Nurul Wardhani
Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas YARSI
Jakarta-Indonesia
Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi mukosa oral yang paling umum. Gambaran klinis ditandai
dengan adanya ulser yang rekuren, multipel, kecil atau bulat, memiliki dasar kuning dan dikelilingi oleh halo
eritematosa. Tujuan: Laporan kasus ini menjelaskan identifikasi dan penatalaksanaan kasus SAR. Kasus: Seorang
pasien perempuan berusia berusia 21 tahun datang ke RSGM Universitas YARSI dengan keluhan terdapat sariawan
pada dasar mulut sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah mengalami sariawan yang muncul
tiba-tiba terutama saat sedang stress. Pasien tidak merokok, tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak memiliki
riwayat alergi. Tatalaksana kasus: Perawatan yang diberikan kepada pasien adalah edukasi pasien untuk menjaga
kebersihan rongga mulut, tidur cukup dan kendalikan stress serta pemberian resep obat minum berupa klorheksidin
glukonat 0,2% yang diinstruksikan untuk kompres sariawan 4x sehari menggunakan kassa steril. Kesimpulan:
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor merupkan jenis SAR dengan prevalensi tertinggi. Meskipun etiologi yang
mendasari masih belum jelas dan diyakini multifaktorial, setiap individu bervariasi terhadap setiap etiologi yang
diamati.
Keywords: Stomatitis aftosa rekuren
Diagnosis SAR didasarkan pada anamnesis Pada kunjungan pertama (27 Juli 2018), dari
pasien dan manifestasi klinis. Tidak ada tes pemeriksaan klinis ekstraoral tidak ada kelainan yang
diagnostik khusus, meskipun penting untuk berarti, kelenjar limfe tidak menunjukkan
mencurigai kemungkinan penyebab sistemik pembengkakan. Pemeriksaan intraoral ditemukan
terutama dalam kasus pada pasien dewasa yang yang adanya satu lesi ulser pada dasar mulut kiri dengan
mengalami SAR secara mendadak. Dianjurkan untuk ukuran 5x2 mm (pxl) berwarna putih kekuningan
meminta serangkaian tes laboratorium lengkap, dengan haloeritema, pasien menjelaskan awalnya
termasuk hitung darah lengkap, dan evaluasi zat besi, merasa sakit tiba-tiba dan melihat adanya sariawan
vitamin B12 dan asam folat. Biopsi lesi hanya berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan
dianjurkan dalam kasus ketidakpastian diagnostik, yang berbentuk oval. Sebelumnya pasien pernah
karena temuan histopatologi hanya menunjukkan lesi mengalami sariawan yang muncil tiba-tiba terutama
5
inflamasi nonspesifik sederhana. saat sedang stress. Pasien mengaku 2 minggu terakhir
sering tidur larut malam dan sekarang haid hari ke
Oleh karena itu, karena penyebab penyakit
lima.
belum diketahui banyak obat yang telah dievaluasi
mampu untuk meringankan gejala. Perawatan yang
digunakan bersifat multifokal dan bervariasi sesuai
dengan faktor predisposisi. Dalam semua kasus,
manajemen bersifat simptomatis, dan berusaha
mengurangi peradangan pada aftosa dan memberikan
pereda nyeri dengan memberikan pengobatan topikal
atau sistemik.5
Kasus
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang
ke RSGM Universitas YARSI dengan keluhan
Gambar 1. Lesi ulser pada dasar mulut kiri
terdapat sariawan pada dasar mulut sebelah kiri sejak
3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa sakit tiba- Penatalaksanaan
tiba saat bangun tidur dan melihat adanya sariawan Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis
berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan pasien, didapatkan diagnosis stomatitis aptosa
yang berbentuk oval dan belum diobati. Terasa sakit rekuren minor dikarenakan adanya faktor stress dan
bila tersentuh dan merasa teganggu ketika makan. hormonal. Diagnosis banding pasien tersebut ulkus
Sebelumnya pasien pernah mengalami sariawan yang traumatikus. Penatalaksaan yang diberikan adalah
muncul tiba-tiba terutama saat sedang stress. Pasien edukasi dan resep obat berupa:
Instruksikan untuk pasien kontrol 7 hari lagi karakteristik gambaran klinis berupa ulkus nekrotik
dengan batas jelas dan dikelilingi erythematous halo.
Pada kunjungan kedua (18 Agustus 2018),
SAR adalah penyakit pada rongga mulut dengan
19 hari setelah kunjungan pertama pasien datang
prevalensi sebesar 5-25% dari populasi. SAR banyak
untuk kontrol. Dari hasil anamnesis diketahui pasien
terjadi pada usia 10-40 tahun dan banyak terjadi pada
sudah tidak merasa sakit lagi. Pasien mematuhi
wanita serta individu dengan tingkat sosioekonomi
anjuran terapi obat yang di resepkan. Pada
yang tinggi.7
pemeriksaan ekstraoral tidak terdapat kelainan.
Pemeriksaan intraoral sariawan tersebut sudah Etiologi SAR
hari dengan tapering) adalah terapi sistemik first line Terapi laser
dan biasanya disediakan untuk pengobatan akut pada Laser tingkat rendah dengan panjang gelombang
lesi SAR yang parah.11 658nm mungkin juga bermanfaat pada pasien SAR
Kortikosteroid sistemik bukan tanpa efek sebagai terapi tambahan. Hal ini terbukti sama atau
samping relatif atau sama sekali kontraindikasi pada bahkan lebih unggul daripada pengobatan
pasien tertentu; untuk kasus ini, antagonis reseptor farmakologis dalam menangani rasa sakit dan
leukotrien adalah alternatif yang lebih aman. peradangan dan meningkatkan reepitelisasi ulkus
Montelukast 10mg setiap hari ditemukan sama aphthous.11
efektifnya dalam mengurangi rasa sakit dan
Kesimpulan
mempercepat penyembuhan lesi bila dibandingkan
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor merupkan
dengan kortikosteroid sistemik oral. Ketika penyakit
jenis SAR dengan prevalensi tertinggi. Meskipun
tidak cukup terkontrol dengan kortikosteroid oral,
etiologi yang mendasari masih belum jelas dan
imunomodulator dapat mengurangi keparahan lesi
diyakini multifaktorial, setiap individu bervariasi
dan mencegah lesi lebih lanjut. Steroid-sparing
terhadap setiap etiologi yang diamati seperti adanya
agents, seperti colchicine mulai dari 0,5mg/hari dan
kelainan imunologis, defisiensi hematologis, alergi,
secara bertahap meningkat menjadi 1,5mg/hari atau
hormonal, faktor genetik, alergen makanan, trauma
dapson 25mg/hari dan secara bertahap meningkat
lokal, perubahan endokrin, siklus menstruasi, pasta
hingga 100mg/hari juga mungkin efektif.
gigi, stres psikologis dan kecemasan, berhenti
Thalidomide dengan dosis 50-100mg/hari dianggap
merokok, produk kimia tertentu, dan agen mikroba
sebagai imunomodulator paling efektif untuk SAR,
mempunyai implikasi dalam terjadinya SAR.
tetapi dibatasi dengan jelas oleh profil efek
Pada laporan kasus ini etiologi dari SAR
sampingnya.11
terbentuk karena ada faktor pemicu stress dan
Selain itu, sebuah penelitian baru-baru ini
hormonal. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
mengeksplorasi efek asam askorbat harian
obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% yang dapat
2000mg/m2/setiap hari untuk menangani SAR minor.
mengurangi kemungkinan superinfeksi dengan
Lima puluh persen menurunkan lesi ulser pada mulut
bakteri gram positif dan gram negatif serta jamur.
dan secara signifikan menurunkan tingkat rasa nyeri.
Selain itu klorheksidin juga efektif dalam
Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa askorbat
menghilangkan dan mencegah pembentukan biofilm
menurunkan peradangan yang dimediasi neutrofil
yang biasa ditemukan dalam plak gigi. Lesi diketahui
melalui modulasi reactive oxygen species (ROS).
sembuh setelah seminggu penggunaan obat.
Asam askorbat sebagai terapi topikal tambahan harus
dipertimbangkan juga karena profil efek sampingnya
yang relatif rendah.11
of recurrent aphthous stomatitis. A literature
review. J Clin Exp Dent. 2014;6(2):168-74
6. Thantawi A, Khairiati, Nova MM dkk.
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) minor multiple
pre menstruasi (Lapora kasus). Odonto Dental
Journal 2014;1(2)
7. KS Rina, SE Diah, Soebadi Bagus. Recurrent
aphtous stomatitis relate to psychologicam,
stress, fodd allergy and gerd. Odonto Dental