Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kasus : Stomatitis Apthous Recurrent

Case Report : Stomatitis Apthous Recurrent


Muhammad Shibghatallah Azzam1, Dwi Suhartiningtyas2
1
Program Studi Profesi Kedokteran Gigi, Universitas Muhammdiyah Yogyakarta, Indonesia.
2
Departemen Penyakit Mulut, Program Studi Profesi Kedokteran Gigi Universitas Muhammdiyah Yogyakarta,
Indonesia

Korespondensi : shibghatallah.fkik21@mail.umy.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Stomatitis Aphthous Recurrent (SAR) adalah salah satu penyakit pada rongga mulut
yang paling sering terjadi, dan termasuk dalam kelompok penyakit inflamasi kronis pada mukosa
mulut. Adapun karakteristik utama dari RAS adalah adanya ulser yang menyakitkan dan dapat timbul
kembali pada mukosa mulut. RAS memiliki etiologi yang belum diketahui secara pasti tetapi
memiliki faktor predisposisi seperti trauma, siklus menstruasi, riwayat RAS dalam keluarga, HIV,
stres, dan defisiensi nutrisi. Laporan Kasus: Seorang wanita umur 22 tahun datang ke RSGMP UMY
untuk memeriksakan kondisi rongga mulutnya. Pasien mengeluhkan pipi dibagian dalam kanannya
terasa sakit. Pada pemeriksaan intraoral terdapat terdapat lesi ulserasi pada bagian mukosabucal
dekstra bagian anterior, Bentuk oval, Single, Tepi irreguler eritematus, bagian tengah ulser berwarna
putih kekuningan, diameter sekitar ± 5 mm. Diagnosis dari kasus Stomatitis Apthous Recurrent.
Diskusi: Penatalaksanaan RAS harus berdasarkan dari seberapa parahnya penyakit ini, seperti rasa
sakit yang disebabkan oleh RAS dapat diredakan oleh obat anestetik topikal atau topical NSAID dan
dapat menggunakan obat steroid topical seperti fluocinonide, betamethasone, atau clobetasol.
Kesimpulan: SAR merupakan lesi pada rongga mulut yang tidak menular, dan dapat sembuh sendiri.
Menggali faktor-faktor risiko SAR sangat penting dalam melakukan rencana perawatan yang berhasil
secara efektif.
Kata Kunci: Stomatitis Apthous Recurrent

ABSTRACT
Introduction: Recurrent Aphthous Stomatitis (SAR) is one of the most common diseases of the oral
cavity, and belongs to the group of chronic inflammatory diseases of the oral mucosa. The main
characteristic of RAS is the presence of painful ulcers that can recur on the oral mucosa. RAS has an
unknown etiology but has predisposing factors such as trauma, menstrual cycle, family history of
RAS, HIV, stress, and nutritional deficiencies. Case Report: A 22 year old woman came to RSGMP
UMY to check the condition of her oral cavity. The patient complained of pain on the inside of his
right cheek. On intraoral examination there was an ulcerated lesion in the anterior part of the right
buccal mucosa, oval shape, single, erythematous irregular edges, the center of the ulcer was
yellowish white, about ± 5 mm in diameter. Diagnosis of recurrent aphthous stomatitis cases.
Discussion: Management of RAS must be based on the severity of the disease, such as pain caused by
RAS can be relieved by topical anesthetic drugs or topical NSAIDs and can use topical steroid drugs
such as fluocinonide, betamethasone, or clobetasol. Conclusion: RAS is a lesion in the oral cavity
that is not contagious, and can heal on its own. Exploring the risk factors for RAS is essential in
executing a successful treatment plan effectively.
Keywords: Recurrent aphthous stomatitis.
Pendahuluan Riwayat dental pasien pernah melakukan
scaling. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
setiap pagi dan malam sebelum tidur.
adalah penyakit rongga mulut yang paling
sering dijumpai di masyarakat dengan Menurut keterangan pasien riwayat
prevalensi rata-rata mencapai 20%- 25%. penyakit lain disangkal, tidak ada konsumsi
obat rutin, alergi obat dan makanan disangkal,
Penelitian menyebutkan bahwa
serta dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
prevalensi SAR paling tinggi pada usia 20-29
pasien tida ada riwayat rawat inap. Dari
tahun, yaitu sebesar 36,28%. SAR lebih sering
keluarga tidak ada riwayat keluhan yang sama,
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki
tidak dicurigai adanya penyakit sistemik yang
SAR memiliki ciri-ciri spesifik; hanya lainnya. Pasien merupakan seorang mahasiswi,
mengenai mukosa rongga mulut (bagian bukal, memiliki pola makan yang baik 3 kali sehari
labial, lidah, gusi, langit-langit, dan dasar Pasien tidak pernah berolahraga, konsumsi air
mulut). Bentuk lesi SAR bulat atau oval minum sehari hari cukup. Pemeriksaan
dengan pusat nekrotik yang dangkal disertai objektif terdapat terdapat lesi ulserasi pada
dengan pseudomembran warna putih bagian mukosabucal dekstra bagian anterior,
kekuningan. Etiologi SAR belum terungkap bentuk oval, single, Tepi irreguler eritematus,
secara jelas, tetapi mungkin multifaktorial, bagian tengah ulser berwarna putih
dimana faktor lokal, sistemik, genetik, kekuningan, diameter sekitar ± 5 mm.
bakterial berperan. Timbulnya SAR yang Berdasarkan pemerikaan subjektif dan
bersifat kambuhan inilah yang menyebabkan objektif, diagnosis yang ditetapkan adalah
rasa ketidaknyamanan yang cukup serius bagi Stomatitis Aphtosa Reccurent tipe minor
pasien, diantaranya rasa nyeri saat makan, dengan diagnosis banding Stomatitis Aphtosa
menelan, berbicara, dan juga menimbulkan Reccurent herpetiform. Rencana perawatan
stress. Stress dan kesulitan untuk makan yang yang akan dilakukan adalah dental health
disebabkan oleh SAR dapat berdampak pada education (DHE), kontrol dan evaluasi.
kesehatan pasien secara menyeluruh.
Manajemen Kasus
Diagnosis SAR ditegakkan berdasarkan
riwayat penyakit pasien dan pemeriksaan Pada kunjungan 1 (05/04/22)
klinis. Tujuan dari penulisan kasus ini adalah dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan
melaporkan penatalaksanaan pasien dengan assessment. Pada kunjungan pertama pasien
stomatitis aftosa rekuren. tidak dilakukan perawatan secara khusus
karena lesi pertama muncul 7 hari sebelumnya
Laporan Kasus
dan rasa sakit sudah berkurang. Melakukan
Pasien wanita berusia 22 tahun datang dental health education (DHE) kepada pasien
ke RSGM UMY untuk memeriksakan kondisi terkait kondisi yang dialami, edukasi untuk
rongga mulutnya. Pasien mengeluhkan pipi selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut
dibagian dalam kanannya terasa sakit. Keluhan dengan menyikat gigi 2 kali sehari, minum air
pasien terasa sejak 1 minggu yang lalu terasa putih yang cukup, dan makan-makanan bergizi
bertambah sakit ketika makan dan berbicara. seimbang. minum air putih yang cukup, dan
Pasien menggunakan obat kumur (Sanorine) makan-makanan bergizi seimbang.
untuk memperingan gejala. Pasien pernah
mengalami keluhan yang sama secara berulang
dengan frekuensi selama setahun terakhir ini
kurang lebih 3 kali namun berbeda-beda
lokasi. Keluhan dirasakan ketika sedang
menstruasi. Kondisi tersebut belum pernah
diperiksakan ke dokter gigi
SAR penyakit paling umum yang
menyerang rongga mulut, ditandai dengan
gangguan berulang pada mukosa mulut dalam
bentuk ulkus yang nyeri. Ini adalah diagnosis
eksklusi, dan penyebab lain dari stomatitis
ulseratif harus dieksplorasi sebelum diagnosis
SAR dibuat. SAR menyumbang 25 persen
ulkus berulang pada orang dewasa dan 40
persen pada anak-anak.
gb.1. gambaran klinis pasien kontrol (12/04/21)
Pada kunjungan Tingkat keparahan SAR terdiri dari 3
dilakukan 7 hari setelah kunjungan pertama. tipe, yaitu Minor, Major, dan Herpetiform.
Pemeriksaan subyektif pasien keluhan sudah Minor SAR memiliki karakteristik seperti
mereda sejak 2 hari setelah kunjungan ulser kecil dengan diameter dibawah 4 mm.
pertama, Gambaran klinis Mukosa bukal SAR jenis ini memiliki proses penyembuhan
kanan sewarna dengan jaringan sekitarnya, yang berlangsung sekitar 7-14 hari tanpa
terlihat masih ada penonjolan pada bekas disertai jaringan parut. Sedangkan Major RAS
sariawan, tidak sakit. merupakan ulser besar dengan diameter lebih
Perawatan yang dilakukan pada dari 10 mm, serta proses penyembuhan yang
kunjungan kontrol adalah DHE mengenai membutuhkan waktu 2-12 minggu disertai
tatacara menjaga kebersihan rongga mulut dengan jaringan parut. Adapun Herpetiform
yang tepat, dan edukasi kepada pasien jika RAS merupakan multipel ulser berjumlah 10-
kondisi yang dialami pasien adalah stomatitis 100 ulser dengan diameter sekitar 1-2 mm.
apthous recurrent tipe minor. Kondisi pasien RAS jenis ini memiliki proses penyembuhan
pada kasus ini sudah mengalami proses yang sama dengan Minor SAR, hanya saja
penyembuhan pada fase remodeling karena disertai dengan jaringan parut pada saat ulser
terdapat pengerutan pada bekas luka tumbuh berdekatan dan menyatu.
menandakan sudah membentuk jaringan parut Etiologi SAR ini belum dapat ditentukan
dan tanda inflamasi sudah tidak ada. Untuk secara pasti, namun bisa saja disebabkan oleh
terapi SAR biasanya diobati dengan beberapa faktor yang melibatkan kondisi
menggunakan obat analgesik untuk sistemik, lokal, dan genetik. Penyebab lain
mengurangi rasa sakit, antiseptik untuk yang mungkin bisa menyebabkan Stomatitis
mengurangi infeksi timbul akibat infeksi Aphthousa adalah trauma, stres, hormonal,
sekunder kemudian topical steroid sebagai defisiensi faktor hematologis seperti
antiinflamsi sekunder, topical antibody untuk kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat,
menghilangkan gejala yang yang timbul akibat dan akibat dari adanya imunologi yang tidak
infeksi sekunder kemudian topical steroid normal.
sebagai antiinflamsi.
SAR bersifat self limited atau dapat
dikatakan bisa sembuh dengan sendirinya,
namun tetap saja kehadirannya sangat
menggangu pada aktivitas rongga mulut
seperti pengunyahaan, berbicara, dan
kebersihan rongga mulut pun terganggu.
Penatalaksanaan SAR harus berdasarkan dari
seberapa parahnya penyakit ini, seperti Rasa
sakit yang disebabkan oleh Minor SAR dapat
gb.2 dan 3. Gambaran lesi ketika kontrol
diredakan oleh obat anestetik topikal atau
topical NSAID dan untuk Major SAR dapat
Pembahasan
menggunakan obat steroid topical seperti
fluocinonide, betamethasone, atau clobetasol.
Kesimpulan
SAR memiliki banyak penyebab potensial
dengan perbedaan yang luas dari kemungkinan
penyakit yang mendasarinya. Profesional
medis harus melakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk ulkus jika ulkus berulang dan
menimbulkan hambatan yang signifikan
terhadap aktivitas hidup sehari-hari pasien.
Seringkali, tidak ada gangguan mendasar yang
jelas akan ditemukan dan diagnosis SAR
minor, mayor, atau herpetiform akan dibuat
berdasarkan riwayat, presentasi, dan morfologi
lesi. Meskipun beberapa obat topikal dan
sistemik berguna dalam mengendalikan gejala
SAR, SAR tetap merupakan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan yang mengganggu
kehidupan individu yang sehat. Ada banyak
pilihan pengobatan untuk dipertimbangkan
oleh dokter.
Referensi
1. Belenguer-Guallar I, Jiménez-Soriano Y,
Claramunt-Lozano A. 2014. Treatment of
recurrent apthous stomatitis. J Clin Exp Dent;
6(2):e168-e174
2. Femanio F, Lanz A, Buonaiuto A, et al.
2007. Guidelines for diagnosis and
management of apthous stomatitis. Pediatr
Infect Dis J. 26 (8):728–732.
3. EDGAR N.R, Saleh D, Miller A.R. 2017.
Recurrent Aphthous Stomatitis: A Review. J
Clin Aesthet Dermatol;10(3);26-36
4. Prihanti A. M, Setyowati D. I , Dewi L.R.
2022. Tatalaksana pasien stomatitis aftosa
rekuren dengan stress psikologis (Laporan
Kasus)

Anda mungkin juga menyukai