Anda di halaman 1dari 13

STOMATITIS AFTOSA REKUREN : Laporan Kasus

Tifani Cita Dewi1, Nurfianti2,


1
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Kedokteran Gigi
2
Staf pengajar bagian Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas YARSI
Jakarta – Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan: Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan inflamasi ulser yang terjadi
berulang-ulang pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan dikelilingi oleh
halo eritematosa tanpa adanya tanda-tanda suatu penyakit dan biasanya mengenai mukosa
yang tidak berkeratin. Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti.
SAR secara klinis terbagi menjadi tiga jenis, yaitu rekuren stomatitis minor, mayor dan
herpetiform. Laporan Kasus: Seorang pasien wanita berusia 19 tahun datang dengan
keluhan adanya sariawan di pipi bagian dalam muncul sejak 4 hari yang lalu karena tergigit.
Sariawan tersebut terasa perih. Pasien belum menggunakan obat-obatan apapun. Pasien
memiliki riwayat sariawan didaerah yang sama cukup sering. Pasien memiliki riwayat
penyakit gastritis namun jarang kambuh. Biasanya sariawan sembuh sekitar 1 minggu dengan
penggunaan albotil dengan cara dioles. Pembahasan: Lesi awal pada SAR biasanya
dirasakan oleh orang-orang seperti rasa terbakar, diikuti dengan rasa sakit yang luar biasa.
Etiologi SAR tidak diketahui, tetapi terkait dengan berbagai predisposisi seperti siklus
menstruasi, stress, trauma, defisiensi nutrisi, penyakit sistemik dll. Penatalaksaan pada kasus
ini adalah mengkonsumsi banyak sayur dan buah, makan lebih teratur, dan chlorhexidine
gluconate 0,2% untuk meredakan gejala dan mempercepat penyembuhan. Kesimpulan:
Dapat disimpulkan diagnosis pada kasus ini stomatitis aftosa rekuren. SAR tidak memiliki
etiologi yang pasti namun mulifaktorial. Pada kasus ini SAR tipe minor terjadi karena trauma
yaitu tergigit.

Kata Kunci: Stomatitis Aftosa Rekuren

1
aphthi, yang berarti "membakar" atau
"mengobarkan", dan dianggap pertama
PENDAHULUAN kali
Rongga mulut mencerminkan digunakan oleh filsafat hippocrates untuk
kesehatan tubuh seseorang karena menggambarkan rasa sakit yang terkait
merupakan pintu pertama masuknya bahan dengan gangguan umum mulut seperti
makanan untuk kebutuhan pertumbuhan stomatitis aftosa. 4,5
dan kesehatan yang optimal. Banyak orang SAR merupakan suatu peradangan
yang kurang memelihara atau jaringan lunak mulut yang ditandai oleh
memperdulikan penampilan serta ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala
kebersihan mulut mereka karena kesibukan penyakit lain. Lesi dini pada SAR biasanya
dan rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat dirasakan oleh penderita sebagai rasa
berpengaruh menurunkan daya tahan tubuh terbakar. Kemudian bila telah terbentuk
serta terjadinya sariawan. Sariawan secara luka, rasa sakit semakin hebat. Terkadang
medis dapat didefinisikan inflamasi lapisan dilaporkan adanya gejala-gejala
mukosa dari struktur pada mulut; seperti pendahulu/prodromal seperti parestesia
pipi, gusi (gingivitis), lidah (glositis) bibir, dan hiperestesia. Rasa sakit dan
dan atap atau dasar mulut dengan kata lain ketidaknyamanan yang eksaserbasi dengan
stomatitis. Stomatitis sendiri berarti adanya pergerakan di sekitar ulser, seperti
inflamasi pada mulut. Stomatitis juga kegiatan makan, berbicara dan menelan.2
didefinisikan sebagai inflamasi lapisan SAR hadir sebagai ulkus rekuren,
struktur jaringan lunak pada mulut dengan multipel, kecil, oval, memiliki warna dasar
tanda kemerahan, pembengkakan, dan kekuningan dan dikelilingi oleh daerah
kadang-kadang perdarahan dari daerah eritema. SAR terjadi sejak usia anak-anak
yang terkena.1,2 dan akan meningkat dengan bertambahnya
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) usia. Biasanya lesi ini self-limiting dan
dianggap sebagai lesi mukosa oral yang sembuh dalam waktu 10 – 14 hari.
paling umum, keadaan ini juga dikenal Beberapa spesialis dan pakar di bidang
sebagai canker sores, stomatitis aftosa, penyakit mulut mempertimbangkan bahwa
aftosa oral rekuren, dan ulkus aftosa SAR bukan hanya single disease
rekuren yang merupakan penyakit kronis melainkan ada keterlibatan beberapa faktor
paling umum pada rongga mulut, yang patologis lainnya dengan manifestasi klinis
mempengaruhi 5% - 25% dari populasi.3 yang sama. Adanya kelainan imunologis,
Istilah aftosa berasal dari kata Yunani defisiensi hematologis, alergi, hormonal,

2
faktor genetik, alergen makanan, trauma
lokal, perubahan endokrin, siklus
menstruasi, pasta gigi, stres psikologis dan
kecemasan, berhenti merokok, produk LAPORAN KASUS
kimia tertentu, dan agen mikroba Seorang pasien wanita berusia 19 tahun
mempunyai implikasi dalam terjadinya datang dengan keluhan adanya sariawan di
SAR.3,4,6 pipi bagian dalam muncul sejak 4 hari
Meskipun etiologi yang mendasari yang lalu karena tergigit. Sariawan
masih belum jelas dan diyakini tersebut terasa perih. Pasien belum
multifaktorial. Setiap individu bervariasi menggunakan obat-obatan apapun. Pasien
terhadap setiap etiologi yang diamati.3 memiliki riwayat sariawan didaerah yang
SAR memiliki predisposisi genetik yang sama cukup sering. Pasien memiliki
jelas. Lebih dari 42% pasien dengan SAR riwayat penyakit gastritis namun jarang
akan memiliki setidaknya satu kerabat kambuh. Biasanya sariawan sembuh
tingkat pertama yang juga terpengaruh, sekitar 1 minggu dengan penggunaan
dan ada kemungkinan 90% dapat albotil dengan cara dioles.
menyebabkan SAR jika kedua orang tua
memilikinya. Ulkus tampak sebagai respon PENATALAKSANAAN
imun seluler di dimana T-sel dan tumor Pemeriksaan ekstra oral bentuk muka
necrosis factor (TNF)-α terlibat. TNF-α ovoid simetris, kelenjar limfe tidak ada
adalah sitokin proinflamasi yang merekrut pembengkakan (normal), bibir normal.
sel-T dan leukosit lainnya ke lesi, Pemeriksaan intra oral, OHIS baik,
menciptakan papula yang menyakitkan mukosa palatum dan orofaring normal,
yang kemudian membentuk ulserasi mukosa lidah lateral kanan dan kiri
sebelum penyembuhan. Faktor predisposisi normal. Terdapat lesi tipe ulser berjumlah
meliputi trauma lokal, stress, makanan 1 pada mukosa labial bagian bawah
tertentu, fluktuasi hormonal yang terkait sebelah kanan bagian dekat dengan gigi 43
dengan siklus menstruasi, dan merokok dan 44 dengan ukuran 0.5cm, berbentuk
tembakau. Sodium lauryl sulfat pasta gigi ovoid, warna putih dengan batas jelas
yang mengandung sulfat juga dapat dengan tepi haloeritema. (gambar 1).
memicu aphthous pada individu tertentu. Selain itu juga terdapat lesi tipe ulser
Selain itu, kekurangan zat besi, asam folat berjumlah 2 pada mukosa bukal sebelah
atau vitamin B12 telah berkorelasi dengan kiri dekat dengan gigi 36 dan 37 dengan
ulkus aphthousus.7 ukuran 0.5 cm, berbentuk ovoid, warna

3
putih dengan batas jelas dengan tepi tetap memberikan edukasi bagaimana cara
haloeritema. Berdasarkan anamnesis dan menjaga rongga mulut agar tetap baik.
pemeriksaan klinis diagnosis kasus ini Pemeriksaan intraoral, terdapat lesi tipe
adalah stomatitis aftosa rekuren (SAR) tipe sikatrik berjumlah 1 pada mukosa bukal
minor yang disebabkan oleh trauma yaitu dekat dengan gigi 36 dan 37 serta pada
tergigit. mukosa labial ka dekat dengan gigi 43 dan
44. (gambar 2).

Gambar 2. Kontrol SAR

Gambar 1. Intra oral SAR


PEMBAHASAN
Penatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren Pada laporan kasus ini, dapat diketahui
(SAR) tipe minor pada kasus ini, dimulai bahwa stomatitis aftosa rekuren (SAR)
dengan pasien dirawat sesuai gejala; yang memiliki ciri khas yang mana
karena tidak ada penyakit sistemik yang muncul secara berulang dan muncul
mendasari. Pasien diberikan obat kumur kembali pada tempat yang sama atau
chlorhexidine gel 0,2% yang diberikan berbeda pada mukosa rongga mulut,
dengan menginstruksikan ke pada pasien, terutama mukosa yang tidak berkeratin.
yaitu dikumur 3 kali sehari. Beserta Etiologi SAR tidak diketahui,
pemberian vitamin Becomzet Kemudian tetapi berhubungan dengan berbagai faktor
pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga predisposisi seperti riwayat SAR dalam
kesehatan gigi dan mulut. keluarga atau genetik, trauma, siklus
Pada kontrol 11 hari setelah menstruasi, kehamilan, stress, alergi
perawatan dilihat lokasi ulcer tersebut makanan, anemia, faktor imunologi dan
sudah mulai membaik, sariawan tersebut defisiensi nutrisi (defisiensi Fe, asam folat
sudah sembuh sekitar 7 hari dan dokter dn vitamin B12) dan keterlibatan

4
sistemik.2 tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe
yaitu stomatitis aftosa rekuren tipe
Pada kasus ini, SAR tipe minor disebabkan mayor, minor dan herpetiformis.
karena trauma yaitu tergigit.
Perjalanan penyakit Stomatitis Aftosa
Rekuren (SAR) dimulai dengan adanya
kerusakan epitel hingga
Effendy E.
stratum korneum atau basalis, yang
dapat dibagi dalam beberapa tahap
yaitu:
Pengaruh Sari
Buah Jeruk
13
 Tahap pra-ulserasi yang ditandai
dengan adanya infiltrasi sel

dan Jambu
mononukleus ke dalam inti
vakuola epitelium. Tahap ini diikuti
dengan degenerasi sel epitel suprabasal
yang disertai
oleh mononukleus, sebagian besar
limfosit masuk ke dalam lamina propria.
13
pada
Penyembuhan
 Tahap ulserasi yang ditandai dengan
adanya penambahan infiltrasi sel
mononukleus pada jaringan (terutama
epitelium). Tahap ini disertai edema
yang
lebih luas dan degenerasi dari epitelium,
yang berkembang menjadi ulser yang
Stomatitis
Aftosa
sebenarnya dengan membran fibrin yang
menyelubungi ulser. Polimorfonuklear
(PMN) adalah sel pertama yang menuju

Rekuren.
tempat terjadinya luka. Jumlahnya
meningkat cepat dan mencapai
puncaknya pada 24 – 48 jam. Sel-sel
PMN
berumur pendek dan jumlahnya
menurun dengan cepat setelah hari
ketiga.
Jurnal Oral
Medicine.
 Tahap penyembuhan, terjadi
regenerasi epitel yang mulai menutupi
ulkus serta
berkurangnya rasa nyeri yang
ditimbulkan. Fase proliferasi ditandai
dengan
terbentuknya jaringan granulasi pada
FKG
Universitas
luka. Jaringan granulasi merupakan
kombinasi dari elemen seluler yaitu
fibroblas dan sel inflamasi. Fibroblas
pertama
kali muncul secara bermakna pada hari
ke 3 dan ke 7. Fibroblas memproduksi
kolagen dalam jumlah besar yang
Trisakti.
berguna untuk membentuk kekuatan
pada
jaringan parut. Terlihat adanya variasi
Jakarta
Perjalanan penyakit Stomatitis Aftosa
pada ukuran, kedalaman, dan rentang
waktu terjadinya ulser. Berdasarkan hal Rekuren (SAR) dimulai dengan adanya

5
Pengaruh Sari
kerusakan epitel hingga
stratum korneum atau basalis, yang
dapat dibagi dalam beberapa tahap
yaitu:
13
 Tahap pra-ulserasi yang ditandai
dengan adanya infiltrasi sel
Buah Jeruk
dan Jambu
mononukleus ke dalam inti
vakuola epitelium. Tahap ini diikuti
dengan degenerasi sel epitel suprabasal
yang disertai
oleh mononukleus, sebagian besar
limfosit masuk ke dalam lamina propria.
13
pada
Penyembuhan
 Tahap ulserasi yang ditandai dengan
adanya penambahan infiltrasi sel
mononukleus pada jaringan (terutama

Stomatitis
epitelium). Tahap ini disertai edema
yang
lebih luas dan degenerasi dari epitelium,
yang berkembang menjadi ulser yang
sebenarnya dengan membran fibrin yang
menyelubungi ulser. Polimorfonuklear
(PMN) adalah sel pertama yang menuju
Aftosa
Rekuren.
tempat terjadinya luka. Jumlahnya
meningkat cepat dan mencapai
puncaknya pada 24 – 48 jam. Sel-sel
PMN
berumur pendek dan jumlahnya
menurun dengan cepat setelah hari
ketiga.
Jurnal Oral
Medicine.
 Tahap penyembuhan, terjadi
regenerasi epitel yang mulai menutupi
ulkus serta

FKG
berkurangnya rasa nyeri yang
ditimbulkan. Fase proliferasi ditandai
dengan
terbentuknya jaringan granulasi pada
luka. Jaringan granulasi merupakan
kombinasi dari elemen seluler yaitu
fibroblas dan sel inflamasi. Fibroblas
Universitas
Trisakti.
pertama
kali muncul secara bermakna pada hari
ke 3 dan ke 7. Fibroblas memproduksi
kolagen dalam jumlah besar yang
berguna untuk membentuk kekuatan
pada
jaringan parut. Terlihat adanya variasi
Jakarta
pada ukuran, kedalaman, dan rentang Hasil penelitian memperoleh hasil
waktu terjadinya ulser. Berdasarkan hal
bahwa 91,1% responden pernah
tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe
yaitu stomatitis aftosa rekuren tipe mengalami lesi yang diduga sebagai SAR
mayor, minor dan herpetiformis.
dan lesi yang muncul setelah responden

Effendy E. mengalami trauma di dalam


mulutnya. Trauma yang sering dialami
rongga

6
yaitu trauma karena terbentur sikat gigi sebenarnya dengan membran fibrin yang
saat menyikat gigi dan tidak sengaja menyelubungi ulser. Polimorfonuklear
tergigit bagian tertentu dari mukosa mulut. (PMN) adalah sel pertama yang menuju
Beberapa pasien mengira bahwa lesi tempat terjadinya luka. Jumlahnya
terjadi akibat trauma, sebab gejala awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya
didahului oleh tergigit atau sikat gigi yang pada 24-48 jam. Sel-sel PMN berumur
terkena mukosa mulut. Letak lesinya pendek dan jumlahnya menurun dengan
tergantung pada daerah yang terlibat dalam cepat setelah hari ketiga Pada tahap
trauma tersebut. Temuan ini penyembuhan, terjadi regenerasi epitel
mengkonfirmasi bahwa cedera yang yang mulai menutupi ulkus serta
disebabkan mekanis dari mukosa mulut berkurangnya rasa nyeri yang ditimbulkan.
dapat menyebabkan ulserasi pada orang Fase proliferasi ditandai dengan
rentan terhadap stomatitis aftosa rekuren. terbentuknya jaringan granulasi pada luka.
Meskipun hasil uji multivariat memiliki Jaringan granulasi merupakan kombinasi
model yang kurang baik, namun angka dari elemen seluler yaitu fibroblas dan sel
probabilitas yang didapat sebesar 32,45% inflamasi. Fibroblas pertama kali muncul
untuk menyebabkan SAR.9 secara bermakna pada hari ke 3 dan ke 7.
Perjalanan penyakit Stomatitis Fibroblas memproduksi kolagen dalam
Aftosa Rekuren (SAR) dimulai dengan jumlah besar yang berguna untuk
adanya kerusakan epitel hingga stratum membentuk kekuatan pada jaringan parut.
korneum atau basalis, yang dapat dibagi Terlihat adanya variasi pada ukuran,
dalam beberapa tahap yaitu tahap pra- kedalaman, dan rentang waktu terjadinya
ulserasi yang ditandai dengan adanya ulser. Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi
infiltrasi sel mononukleus ke dalam inti menjadi tiga tipe yaitu SAR minor, mayor,
vakuola epitelium. Tahap ini diikuti dan herpetiform.10
dengan degenerasi sel epitel suprabasal 1. SAR Mayor
yang disertai oleh mononukleus, sebagian SAR mayor sekitar 10-15% dari semua
besar limfosit masuk ke dalam lamina SAR. Lesi ini mirip dengan SAR minor;
propria. Tahap ulserasi yang ditandai Namun, diameternya lebih besar dari 10
dengan adanya penambahan infiltrasi sel mm, lebih dalam, seringkali memiliki
mononukleus pada jaringan (terutama bekas luka, dan dapat bertahan selama
epitelium). Tahap ini disertai edema yang berminggu-minggu sampai berbulan-
lebih luas dan degenerasi dari epitelium, bulan. Ulser biasanya sembuh dengan
yang berkembang menjadi ulser yang membentuk jaringan parut dan distorsi

7
jaringan. Hal ini disebabkan karena ulser Ini adalah bentuk SAR yang paling umum
sudah mengerosi jaringan ikat. Lesi ini dan sekitar 85% pasien memiliki lesi jenis
memiliki kecenderungan untuk bibir, lidah, ini. Gambaran klinis berukuran 2-4 mm
langit-langit lunak dan menyebabkan nyeri atau kurang dari 1 cm, simetris, dapat
dan disfagia yang signifikan. Mereka dimulai dengan munculnya makula
sering ditemukan pada pasien yang eritematous yang berhubungan dengan
terinfeksi human immunodeficiency virus gejala prodromal. Dasar ulser berwarna
(HIV).4,8 kuning-kelabu dan dikelilingi daerah
eritematous pada mukosa bergerak dan
tidak berkeratin seperti mukosa labial,
mukosa bukal, dasar mulut, sulkus
lingualis, dorsum lidah, ventral ataupun
lateral lidah. Jumlah ulser dapat tunggal
atau multiple, interval rekurensi 1-4 bulan.
Tipe minor sembuh dalam waktu 10-14
hari tanpa meninggalkan jaringan parut.2,4,8

Gambar 4. SAR Mayor


2. SAR Minor

Gambar 5. SAR Minor


3. SAR herpetiform
Ulserasi herpetiform hanya terjadi 5-10%
dari semua kasus SAR. Ada kemiripan
antara istilah ini dengan infeksi virus
herpes simpleks (HSV). Ulkus herpetiform
berukuran kecil (1-2 mm) dan beberapa
ulkus (5-100) dapat muncul bersamaan.
Meskipun setiap mukosa mulut non-
keratin mungkin terlibat, secara khas

8
lokasi yang terkena adalah tepi lateral dan Gambar 6. SAR herpetiform

permukaan ventral lidah dan dasar mulut.


Diagnosis banding dari SAR
Ulkus individu berwarna abu-abu dan
adalah ulkus traumatikus dan stomatitis
tanpa batas eritematosa yang jelas,
venenata. Ulkus traumatikus merupakan
membuatnya sulit untuk divisualisasikan.
keadaan patologis yang ditandai dengan
Ulser ini berukuran kecil, menyebabkan
hilangnya jaringan epitel (lapisan
nyeri dan dapat membuat sulit makan dan
epitelium), akibat dari ekskavasi
berbicara. Sebuah ulkus dapat berlangsung
permukaan jaringan yang lebih dalam dari
selama kurang lebih 7-14 hari. Ulkus
jaringan epitel. Lesi pada mukosa mulut
herpetiform dapat menyatu membentuk
dapat menunjukan akibat dari adanya
area pertemuan yang lebih besar dari
iritasi kronis yang disebabkan oleh gigi
ulkus, biasanya dengan eritema yang
atau gigi palsu. Ulkus traumatikus kronis
jelas.4,8
merupakan lesi yang paling sering
dijumpai. Ulkus tersebut merupakan lesi
yang tunggal dengan eritema dan dengan
bentuk tidak teratur yang ditutupi oleh
pseudo membran.11,12
Gambar 7. Ulkus traumatikus

Tabel 1. Klasifikasi SAR terdiri dari SAR minor, mayor, dan herpetiform 4,5,8

9
Pada kasus ini, penatalaksaan SAR
diberikan obat kumur chlorhexidine
Diagnosis banding lainnya adalah glukonat 0,2% tiga kali sehari.
stomatitis venenata. Stomatitis kontakta Larutan chlorhexidine glukonat 0,2% juga
atau stomatitis venenata (allergic contact telah digunakan sebagai obat untuk
stomatitis) adalah adalah reaksi aphthous. Digunakan tiga kali sehari
hipersensitivitas yang disebabkan oleh setelah makan dan diamkan didalam mulut
alergen dari obat-obatan, makanan, bahan selama 1 menit, Penelitian terdahulu
gigi (bahan restorasi, prostetik, alat mengatakan bahwa terdapat pengurangan
ortodontik, merkuri, akrilik, kobalt).13 rasa tidak nyaman meningkatnya
Stomatitis kontak alergi merupakan reaksi penyembuhan setelah penggunaan
hipersensitivitas (tipe IV) yang hanya chlorhexidine. Chlorhexidine adalah suatu
mempengaruhi individu yang diperantarai kationik biguanida, dengan spektrum
sel-T yang dihasilkan oleh kontak alergen antimikroba yang sangat luas.
yang kedua atau selanjutnya dengan Chlorhexidine memiliki sifat bakterisid
mukosa oral, pada individu yang sensitif dan bakteriostatik, baik untuk bakteri
Gram positif maupun Gram negatif,
meskipun kurang begitu efektif untuk
beberapa kuman Gram negatif. Efek
antimikroba chlorhexidine dihubungkan
dengan interaksi antara chlorhexidine

secara genetik. Stomatitis kontak tidak (kation) bermuatan positif dan permukaan

menjadi jelas sampai beberapa jam atau sel bakteri yang bermuatan negatif. Setelah

hari setelah terpapar antigen; maka istilah chlorhexidine diserap dalam permukaan

delayed hypersensitivity reaction.14 dinding sel bakteri, chlorhexidine akan

Gambar 8. Stomatitis kontakta/ venenata menurunkan ketahanan membran sel dan


kebocoran komponen intraseluler yang

Pelatalaksanaan laporan kasus ini, tujuan menyebabkan kematian sel mikroba yang

perawatan SAR adalah (1) untuk bermuatan negatif.15,16

mengurangi gejala (2) untuk mengurangi Kelebihan utama chlorhexidine

jumlah dan ukuran (3) untuk dibandingkan dengan obat kumur

meningkatkan durasi keadaan bebas kebanyakan lainnya adalah perlekatannya

penyakit dengan efek samping minimal.4 dengan substansi (jaringan rongga mulut).
Ikatannya baik dengan jaringan lunak

10
maupun keras pada mulut menyebabkan Rsgmp Fk Unsrat Tahun 2014. Jurnal
efek chlorhexidine bertahan dalam jangka e-GiGi (eG). 2014:3(2).
waktu yang lama setelah digunakan. 2. Thantawi Amelia, Khairiati, Nova
Jumlah bakteri dalam saliva secara Mela Meri, Marlisa Sri, Abu Bakar.
perlahan berkurang mencapai antara 10- Stomatitis Apthosa Rekuren (Sar)
20% dibandingkan jumlah awal sebelum Minor Multiple Pre Menstruasi
pemakaian dan tetap bertahan selama 7 (Laporan Kasus). ODONTO Dental
hingga 12 jam. Efek negatif yang paling Journal. 2014:1(2)
banyak dikeluhkan oleh pasien pengguna 3. Beguerie Julieta Ruiz, Saba Mariana.
obat kumur chlorhexidine adalah Recurrent Aphthous Stomatitis An
munculnya noda pada gigi, mulut dan Update on Etiopathogenia and
mukosa pipi. Selain itu, berkumur dengan Treatment. Dermatology Nurses'
chlorhexidine juga dapat menimbulkan Association. 2015:7(1).
iritasi mukosa mulut, sensasi terbakar, dan 4. Tarakji B, Gazal G, Al-Maweri SA,
perubahan persepsi rasa.16 Azzeghaiby SN, AlAizari NA.
Guideline for the diagnosis and
KESIMPULAN treatment of recurrent aphthous
Stomatitis aftosa rekuren sampai stomatitis for dental practitioners. J Int
saat ini etiologinya belum diketahui, Oral Health 2015;7(5):74-80.
namun terdapat multipel faktor 5. Edgar Natalie Rose, Saleh Dahlia,
predisposisi. Silkus menstruasi merupakan Miller Richard A. Recurrent Aphthous
faktor predisposisi SAR Minor pada Stomatitis: A Review. J Clin Aesthet
laporan kasus ini. Keberhasilan Dermatol. 2017;10(3):26–36
penatalaksanaan SAR terkait dengan 6. Kurniawati Atik, Swasti.
mengatasi faktor predisposisi dan Management of Recurrent Aphthous
dilakukan medikasi. Pasien dianjurkan Stomatitis with Reproductive
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Hormones Predisposing Factor (Case
mulut untuk mempercepat penyembuhan. Report). Bagian Biologi Oral, FKG
Universitas Jember. 2016
DAFTAR PUSTAKA 7. Hudson J. Recurrent aphthous
1. I Made A. Yogasedana, Ni Wayan stomatitis: diagnosis and management
Mariati, Michael A.Leman. Angka in primary care. J Patient Cent Res
Kejadian Stomatitis Apthosa Rekuren Rev. 2014;1:197-200
(Sar) Ditinjau Dari Faktor Etiologi Di 8. Annisa Sulistiani, Sri Hernawati, Ayu

11
Jurnal Oral
Mashartini P. Prevalensi dan
Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa

Medicine.
Rekuren (SAR) di Klinik Penyakit
Mulut RSGM FKG Universitas

FKG
Jember pada Tahun 2014. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan. Januari, 2017.

Universitas
Vol. 5 No. 1.
9. Widyastuti O, Permadi A. Faktor

Trisakti.
Yang Berhubungan Dengan Stomatitis
Aftosa Rekuren (Sar) Pada Mahasiswa

Jakarta
Di Pontianak. Fakultas Ilmu
Kesehatan: Universitas

Effendy E.
Muhammadiyah Pontianak. Agustus
2017. JKMK., Jurnal Kesehatan Z

Pengaruh Sari
Masyarakat Khatulistiwa Vol.4, No.3.

Effendy E.
Buah Jeruk
Z

Pengaruh Sari
dan Jambu
Buah Jeruk
pada
dan Jambu
Penyembuhan
pada
Stomatitis
Penyembuhan
Aftosa
Stomatitis
Rekuren.
Aftosa
Jurnal Oral
Rekuren.
12
Medicine.
Wibowo Teguh Budi, Daya
antibakteri obat kumur chlorhexidine,

FKG
povidone iodine, fluoride
suplementasi zinc terhadap,

Universitas
Streptococcus mutans dan
Porphyromonas gingivalis. Dent. J.

Trisakti.
(Maj. Ked. Gigi). 2014;47(4).
16. Nareswari A. Perbedaan efektivitas

Jakarta
obat kumur clorhexidine tanpa alkohol
dibandingkan dengan clorhexidine
10. Effendy E. Pengaruh Buah Jeruk dan beralkohol dalam menurunkan koloni
Buah Jambu pada Penyembuhan bakteri rongga mulut. Skripsi.
Stomatitis Aftosa Rekuren. Jurnal Universitas Gajah Mada. 2010.
Oral Medicine. FKG Trisakti. Jakarta.
11. Sunarjo L, et al. Manfaat xanthone
terhadap kesembuhan ulkus rongga
mulut dilihar dari jumlah sel pmn dan
fibroblast. ODONTO Dental Journal.
Volume 2. Nomer 2. Desember 2015.
12. Setiadhi R, et al. Management of
chronic traumatic ulcer mimicking
oral squamous cell carcinoma on the
tongue. 2018. Vol 51(2): p 76–8
13. Indrawati E, Harijanti K. Management
of allergic stomatitis due to daily food
consumption (Penatalaksanaan
stomatitis alergika akibat konsumsi
makanan sehari-hari). Dentofasial
2014; 13(2): 129-34.
14. Tremblay S, Avon SL. Contact
Allergy to Cinnamon: Case Report.
JCDA. www.cda-adc.ca/jcda. June
2008, Vol. 74, No. 5.
15. Sinaredi Betadion R, Pradopo Seno,

13

Anda mungkin juga menyukai