran dan Fakta

Instrumentasi dilakukan sebagai bagian dari terapi non bedah yang bertujuan secara langsung untuk
mengubah prevalensi dari bakteri patogen periodontal atau mengurangi jumlah dari mikroorganisme
ini. Pembersihan secara langsung dari organisme patogenik dan produksi mereka atau pembersihan
faktor-faktor yang berkontribusi seperti kalkulus dan tambalan yang overhanging, tujuannya adalah
untuk mengurangi kuantitas dari organisme dan mengembalikan komposisi flora normal dalam mulut
yang berhubungan dengan kesehatan.

Skeling dan penghalusan akar dan pembersihan daerah subgingiva merupakan perawatan yang efektif
dalam perawatan penyakit periodontal. Instrumentasi subgingiva menghasilkan pengurangan jumlah
yang signifikan dari bakteri gram negatif anaerob dan mendukung peningkatan dari bakteri gram positif
coccus dan rods yang berhubungan dengan kesehatan. Jumlah dari spirochetes, pergerakan mikroba,
dan bakteri periodontal yang spesifik seperti Porphyromonas gingivalis, Pervotella intermedia, dan
Actinobacillus actinomycetemcomytans, sebagai spesies Bacteroides, dapat berkurang setelah
dilakukan skeling dan penghalusan saluran akar. Pengurangan dari sel sitokin penyebab peradangan
yang membuat kerusakan jaringan dan ditemukan pada gingivitis dan periodontitis secara perlahan
menurun setelah flora dalam mulut seimbang. Microba ini berubah dengan sekejap secara aami, dan
skeling serta penghalusan saluran akar harus dilakukan secara berkala agar hasil positif dapat
dipertahankan.

Perubahan dari mikroflora setelah skeling dan penghalusan saluran akar bersamaan dengan perubahan
klinis dari ukuran periodontal yang sehat. Menurunnnya pendarahan saat probing dapat mencapai 45%
dengan kedalaman probing pertama kali 4 sampai 6,5mm merupakan fakta bahwa peradangan
berkurang. Perubahan pada kedalaman probing dan tingkat perlekatan setelah skeling dan penghalusan
saluran akar sangat tergantung pada ukuran awal dan pada umumnya berhubungan dengan kombinasi
antara meningkat dalam perlekatan klinis dan menghilangnya pembengkakan atau penyusutan (resesi).
Daerah kedalaman probing awal 1-3mm memperlihatkan rata-rata pengurangan kedalaman probing
0,03mm dan kehilangan perlekatan 0,34mm, dimana daerah yang probing awalnya 4-6mm
memperlihatkan penurunan kedalaman probing sebesar 1,29mm dan 0,55 pembesaran perlekatan.
Ukuran yang mirip pada daerah awal kedalaman probing dari 7mm atau lebih besar termasuk 2,16mm
berarti penurunan di dalam kedalaman probing dan 1,19 peningkatan pada perlekatan.

Tantangan dan Pembatasan

Skeling dan penghalusan akar merupakan prosedur klinis yang membutuhkan waktu dan keterampilan.
Pembersihan seluruh plak dan kalkulus dari permukaan akar, terutama yang ada di dalam poket,
merupakan prosedur yang sulit dan jarang berhasil. Pembersihan akar hanya 65% dalam sekali
pembersihan pada poket sedalam 5mm atau lebih. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pembersihan
kalkulus baik dengan atau tanpa pembedahan periodontal menyisakan kalkulus residual sebanyak 11-
85%. Daerah yang paling banyak terdapat kalkulus residual setelah keling dan penghalusan akar yaitu
furkasi, kontur gigi, CEJ, dan akar yang cekung. Meskipun demikian, instrumentasi yang tepat dapat
mempengaruhi keberhasilan terapi periodontal.

Walaupun permukaan akar yang halus dan mengkilap sering dijadikan indikator dalam instrumentasi
perawatan periodontal bahwa permukaan akar sudah bersih, faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan perawatan periodontal masih belum jelas. Pembersihan seluruh sementum yang bertujuan
untuk mengeliminasi ikatan endotoksin pada permukaan akar dan dapat menyebabkan gigi sensitif.

Skeling dan penghalusan akar dapat mengurangi jumlah bakteri periodontal yang patogen secara
signifikan. Kemampuan organisme seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans untuk menginvasi
jaringan lunak pada periodonsium, berpotensi untuk membentuk koloni bakteri, dan terjadi respon host
yang buruk, terutama pada pasien dengan periodontitis agresif.

Beberapa penelitian telah membandingakan efektivitas penanganan yang berbeda dalam menangani
pasien periodontitis. Walaupun beberapa penelitian menyatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
pada hasil klinis antara terapi bedah dan non bedah, evaluasi tetap harus dilakukan pada penelitian
tersebut. Perbedaan dalam desain penelitian termasuk metode instrumentasi (waktu dan skill klinisi),
serta evaluasi data (kurangnya analisa yang cukup secara statistik mengenai kedalaman poket),
menyulitkan aplikasi secara klinis. Terapi periodontal yang regenerative hanya bisa didapatkan dengan
prosedur perawatan bedah periodontal. Walaupun demikian, terapi non bedah masih menjadi perawatan
yang utama dalam menangani pasien dengan mild hingga moderate periodontitis kronis, serta
merupakan perawatan fase pertama bagi pasien yang dirasa memerlukan perawatan bedah.

Rencana Perawatan dan Urutan

Rencana perawatan selama terapi periodontal non bedah dimulai dengan program perawatan
kebersihan mulut secara mandiri yang didesain secara khusus untuk menemukan kebutuhan pada setiap
individu. Rencana ini meliputi berbagai macam peralatan kebersihan mulut untuk membersihkan plak
supragingiva. Perencanaan dari tahapan pembersihan periodontal direncakan untuk mengeliminasi atau
menghilangkan bakteri plak dan byoproduct nya seperti endotoksin dan untuk menghilangkan kalkulus
dari permukaan koronal, akar, maupun pada poket periodontal. Perawatan periodontal sering
direncanakan pada beberapa kali kunjungan dan berfokus pada 1 atau 2 kuadran pada setiap
kunjungannya. Pada pasien dengan peradangan yang cukup berat dan banyak deposit , pembersihan
seluruh mulut dapat direncanakan untuk mendapatkan penyembuhan awal, diikuti dengan perawatan
khsusu selanjutnya. Informasi terkini menyebutkan bahwa tahap pembersihan mulut atau disinfeksi
yang dilakukan pada periode yang dekat (24jam) dapat mengurangi potensi infeksi dan dapat
menghasilkan respon klinis yang baik.

Evaluasi dari Hasil

Poin terakhir dari terapi non-bedah adalah kembalinya jaringan periodontal yang sehat. Penyembuhan
setelah pembersihan periodontal biasanya terjadi selama jadwal untuk evaluasi kembali sekitar 4-6
minggu setelah perawatan. Grafik periodontal sebaiknya dilakukan sebagai gambaran dari keefektifan
perawatan periodontal di rumah. Manfaat setelah pembersihan periodontal miliputi penurunan dari
peradangan klinis (eritema, edema, dan pendarahan saat probing), susunan mikroba patogen menurun,
penurunan kedalaman probing, dan meningkatnya perlekatan klinis. Penyembuhan setelah skeling dan
penghalusan saluran akar menghasilkan formasi junctional epitelium yang panjang dan hal ini akan
konsisten apabila dilakukan perawatan sendiri juga di rumah dengan baik. Faktor-faktor yang dapat
mengurangi efektivitas dari pembersihan periodontal dan memperlambat proses penyembuhan meliputi
faktor-faktor anatomis seperti kecekungan akar dan furkasi, adanya poket yang dalam, kontrol plak
yang kurang adekuat, adanya faktor sistemik, dan keahlian klinisi yang bervariasi. Pasien yang
memperlihatkan kestabilan pada jadwal evaluasi selanjutnya ditempatkan pada program perawatan
penunjangan periodontal, dimana pasien yang masih terjadi peradangan dapat diberikan alternatif
perawatan lain termasuk penggunaan obat-obatan, pembersihan tambahan, atau bedah periodontal.

Instrumentasi Manual

Suksesnya terapi periodontal non bedah tergantung dari keahlian teknis dari klinisi yang melakukan
perawatan, pengetahuan yang cukup dan pengertian akan instrumen periodontal, desainnya dan
penggunaannya, dan prinsip-prinsip teknik penggunaannya.

Desain Instrumen

Terdapat tiga bagian dari dental instrumen : handle, shank, dan working end (Gambar 14-1). Handle
merupakan bagian terbesar dari instrumen. Instrumen metal biasanya mempunyai handle yang
berongga untuk mengurangi beratnya, dimana pengurangan tekanan dibutuhkan saat mengontrol
instrumen dan meningkatkan sensitivitas perasa. Handle instrumen memiliki berbagai macam variasi
ukuran dari 5-10mm. Handle yang lebih besar dan cukup ringan sebagian besar disukai karena dapat
meningkatkan efisisensi klinisi. Knurling – tekstur atau penomoran diaplikasi pada pola handle,
membuat kemudahan dalam pergeseran dan improvisasi instrumen.

Shank menghubungkan working end dari instrumen ke handle. Bagian ujung dari shank yang
berhubungan dengan working end disebut terminal shank. Dua karakteristik dari shank, panjang dari
lekukan menentukan akses pada daerah bagian dalam mulut. Panjang keseluruhan dari shank, jarak dari
handle ke working end, seragam di antara instrumen. Panjang 30-40mm merupakan panjang yang ideal,
menyediakan pengaruh yang tepat pada kebanyakan prosedur dental. Jarak dari lekukan pertama ke
working end adalah panjang fungsional, hal ini bervariasi diantara instrumen-instrumen. Shank
fungsional yang lebih panjang dibutuhkan ketika akses pada daerah perawatan terbatas – pilih
instrumen dengan shaft fungsional yang panjang untuk gigi dengan mahkota klinis yang panjang, poket
periodontal yang dalam, dan permukaan gigi belakang.

Shank instrumen dapat diklasifikasikan dalam bentuk lurus, melengkung, atau bersudut. Shank
fungsional pada instrumen lurus sejajar dengan sumbu handle. Instrumen ini digunakan pada daerah di
dalam mulut yang tidak sulit dijangkau seperti gigi depan. Instumen melengkung dan bersudut
mempunyai shank fungsional yang menekuk dari sumbu handle dalam satu arah saja. Instrumen yang
melengkung lebih serba guna dan lebih mudah diadaptasikan. Shank bersudut umumnya didesain untuk
daerah yang sulit untuk dijangkau, termasuk permukan distal pada gigi posterior dan poket yang dalam.

Desain instrumen juga berpengaruh pada fungsi dari instrumen itu sendiri. Diameter dari shank
menentukan kekuatan dari instrumen. Shank yang lebih tebal lebih kuat dan berguna untuk
menghilangkan deposit kalkulus yang keras. Pabrik menambahkan metal pada shank untuk
meningkatkan kekuatan dari instrumen, memberikan pelabelan nama dengan ‘P’ (prophylaxis) atau ‘R’
(rigid) dalam nama instrumen. Fleksibilitas dari shank didapat dari panjang dan diameter. Fleksibilitas
dari shank melepaskan gaya yang berguna saat skeling dan penghalusan akar, fungsinya yaitu untuk
mencegah kerusakan saluran akar. Instrumen dengan shank yang tipis atau fleksibel dianjurkan untuk
penghalusan saluran akar.

Instrumen periodontal tersedia dengan ujung ganda, yang arahnya berlawanan untuk digunakan pada
permukaan gigi yang berlawanan dengan 2 ujung working end yang berbeda, atau ujung tunggal
dengan 1 working end pada handle. Keseimbangan, fitur kritis dari instrumen, ditentukan dari working
end instrumen yang segaris dengan sumbu handle dan shank. Instrumen yang tidak seimbang akan
terasa aneh dan sulit untuk mengontrol saat pemakaian.

Working end, disebut juga pisau pada beberapa instrumen, adalah bagian fungsional pada instrumen.
Ada 3 penamaan pada working end, pada bagian yang paling ujung dinamakan tip, dimana bagian akhir
dari instrumen dinamakan toe. Heel adalah bagian pertama dari working end, yang paling dekat dengan
shank. Permukaan dari instrumen terdiri dari 2 sisi pemotong. Berlawanan dengan permukaan depan
adalah bagian belakang dari instrumen. Daerah di antara bagian sisi depan dan belakang adalah sisi
samping. Sisi pemotong dari instrumen adalah garis yang terbentuk dari konvergensi dari permukaan
depan dan samping. Sudut yang terbentuk dari pertemuan permukaan depan dan samping disebut sudut
internal. Sudut internal seragam di antara instrumen skeling berkisar antara 70-800. Bentuk dan kontur
dari working end berbeda pada setiap tipe instrumen. Instrumen yang digunakan pada terapi periodontal
nonbedah meliputi prob periodontal, eksplorer, skeler sickle, kuret, dan file periodontal.

Prob periodontal digunakan selama penilaian pasien untuk dilakukan perawatan dan mengevaluasi
jaring periodonsium. Prob mempunyai bagian ujung yang panjang, tipis, dan membulat, dan terdapat
tanda ukuran milimeter untuk mengukur struktur periodontal. Pada kenyataannya, prob bisa dalam
bentuk bulat atau datar, dengan ujung yang tumpul. Panjang dan sudut dari prob sangat bermacam-
macam seperti tanda pengukuran yang terdapat pada setiap jenis prob. Periodontal prob juga digunakan
untuk mengukur kedalaman sulkus atau poket, untuk mengidentifikasi daerah pendarahan pada
epitelium sulkular, untuk menentukan letak mucogingival junction, dan untuk mengukur gingiva
berkeratin atau lesi oral.

Eksplorer mempunyai ujung yang tipis, fleksibel, dan bentuknya menyerupai kawat. Eksplorer
digunakan untuk mendeteksi lesi pada struktur gigi, mengevaluasi bentuk topografi dari permukaan
gigi, menentukan apakah perlu pengangkatan deposit, menenentukan letak kalkulus subgingiva, dan
mengevaluasi perawatan.

Skeler sickle didesain untuk mengangkat kalkulus supragingiva. Skeler sickle memiliki bagian segitiga
pada sisi pemotong, memiliki 2 sisi pemotong dan ujung yang runcing. Bagian belakang sickle adalah
garis yang biasanya cukup tajam dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak jika digunakan
pada subgingiva. Skeler sickle mempunyai 2 tipe yaitu dengan shank yang lurus melengkung.

Kuret didesain untuk instrumentasi subgingiva tapi merupakan instrumen yang serbaguna. Dapat
digunakan juga untuk kalkulus supragingiva dan penghilangan stain, skeling yang baik, penghalusan
saluran akar, dan kuret jaringan. Karakteristik yang unik dari kuret adalah memiliki bagian pemotong
yang agak membulat. Bentuk ini membuat bagian belakang dari kuret dapat digunakan pada
instrumentasi subgingiva karena tidak akan melukai jaringan. Universal kuret memiliki 2 bagian
pemotong dan permukaan depan bersudut 90 derajat dengan terminal shank.

File adalah instrumen khusus yang digunakan untuk menghancurkan dan melepaskan deposit kalkulus
yang terdapat pada bagian yang dalam, poket periodontal yang mengerucut dimana instrumen dengan
working end yang lebih panjang atau luas tidak dapat mencapainya. File mempunyai sisi pemotong
paralel yang banyak, umumnya 3-5, tersusun pada working end yang bersambungan dengan terminal
shank. Working end berbentuk oval atau segiempat berdasarkan sisi pemotong mana yang dipasang.
Working end yang banyak dengan beragam sudut dibutuhkan untuk 4 permukaan gigi. file dapat
dengan mudah merusak permukaan akar karena desain yang berat dan klinisi harus menggunakan salah
satu dengan tepat. Improvisasi desain pada skeling ultrasonik telah mengurangi penggunaan file untuk
kondisi yang tidak biasa.

Kaca mulut mempunyai kegunaan yang beragam pada prosedur dental, termasuk penglihatan tidak
langsung, pemantulan cahaya untuk menunjang penglihatan, dan retraksi dari bibir, pipi, dan lidah.
Kaca mulut juga berguna untuk transiluminasi, memancarkan cahaya melalui sebuah struktur untuk
memperjelas inspeksi, dimana hal ini berguna untuk mendeteksi kalkulus yang berada pada permukaan
proksimal dari gigi anterior.

Klinisi memegang kaca mulut pada tangan yang tidak bekerja, berlawanan dengan instrumen kerja.
Tangan yang memegang kaca mulut distabilkan pada gigi pasien dengan tumpuan jari untuk mencegah
terletaknya kaca pada gingiva atau jaringan lunak lainnya. Hindari kontak kaca mulut dengan gigi
ketika memasukkan atau memindahkan kaca dari mulut dengan cara memposisikan kaca paralel dengan
permukaan oklusal. Ketika menarik bibir dan pipi, hindari tekanan pada sudut labial dengan menarik
pipi menjauhi gigi. Kaca yang berembun bisa ditanggulangi dengan menempatkan kaca mulut terlebih
dahulu pada suhu tubuh, kemudian memasukkan kembali ke dalam mulut.

Posisi Pasien dan Dokter Gigi

Prosedur periodontal sering memakan waktu lama. Posisi yang nyaman dari dokter gigi dan pasien
dapat diatur dengan kelelahan fisik yang minimal dan derajat relaksasi sederhana berdampak pada
kesuksesan perawatan periodontal. Bangku operator disesuaikan dengan tinggi lutut, sehingga kaki
operator menapak datar pada lantai dengan paha kira-kira paralel dengan lantai. Selama perawatan,
berat tubuh didukung pada bangku dan kaki klinisi diletakkan minimal sejajar bahu untuk menjaga
keseimbangan. Punggung dan leher lurus. Kursi dental diposisikan sedemikian rupa sehingga kepala
pasien berada pada siku operator agar bahu operator dapat bergerak dengan alami, posisi relex, dan
membantuk mencegah cedera leher dan bahu setelah bekerja. Operator harus menjaga posisi kepala
tegak dengan tulang belakang dan menjaga jarak posisi operator minimal 14 inci dari muka pasien.

Pasien ditempatkan pada posisi miring atau tidur selama perawatan gigi. Bagian belakang dari kursi
pasien diatur tidak lebih dari 100 dari lantai. Kaki pasien diangkat sampai sejajar dengan kepala.
Selama perawatan, operator memerintah pasien untuk membelokkan kepala mendekati atau menjauhi
operator untuk memusatkan daerah perawatan pada lampu dental. Lebih penting lagi, posisi ini
menjaga pernafasan pasien selama prosedur dental. Posisi kepala pasien diatur agak naik atau turun
untuk lengkungan rahang yang diperlukan. Untuk instrumentasi gigi rahang atas, pasien diminta untuk
mengangkat dagu ke atas sehingga dataran oklusan mendekati tegak lurus terhadap lantai. Untuk gigi
rahang bawah, pasien diminta untuk menunduk atau operator dapat menaikkan sedikit sandaran kepala
sehingga permukaan oklusal sejajar dengan lantai. Arah dari lampu dental berbeda pada setiap
lengkung rahang. Awalnya, lampu diarahkan pada daerah leher pasien dan kemudian lampu diputar
perlahan di atas rongga mulut – 450 dengan lantai untuk lengkung rahang atas dan 900 terhadap lantai
untuk menyinari lengkung rahang bawah.

Gigi geligi dibagai beberapa sextant untuk mengatur dan untuk menegakkan penilaian, perawatan, dan
evaluasi secara efisien. Setiap sextan mempunyai aspek fasial dan lingual. Posisi klinisi secara khusus,
posisi kepala pasien, dan penempatan instrumen berbeda-beda pada 12 bagian ini.

Prinsip-Prinsip Instrumentasi

Posisi operator yang menggunakan tangan kanan duduk antara jam 9-12 dari pasien, dan operator kidal
duduk pada sisi yang berlawanan yaitu jam 12-3.
Rahang atas dan bawah masing-masing dibagi menjadi 3 sextant.

 Rahang atas (sextant 1-3): permukaan fasial sextant 1 dan permukaan lingual sextant 3, kepala
pasien menjauhi operator dan menunduk. Posisi operator berada pada jam 9-12. Pada permukaan
fasial sextant 1 dan permukaan fasial sextant 3, kepala pasien mengarah operator dan dagu
dinaikkan, posisi operator pada jam 10-12. Pada sextant 2 permukaan fasial dan lingual dibagi pada
garis midline gigi menjadi dua yaitu daerah hijau dan biru. Pada daerah berwarna hijau, kepala
pasien menjauhi ke operator dengan kepala menunduk dan posisi operator pada jam 9-11. Pada
daerah biru, kepala pasien mengarah ke operator dan dagu dinaikkan ke atas dan posisi operator
pada jam 11-12.
 Rahang bawah (sextant 4-6): pada permukaan fasial sextant 4 dan permukaan lingual sextant 6,
kepala pasien mengarah operator dan menunduk, posisi operator pada jam 9-11. Pada permukakan
lingual sextant 4 dan permukaan fasial sextant 6, kepala pasien menjauhi operator dan dagu
dinaikkan, posisi operator pada jam 9-10. Pada sextant 5, permukaan fasial dan lingual dibagi pada
garis midline gigi menjadi dua yaitu daerah hijau dan biru. Pada daerah hijau, kepala pasien
menjauhi operator dan menunduk. Pada daerah biru, kepala pasien mengarah operator dan
menunduk.
Modified pen grasp dilakukan pada kebanyakan prosedur non-bedah dimana jari telunjuk dan jempol
memegang instrumen dan berada pada sisi yang berlawanan pada ujung handle yang mendekati shank.
Jari tengah diletakkan pada handle untuk memberikan stabilitas. Jari manis tidak memberikan fungsi
pada genggaman tapi memberikan dukungan saat prosedur. Keempat jari saling bersentuhan agar
tangan bekerja dalam kesatuan selama instrumentasi. Genggaman ini memberikan kontrol maksimum
pada instrument, memudahkan pergerakan instrumentasi, meningkatkan sensitivitas sentuhan, dan
menurunkan kepenatan operator.

Pada prosedur skeling, jari manis berperan sebagai tumpuan untuk instrumen dan sebagai sandaran jari,
berfungsi untuk menstabilisasikan tangan. Pada prosedur periodontal, instrumen digerakkan untuk
mencongkel deposit dari permukaan gigi. Lokasi ideal sebagai tumpuan yaitu pada gigi yang
merupakan tumpuan intraoral. Stabilitas yang baik didapatkan pada tumpuan pada permukaan oklusal
atau insisal gigi yang berdekatan dengan gigi yang dikerjakan, bisa pada rahang atau kuadran yang
sama. Hindari bertumpu pada gigi prostetik karena kurang aman dan dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman pada pasien. Posisi tangan untuk instrumentasi rahang atas disebut “palm up” dimana telapak
tangan menghadap bidang oklusal, dan sebaliknya untuk rahang bawah disebut “palm down”.

Tumpuan ekstraoral juga diperlukan pada beberapa keadaan seperti; terdapat gigi yang hilang atau
goyang, TMJD, keterbatasan membuka mulut. Hindari menekan pada satu titik, untuk mengurangi
tekanan pada jaringan lunak pasien gunakkan telapak atau punggung tangan.

Tumpuan substitute dapat menjadi pilihan bila terdapat kesulitan dalam menemukan tumpuan intraoral.
Jari telunjuk dari tangan yang tidak memegang instrumen diletakkan pada daerah yang berdekatan
dengan gigi yang dikerjakan, atau pada permukaan oklusal pada gigi sekitar.

Contoh penggunaan working end instrumen yang tepat seperti pada gambar 14-27: ujung instrumen
ditunjuk ke sisi interproksimal dan terminal shank sejajar dengan sumbu gigi.

Adaptasi merupakan hubungan working end pada permukaan gigi, didapatkan dengan cara
menyesuaikan ujung instrumen pada berbagai kontur pada tiap permukaan gigi dengan memutar handle
menggunakkan jempol dan jari telunjuk. Tujuan utama adaptasi yaitu menjaga ujung instrumen tetap
berkontak dengan permukaan selama pergerakan instrumen. Adaptasi ujung instrumen yang buruk
dapat menyebabkan trauma dan terlewatnya pengambilan deposit dari permukaan akar. Pengetahuan
anatomi gigi dan akar sangat penting untuk mendapatkan adaptasi instrumen yang tepat.

Angulasi merupakan hubungan antara permukaan ujung blade instrumen terhadap permukaan gigi.
Sudut yang tepat instrumen selama pergerakan disebut working angulation, dengan sudut lebih dari 450
dan kurang dari 900. Sudut ideal untuk skeling yaitu 880, root planning 45-800. Bila permukaan ujung
blade sejajar dengan permukaan gigi, maka sudut instrumen 00 yang disebut closed angulation,
digunakan untuk gerakan eksploratorik untuk menemukan letak deposit kalkulus, dan juga untuk
insersi inisial instrumen ke poket periodontal. Angulasi instrumen kurang dari 400 tidak dapat
menghilangkan deposit dan menyebabkan deposit menjadi halus sehingga sulit untuk diambil. Open
angulation yaitu sudut permukaan ujung blade yaitu 900 atau lebih terhadap permukaan gigi.

Aktivasi merupakan pergerakan poros tangan pada tumpuan yang menciptakan gerakan instrumen.
Aktivasi dilakukan dengan pergerakan pergelangan tangan yang berputar mulai dari jari tumpuan.
Memutar pergelangan tangan melibatkan gerakan lengan seperti membuka gagang pintu. Gerakan
pergerakan tangan sama seperti melambaikan tangan atau melukis dengan kuas. Aktivasi tidak
digunakan hanya dengan jari saja karena jari memiliki otot yang lebih kecil dan lemah, dengan
pergerakan yang terbatas dan tidak melibatkan tumpuan.

Selama aktivasi, tekanan yang dikeluarkan tidak terlalu kecil karena pengungkitan terganggu, namun
bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien dan kelelahan pada
operator. Tekanan yang digunakan selama aktivasi yaitu tekanan moderat, disesuaikan selama
perawatan.

Stroke adalah satu gerakan instrumen pada satu arah yang dilakukan sesuai dengan fungsi instrumen
tersebut. Selama stroke gaya dialirkan dari sumbu tumpuan ke working end instrumen yang disebut
dengan tekanan lateral. Stroke pendek dan kuat digunakan untuk memecahkan tepi deposit atau deposit
kalkulus yang besar. Stroke yang lebih panjang dan pelan dilakukan pada pembuangan kalkulus yang
lebih lunak atau stain. Stroke pada penghalusan akar menggunakkan lebih sedikit tekanan lateral untuk
mengurangi jumlah struktur akar yang dibuang.

Stroke instrumen dibagi sesuai fungsinya menjadi stroke eksploratorik, skaling dan penghalusan akar.
Stroke eksploratorik merupakan gerakan instrumen untuk mendeteksi deposit atau untuk
mengidentifikasi struktur, menggunakan genggaman dan tekanan lateral yang ringan agar getaran dan
stimuli taktil lainnya dapat dialirkan dari working end ke jari. Skaling merupakan pembuangan plak,
kalkulus dan stain dari permukaan mahkota dan akar gigi.

Arah dari stroke sesuai dengan sumbu panjang gigi. Arah-arah stroke yaitu vertikal, oblik, horizontal,
dan sirkumferensial. Skaling memerlukan tekanan lateral yang besar biasanya menggunakan stroke
vertical dan oblik. Stroke instrumen juga dapat disebut menarik, menekan dan walking stroke. Stroke
dengan menarik yaitu menggerakkan instrumen ke arah korona menjauhi gingiva. Stroke mendorong
digunakkan dengan menggerakkan instrumen ke apikal menuju gingiva, namun gerakan ini jarang
digunakan dalam prosedur karena dapat menyebabkan luka pada jaringan lunak. Walking stroke
dilakukan dengan menggerakkan instrumen pada kedua arah (dorong dan tarik) dengan sedikit jarak
antar stroke, biasanya dilakukan dengan prob periodontal dan eksplorer.

Setiap stroke harus overlap dengan stroke sebelumnya untuk memastikan tidak ada permukaan gigi
yang terlewat. Insersi imstrumen merupakan elemen yang penting dari adaptasi. Insersi yang tepat
bertujuan untuk memastikan ujung instrumen mencapai bagian paling apikal dari sulkus atau poket
periodontal. Untuk mencapai dasar poket, insersikan ujung instrumen lalu dorong ringan ke bawah
poket sampai berkontak dengan jaringan lunak.

Proses Non Bedah Terapi Periodontal

Operator harus mengerti prinsip penggunaan instrumen sebagai langkah awal dalam melakukan terapi
awal terapi periodontal. Tentukan daerah yang akan dirawat dan posisikan pasien dengan tepat. Periksa
kondisi periodontium pasien dari dental chart pasien atau dengan prob periodontal. Awali debridement
subgingival dengan instrumen manual atau mekanik, lalu lakukan perawatan yang diperlukan pada tiap
permukaan. Untuk memulai, gunakan stroke eksploratorik dengan eksplorer atau kuret untuk
menemukan kalkulus yang tersisa. Bila ditemukan deposit, letakkan ujung kuret pada tepi terluar
kalkulus, eratkan genggaman, tetapkan cutting edge pada sudut 880 dari permukaan, berikan tekanan
yang sesuai pada tumpuan dan aktivasi stroke skeling untuk mengeluarkan deposit. Gerakan diulang
dan overlap dari stroke awal ke stroke berikutnya hingga kalkulus residual, altered cementum, dan plak
tidak ada lagi pada seluruh permukaan dengan menggunakan kuret spesifik dengan stroke penghalusan
akar, angulasi yang dikurangi dan tekanan lateral yang lebih ringan.

Evaluasi permukaan gigi diawali dari memeriksa kehalusan menggunakan eksplorer. Irigasi poket dan
tekan jaringan selama 15-30 detik untuk menghentikan pendarahan. Lalu evaluasi respon jaringan,
identifikasi apabila ada pendarahan berkelanjutan, epithelial tissue tag, perubahan warna. Evaluasi
keberhasilan perawatan dilakukan setelah 4-6 minggu prosedur untuk menyelesaikan masa
pembengkakan dan memberikan waktu untuk penyembuhan.

Powered Mechanical Instrumentation

Dua kelompok powered mechanical instrumen untuk debridement periodontal sesuai dengan frekuensi
operasinya yaitu sonik dan ultrasonik. Skeler sonic menggunakkan frekuensi rendah yaitu 3000-8000
kHz digerakkan oleh tekanan udara dari dental unit.

Skeler ultrasonik dapat dikategorikan menjadi magnetostrictive dan piezoelectric. Skeler ultrasonik
magnetostrictive bergetar pada 18000-42000 kHz, bergetar dengan pola elliptical atau orbital, dimana
seluruh permukaan tip instrumen berperan dalam proses debridement. Skeler ultrasonik piezoelectric
yang beroperasi pada 24000-45000 kHz, bergetar dengan pola linear yang berguna untuk aktivasi
permukaan lateral tip instrumen.

Skeler ultrasonik juga dapat digunakan secara manual dan otomatis. Air yang mengalir digunakan
untuk mengurangi panas yang dihasilkan dari getaran tip instrumen dan berperan sebagai pembilas
pada proses debridement.

Terdapat beberapa tip pada skeler sonik yaitu bentuk sickle untuk membuang deposit proksimal, tip
universal untuk membuang kalkulus dan stain supragingiva, dan extended-length periodontal tip untuk
skeling subgingiva. Tip pada skeler ultrasonik bervariasi dari diameter yang besar, tip universal lurus
untuk pembuangan kalkulus supragingiva, dan diameter yang lebih tipis, kecil dan lurus, right atau left
tip untuk pembuangan kalkulus subgingiva.

Kontraindikasi penggunaan powered instrumentation:

 Gigi yang mengalami demineralisasi, dapat menyebabkan pembuangan ekstensif struktur gigi
dan hipersensitivitas
 Implan gigi (bisa dilakukan dengan tip khusus yang menghindari kerusakan permukaan implan)
 Pasien dengan alat pacu jantung
 Pasien dengan penyakit respiratory dapat intoleran terhadap aerosol yang dihasilkan selama
powered instrumentation
 Pasien dengan penyakit infeksius
Polishing

Biasanya polishing dilakukan pada permukaan mahkota gigi yang terekspos menggunakan soft rubber
cup dan bahan abrasif setelah prosedur SPA. Tujuan utama polishing yaitu untuk membuang stain
ekstrinsik dan plak supragingiva. Beberapa efek samping polishing yaitu hilangnya struktur gigi akibat
bahan abrasif. Hindar melakukan polishing pada gigi dengan karies, dan gigi dengan restorasi yang
dapat dengan mudah dirusak oleh bahan abrasif. Polishing dilakukan menggunakan handpiece dengan
kecepatan rendah, dibawah 20000 revolutions/minute untuk mengurangi abrasi.

Distribusikan pasta abrasif pada permukaan gigi lalu gunakan rotating rubber cup secara sistematik,
irigasi dan gunakan dental floss setelah prosedur untuk membuang sisa partikel abrasif pada sela gigi.
Air-powder polishing atau jet polishing menggunakan sodium bikarbonat sebagai bahan abrasif untuk
membuang plak dan stain ekstrinsik dengan abrasi mekanik. Pada gigi yang mengalami resesi gingiva,
air-powder polishing tidak membuang struktur gigi sebanyak instrumen manual. Kontraindikasi air-
powder polishing yaitu pada pasien sodium-restricted diet, pasien dengan penyakit respiratory, pasien
yang memakai lensa kontak, restorasi komposit, dan enamel yang terdemineralisasi. Handpiece pada
prosedur air-powder polishing dipegang dengan modified pen grasp, tidak harus dengan tumpuan
karena tidak diperlukan tekanan selama stroke. Jarak antara tip instrumen dengan permukaan gigi
sejauh 4-5mm, digerakkan dalam gerakan konstan yang memutar brushlike strokes. Tip diarahkan
dengan sudut 900 untuk permukaan oklusal, 600 untuk permukaan lingual dan fasial pada gigi anterior,
dan 800 pada permukaan lingual dan fasial gigi posterior.

Instrumentation Sharpening

Instrumen yang tajam merupakan hal yang fundamental dalam kesuksesan prosedur non-bedah.
Instrumen yang tajam dapat membuang kalkulus dengan jumlah stroke yang lebih sedikit, menciptakan
permukaan akar yang lebih halus, meningkatkan sensitivitas taktil, memerlukan tekanan lateral yang
lebih sedikit, meningkatkan kontrol saat melakukan stroke, dan mengurangi kelelahan operator.

Sharpening dilakukan dengan membuang metal sepanjang permukaan lateral pijau dengan sharpening
stone untuk menjadikan cutting edge kembali tajam. Sharpening yang paling sederhana, efisien dan
terjangkau untuk alat skeling manual yaitu melalui menajamkannya secara manual dengan stone.
Beberapa armamentarium untuk prosedur sharpening diantaranya flat stone, cylindrical atau conical
stone, lubricant untuk stone, gauze steril untuk membersihkan debris dari working end setelah
sharpening, magnifikasi untuk mengobservasi cutting edge, tes pada tangkai plastik untuk
mengevaluasi ketajaman, dan sumber cahaya yang cukup, biasanya dengan dental lamp.

Ketajaman instrumen dapat dievaluasi dengan dua cara. Cara pertama yaitu dengan mengamati working
end dengan alat magnifikasi dan penerangan yang terang. Instrumen yang tajam merefleksikan cahaya
sepanjang cutting edge. Cara yang lain untuk menguji ketajaman cutting edge yaitu dengan
menggunakan working angulation pada akrilik atau tangkai plastik. Instrumen yang tajam akan
tertancap pada tekanan ringan.

Beberapa macam stone untuk menajamkan instrumen diantaranya batu mineral seperti batu Arkansas,
atau batu buatan seperti ruby dan ceramic stone. Lubrikasi dengan minyak diperlukan sebelum
menajamkan instrumen dengan batu mineral untuk menghindari partiel metal tertancap ke permukaan.
Sedangkan pada batu artifisial, lubrikasi dilakukan dengan air untuk mengurangi panas friksional yang
dapat mengubah metal dari instrumen. Sharpening stone memiliki beberapa tingkat abrasif. Fine stone
lebih baik untuk sharpening karena metal yang dibuang lebih sedikit selama proses penajaman.
Medium grit stone digunakan hanya untuk me-rekontur instrumen.

Anda mungkin juga menyukai