Anda di halaman 1dari 7

Stomatitis Aftosa Rekuren (Laporan kasus)

Nurul Wardhani
Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas YARSI
Jakarta-Indonesia

Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi mukosa oral yang paling umum. Gambaran klinis ditandai
dengan adanya ulser yang rekuren, multipel, kecil atau bulat, memiliki dasar kuning dan dikelilingi oleh halo
eritematosa. Tujuan: Laporan kasus ini menjelaskan identifikasi dan penatalaksanaan kasus SAR. Kasus: Seorang
pasien perempuan berusia berusia 21 tahun datang ke RSGM Universitas YARSI dengan keluhan terdapat sariawan
pada dasar mulut sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah mengalami sariawan yang muncul
tiba-tiba terutama saat sedang stress. Pasien tidak merokok, tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak memiliki
riwayat alergi. Tatalaksana kasus: Perawatan yang diberikan kepada pasien adalah edukasi pasien untuk menjaga
kebersihan rongga mulut, tidur cukup dan kendalikan stress serta pemberian resep obat minum berupa klorheksidin
glukonat 0,2% yang diinstruksikan untuk kompres sariawan 4x sehari menggunakan kassa steril. Kesimpulan:
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor merupkan jenis SAR dengan prevalensi tertinggi. Meskipun etiologi yang
mendasari masih belum jelas dan diyakini multifaktorial, setiap individu bervariasi terhadap setiap etiologi yang
diamati.
Keywords: Stomatitis aftosa rekuren

Pendahuluan sosial ekonomi tertentu diteliti, kejadiannya berkisar


Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan dari 5 hingga 50%. Berdasarkan karakteritik klinis
masalah yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. SAR diklasifikasi menjadi: ulser minor, ulser mayor
Salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering dan ulser herpetiform.2 Prevalensi SAR pada populasi
menyerang rongga mulut yaitu stomatitis aftosa dunia bervariasi antara 5% sampai 66%. SAR paling
rekuren (SAR) atau ulkus aftosa pada mukosa mulut sering terjadi pada dekade kedua dan ketiga
yang bersifat rekuren atau berulang. 1 SAR adalah kehidupan seseorang. Berdasarkan jenis kelamin
kelainan yang ditandai dengan ulkus yang sering lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-
muncul dan terbatas pada mukosa mulut tanpa laki.3
disertai gejala penyakit lainnya. SAR dianggap
Etiologi SAR masih belum diketahui, tetapi
sebagai diagnosis eksklusi karena defisiensi
beberapa faktor lokal, sistemik, imunologis, genetik,
hematologi, gangguan kekebalan, dan penyakit
alergi, nutrisi, dan mikroba telah menjadi agen
jaringan ikat dapat menyebabkan lesi oral yang
kausatif diantaranya adalah faktor lokal seperti
secara klinis mirip dengan SAR.2
trauma yang secara genetik rentan terhadap SAR,
SAR mempengaruhi sekitar 20% dari faktor mikroba, faktor nutrisi seperti defisiensi asam
populasi umum, tetapi setelah kelompok etnis atau
folat dan vitamin B-complex faktor imunologi, stres merokok, tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak
4
psikologis, dan alergi terhadap kandungan makanan. memiliki riwayat alergi.

Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesis Pada kunjungan pertama (27 Juli 2018), dari
pasien dan manifestasi klinis. Tidak ada tes pemeriksaan klinis ekstraoral tidak ada kelainan yang
diagnostik khusus, meskipun penting untuk berarti, kelenjar limfe tidak menunjukkan
mencurigai kemungkinan penyebab sistemik pembengkakan. Pemeriksaan intraoral ditemukan
terutama dalam kasus pada pasien dewasa yang yang adanya satu lesi ulser pada dasar mulut kiri dengan
mengalami SAR secara mendadak. Dianjurkan untuk ukuran 5x2 mm (pxl) berwarna putih kekuningan
meminta serangkaian tes laboratorium lengkap, dengan haloeritema, pasien menjelaskan awalnya
termasuk hitung darah lengkap, dan evaluasi zat besi, merasa sakit tiba-tiba dan melihat adanya sariawan
vitamin B12 dan asam folat. Biopsi lesi hanya berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan
dianjurkan dalam kasus ketidakpastian diagnostik, yang berbentuk oval. Sebelumnya pasien pernah
karena temuan histopatologi hanya menunjukkan lesi mengalami sariawan yang muncil tiba-tiba terutama
5
inflamasi nonspesifik sederhana. saat sedang stress. Pasien mengaku 2 minggu terakhir
sering tidur larut malam dan sekarang haid hari ke
Oleh karena itu, karena penyebab penyakit
lima.
belum diketahui banyak obat yang telah dievaluasi
mampu untuk meringankan gejala. Perawatan yang
digunakan bersifat multifokal dan bervariasi sesuai
dengan faktor predisposisi. Dalam semua kasus,
manajemen bersifat simptomatis, dan berusaha
mengurangi peradangan pada aftosa dan memberikan
pereda nyeri dengan memberikan pengobatan topikal
atau sistemik.5

Kasus
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang
ke RSGM Universitas YARSI dengan keluhan
Gambar 1. Lesi ulser pada dasar mulut kiri
terdapat sariawan pada dasar mulut sebelah kiri sejak
3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa sakit tiba- Penatalaksanaan

tiba saat bangun tidur dan melihat adanya sariawan Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis

berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan pasien, didapatkan diagnosis stomatitis aptosa

yang berbentuk oval dan belum diobati. Terasa sakit rekuren minor dikarenakan adanya faktor stress dan

bila tersentuh dan merasa teganggu ketika makan. hormonal. Diagnosis banding pasien tersebut ulkus

Sebelumnya pasien pernah mengalami sariawan yang traumatikus. Penatalaksaan yang diberikan adalah

muncul tiba-tiba terutama saat sedang stress. Pasien edukasi dan resep obat berupa:

mengaku 2 minggu terakhir sering tidur larut malam


dan sekarang sedang haid hari ke lima. Pasien tidak
 Edukasi menjaga kesehatan gigi dan mulut Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah
seperti sikat gigi 2x sehari setelah sarapan dan suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut,
sebelum tidur berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa
 Tidur cukup dan kendalikan stress ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat
 Obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% yang menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu
diinstruksikan untuk kompres sariawan 4x sehari mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar
menggunakan kassa steril mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring dengan

 Instruksikan untuk pasien kontrol 7 hari lagi karakteristik gambaran klinis berupa ulkus nekrotik
dengan batas jelas dan dikelilingi erythematous halo.
Pada kunjungan kedua (18 Agustus 2018),
SAR adalah penyakit pada rongga mulut dengan
19 hari setelah kunjungan pertama pasien datang
prevalensi sebesar 5-25% dari populasi. SAR banyak
untuk kontrol. Dari hasil anamnesis diketahui pasien
terjadi pada usia 10-40 tahun dan banyak terjadi pada
sudah tidak merasa sakit lagi. Pasien mematuhi
wanita serta individu dengan tingkat sosioekonomi
anjuran terapi obat yang di resepkan. Pada
yang tinggi.7
pemeriksaan ekstraoral tidak terdapat kelainan.
Pemeriksaan intraoral sariawan tersebut sudah Etiologi SAR

sembuh Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan


manifestasi yang timbul dalam rongga mulut yang
dipicu oleh faktor predisposisi. Beberapa faktor
predisposisi SAR yaitu kekurangan hematinik (zat
besi, folat, dan vitamin B12), menstruasi, stres,
alergi, dan AIDS. SAR juga banyak terjadi pada
orang-orang yang mempunyai stress berat
kemungkinan dikarenakan saat stres terjadi
penurunan sistem imun dan menyebabkan destruksi
jaringan. Beberapa makanan seperti coklat, kopi,
kacang, sereal, almond, stroberi, keju, tomat dan
tepung gandum (mengandung gluten) dapat
menyebabkan SAR pada beberapa orang.7
Gambar 2. Lesi ulser telah sembuh
Gambaran klinis dan klasifikasi SAR
Pembahasan Karakteristik SAR biasanya berupa ulser rekuren
Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh dengan bentuk bulat atau oval dan pinggir yang
seseorang karena merupakan pintu pertama dikelilingi eritematous dengan dasar lesi berwarna
masuknya bahan makanan untuk kebutuhan kuning-kelabu. Ulser berlangsung selama 1 minggu
pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Berbagai atau bulan. SAR secara klinis dibagi menjadi 3 tipe,
macam lesi sering kali terjadi di rongga mulut yang yaitu stomatitis aftosa rekuren minor, mayor dan
dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya herpetiformis.6
adalah stomatitis aftosa rekuren.6
a. Stomatitis aftosa rekuren minor Gambar 4. Stomatitis aftosa rekuren mayor
Gambaran klinis tipe minor adalah berukuran 2-4
mm atau kurang dari 1 cm, simetris, dapat c. Stomatitis aftosa rekuren herpetiform
dimulai dengan munculnya makula eritematous Gambaran klinis tipe herpetiform adalah adanya
yang berhubungan dengan gejala prodromal. ulser bersifat multiple, yaitu 20 hingga 200 ulser,
Dasar ulser berwarna kuning-kelabu dan diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di sekitar
dikelilingi daerah eritematous pada mukosa ulkus eritematosus dan diperkirakan akan ada
bergerak dan tidak berkeratin seperti mukosa rasa sakit. Setiap bagian mukosa mulut dapat
labial, mukosa bukal, dasar mulut, sulkus terkena SAR herpetiformis, tetapi khususnya
lingualis, dorsum lidah ataupun ventral lidah. terjadi pada ujung anterior lidah, tepi lidah dan
Jumlah ulser dapat tunggal atau multiple, interval mukosa bibir. Ulser berlangsung selama 7-30

rekurensi 1-4 bulan. Tipe minor sembuh dalam


waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan jaringan hari dengan peyembuhan meninggalkan jaringan
parut.6 parut.3
Gambar 3. Stomatitis aftosa rekuren minor Gambar 5. Stomatitis aftosa rekuren
herpetiform
b. Stomatitis aftosa rekuren mayor
Gambaran klinis tipe minor adalah berbentuk Tahap perkembangan SAR dibagi menjadi 4
bulat atau oval dengan batas yang tidak jelas, tahap:8, 9
diameternya ≥ 1 cm dan disertai rasa sakit hebat.  Tahap premonitori
Dapat muncul pada setiap bagian mukosa mulut terjadi pada 24 jam pertama perkembangan
tetapi cenderung muncul pada mukosa berkeratin lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien
seperti palatum keras dan tenggorokan. SAR akan merasakan sensasi mulut terbakar pada
mayor kambuh lebih sering dan berlangsung tempat dimana lesi akan muncul. Secara
lebih lama dibandingkan tipe minor, yaitu dalam mikroskopis sel-sel mononuklear akan
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. menginfeksi epitelium, dan edema akan
Ulser biasanya sembuh dengan membentuk mulai berkembang
jaringan parut dan distorsi jaringan. Hal ini
 Tahap pre-ulserasi
disebabkan karena ulser sudah mengerosi
Terjadi pada 18-72 jam pertama
jaringan ikat.3
perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini,
makula dan papula akan berkembang
dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri
akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi kepada pasien dengan SAR adalah obat kumur
ini klorheksidin glukonat 0,2% untuk mengurangi
 Tahap ulseratif kemungkinan superinfeksi dengan bakteri gram
Berlanjut selama beberapa hari hingga 2 positif dan gram negatif serta jamur. Selain itu
minggu. Pada tahap ini papula-papula akan klorheksidin juga efektif dalam menghilangkan dan
berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh mencegah pembentukan biofilm yang biasa
lapisan fibromembranous yang akan diikuti ditemukan dalam plak gigi.11
oleh intensitas nyeri yang berkurang
Antibiotik topikal dalam bentuk obat kumur
 Tahap penyembuhan
doksisiklin atau minosiklin juga efektif, dapat
Terjadi pada hari ke 4 hingga 35. Ulser
menghambat metaloproteinase. Lapisan pelindung
tersebut akan ditutupi oleh epitelium.
ulser yang ada dapat dicapai dengan pasta bioadhesif
Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak
yang diformulasikan dengan benzocaine 20% untuk
meninggalkan jaringan parut dimana lesi
menghilangkan rasa sakit. Salep lidokain 5% dan
SAR pernah muncul. Semua lesi SAR
lidokain spray 10% juga efektif untuk analgesik
menyembuh dan lesi baru berkembang
sementara. Sifat anti-inflamasi diklofenak 3% dengan
asam hialuronat 2,5% juga efektif. Salep amlexanox
Diagnosis pada kasus ini adalah stomatitis
5%, yang telah dihentikan di Amerika Serikat,
aftosa rekuren minor berdasarkan penyebab dan
dilaporkan mengurangi waktu penyembuhn ulser
identifikasi lesi. Beberapa kelainan yang dapat
aphthous sekunder karena sifat anti-inflamasi dan
dijadikan diagnosis banding antara lain ulkus
imunomodulasi. Kortikosteroid topikal (obat kumur
traumatikus, Sindrom behcet, herpes simplek, dan
betametason, fluticasone propionate spray,
karsinoma sel skuamosa.3
triamcinolone dalam sediaan oral) umumnya berhasil
Tatalaksana
dalam pengobatan ulser aktif dan dapat diberikan
Terapi SAR adalah simptomatik dan umumnya
dengan antijamur untuk mengurangi risiko
berdasarkan empiris. Hal ini terutama bertujuan
kandidiasis oral untuk penggunaan jangka panjang.11
untuk mengurangi rasa sakit dan menghilangkan
disabilitas fungsional, menghambat reaksi Terapi sistemik
peradangan akut, dan juga mengurangi frekuensi dan Apabila pasien melaporkan bahwa tidak ada
10
derajat keparahan rekurensi. Bentuk terapi yang kemajuan dalam pemulihan lesi setelah diberikan
diberikan dapat dimulai dari pengobatan topikal lalu terapi topikal maka dapat dilakukan terapi sistemik.
pengobatan sistemik dan laser dengan tujuan Beberapa obat sistemik telah dilaporkan efektif untuk
11
mengurangi tingkat rekurensi dan keparahan lesi. mengobati SAR dalam literature. Terdapat bukti yang
Terapi topikal menunjukkan bahwa antimikroba oral, seperti
Terapi topikal bertujuan untuk mencegah penisilin G (50mg 4x sehari) dapat mengurangi
superinfeksi, melindungi ulser yang ada, analgesik, ukuran ulser dan rasa nyeri. Clofazimine, adalah
mengurangi peradangan, dan mengobati ulser yang antimikroba dalam kombinasi dengan rifampisin dan
aktif. Salah satu terpi topikal yang dapat diberikan dapson, telah terbukti mencegah pembentukan lesi
baru. Zat besi 50mg/hari juga memberikan efek memiliki sedikit efek dalam mencegah lesi baru dan
menguntungkan pada reepitelisasi dan penyembuhan memiliki efek samping gastrointestinal. Tetrasiklin
luka, entoxifylline telah menunjukkan hasil yang oral dosis rendah juga dapat membantu karena sifat
menjanjikan dalam mengurangi keparahan lesi, tetapi antiinflamasinya. Prednison oral (dosis awal 25mg /

hari dengan tapering) adalah terapi sistemik first line Terapi laser
dan biasanya disediakan untuk pengobatan akut pada Laser tingkat rendah dengan panjang gelombang
lesi SAR yang parah.11 658nm mungkin juga bermanfaat pada pasien SAR
Kortikosteroid sistemik bukan tanpa efek sebagai terapi tambahan. Hal ini terbukti sama atau
samping relatif atau sama sekali kontraindikasi pada bahkan lebih unggul daripada pengobatan
pasien tertentu; untuk kasus ini, antagonis reseptor farmakologis dalam menangani rasa sakit dan
leukotrien adalah alternatif yang lebih aman. peradangan dan meningkatkan reepitelisasi ulkus
Montelukast 10mg setiap hari ditemukan sama aphthous.11
efektifnya dalam mengurangi rasa sakit dan
Kesimpulan
mempercepat penyembuhan lesi bila dibandingkan
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor merupkan
dengan kortikosteroid sistemik oral. Ketika penyakit
jenis SAR dengan prevalensi tertinggi. Meskipun
tidak cukup terkontrol dengan kortikosteroid oral,
etiologi yang mendasari masih belum jelas dan
imunomodulator dapat mengurangi keparahan lesi
diyakini multifaktorial, setiap individu bervariasi
dan mencegah lesi lebih lanjut. Steroid-sparing
terhadap setiap etiologi yang diamati seperti adanya
agents, seperti colchicine mulai dari 0,5mg/hari dan
kelainan imunologis, defisiensi hematologis, alergi,
secara bertahap meningkat menjadi 1,5mg/hari atau
hormonal, faktor genetik, alergen makanan, trauma
dapson 25mg/hari dan secara bertahap meningkat
lokal, perubahan endokrin, siklus menstruasi, pasta
hingga 100mg/hari juga mungkin efektif.
gigi, stres psikologis dan kecemasan, berhenti
Thalidomide dengan dosis 50-100mg/hari dianggap
merokok, produk kimia tertentu, dan agen mikroba
sebagai imunomodulator paling efektif untuk SAR,
mempunyai implikasi dalam terjadinya SAR.
tetapi dibatasi dengan jelas oleh profil efek
Pada laporan kasus ini etiologi dari SAR
sampingnya.11
terbentuk karena ada faktor pemicu stress dan
Selain itu, sebuah penelitian baru-baru ini
hormonal. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
mengeksplorasi efek asam askorbat harian
obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% yang dapat
2000mg/m2/setiap hari untuk menangani SAR minor.
mengurangi kemungkinan superinfeksi dengan
Lima puluh persen menurunkan lesi ulser pada mulut
bakteri gram positif dan gram negatif serta jamur.
dan secara signifikan menurunkan tingkat rasa nyeri.
Selain itu klorheksidin juga efektif dalam
Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa askorbat
menghilangkan dan mencegah pembentukan biofilm
menurunkan peradangan yang dimediasi neutrofil
yang biasa ditemukan dalam plak gigi. Lesi diketahui
melalui modulasi reactive oxygen species (ROS).
sembuh setelah seminggu penggunaan obat.
Asam askorbat sebagai terapi topikal tambahan harus
dipertimbangkan juga karena profil efek sampingnya
yang relatif rendah.11
of recurrent aphthous stomatitis. A literature
review. J Clin Exp Dent. 2014;6(2):168-74
6. Thantawi A, Khairiati, Nova MM dkk.
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) minor multiple
pre menstruasi (Lapora kasus). Odonto Dental
Journal 2014;1(2)
7. KS Rina, SE Diah, Soebadi Bagus. Recurrent
aphtous stomatitis relate to psychologicam,
stress, fodd allergy and gerd. Odonto Dental

Dafta pustaka Journal 2019;6(1)


8. Roy S. Rogers, III. Recurrent Aphthous
1. Hubungan stres dengan stomatitis aftosa rekuren Stomatitis: Clinical Characteristics and
pada mahasiswa program studi pendidikan Associated Systemic Disorders. Seminars in
dokter gigi Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e- Cutaneous Medicine and Surgery
Gigi 2019;7(2):71-75 1997;16(4):278-283
2. Greenberg MS, Michael G, Jonathan A. Burket’s 9. Maria Bankvall. Recurrent Aphthous Stomatitis.
Oral Medicine 11th Edition. USA: BC Decker Inc A study, with emphasis on host genetics, oral
Hamilton;2008 microbiota composition, and immunoregulatory
3. Sulistiani A, Hernawati S, MP Ayu. Prevalensi networks (thesis). Department of Oral Medicine
dan distribusi penderita stomatitis aftosa rekuren and Pathology Institute of Odontology
(SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Sahlgrenska Academy at University of
Universitas Jember pada Tahun 2014. e-Jurnal Gothenburg. 2017
Pustaka Kesehatan 2017;5(1):169-176 10. Ronal A, Aliyah S. Strategi penatalaksanaan
4. Sunday O. Akintoye, BDS, DDS, MS and Martin stomatitis aftosa rekuren pada anemia defisiensi
S. Greenberg, DDS, FDSRCS. Recurrent besi (laporan kasus). Majalah sainstekes
Aphthous Stomatitis. Dent Clin North Am. 2014 2017;4(2): 033-042
April;58(2):281–297 11. Rose Edgar N, Saleh Dahlia, A. Miller R.
5. Irene Belenguer-Guallar, Yolanda Jiménez- Recurrent aphthous stomatitis: A review. J Clin
Soriano, Ariadna Claramunt-Lozano. Treatment Aesthet Dermatol 2017;10(3):26–36

Anda mungkin juga menyukai