Anda di halaman 1dari 15

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 01.04.

04
RUMAH SAKIT TK III 01.06.01 DR REKSODIWIRYO

PENATALAKSANAAN EKSTRAKSI GIGI


GANGREN RADIX

OLEH :
drg. Syifa Khairunnisa Mauluddin

PEMBIMBING :
drg. Riri Fitria Geofani

LAPORAN DOKTER GIGI INTERNSIP


RUMAH SAKIT TK III 01.06.01 Dr REKSODIWIRYO
TRIWULAN IV 2023
PADANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencabutan gigi tetap menjadi penyebab utama prosedur yang umum
dilakukan di negara-negara berkembang. Kehilangan gigi memiliki dampak
sosial ekonomi, kualitas hidup kesehatan umum, dan psikologis yang
signifikan. Memang, kehilangan gigi telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat global dengan proporsi yang sangat besar. Meskipun dapat
dicegah, karies gigi dan penyakit periodontal tetap menjadi alasan paling
umum untuk pencabutan gigi, terutama di negara berkembang. Alasan
pencabutan gigi dan jumlah gigi yang dicabut dalam suatu populasi juga telah
dikaitkan dengan kebersihan mulut, tingkat pendidikan, status sosial
ekonomi, dan kualitas hidup individu. Tingkat urbanisasi juga telah
ditemukan mempengaruhi pola pencabutan gigi. Selain itu, beban penyakit
mulut dan faktor etiologi menunjukkan variasi antar dan intra-regional. 1–3
Indonesia adalah salah satu negara berkembang, sebagian masyarakatnya
memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ekonomi seperti ini,
umumnya akan menyebabkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
termasuk kesehatan gigi dan mulut, menjadi berkurang. 4
Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi atau gigi berlubang di
Indonesia adalah 75 %, dan prevalensi pencabutan gigi sebesar 79,6%. Karies
yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan hilangnya
mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) atau disebut
juga sebagai gangren radiks.4
Gangren radiks gigi harus dicabut dan dibersihkan. Karena
keberadaannya menjadi sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada gigi. Parahnya lagi, infeksi bisa menjalar ke ginjal, jantung dan berakibat
buruk terhadap penyakit diabetes militus. Gangren radiks gigi yang tertinggal
di dalam gusi dapat disebabkan oleh: Karies, Pencabutan gigi yg kurang
sempurna, Gigi patah.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangren Radix


Karies yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan
hilangnya mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar)
atau disebut juga sebagai gangren radiks. Gangren radiks biasanya
memiliki lesi periapikal yang bersifat kronis dengan tidak ada gejala
ataupun eksaserbasi akut akibat infeksi sekunder yang mengakibatkan
rasa sakit.4,5
Gangren Radix atau yang dikenal masyarakat dengan sebutan sisa akar
gigi adalah tertinggalnya adalah tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan
akar gigi yang tertinggal merupakan jaringan mati yang merupakan tempat
berkembangnya bakteri. Kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik dan
penyakit- penyakit dalam mulut yang tidak dirawat sering merupakan
gangguan karena rasa sakit yang ditimbulkan dan juga dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman pada penderitanya.4
Gejala bisa terjadi dengan/tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian
terjadi perubahan warna pada akar gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan atau keabu-abuan.4

Gambar 2.1 Gambaran klinis gangrene radix.


2.2 Etiopatogenesis
Gangren Radix dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang
tidak sempurna. Pada kasus dengan etiologi karies proses ini terjadi akibat
pertumbuhan bakteri di dalam mulut yang mengubah karbohidrat yang
menempel pada gigi menjadi suatu zat bersifat asam yang mengakibatkan
demineralisasi email. Umumnya, proses remineralisasi dapat dilakukan oleh
saliva, namun jika terjadi ketidakseimbangan antara demineralisasi dan
remineralisasi, maka akan terbentuk karies atau lubang pada gigi. Karies
kemudian dapat meluas dan menembus lapisan dentin. Pada tahap ini, jika
tidak ada perawatan, dapat mengenai daerah pulpa gigi yang banyak berisi
pembuluh darah dan syaraf. Pada akhirnya, akan terjadi nekrosis pulpa,
meninggalkan jaringan mati dan gigi akan ke ropos perlahan hingga tertinggal
sisa akar gigi. Sedangkan pada kasus dengan etiologi akibat ektraksi yang
tidak sempurna terjadi akibat ektraksi gigi sering memiliki kendala atau terasa
sulit khususnya pada bagian posterior sehingga akar patah dan tidak
terekstraksi secara sempurna.6,7

2.3 Rencana Perawatan


Pencabutan gigi, atau exodontia, adalah prosedur pembedahan yang
paling umum di sebagian besar fasilitas dokter gigi. Pencabutan seringkali
merupakan pilihan pengobatan yang paling rasional dan paling terakhir
dilakukan. Apabila dilakukan dengan benar, pencabutan gigi yang sakit dapat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien. Namun apabila dilakukan
dengan buruk, akibatnya adalah penderitaan yang berkelanjutan. Oleh karena
itu, dokter harus mahir dalam ekstraksi dan tahu kapan harus merujuk kasus
di luar keahlian mereka.8
Fraktur akar dapat terjadi selama pencabutan gigi. Klinisi harus
memutuskan apakah akan meninggalkan fragmen akar in situ, atau mencoba
menghilangkannya. Keputusan serupa dibuat ketika sisa-sisa fragmen akar
ditemukan secara kebetulan pada radiografi oral. Prevalensi fragmen akar
yang tertahan dilaporkan sebesar 11-37%. Kondisi akar yang fraktur memiliki
kecenderungan untuk menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman, selain itu
juga dapat menjadi sumber infeksi. Dokter harus melakukan analisis matriks
manfaat-risiko ketika mempertimbangkan pencabutan akar yang tersisa. Jika
diputuskan untuk meninggalkan sisa fragmen akar in situ, dokter gigi
berkewajiban untuk menasihati pasien, dan untuk memastikan tindak lanjut
klinis dan radiografi secara teratur sambil mempertimbangkan pedoman
paparan radiasi yang aman.9
Ekstraksi atau pencabutan gigi adalah salah satu dari sedikit perawatan
gigi yang harus dipertimbangkan sebagai keputusan akhir. Berkurangnya
jumlah gigi mungkin akan menyebabkan kekurangan gizi dan penurunan
kualitas hidup. Pencabutan gigi umumnya dilakukan karena beberapa alasan
seperti karies gigi, periodontitis, alasan ortodontik, impaksi, dan kegagalan
saat perawatan. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk kondisi ini.10–12

2.2.1 Open method


Insisi dibuat dan refleksi flap dilakukan di area dimana gigi harus dicabut.
Pengangkatan tulang kortikal bukal sepanjang akar sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan bur. Luksasi harus dilakukan menggunakan elevator
lurus. Penghalusan tepi tulang dilakukan dengan bone file. Penjahitan juga
dilakukan.10

2.2.2 Menggunakan LA Needle


Jika akar mengalami luksasi sebelum fraktur selama ekstraksi, dan
ditemukan meruncing ke apikal, jarum ukuran 25 yang digunakan untuk
pemberian anestesi lokal rutin dapat digunakan. Biasanya, jarum akan cukup
retentif di saluran untuk menghilangkan akar yang tertahan tanpa
menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan membahayakan jaringan vital yang
berdekatan.10

2.2.3 Menggunakan Hedstrom Files


Upaya dilakukan untuk menghilangkan bagian akar dengan suction.
Namun, jika tidak memungkinkan, identifikasi saluran akar dilakukan
terlebih dahulu. Pemasangan H-file No. 35 harus dilakukan sampai kencang
ke dalam kanal (sedemikian rupa sehingga kikir tidak putus). Semakin baik
kita menempatkan file pada posisi yang benar, semakin baik situasinya
terkendali. Lalu, penarikan file harus dilakukan. Dalam kebanyakan kasus,
diharapkan akan diambil. Namun, jika tidak keluar, metode pembuangan
lainnya dapat dilakukan.10

2.2.4 Menggunakan K-Files


Setelah memasukkan sejumlah file yang sesuai ke dalam saluran akar, 3/4
putaran pertama searah jarum jam harus dilakukan. Ini harus diperiksa untuk
tarik kembali. Pada titik ini, diharapkan penyisipan file 1,5 mm ke dalam
potongan akar. Gaya harus dikirim ke arah apikal dengan seperempat putaran
yang dilakukan searah jarum jam. Hal ini pada gilirannya akan membantu
menghasilkan efek karet gelang-elastis melalui serat periodontal apikal. Ini
mengusir ujung akar dengan cara yang berlawanan. Rotasi searah jarum jam
membantu merobek serat lateral yang melekat pada pelat kortikal. Semua
gerakan ini mengakibatkan hilangnya potongan akar.10

2.2.5 Menggunakan Probe


Prosedur ini dilakukan untuk akar yang patah dengan bevel menghadap ke
arah korteks bukal. Flap envelope harus dibuat pada sisi bukal yang
berhubungan dengan gigi. Probe yang tajam harus dimasukkan ke dalam
soket. Ujung probe harus mengarah ke korteks bukal di sepanjang bevel akar
yang patah. Probe harus sedikit digerakkan ke depan dengan kekuatan lembut
sampai masuk dan menembus seluruh ketebalan korteks bukal, sehingga
membuat bukaan dan ujungnya terlihat secara bukal. Probe dapat ditarik dari
soket. Kemudian dimasukkan ke dalam aperture ke luar untuk menangkap
akar yang retak dan kemudian gaya ke bawah dikerahkan untuk mendorong
ujung akar secara oklusal, sehingga memudahkan eliminasi. Dan dilakukan
pencahitan.10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien

Nama : M Fauzan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 20 Tahun

Alamat : Jl. Ganting

No. Rekam Medik : 00. 18. 24

3.2 Riwayat Kesehatan


3.2.1 Keluhan Utama:
Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat
sisa akar pada gigi belakang bawah kanannya. Pasien sebelumnya pernah
mengonsumsi obat pereda nyeri karena terasa sakit, namun sekarang pasien
sudah tidak mengonsumsi karena rasa sakitnya sudah hilang. Pernah bengkak
tetapi sekarang sudah hilang. Pasien merasa tidak nyaman atas gigi-giginya.
Riwayat dental, penyakit sistemik, dan alergi disangkal oleh pasien. Pasien
ingin giginya dicabut.

3.3 Pemeriksaan Klinis


3.3.1 Pemeriksaan Intra Oral
- Perkusi : Negatif (-)

-Palpasi :Negatif (-)

-Sondasi :Positif (-)

-Vital : Negatif(-)

3.3.1 Pemeriksaan Ekstral Oral

Tidak ada kelainan


3.4 Diagnosa
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan didapatkan diagnosanya adalah
gangrene radix gigi 46.

3.5 Rencama Perawatan


Rencana perawatan yang dilakukan adalah ekstraksi gigi 46.

3.6 Alat dan Bahan

- Alat diagnostik:

o Kaca mulut

o Sonde

o Pinset

o Ekskavator

o Probe

- Syringe, citoject dan cairan anestesi


- Elevator

- Tang ekstraksi
- Tampon

- Povidone iodine

3.7 Prosedur Kerja

Pasien dilakukan tindakan pada gigi 46 di hari yang sama, gambaran


klinis gigi 46 tampak pada gambar. dengan rencana perawatan ektraksi pada
gigi tersebut. Pasien dilakukan anestesi infiltrasi bukal, dan intraligamen.
Namun, pada proses pencabutan terjadi patahan akar gigi di dalam soket
sehingga rencana perawatan selanjutnya perlu dilakukan radiografi dental
untuk melihat posisi patahan tersebut sebelum dilanjutkan proses ekstraksi
gigi. Pasien diberikan medikasi selama penundaan tindakan ekstraksi gigi.
Gambaran klinis gigi 46.
Prosedur blok fisher:
• Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang
• Pipi dan bibir ditarik hingga lokasi penyuntikan dapat terlihat dengan
jelas • Aplikasikan antiseptik di daerah trigonum retromolar
• Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser ke
lateral untuk meraba linea oblique eksterna
• Kemudian telunjuk digeser ke median untuk mencari linea oblique
interna
• Permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah
• Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku, dari sisi
rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar
• Posisi II : Syringe digeser ke sisi yang akan dianestesi, sejajar dengan
bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi
bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi
N. Lingualis
• Posisi III: Syringe digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum
ditusukkan sambil menyusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm.
Aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk
menganestesi N. Alveolaris inferior
• Setelah selesai syringe ditarik kembali.
Prosedur infiltrasi bukal:
• Tarik pipi dan bibir sehingga jaringan menjadi tegang
• Membersihkan daerah tempat penyuntikan infiltrasi mandibula dengan
betadine di daerah apeks gigi
• Titik suntikan pada lipatan mukobukofold gigi Insersikan jarum hati-
hati ke bawah sampai ujung jarum setinggi apeks gigi
• Aspirasi, bila negatif, masukkan anestetikum 0,6 – 1 cc secara perlahan
(20 detik)
• Jarum dikeluarkan secara perlahan
• Membersihkan lokasi penyuntikan dengan kassa steril/tampon
• Insersikan jarum jarum pada mukoperiosteum lingual setinggi setengah
panjang gigi
• Aspirasi, bila negatif masukan anestetikum 0,5 cc secara perlahan.
• Jangan menggunakan penekanan

Prosedur anastesi citoject :


• Memutar bayonet catch
• Melepaskan citoject syringe untuk dikembalikan ke plunger
• Pada waktu memulai menekan resetting kay
• Memasukkan carpule ke dalam barel dan memasang Kembali ke
bayonet catch
• menekan dosing lever sampai dosing plunger menyentuh ke tutup
catridge dan proses ujung dari catridge masuk ke dalam bagian noozle
• memasukkan jarum ke dalam nozzle
• Insersikan jarum pada ligamen gigi bagian mesio-buccal, tekan pedal
secara perlahan untuk memasukkan obat anestesi, lakukan hal yang
sama di medio-buccal, disto-buccal, disto-lingual, medio-lingual dan
mesio-lingual.

Prosedur pencabutan gigi:


• Memisahkan gusi dari gigi dengan raspatorium
• Menggunakan elevator untuk memperluas socket
• Memasangkan tang ekstraksi
• Menggerakan gigi arah labial-lingual
• Menggerakkan gigi dengan gerakkan rotasi
• Pengangkatan gigi
DAFTAR PUSTAKA

1. Dixit LP, Gurung CK, Gurung N, Joshi N. Reasons underlying the


extraction of permanent teeth in patients attending Peoples Dental
College and Hospital. Nepal Med Coll J 2010;12:203-6.
2. Alesia K, Khalil HS. Reasons for and patterns relating to the extraction
of permanent teeth in a subset of the Saudi population. Clin Cosmet
Investig Dent 2013;5:51-6.
3. Jafarian M, Etebarian A. Reasons for extraction of permanent teeth in
general dental practices in Tehran, Iran. Med Princ Pract
2013;22:239-44.
4. Arsad A, Muliana M. ANALISIS GANGREN RADIX TERHADAP
KENYAMANAN MENGUNYAH PADA MASYARAKAT. Media
Kesehatan Gigi : Politeknik Kesehatan Makassar. 2021;20(2).
5. World Health Organization: International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems 10th Revision. 2019.
https://icd.who.int/browse10/2019/en#/K00-K14.
6. Sturdevant. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. St.
Louis, Mo: Elsevier/Mosby, 2013.
7. Talathi A, Umale V, Chandurkar K, Kulshrestha R, Rehani A.
Atraumatic Technique for Removal of Broken Root Tips of Maxillary
Posterior Teeth with Endodontic K File - A Technical Consideration.
Journal of Dentistry, Oral Disorders & Therapy. 2018;6(2).
8. Taiwo AO, Ibikunle AA, Braimah RO, Sulaiman OA, Gbotolorun OM.
Tooth extraction: Pattern and etiology from extreme Northwestern
Nigeria. Eur J Dent. 2017;11(3).
9. Nayyar J, Clarke M, O’Sullivan M, Stassen LFA. Fractured root tips
during dental extractions and retained root fragments. A clinical
dilemma? Br Dent J. 2015;218(5).
10. Ramesh N, Thangavel K, Aravind RJ, Kumar I, Priydharshini G,
Ashmi A. Various Techniques Employed in the Removal of Apical
Root Tips Following Dental Extraction. Annals of SBV. 2020;9(2).
11. Jafarian M, Etebarian A. Reasons for extraction of permanent teeth in
general dental practices in Tehran, Iran. Med Princ Pract
2013;22(3):239–244. DOI: 10.1159/000345979.
12. Chrysanthakopoulos NA. Reasons for extraction of permanent teeth in
Greece: a five-year follow-up study. Int Dent J 2011;61(1):19–24.
DOI: 10.1111/j.1875-595X.2011.00004.x.

Anda mungkin juga menyukai