Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DENTAL AMALGAM

Disusun Oleh:
Nurul Wardhani
1112014035

Pembimbing Dep. Konservasi:


Drg. Rika Nuraisyah., Sp. KG

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai di bidang kedokteran gigi.
Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang
rusak.Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya
kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal
pada saat ini masih belum ada meskipun berkembang pesat. Untuk dapat diterima secara
klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan kita pakai sehingga jika bahan-
bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segera mengenali kebaikan dan keburukan dibanding
dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangat penting dan harus dimiliki oleh bahan
restorasi adalah mudah digunakan dan tahan lama.1

Amalgam gigi pertama kali diperkenalkan oleh Monsieur Travaux dari Paris pada
tahun 1826. Pada saat itu, amalgam gigi biasanya dibuat dengan tambalan triturasi dari koin
perak, dengan merkuri. Dr. G.V. Black dari USA memperkenalkan amalgam alloy pada tahun
1895, dengan komposisi timah perak yang merupakan pendahulu dari amalgam alloy modern.
Dalam kedokteran gigi, restorasi amalgam sering digunakan untuk memperbaiki struktur gigi
yang rusak akibat karies.2 Restorasi ini masih banyak digunakan oleh dokter gigi karena
sifatnya yang cukup kuat dalam menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi,
relatif murah jika dibandingkan dengan materi restorasi lainya. 3 Indikasi utama restorasi
amalgam adalah sebagai bahan tambal posterior. Restorasi ini sangat baik karena secara
teknik tidak sensitif, dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur,
dan tahan lama.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi amalgam


Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya
adalah merkuri. Kata amalgam juga didefinisikan untuk menggambarkan kombinasi atau
campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya.
Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses
yang disebut amalgamasi. Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur maka terjadi
suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi
keras dengan warna perak abu-abu.5
2.2 Komponen amalgam4,6,7
Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam. Menurut American Dental
Association (ADA) spesification No.1 untuk amalgam kedokteran gigi konsentrasi perak
dalam campuran sebesar 66-68%, timah 25-28%, tembaga 3,5-6% dan seng kurang dari
2%. Dimana komponen utamanya terdiri dari:
 Liquid yaitu logam merkuri (Hg)
 Bubuk yaitu terdiri dari logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak
(Ag), timah (Sn), dan tembaga (Cu), selain itu juga terkandung logam-logam lain
dengan presentase yang lebih kecil
Fungsi dari setiap komponen dalam amalgam sebagai berikut:
 Perak (Ag)
a. Elemen utama dalam reaksi
b. Menaikkan setting expansion
c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d. Memperputih alloy
e. Menaikkan strength
f. Menurunkan creep
 Timah (Sn)
a. Mengontrol reaksi antara silver dan mercury
b. Mengurangi strength dan hardness
c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi
d. Mengurangi ekspansi
e. Meningkatkan setting time
 Tembaga (Cu)
a. Menaikkan strength dan hardness
b. Menaikkan setting expansion
 Seng (Zn)
Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama proses pembuatan, sehingga dapat
mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun
timah
2.3 Klasifikasi amalgam8
 Berdasarkan jumlah metal alloy
a. Alloy binary, contohnya : silver-tin
b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper
c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium
 Berdasarkan ukuran alloy
a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 µm
b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 µm
 Berdasarkan bentuk partikel alloy
a. Alloy lathe-cut
Memiliki bentuk yang tidak beraturan
Gambar 1. Partikel alloy amalgam lathe-cut

b. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy
diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak
berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada
teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan
Gambar 2. Partikel alloy amalgam spherica
c. Alloy spheroidal
Alloy ini dibentuk melalui proses atomisasi
Gambar 3. Partikel alloy amalgam spheroidal

 Berdasarkan kandungan tembaga


Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan (strength),
kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam berdasarkan
kandungan tembaga adalah sebagai berikut:
a. Low copper alloy
Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%),
zinc (0-1%)
b. High copper alloy
High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%),
zinc (0-1%)
 Berdasarkan kandungan zinc
a. Alloy mengandung zinc, terdapat lebih dari 0.01% zinc
b. Alloy bebas zinc, terdapat kurang dari 0.01% zinc
2.4 Sifat-sifat amalgam7
 Perubahan dimensi
Amalgam dapat berkembang atau menyusut tergantung pada cara manipulasinya.
Idealnya, perubahan dimensi pada amalgam seharusnya kecil sekali atau tidak sama
sekali. Perubahan dimensi amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam yang
tertekan selama pengerasan dan waktu pengukuran dimulai.
ANSI/ADA Specification no. 1 menyebutkan bahwa amalgam tidak akan
berkontraksi dan berekspansi melebihi 20μm/cm, diukur pada suhu 370C, antara 5
menit sampai 24 jam setelah dimulainya triturasi, dengan alat-alat yang akurat sampai
0.5μm.
Secara visual, perubahan dimensi menyebabkan gagalnya tambalan amalgam
karena karies sekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
struktur mikro, perubahan dimensi yang terjadi adalah korosi, tarnish, perubahan γ1
menjadi β1 serta tekanan yang berhubungan dengan daya kunyah.
 Termal ekspansi dan termal kontraksi
Salah satu bentuk perubahan dimensi yang sering terjadi adalah ekspansi. Ada
beberapa penyebab terjadinya ekspansi berlebih pada amalgam, yaitu rasio alloy / Hg
yang tinggi, partikel alloy yang besar, waktu tirturasi yang kurang/singkat, tekanan
kondensasi yang dilakukan tidak memadai, serta terkontaminasinya amalgam yang
mengandung seng oleh kelembaban selama proses tirturasi dan kondensasi.
Kontaminasi H2O pada amalgam yang mengandung Zn (sebelum mengeras) akan
menyebabkan reaksi elektrolitik.
Ekspansi terjadi setelah hari ke-4 atau ke-5 setelah penambalan, bila sebelum
hari itu pasien mengeluh sakit pada gigi yang ditambalnya bisa dipastikan bukan
akibat ekspansi. Pada saat ekspansi terjadi, tambalan akan menekan dinding kavitas
yang menjalar ke kamar pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit pada pasien. Bila
dibiarkan, tambalan akan tampak menonjol keluar dari kavitas, yang akan
menyebabkan gigi sensitif setelah penumpatan.
Kontraksi akan menyebabkan terjadinya celah antara tumpatan dengan dinding
kavitas. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder.
 Strength
Sangat dibutuhkan nilai strength yang tinggi bagi amalgam karena sering dipakai
untuk merestorasi gigi posterior. Strength merupakan salah satu keraktersitik penting
yang harus dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Bila bahan tambal kurang kuat
akan mudah sekali untuk patah terutama di daerah tepi dan mempercepat terjadinya
korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang lebih berat.
Tembaga merupakan salah satu unsur yang dapat memperkuat amalgam,
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi akan lebih kuat dibandingkan
dengan yang kandungan tembaganya kecil.
 Creep
Menurut ADAS No.1 untuk bahan amalgam dipersyaratkan mempunyai daya alir
dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian terbukti berhubungan dengan
kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi daya alir makin besar derajat kerusakan
tepi.
Meskipun demikian untuk amalgam berkandungan tembaga tinggi, daya alir
tidak bisa dijadikan patokan dalam menentukan perkiraan terjadinya kerusakan tepi
karena kebanyakan amalgam jenis ini memiliki daya alir dibawah 0.4% atau lebih
rendah. Sementara amalgam dengan kandungan tembaga rendah daya alirnya berkisar
antara 0.8-8%.
 Brittleness
Dikarenakan amalgam sering digunakan untuk merestorasi bagian posterior maka
dipastikan bahwa amalgam ini akan sering mendapatan tekanan. Oleh karena itu
amalgam yang baik adalah amalgam yang mempunnyai tingkat brittleness yang
rendah, atau tidak rapuh.
 Hardness
Hardness dapat pula didefinisikan sebagai banyaknya energi deformasi elastic atau
plastis yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dan merupakan ukuran dari
ketahanan terhadap fraktur atau kepatahan. Oleh karena itu diperlukan hardness yang
tinggi bagi amalgam agar tidak mudah patah jika diberikan tekanan.
2.5 Manipulasi amalgam6
 Perbandingan (Proportioning)
Tahap pertama dalam manipulasi amalgam adalah membandingkan banyaknya air
raksa yang dipakai dengan alloy yang akan dicampurkan. Air raksa yang akan
digunakan harus ditimbang terlebih dahulu, begitu juga alloy yang akan digunakan
juga harus ditimbang. Perbandingan alloy/merkuri berbeda-beda antara 5:8 dan 10:8.
Pencampuran yang berisi sebagian besar kuantitas merkuri adalah “basah” pada
umumnya dicampur dengan menggunakan tangan sedangkan pencampuran yang
berisi sebagian kecil dari merkuri adalah “kering” pada umumnya diaduk
menggunakan mesin pengaduk. Dalam beberapa perbandingan merkuri pada dasarnya
bervariasi sesuai dengan perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk
partikel dan suhu yang digunakan.
Bermacam-macam metode telah tersedia. Metode yang paling akurat adalah
dengan menimbang merkuri dan komponen alloy dengan seimbang. Namun metode
ini sekarang jarang digunakan. Kini telah tersedia merkuri dan alloy dikemas dalam
satu bagian dengan perbandingan tertentu. Beberapa logam campur ini tersedia dalam
kapsul yang bisa aktif sendiri, dimana air raksa dan logam akan bercampur secara
otomatis selama beberapa getara pertama dari almagamator.
Meskipun kapsul dengan berat yang sudah diukur ini lebih mahal, namun lebih
mudah digunakan, mengurangi kemungkinan tumpahnya air raksa serta pemaparan
uap air raksa pada saat penimbangan. Akan tetapi penggunaan kapsul ini tidak
memberikan kesempatan untuk dilakukannya penyesuaian kecil pada perbandingan
jumlah air raksa dan logam campur untuk memenuhi selera pribadi dan praktisi.
Syarat yang harus dipenuhi ialah perbandingan komposisi antara air raksa dan
logam campur harus sesuai agar mendapatkan campuran amalgam yang halus dan
plastis. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan
perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel dan suhu yang
digunakan. Selain itu teknik manipulasi dan kondensasi yang dipilih dokter gigi juga
akan menentukan rasio perbandingan yang akan digunakan. Untuk logam campur
lathe-cut termodern, rasio yang dianjurkan adalah 1:1 atau 50% air raksa. Sedangkan
untuk logam campur berpartikel sferis, jumlah air raksa yang dianjurkan adalah 42%.
Syarat utama bagi air raksa untuk tambalan amalgam ini, adalah kemurniannya yang
menunjukkan kualitas kimiawi dari air raksa.
 Pengadukan (Triturasi)
Tujuan triturasi (pengadukan) adalah amalgamisasi yang benar dari air raksa dengan
logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa diberikan tentang waktu pengadukan
karena ada banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain: banyaknya jenis amalgam,
bentuk partikel serbuk amalgam, perbedaan kecepatan dan pola ayunan atau daya
yang mengenai amalgam, lama pengadukan, serta berbagai jenis desain kapsul.
Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Secara manual (hand mixing)
Triturasi dilakukan oleh karena adanya suatu selubung tipis oksida pada alloy
yang akan menghambat berkontaknya Hg dan alloy. Oksida tersebut dapat

dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini dilakukan
didalam mortar dan mengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy dengan Hg
adalah 1:1.
Gambar 4. Mortar dan pestle keramik
b. Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)
Mechanical mixing adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara
otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi alloy dan Hg sudah
berada dalam kapsul. Waktu untuk pengadukkanya harus sesuai degan aturan
yang tertera oleh pabrik.

Gambar 5. Amalgamator
Aturan umumnya adalah untuk perbandingan air raksa: logam campur tertentu,
penambahan waktu triturasi atau kecepatan atau keduanya, akan memperpendek
waktu kerja dan pengerasan. Konsistensi dari adukan merupakan bukti kombinasi
yang benar dari logam campur dan air raksa adalah faktor pertimbangan yang
utama.
Syarat yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh dokter gigi dan asistennya
dalam proses pengadukan adalah waktu amalgamasi yang optimal untuk
mendapatkan adukan yang konsisten. Lama pengadukan dan kombinasi yang
benar dari logam campur dan air raksa merupakan penentu dari sifat fisik
amalgam. Pengadukan yang kurang lama mengakibatkan hasil tambalan amalgam
bersifat lemah, berwarna buram, dan permukaan kasar. Jika pengadukan terlalu
lama hasil yang didapat akan cepat korosi, lengket, kekuatan mekanis menurun,
dan creep.

Gambar 6. Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II.


Normal. III. Overmixed
 Kondensasi (Pemadatan)
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam
carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi. Tujuan kondensasi (pemadatan) adalah
memadatkan logam campur kedalam kavitas yang sudah dipreparasi sehingga tercapai
kepadatan maksimal, dengan cukup air raksa yang tertinggal untuk menjamin
kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel logam campur yang ada. Setelah
adukan dibuat, pemadatan amalgam harus segera dimulai, semakin lama waktu
menunggu antara pengadukan dan pemadatan, semakin lemah amalgamnya atau
kekuatan berkurang, dan creep tinggi.
Gambar 7. Amalgam carrier

Proses kondensasi (pemadatan) dapat dilakukan secara manual maupun


dengan alat mekanis.
a. Pemadatan secara manual, setelah adukan amalgam dimasukan kedalam kavitas
yang sudah dipreparsi, harus segera di padatkan dengan tekanan yang cukup untuk
menghilangkan rongga dan merekatkan bahan kedinding kavitas. Ujung kerja alat
pemadat ditekan kedalam massa amalgam dengan tekanan tangan.

Gambar 8. Hand condensor amalgam


b. Pemadatan mekanis, prinsip dan prosedur dari pemadatan mekanis sama dengan
pemadatan dengan tangan, satu-satunya perbedaan adalah bahwa pemadatan
amalgam dilakukan dengan alat otomatis. Alat tersebut bernama mechanical
amalgam 10 elative 10. Ada berbagai mekanisme yang digunakan untuk alat-alat
ini. Beberapa alat menggunakan kekuatan pukulan, sementara yang lainnya
menggunakan getaran yang cepat.
Gambar 9. Mechanical amalgam condensor

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemadatan (kondensasi), setelah


adukan dibuat, pemadatan amalgam harus segera dimulai. Untuk mendapatkan hasil
tumpatan amalgam yang bersifat kuat sebaiknya waktu menunggu 11elati pengadukan
dan pemadatan jangan terlalu lama. Pada saat pemadatan daerah kerja harus kering.
Karena apabila ada cairan pada amalgam yang mengandung seng (Zn) dapat
megakibatkan ekspansi tertunda yang berdampak pada kegagalan 11elative11 dari
tambalan. Penggunaan ukuran kondensor yang dipakai dalam pemadatan mekanik
juga harus sesuai dengan ukuran kavitas.
Dalam pemadatan secara manual, adukan amalgam tidak boleh disentuh
tangan secara langsung, karena kelembaban di permukaan kulit bisa menjadi sumber
kontaminasi untuk amalgam. Setelah pemadatan dari satu lapisan, permukaannya
harus tampak mengkilap. Hal ini menunjukkan bahwa pada permukaan tersebut
terdapat cukup air raksa untuk menyerap ke lapiran berikutnya. Sehingga semua
lapisan akan menyatu. Ukuran dari lapisan amalgam tambahan yang dimasukkan
kavitas. Penambahan dilakukan dalam jumlah 11 elative kecil untuk mengurangi
pembentukan rongga dan mendapatkan adaptasi yang maksimal dengan dinding
kavitas. Selain itu harus digunakan tekanan pemadatan yang cukup untuk menekan
partikel-partikel logam campuran agar menyatu dan mengurangi rongga.
 Pemotongan dan Pengukiran (Trimming and Carving)
Setelah amalgam selesai dipadatkan kedalam kavitas yang sudah dipreparasi,
tambalan diukir dengan menggunakan amalgam carvers untuk menghasilkan anatomi
gigi yang benar. Tujuan dari pengukiran adalah meniru anatomi dan bukan
menghasilkan rincian yang sangat detail.

Gambar 10. Amalgam carvers


Trimming dan carving amalgam dilakukan sebelum amalgam setting atau
diukir segera setelah pemadatan selesai. Biasanya 2-3 menit setelah mixing. Selama
pengukiran harus dilakukan dalam arah yang sejajar dengan atau sedikit kerah tepi
dari kavitas. Ini bisa dicapai dengan baik dengan menggunakan alat yang berujung
bilah, seperti pengukiran Hollenbeck, juga akan mengurangi resiko terjadinya lekukan
atau “hipomarginasi”.
Hal yang perlu diperhatikan, jika pengukirannya terlalu dalam maka ketebalan
amalgam akan berkurang, terutama didaerah tepi. Jika daerah ini terlalu tipis, dapat
menyebabkan fraktur atau patah dibawah tekanan pengunyahan.

 Penyelesaian Akhir (Finising dan polishing)


Setelah pengukiran atau carving selesai, permukaan tambalan harus dihaluskan.
Proses ini dapat dilakukan setelah amalgam setting minimal 24 jam. Proses ini dicapai
dengan memburnish material dengan teliti baik permukaan maupun tepi tambalan.
Jika jenis logam campurnya dapat mengeras dengan cepat, pada saat ini seharusnya
sudah dicapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan gosok yang kuat tetapi
tidak terlalu berat.
Pemburnishan anatomi oklusal dapat dilakukan dengan burnisher berujung
bulat. Alat dengan ujung bilah kaku dan datar paling baik digunakan pada permukaan
yang halus. Penghalusan akhir dapat diakhiri dengan menggosok permukaan
menggunakan bola kapas yang agak basah atau memoles ringan dengan menggunakan
mangkuk karet pemoles serta pasta pemoles.

Gambar 11. Amalgam burnisher


Hal yang diperhatikan dalam penghalusan tambalan logam sebaiknya tidak
dilakukan dengan tekanan, begitu pula sebaiknya dihindari timbulnya panas. Suhu
yang lebih tinggi dari 600C menyebabkan pelepasan air raksa dalam jumlah yang
cukup berarti. Jadi akan terbentuk kondisi banyak air raksa di daerah tepi yang
mempercepat korosi dan kepatahan.
Penyelesaian akhir dari tambalan tidak boleh dilakukan sebelum amalgam
mengeras sepenuhnya. Tindakan ini harus ditunda tindakan ini harus ditunda paling
sedikit 24 jam setelah pemadatan, dan sebaiknya lebih lama lagi. Yang diperlukan
bukanlah sekedar permukaan yang sangat mengkilap, tetapi permukaan logam harus
halus dan seragam.
2.6 Kegagalan restorasi amalgam6
 Perubahan dimensi
Terjadi perubahan dimensi amalgam ditingkat struktur mikro maupun visual yang
setelah amalgam ditempatkan. Penyebab utama perubahan ini adalah (1) karies
sekunder (2) patahnya tepian tambalan (3) pecahnya tambalan (4) patahnya gigi.
Ditingkat struktur mikro, perubahan terjadi akibat: (1) korosi dan karat (2) perubahan
γ 1 menjadi β1 (3) tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.
 Karat dan korosi
Restorasi amalgam sering mengalami pembentukan karat dan korosi di lingkungan
rongga mulut masing-masing individu dan sampai batas tertentu pada logam campur
yang digunakan. Penelitian elektromia menunjukkan bahwa beberapa proses pasivasi
memberikan perlindungan sebagian terhadap korosi lebih lebih lanjut yang terjadi
akibat proses pembentukan karat. Proses korosi ini menghasilkan merkuri bebas.
 Kerusakan tepi
Kerusakan tepi adalah salah satu kerusakan amalgam yang paling sering terjadi.
Meskipun kerukan tepi belum berlanjut sampai terjadinya karies sekunder, ini akan
terus menjadi kerusakan yang lebih parah. Sebagai upaya pencegahan, banyak dari
tambalan yang seperti ini diganti. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada
populasi dengan kebersihan mulut yang baik, maka insidens untuk terjadinya karies
sekunder cukup rendah, meskipun ada kerusakan tepi yang parah.
2.7 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas dari restorasi amalgam6
Menurut Anusavice (2003), kualitas dari restorasi amalgam dapat dipengaruhi oleh:
 Perbandingan Merkuri dan alloy
Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri: alloy,
menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu teknik
tertentu. Perbandingan yang instruksi pabrik berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. Jika
kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar serta
matriks tidak cukup untuk mengikat keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang
terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang
tinggi, sama seperti penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap
korosinya juga menurun.
 Triturasi
Tujuan triturasi (pengadukan) adalah amalgamisasi yang benar dari air raksa dengan
logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa diberikan tentang waktu pengadukan
karena ada banyak faktor yang mempengaruhi. Waktu pengadukan yang pendek
(undertrituration) ataupun yang panjang (overtrituration) akan mengurangi kompresi
dan kekuatan karena ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase γ1 sehingga
partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang pengadukaanya
terlalu lama mempunyai konsistensi yang kental, lengket dan kekuatan yang lemah
karena pembantukan fase γ1 yang berlebihan.
 Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi
sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang tetinggal
untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy yang ada.
Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang
diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk
dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk
meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.
 Efek laju pengerasan amalgam
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh,
pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1
minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal adalah 80 MPa
pada 1 jam. Compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang
kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah
mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.
2.8 Indikasi dan kontraindikasi restorasi amalgam2
 Indikasi restorasi amalgam
a. Kavitas kelas I dan Kelas II yang besar, melibatkan lebih banyak dari sepertiga
tengah permukaan oklusal gigi posterior, dimana restorasi indirect merupakan
kontraindikasi
b. Kavitas kelas II di mana tepi servikal berakhir kotak secara subgingiva dan
seluruhnya terdiri dari dentin
c. Inti ekstensif, dimana sebagian besar struktur mahkota gigi hilang
d. Dimana definitive restorasi harus ditempatkan tetapi perawatan atau kelembaban
tidak dapat dikontrol
e. Biaya menjadi perhatian utama pasien dan tidak mementingkan estetika
 Kontraindikasi restorasi amalgam
a. Gigi anterior
b. Struktur gigi yang tersisa membutuhkan penyangga atau akan membutuhkan
persiapan ekstensif untuk menampung amalgam
c. Karies fissure
2.9 Kerugian dan keuntungan amalgam2
 Kerugian amalgam
a. Kurang adhesi pada struktur gigi: Karena amalgam tidak terikat pada struktur gigi,
adanya kebocoran mikro setelah pemasangan restorasi tidak dapat dihindari;
sedangkan bahan restorasi sewarna gigi memiliki ikatan mikromekanis
b. Estetika: Penampilan amalgam kurang baik sehingga penggunaannya terbatas
pada gigi posterior
c. Toksisitas: efek toksik merkuri dari retorasi amalgam terhadap kesehatan
membuat masyarakat takut dalam pemakaiannya, meskipun belum ada bukti
ilmiah apapun.
d. Kerusakan marginal: “kavitas” di sekitar restorasi amalgam dianggap sebagai
cacat yang bergantung pada tegangan / korosi yang terjadi di area yang mengalami
pembebanan oklusal. Besar dan luasnya kavitas begantung dengan sifat creep.
Karies sekunder merupakan faktor yang membutuhkan penggantian restorasi
ulang
 Keuntungan
a. Murah
b. Mudah digunakan
c. Kekuatan dibawah beban oklusal dan tahan lama
d. Satu-satunya bahan restoratif yang ada saat ini di mana seal marginal membaik
seiring waktu karena pembentukan produk korosi pada antarpermukaan gigi-
amalgam
e. Cepat diaplikasikan
f. Stabil. Amalgam merupakan bahan direct restorasi yang baik untuk gigi posterior
karena dapat menahan beban oklusal yang tinggi

KESIMPULAN

Amalgam adalah salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan, karena sifatnya yang
cukup kuat menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi dan relatif murah jika
dibandingkan dengan materi restorasi lainya. Menurut American Dental Association (ADA)
Spesification No.1 untuk amalgam kedokteran gigi konsentrasi perak dalam campuran
sebesar 66-68%, timah 25-28%, tembaga 3,5-6% dan seng kurang dari 2%.

Manipulasi amalgam terdiri dari 5 tahap, yaitu perbandingan (proportioning),


pengadukan (trituration), pemadatan (condensation), trimming, carving, burnishing, dan
penyelesaian tahap akhir (finishing, dan polishing). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas dari restorasi amalgam adalah perbandingan merkuri dan alloy, triturasi, kondensasi,
efek laju pengerasan amalgam. Oleh karena itu, setiap tahap preparasi dan manipulasi
amalgam harus selalu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hasil dari restorasi
amalgam dapat memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC: Cambridge
2. Treville Pereira. Silver amalgam: A cl inician’s perspective. Journal of Restorative
Dentistry / Vol - 4 / Issue - 2 / May-Aug 2016
3. Bates M.N., Fawcett J., Garrett N., Cutress T., Kjellstrom T., 2004, Health effects of
dental amalgam exposure: a retrospective cohort study, Int J Epidemiol, 33: 894-901
4. Siti sulastri. Dental material. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2017
5. Baum, Philips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
6. Surya G K dkk. Makalah tumpatan amalgam. Universitas Gadjah Mada: FKG. 2013
7. Bing M. makalah amalgam kedokteran gigi. Universitas Padjadjaran: FKG. 2012
8. Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai