Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN STRATEGI

ERADIKASI POLIO
Disampaikan Pada :
Pertemuan Sosialisasi Introduksi Vaksin Baru
Bagi Petugas Imunisasi Puskesmas
se Provinsi Lampung Tahun 2015

Kurnia Perdana, 1 – 3 September 2015


LATAR BELAKANG (1)
 Sidang World Health Assembly (2012)  pencapaian
eradikasi polio merupakan kedaruratan kesehatan
masyarakat global
 Dokumen Rencana Strategis 2013-2018 dan Inisiatif
Pencapaian Eradikasi Polio Global
 dibutuhkan komitmen global dimana setiap negara
perlu melaksanakan tahapan-tahapan yaitu :
 Pemberian imunisasi tambahan polio (tOPV) nasional
 Penggantian dari trivalent oral polio vaccine (tOPV) ke
bivalent oral polio vaccine (bOPV)
 Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV)
 Penarikan seluruh vaksin polio oral (OPV)
LATAR BELAKANG (2)
 Desk review (2014)  masih banyak ditemukan
daerah-daerah kantong yang tersebar pada hampir
seluruh provinsi, diperlukan upaya mitigasi melalui
kegiatan pemberian imunisasi tambahan polio massal
(PIN Polio)
 Penarikan seluruh OPV  meminimalisasi risiko
munculnya kasus polio yang disebabkan oleh virus
polio Sabin. Fase pertama dari penarikan OPV adalah
penggantian dari trivalent oral polio vaccine (tOPV) ke
bivalent oral polio vaccine (bOPV)
 Untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat
terlindungi dari virus polio tipe 2 setelah penarikan
tOPV, dilakukan introduksi minimal 1 dosis
Inactivated Polio Vaccine (IPV) ke dalam program
imunisasi rutin
CAKUPAN IMUNISASI POLIO 1
2013

2014
CAKUPAN IMUNISASI POLIO 2
2013

2014
CAKUPAN IMUNISASI POLIO 3
2013

2014
CAKUPAN IMUNISASI POLIO 4
2013

2014
TIMELINE STRATEGI ERADIKASI
POLIO DI INDONESIA

2020
Juli 2016
Penghentian
April 2016 penggunaan
Introduksi
IPV seluruh OPV
Penggantian setelah semua
Maret2016 tOPV Menjadi kasus polio liar
bOPV sudah
dieradikasi
Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) Polio,
target: anak usia 0-59
bulan

Penguatan Imunisasi Polio


rutin dg cakupan >95%
RENCANA NASIONAL STRATEGI ERADIKASI
POLIO
 Payung Hukum (Permenkes)
 Tim Validasi Nasional Penggantian tOPV Menjadi bOPV 
Pakar, Independen : Komite Nasional Eradikasi Polio
 Pembentukan dan penetapan Kelompok Kerja (POKJA)
 Penyusunan juknis, modul pelatihan dan materi KIE
 Sosialisasi dan pelatihan secara berjenjang dimulai pada
bulan Agustus/September 2015
 Koordinasi dengan PT. Biofarma kesiapan produksi bOPV
dan IPV serta izin edarnya
 Pendanaan
 Monitoring dan evaluasi
 Validasi
 Manajemen limbah
STRUKTUR MANAJEMEN PELAKSANAAN
STRATEGI ERADIKASI POLIO
POKJA PELAKSANAAN PIN POLIO, PENGGANTIAN
TOPV KE BOPV DAN INTRODUKSI IPV (1)

 Susun SK, baik di tingkat nasional, provinsi maupun


kabupaten/kota
 Di tingkat nasional terdiri dari 2 bidang:

 Bidang Penyelenggaraan
 Sub bidang perencanaan

 Sub Bidang logistik

 Sub Bidang pelaksanaan

 Sub Bidang komunikasi

 Sub Bidang monitoring dan evaluasi

 Bidang Validasi
POKJA PELAKSANAAN PIN POLIO, PENGGANTIAN
TOPV KE BOPV DAN INTRODUKSI IPV (2)

 Ditingkat Provinsi dan Kab/Kota terdiri dari 5 bidang:


 Bidang perencanaan
 Bidang logistik
 Bidang pelaksanaan
 Bidang komunikasi
 Bidang monitoring dan evaluasi

 Lingkup kerja POKJA meliputi kegiatan PIN Polio,


penggantian tOPV-bOPV, introduksi IPV, serta
mempertahankan status eradikasi
PEKAN IMUNISASI
NASIONAL (PIN POLIO)
KEBERHASILAN PIN POLIO MASA
LALU

 PIN Polio tahun 1995, 1996 dan 1997 


virus polio liar asli Indonesia (indigenous)
sudah tidak ditemukan lagi sejak tahun
1996
 KLB 2005 s.d awal 2006 tertanggulangi
setelah dilakukan Outbreak Response
Immunization (ORI), dua kali mop-up,
lima kali PIN, dan dua kali Sub-PIN
TUJUAN PELAKSANAAN PIN POLIO 2016

 Mengurangi risiko penularan terhadap


importasi virus polio tipe 2 dan CVDPV type 2
 Memastikan tingkat imunitas terhadap polio
khususnya P2 di populasi (herd immunity)
cukup tinggi dengan cakupan ≥ 95%
 Memberikan perlindungan secara optimal dan
merata pada kelompok umur 0-59 bulan
terhadap kemungkinan munculnya kasus polio
yang disebabkan oleh virus polio Sabin
WAKTU, SASARAN DAN LOKASI
PIN POLIO 2016

 Waktu : Maret 2016


 Sasaran: anak usia 0 s.d 59 bulan, termasuk
pendatang
 Lokasi: di seluruh wilayah Indonesia, kecuali
di DI Yogyakarta, karena DIY tidak lagi
menggunakan vaksin polio tetes
 Pemberian imunisasi polio dilaksanakan di
Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas,
Puskesmas pembantu, dan Rumah Sakit serta pos
pelayanan imunisasi lainnya di bawah koordinasi
Dinas Kesehatan setempat.
STRATEGI PELAKSANAAN
PIN POLIO 2016
 Perencanaan Pembiayaan dan Logistik
 Penyusunan Pedoman Teknis

 Penyusunan Media KIE

 Sosialisasi dan Pelatihan Secara Berjenjang

 Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi Pra


Pelaksanaan
 Monitoring Persiapan Pelaksanaan

 Pelaksanaan PIN Polio

 Monitoring dan Evaluasi Pasca Pelaksanaan


Anak yang tidak datang dan belum
mendapatkan imunisasi pasa saat hari “H” harus
dikunjungi (sweeping) dan diberikan imunisasi
polio dalam kurun waktu maksimal 3 hari

CAKUPAN
SETINGGI
MUNGKIN
TARGET: ≥ 95%

Anda mungkin juga menyukai