Anda di halaman 1dari 5

LO NO 1 ETIOLOGI SAR

 Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor
yang dikatakan berperan dalam pemunculan SAR, yaitu genetik, defisiensi hematinik,
hipersensivitas makanan, infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, stres, imunologi
yang abnormal, penyakit saluran pencernaan, HIV, dan defisiensi nutrisi. Demikian pula
dengan ulkus traumatikus (UT) yang disebabkan oleh trauma mekanis, sering ditemukan pada
praktik sehari-hari. Kemudian Kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 dilaporkan
terjadi pada lebih dari 20 % pasien yang menderita RAS.
SUMBER: Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, Juni 2015 GAMBARAN
STOMATITIS AFTOSA REKUREN DAN STRES PADA NARAPIDANA DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B BITUNG 1 Melky G, DKK Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi Manado

 Etiologi penyakit ini masih belum jelas, namun banyaknya laporan mengenai rekurensi
penyakit ini pada masa sebelum, saat, dan pasca menstruasi memunculkan dugaan adanya
pengaruh hormon terhadap terjadinya SAR. Meskipun masih kontroversi, namun beberapa
penelitian diantaranya Jones dan Mason11 melaporkan adanya hubungan antara SAR dengan
siklus menstruasi dan jumlah penderita wanita yang mencapai dua kali dibanding laki-laki.
SUMBER : Jurnal Dentofasial, Vol.11, No.3, Oktober 2012 Hubungan antara level
estradiol dan progesterone dengan stomatitis aftosa rekuren oleh, Erni Marlina Bagian
Oral Medicine Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

LO NO 2 KLASIFIKASI SAR

 SAR diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu: (1) SAR minor; (2) SAR mayor; (3) SAR
herpetiformis
1). SAR minor merupakan penyakit yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 75 – 85%
dari kasus SAR lainnya. SAR Minor terlihat dengan bentuk ulser yang dangkal, oval,
diameter < 1 cm, berwarna kuning kelabu dengan tepi eritematosus yang mencolok
mengelilingi pseudomembran fibrinosa . SAR minor lebih sering mengenai mukosa
rongga mulut yang tidak berkeratin seperti mukosa labial dan bukal, dasar mulut, dan
pada lateral dan ventral lidah. Ulser biasanya sembuh spontan tanpa pembentukan
jaringan parut dalam waktu 10-14 hari.

2). SAR mayor merupakan salah satu tipe SAR yang terjadi berkisar 10-15%, ditandai
dengan adanya ulser berbentuk bulat atau oval dengan batas yang tidak jelas,
diameternya ≥ 1 cm dan disertai rasa sakit hebat . SAR mayor bisa muncul pada
setiap bagian mukosa mulut tetapi cenderung muncul pada mukosa berkeratin seperti
palatum keras dan tenggorokan. SAR mayor kambuh lebih sering dan berlangsung
lebih lama dibandingkan tipe minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Ulser biasanya sembuh dengan membentuk jaringan parut dan
distorsi jaringan. Hal ini disebabkan karena ulser sudah mengerosi jaringan ikat.

3). SAR herpetiformis adalah tipe ulserasi fokal kambuhan pada mukosa mulut yang
jarang terjadi, hanya memiliki prevalensi berkisar 5- 10% dari seluruh kasus SAR [9].
Gambaran mencolok dari SAR tipe ini adalah adanya ulser bersifat multiple, yaitu 20
hingga 200 ulser, diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di sekitar ulkus
eritematosus dan diperkirakan akan ada rasa sakit. Setiap bagian mukosa mulut dapat
terkena SAR herpetiformis, tetapi khususnya terjadi pada ujung anterior lidah,
tepitepi lidah dan mukosa bibi. Ulser berlangsung selama 7-30 hari dengan
peyembuhan meninggalkan jaringan parut.

SUMBER : e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 Prevalensi
dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren(SAR) di Klinik Penyakit
Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Tahun 2014, Annisa
Sulistiani,DKK, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
LO NO 3 PEMERIKSAAN SAR

 Pemeriksaan FisiK
Pemeriksaan klinis ulkus meliputi inspeksi dan palpasi, yang melengkapi satu sama lain.
Inspeksi dilakukan untuk mendapatkan ciri-ciri klinis lesi tersebut, sementara palpasi
digunakan untuk melihat konsistensi dari basis lesi tersebut. Apakah ciri lesi tersebut halus,
keras, atau kasar. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan ekstraoral yaitu palpasi kelenjar
getah bening servikal.
SUMBER : Journal International Oral Healt JIOH. 2015. Oleh Tarakji B, dkk.
Guideline for the diagnosis and treatment of recurrent aphthous stomatitis for dental
practitioners.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam membantu menegakkan diagnosis RAS
adalah hitung darah lengkap dan hemoglobin, laju sedimentasi eritrosit/protein C-reaktif,
serum B12, serum/folat sel darah merah, anti gliadin dan autoantibodi anti-endomisial.

Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk mengonfirmasi apakah penyebab RAS adalah
anemia atau bukan, dan untuk mencari jenis anemia mana yang diderita oleh pasien. Guna
menegakkan diagnosis apakah etiologi RAS pada penderita adalah anemia atau bukan, dan
untuk mencari jenis anemia mana yang diderita oleh pasien, maka perlu dilakukan
pemeriksaan darah lengkap.

Selain itu, juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah dengan menghitung
sel darah, kandungan hematin, tes anti endomysial antibody, serta kandungan serum vitamin
dan besi. Dengan menghitung sel darah lengkap ini, maka dapat diketahui komponen apa
yang kurang dari normal, sehingga terapi yang diberikan akan lebih tepat dan terarah.
SUMBER : Journal Oral Maxillofac Pathol. 2011, oleh Preeti L, dkk. Recurrent
aphthous stomatitis.

LO NO 4 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

 Diagnosis Banding
1). Herpes Simplex Virus
RAS paling sering disamakan dengan herpes, karena penampakan klinisnya yang
hampir sama. Secara klinis, sulit dibedakan antara lesi RAS dan lesi herpes.
Intervensi terapeutik mungkin tidak tepat, karena RAS adalah mekanisme autoimun,
sementara herpes adalah infeksi virus. Perbedaan lesi ini dengan RAS adalah adanya
vesikel dan demam yang mendahului ulkus pada herpes.
2). Varicella Zoster Virusc
RAS dapat dibedakan dengan ulkus akibat infeksi Varicella Zoster melalui
penampakan klinisnya. Ulkus akibat infeksi Varicella Zoster memiliki penampakan
klinis unilateral baik di ekstraoral maupun intraoral karena distribusi lesi Varicella
Zoster mengikuti arah saraf trigeminus. Selain itu, pada Varicella Zoster terdapat
nyeri prodromal dan rasa seperti terbakar saat ulkus muncul.[14]
3). Eritema Multiformis
Eritema multiformis mirip dengan RAS karena rasa sakit yang ditimbulkan relatif
sama. Namun, eritema multiformis terjadi pada mukosa bergerak dan tidak bergerak,
muncul krusta pada bibir disertai dengan makula dan papula.[14]
4). Oral Lichen Planus
Dua pertiga pasien Oral Lichen Planus memiliki ulkus, terutama pada bagian mukosa
bukal, gingiva, dan palatum molle. Yang membedakan lesi ini dengan RAS adalah
bahwa pada Oral Lichen Planus seringkali tidak muncul rasa sakit, padahal rasa sakit
adalah chief complaint pada RAS.[14]
5). Ulkus Traumatik
Ulkus traumatik memiliki tanda yang mirip dengan RAS. Namun biasanya ulkus
traumatik memiliki penampakan klinis yang lebih cekung jika dibandingkan dengan
RAS. Selain itu, penyebab ulkus traumatik jelas, yaitu karena ada sebuah trauma yang
mengenai mukosa rongga mulut. Sementara, pada RAS tidak diketahui secara pasti
penyebabnya.

SUMBER : Journal International Oral Healt JIOH. 2015. Oleh Tarakji B, dkk.
Guideline for the diagnosis and treatment of recurrent aphthous stomatitis for
dental practitioners

LO NO 5 PROGNOSIS

 Prognosis Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) umumnya baik, tergantung seberapa


dominan faktor predisposisi yang terjadi. RAS memiliki prognosis yang baik. Namun rata-
rata RAS akan terus terjadi pada penderita hingga dekade ke-4 (usia 40 tahun) kehidupannya.
Sehingga pada RAS yang dibiarkan saja tanpa diperiksakan oleh penderita, seringkali
menyebabkan kualitas hidup menurun. Hal ini dapat terjadi karena RAS akan membuat
penderita kesakitan dan kesulitan mengunyah makanan. Pasca usia 40-an tahun, frekuensi
RAS pada penderita akan berkurang sedikit demi sedikit kemudian menghilang. Sebelum usia
tersebut tercapai, upaya yang dapat dilakukan adalah mengeliminasi faktor predisposisi dan
memberikan terapi paliatif agar kualitas hidup penderita tidak menurun.
SUMBER : . Journal Dermatolog Treat. 2018; oleh Saikaly SK,. Recurrent aphthous
ulceration: a review of potential causes and novel treatments.

LO NO 6 GAMBARAN KLINIS SAR

 Manifestasi klinis dari RAS adalah ulser, tunggal atau multipel, dangkal, bulat lonjong, dan
sakit. Gejala prodromal muncul sebelum timbulnya RAS meliputi rasa yang tidak nyaman dan
kemerahan selama 1-3 hari. Kemudian segera diikuti ulser pada rongga mulut yang terasa
sakit. Lesi terjadi pada mukosa mulut pada bagian yang berkeratin ataupun seperti pada
mukosa bukal, mukosa labial, lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan uvula.
SUMBER :Jurnal Dentofasial, Vol.9, No.1, April 2010 , Stomatitis aftosa rekuren oleh
karena anemia *Maharani Laillyza Apriasari, dkk Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga
 Karakteristik SAR ialah adanya ulserasi berulang (rekurensi) pada mukosa oral tanpa disertai
tanda-tanda adanya penyakit lainnya (Koybasi dkk, 2006). Ulserasi pada SAR tampak sebagai
ulser yang membulat, dangkal, dan nyeri (Koybasi dkk, 2006; Jurge dkk, 2006); biasanya
diselimuti oleh pseudomembran putih keabu-abuan dan dikelilingi margin yang kemerahan.
SAR muncul pada mukosa oral nonkeratin seperti pada tepi lateral lidah, mukosa bukal,
SUMBER :

LO NO 7 RENCANA PERAWATAN DAN PENATALAKSANAAN

 Tidak ada penatalaksanaan spesifik terhadap SAR. Perawatannya hanya berupa perawatan
simtomatik . Tatalaksana yang perlu dilakukan pada pasien SAR adalah sebagai berikut:
a) Mengatasi atau mengobati penyebab yang mendasari timbulnya SAR.
b) Mengidentifikasi dan memonitor faktor predisposisi dari timbulnya SAR.
c) Obat topikal seperti kombinasi antiseptik seperti chlorhexidine dan triclosan
diperlukan apabila timbul outbreak dan gejala yang berkelanjutan.
d) Obat sistemik diindikasikan apabila outbreak konstan dan agresif
SUMBER : Journal Clin Exp Dent. 2014 Treatment of recurrent aphthous stomatitis.
A literature review oleh Guallar

Anda mungkin juga menyukai