Disusun Oleh:
Rahmadika Kemala F
112110229
BAGIAN PEDODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
I. DESKRIPSI KASUS
a. Identitas Pasien
Nama :
No.RM :
Usia :
JK :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan orang tuanya ingin memeriksakan giginya
karena merasa ada gigi yang berlubang.
Hasil Anamnesa :
Pasien datang ditemani orangtuanya untuk memeriksakan gigi
karena banyak yang berlubang, orang tua pasien merasa gigi anaknya
berlubang sudah sejak lama. Gigi tersebut tidak pernah terasa sakit.
Orangtua pasien ingin gigi anaknya ditambal agar lubangnya tidak
bertambah besar. Pasien belum pernah merawat gigi tersebut kedokter
gigi.
c. Pemeriksaan Obyektif
General
Tekanan darah : tdl
Nadi : 80 x/menit
Berat badan : 22 Kg
Respiration rate : 20 x/menit
Temperatur : t.d.l
1
Tinggi badan : 125 cm
Ekstraoral
Inspeksi : d.ta.k
Palpasi : d.t.a.k
Intraoral
Gigi 65 :
Terdapat kavitas dengan kedalaman media dioklusal
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
M (0)
Dx : Karies media kelas I
2
A : Karies Media Klas I
Treatment : Preparasi amalgam klas I dan penumpatan amalgam klas I
Preparasi kavitas amalgam klas I
Tumpatan amalgam
3
Tumpatan tidak over/under hanging
Tidak terdapat step
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
CE (+)
Mobilitas (-)
A : Karies Media Klas I
Treatment : Polishing dan Finishing Amalgam
4
III. PERTANYAAN KRITIS
1. Komposisi amalgam
2. Klasifikasi amalgam
3. Sifat Amalgam
4. Proses amalgamasi
5. Proses manipulasi amalgam
6. Kegagalan pada restorasi amalgam
IV. LANDASAN TEORI
1. Komposisi amalgam
antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu cepat terjadi dan
5
Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila
unsure-unsur penting seperti silver, copper, ataupun tin. Alloy yang dibuat
tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat
2. Klasifikasi amalgam
6
Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk
digunakan.
yaitu:
70%), tin (22-30%), copper (13- 30%), zinc (0-1%). Alloy high
yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper
terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-
4%).
7
e. Berdasarkan kandungan Zink
a) Creep
8
kuat. Peningkatan tekanan kondensasi menyebabkan keluarnya
b) Perubahan dimensional
adalah :
meningkat.
9
d. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara
kecil.
c) Kekerasan
dinding kavitas.5
d) Kekuatan
10
o Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung
kecepatan amalgamator.
mengeluarkan merkuri.
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam
11
ini adalah saliva . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh
f. Korosi
g. Tarnish
oksidasi phase Sn-Hg dalam amalgam low copper atau phase Cu-
4. Proses amalgamasi
12
dalam partikel alloy (), lalu merkury bereaksi dengan Ag dan Sn,
merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa
timah-raksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase gamma dua (2).
+ Ag2Hg3 + Sn7Hg
1 2
Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27% sampai 35% dan 11% sampai
13%. Pada amalgam high copper4,7 perbedaan utama antara low dan
high copper amalgam tidak hanya dalam hal persentase tembaga tetapi
Pada kedua penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan Hg maka akan
13
terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta ()) dan bukan gamma 2.
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5
yang biasa digunakan adalah 1:1. Proses selanjutnya adalah triturasi yaitu
triturasi terjadi over maka yang terjadi pada alloy adalah panas,sulit
dan apabila terjadi under triturasi maka alloy akan kering dan rapuh,
14
maupun mekanikal. Kondensasi dilakukan agar terdapat kontak rapat
dengan dinding kavitas dan merkuri yang berlebih dapat dikeluarkan dari
kondensasi. Jika terlambat dilakukan maka akan sulit untuk di carving, dan
kontak dan anatomi yang sesuai sehingga dapat mendukung kesehatan gigi
15
Ketebalan struktur jaringan email gigi desidui lebih tipis dibanding gigi
permanen, sehingga bila terdapat lapisan email yang tidak didukung oleh
dentin yang sehat menjadi rnudah patah/ fraktur setelah dilakukan
restorasi, walau proses penumpatan dilakukan dengan baik. Dengan
patahnya jaringan email pada tepi restorasi maka akan memudahkan
berkembangnya karies sekunder, yang akhirnya nanti tumpatan menjadi
lepas.
b. Fraktur restorasi amalgam
Fraktur pada tumpatan amalgam dapat terjadi karena beberapa hal
antara lain:
1) Sudut axiopulpa line angle runcing,
2) Ketebalan amalgam yang kurang, sehingga tidak mampu menahan
tekanan penguntahan. Hal ini dapat terjadi karena kedalaman
prepararasi yang kurang, kedalaman preparasi cukup tetapi liner yang
terlalu tebal, over conturing.
3) Preparasi yang terlalu sempit dapat mempengaruhi kondensasi
amalgam. Jika lebar preparasi terlalu sempit maka amalgam kodenser
tidak mampu menjangkau daerah yang sempit tersebut, sehingga
menghasilkan kekuatan tekan dan tarik yang lebih rendah. Kondisi
seperti ini sering terjadi di daerah isthmus pada restorasi kelas II
amalgam terutama pada gigi molar satu desidui baik rahang atas
maupun rahang bawah.
4) Traumatik oklusi. Hal ini dapat terjadi karena adanya penumpatan
yang terlalu tinggi. Pada saat karving yang kurang memperhatikan
bentuk anatomis mahkota gigi yang ditumpat maupun oklusi dengan
gigi antagonis menyebabkan bagian tertentu mendapat tekanan yang
berlebuhan pada saat proses pengunyahan. Tekanan yang lebih dan
yang seharusnya sering kali menyebabkan tumpatan fraktur pada bagian
tersebut.
c. Karies yang timbul kembali.
16
Karies disekitar tumpatan amalgam biasanya terjadi karena adanya
preparasi yang kurang baik, daerah yang rentan terhadap karies yaitu pit
dan fisura tidak dilibatkan dalam out line form. Kadang kadang juga dapat
timbul akibat adanya kondensasi yang kurang sempurna terutama restorasi
daerah interproksimal.
d. Retensi yang kurang.
Struktur jaringan keras gigi desidui (email dan dentin) yang tipis dan
anatomis mahkota gigi yang relatif kecil menyulitkan pembuatan retensi,
terutama pada gigi yang sudah mengalami karies yang luas. Sehingga pada
preparasi yang retensinya kurang sempurna memudahkan tumpatan
amalgam lepas.
V. REFLEKSI KASUS
Pada pasien ini dilakukan retorasi tumpatan amalgam klas I gigi 75
dengan diagnosa karies media klas I. Pada proses finishing dan polishing
digunakan bur poles amalgam microdont, tetapi kendala yang dihadapi
yaitu hasil polishing yang kurang mengkilap dan permukaan tumpatan
yang sedikit tidak rata. Kemungkinan analisa penyebab dari masalah diatas
yaitu karena pada saat proses triturasi dan kondensasi kurang maksimal
sehingga permukaan menjadi kasar dan sulit dilakukan polishing, dan pada
saat penumpatan terjadi kesulitan saat isolasi saliva.
Penumpatan amalgam yang tidak mengkilat disebabkan karena
tumpatan amalgam mengalami tarnish, tarnish adalah perubahan warna
pada permukaan amalgam karena berkontak dengan belerang
(sulfur)/deposit film yang terkandung dalam saliva sehingga membentuk
lapisan sulfida (AgS = Hitam).6
Triturasi merupakan proses pencampuran alloy dan merkuri untuk
mendapatkan konsistensi bahan tumpatan yang tepat. Tujuan dari triturasi
yaitu menghilangkan lapisan oxide pada partikel alloy, untuk melapisi
seluruh partikel alloy dengan merkuri sehingga didapatkan konsistensi
bahan tumpatan yang homogen untuk dikondensasi. Tanda bahwa
pencampuran amalgam tepat yaitu bahan tumpatan tampak homogen,
17
menyatu dan mengkilat seperti plastis.3 Pada proses triturasi yang
digunakan dalam kasus ini menggunakan alat amalgamator. Alat ini
memiliki kecepatan yang bervariasi dari 3000 rpm keatas. Waktu untuk
triturasi juga bervariasi tergantung dari merk pabrikan yang digunakan,
yaitu antara 5-20 detik. Masalah yang dapat muncul saat dilakukan
triturasi amalgam yaitu terjadinya under atau over-trituration.7
Pada pencampuran amalgam yang under-trituration yaitu terjadi
proses pencampuran dengan waktu yang terlalu singkat dari waktu yang
ditentukan. Under-trituration membuat campuran bahan tampak rapuh,
mudah pecah, dan kering / tidak mengkilat. Hal ini dapat menurunkan nilai
tensile dan kekuatan tekanan dari tumpatan (terutama pada bahan amalgam
dengan spherical alloys) serta meningkatkan terjadinya creep.6
Proses pencampuran amalgam yang over-trituration yaitu terjadi
proses pencampuran dengan waktu yang lebih lama dari waktu yang
ditentukan dapat membuat permukaan campuran bahan tampak terlalu
mengkilap, terasa hangat dan biasanya bahan ini lengket pada kapsul.
Akibat dari over-trituration yaitu setting time yang lebih cepat,
meningkatkan kontraksi amalgam, meningkatkan terjadinya creep,
meningkatkan nilai tensile dan kekuatan tekan (pada bahan amalgam
lathe-cut alloys) namun menurunkan nilai tensile dan kekuatan tekan pada
bahan amalgam spherical alloys.
Kondensasi merupakan proses memampatkan material amalgam ke
kavitas dengan tekanan tertentu sehingga material tersebut dapat
beradaptasi pada kavitas yang telah dipreparasi. Tujuan dari proses
kondensasi yaitu menghilangkan kelebihan akses merkuri dan gelembung
dalam material amalgam sehingga hasil tumpatan lebih kuat. Kondensasi
disesuaikan dengan jenis bahan amalgam yang digunakan. Untuk amalgam
dengan lathe-cut alloy diperlukan kondensasi dengan tekanan yang besar,
sedangkan pada spherical alloy amalgam cukup digunakan tekanan
ringan-sedang dan menggunakan alat kondenser yang besar karena bila
digunakan alat berukuran kecil kondensasi tidak maksimal hanya
18
memindahkan partikel amalgam tanpa terjadi kondensasi maksimal.
Keseluruhan material amalgam yang dikondensasi harus dilakukan sampai
waktu 3,5 menit dari waktu awal triturasi.5
Setelah proses kondensasi, trimming, carving dan burnishing maka
dalam waktu minimal 24 jam sesudahnya tumpatan amalgam dilakukan
pemolesan menggunakan bur rubber berbentuk point, atau cup dengan low
speed micromotor. Pada pasien ini dilakukan pemolesan tumpatan
amalgam dengan bur rubber merk microdont. Penggunaan bur disesuaikan
dengan urutannya yaitu warna merah tua digunakan pertama kali karena
memiliki tekstur yang kasar sehingga mampu meratakan permukaan metal
yang masih kasar. Tahap kedua menggunakan bur poles warna hijau untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan tumpatan amalgam dengan
cepat. Tahap ketiga menggunakan bur warna biru untuk proses finishing
dan menghasilkan permukaan amalgam yang mengkilat. Tahap akhir
menggunakan bur ultra fine warna beige untuk hasil akhir tumpatan
amalgam yang maksimal lebih mengkilat dan halus.5,9 Akibat yang dapat
timbul dari permukaan yang kasar pada retorasi amalgam yaitu terjadinya
penumpukan plak dan debris pada tepi dan permukaan amalgam yang
kemudian dapat memicu terbentuknya karies.5
Kekurangan operator selanjutnya adalah saat poleshing operator
tidak melakukan poleshing dengan baik, seharusnya poleshing halus dan
mengkilat tetapi ada bagian yang tidak halus dan mengkilat. Akibatnya
jika poleshing tidak halus dan mengkilap adalah retensi makanan akan
menempel pada daerah tersebut sehingga dapat karies sekunder, dapat
terjadi tarnis dan korosi, dapat juga melukai lidah karena ada bagian yang
tajam/ tidak halus. Solusinya pada kontrol operator melakukan poleshing
kembali.
19
DAFTAR PUSTAKA
20