Disusun Oleh:
Nurul Wardhani
1112014035
Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai di bidang kedokteran gigi.
Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang
rusak.Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya
kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal
pada saat ini masih belum ada meskipun berkembang pesat. Untuk dapat diterima secara
klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan kita pakai sehingga jika bahan-
bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segera mengenali kebaikan dan keburukan dibanding
dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangat penting dan harus dimiliki oleh bahan
restorasi adalah mudah digunakan dan tahan lama.1
Amalgam gigi pertama kali diperkenalkan oleh Monsieur Travaux dari Paris pada
tahun 1826. Pada saat itu, amalgam gigi biasanya dibuat dengan tambalan triturasi dari koin
perak, dengan merkuri. Dr. G.V. Black dari USA memperkenalkan amalgam alloy pada tahun
1895, dengan komposisi timah perak yang merupakan pendahulu dari amalgam alloy modern.
Dalam kedokteran gigi, restorasi amalgam sering digunakan untuk memperbaiki struktur gigi
yang rusak akibat karies.2 Restorasi ini masih banyak digunakan oleh dokter gigi karena
sifatnya yang cukup kuat dalam menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi,
relatif murah jika dibandingkan dengan materi restorasi lainya. 3 Indikasi utama restorasi
amalgam adalah sebagai bahan tambal posterior. Restorasi ini sangat baik karena secara
teknik tidak sensitif, dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur,
dan tahan lama.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy
diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak
berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada
teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan
Gambar 2. Partikel alloy amalgam spherica
c. Alloy spheroidal
Alloy ini dibentuk melalui proses atomisasi
Gambar 3. Partikel alloy amalgam spheroidal
dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini dilakukan
didalam mortar dan mengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy dengan Hg
adalah 1:1.
Gambar 4. Mortar dan pestle keramik
b. Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)
Mechanical mixing adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara
otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi alloy dan Hg sudah
berada dalam kapsul. Waktu untuk pengadukkanya harus sesuai degan aturan
yang tertera oleh pabrik.
Gambar 5. Amalgamator
Aturan umumnya adalah untuk perbandingan air raksa: logam campur tertentu,
penambahan waktu triturasi atau kecepatan atau keduanya, akan memperpendek
waktu kerja dan pengerasan. Konsistensi dari adukan merupakan bukti kombinasi
yang benar dari logam campur dan air raksa adalah faktor pertimbangan yang
utama.
Syarat yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh dokter gigi dan asistennya
dalam proses pengadukan adalah waktu amalgamasi yang optimal untuk
mendapatkan adukan yang konsisten. Lama pengadukan dan kombinasi yang
benar dari logam campur dan air raksa merupakan penentu dari sifat fisik
amalgam. Pengadukan yang kurang lama mengakibatkan hasil tambalan amalgam
bersifat lemah, berwarna buram, dan permukaan kasar. Jika pengadukan terlalu
lama hasil yang didapat akan cepat korosi, lengket, kekuatan mekanis menurun,
dan creep.
KESIMPULAN
Amalgam adalah salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan, karena sifatnya yang
cukup kuat menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi dan relatif murah jika
dibandingkan dengan materi restorasi lainya. Menurut American Dental Association (ADA)
Spesification No.1 untuk amalgam kedokteran gigi konsentrasi perak dalam campuran
sebesar 66-68%, timah 25-28%, tembaga 3,5-6% dan seng kurang dari 2%.
1. Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC: Cambridge
2. Treville Pereira. Silver amalgam: A cl inician’s perspective. Journal of Restorative
Dentistry / Vol - 4 / Issue - 2 / May-Aug 2016
3. Bates M.N., Fawcett J., Garrett N., Cutress T., Kjellstrom T., 2004, Health effects of
dental amalgam exposure: a retrospective cohort study, Int J Epidemiol, 33: 894-901
4. Siti sulastri. Dental material. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2017
5. Baum, Philips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
6. Surya G K dkk. Makalah tumpatan amalgam. Universitas Gadjah Mada: FKG. 2013
7. Bing M. makalah amalgam kedokteran gigi. Universitas Padjadjaran: FKG. 2012
8. Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka