Anda di halaman 1dari 22

BLOK 26

BAHAN ALAMI KEDOKTERAN GIGI


PEMICU 1
“adakah obat kimia yang cocok untuk ku..?”

Dosen Pembimbing:

drg. Minasari Nasution, MM


drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM
drg. Irma Ervina, Sp.Perio, Subsp.RPID(K).

Fasilitator:
Dr. drg. Ervina Sofyanti, sp. ort., Subsp

Disusun oleh :
Cindy Cinthia Sitorus
200600166
Kelompok 5

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN

Deskripsi Topik
Pemicu 1
Nama Pemicu : Adakah obat kimia yang cocok untuk ku..?
Narasumber : drg. Minasari Nasution, MM.; drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM; drg. Irma Ervina,
Sp.Perio, Subsp.RPID(K).
Hari/Tanggal : Selasa/ 05 Desember 2023
Pukul : 07.00-09.00 WIB
Skenario:
Seorang pasien perempuan usia 30 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan terdapat
luka, sakit di mulutnya ± 5 hari. Dari anamnesis diperoleh bahwa luka tersebut sering terjadi
dalam 1 tahun terakhir. Pasien sudah mengobatinya ke dokter gigi dan diberi Kenalog dan
Aloclair, tapi akhir – akhir ini pasien merasakan tidak nyaman kalau memakai obat tersebut.
Pasien juga mengeluh bau mulut, gusi bengkak dan mudah berdarah, karena pasien mengaku
kesulitan menyikat gigi akibat adanya luka di mulut. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan ulser
berbentuk oval, berjumlah dua buah dengan diameter bervariasi 5-7 mm ditutupi pseudomembran
kekuningan dikelilingi halo merah pada mukosa labial bawah. Gingiva odematous, merah dan
terdapat poket periodontal pada gigi 46 dan 47 dengan kedalaman poket 7-9 mm, OHIs buruk.
Pasien tidak nyaman dengan obat berbahan kimia, dokter gigi mempertimbangkan memberikan
obat mengandung herbal pada pasien tersebut.

Pertanyaan
1. Jelaskan diagnosis kasus tersebut beserta alasannya!(IPM, Perio)
2. Jelaskan rencana perawatan pada kasus tesebut!(IPM, Perio)
3. Jelaskan efek samping apa saja yang dapat terjadi pada penggunaan obat kimia sehubungan
dengan perawatan kasus diatas?(IPM)
4. Jelaskan sumber alami yang dapat diberikan untuk perawatan periodontal yang bersifat
antibakteri dan dapat meregenerasi jaringan periodontal!(Perio)
5. Kandungan yang harus terdapat pada obat yag berasal dari tanaman herbal untuk merawat
kasus diatas? Jelaskan!(BO,IPM, Perio)
6. Bahan tanaman alami yang manakah yang harus dipakai oleh pasien tersebut.(BO)
7. Sebutkan zat aktif fitokimia yang ada pada tanaman tersebut dan jelaskan fungsi masing-
masing dari zat aktif tersebut.(BO)
8. Jelaskan perbedaan dari obat bahan alami dengan obat sintetis (BO)
PEMBAHASAN

1. Jelaskan diagnosis kasus tersebut beserta alasannya!(IPM, Perio)


Berdasarkan pada kasus di atas pada pemeriksaan intraoral pasien ditemukan ulser
berbentuk oval, berjumlah dua buah dengan diameter bervariasi 5-7 mm ditutupi
pseudomembran kekuningan dikelilingi halo merah pada mukosa labial bawah. Gingiva
odematous, merah dan terdapat poket periodontal pada gigi 46 dan 47 dengan kedalaman
poket 7-9 mm, OHIs buruk, jadi dapat disimpulkan pada kasus di atas pasien di diagnosis
mengalami Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) tipe mayor dan Periodontitis.
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR)
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) juga dikenal dengan nama aphthae / canker sores /
reccurent aphthous ulcerations (RAU). SAR merupakan suatu peradangan jaringan lunak
mulut yang yang ditandai oleh ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala penyakit lain.SAR
adalah suatu penyakit ulseratif yang paling umum terjadi di mukosa mulut. Gambaran
lesinya yaitu bentukan ulkus dangkal, berbentuk bulat, nyeri, bagian tengah ditutupi
pseudomembran warna kuning keabuabuan,dan memiliki batas kemerahan yang jelas.
Biasanya terletak dibagian mukosa bukal, labial dan jarang terjadi pada mukosa yang
berkeratin.
Karakteristik SAR biasanya berupa ulser rekuren dengan bentuk bulat atau oval dan
pinggir yang dikelilingi eritematous dengan dasar lesi berwarna kuning-kelabu. Lesi
terjadi mulai pada usia muda, yaitu anak-anak dan masa pubertas dan dapat terjadi pada
orang dewasa. Ulser berlangsung selama 1 minggu atau bulan.
Etiopatogenesis dari SAR masih belum diketahui sepenuhnya. Akan tetapi terdapat
beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya SAR yaitu faktor genetik, infeksi virus
atau bakteri, alergi makanan, defisiensi nutrisi, penyakit sitemik, stres, hormonal, dan
trauma local. Etiologi SAR tidak diketahui, tetapi berhubungan dengan berbagai faktor
predisposisi seperti riwayat SAR dalam keluarga, trauma, siklus menstruasi, kehamilan,
stres, alergi makanan, anemia, faktor imunologi dan defisiensi haematinik (defisiensi Fe,
asam folat dan vitamin B 12). Sistem imun juga memiliki peran terhadap timbulnya SAR.
Kondisi sistem imun yang abnormal atau menurun dapat mempermudah perlekatan
mikroorganisme ke mukosa sehingga mikroorganisme mudah invasi ke mukosa dan
mikroorganisme juga sulit di fagosit. Sehingga menyebabkan lebih rentannya untuk terjadi
infeksi oleh bakteri.
SAR secara klinis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu
(1) SAR minor : SAR minor merupakan penyakit yang paling sering ditemui, yaitu sekitar
75 – 85% dari kasus SAR lainnya. SAR Minor terlihat dengan bentuk ulser yang dangkal,
oval, diameter <1 cm, berwarna kuning kelabu dengan tepi eritematosus yang mencolok
mengelilingi pseudomembran fibrinosa. SAR minor lebih sering mengenai mukosa rongga
mulut yang tidak berkeratin seperti mukosa labial dan bukal, dasar mulut, dan pada lateral
dan ventral lidah. Ulser biasanya sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut
dalam waktu 10-14 hari.
(2) SAR mayor : SAR mayor merupakan salah satu tipe SAR yang terjadi berkisar 10-
15%, ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat atau oval dengan batas yang tidak
jelas, diameternya ≥ 1 cm dan disertai rasa sakit hebat. SAR mayor bisa muncul pada
setiap bagian mukosa mulut tetapi cenderung muncul pada mukosa berkeratin seperti
palatum keras dan tenggorokan. SAR mayor kambuh lebih sering dan berlangsung lebih
lama dibandingkan tipe minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Ulser biasanya sembuh dengan membentuk jaringan parut dan distorsi jaringan. Hal
ini disebabkan karena ulser sudah mengerosi jaringan ikat
(3) SAR herpetiformis : SAR herpetiformis adalah tipe ulserasi fokal kambuhan pada
mukosa mulut yang jarang terjadi, hanya memiliki prevalensi berkisar 5- 10% dari seluruh
kasus SAR. Gambaran mencolok dari SAR tipe ini adalah adanya ulser bersifat multiple,
yaitu 20 hingga 200 ulser, diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di sekitar ulkus
eritematosus dan diperkirakan akan ada rasa sakit. Setiap bagian mukosa mulut dapat
terkena SAR herpetiformis, tetapi khususnya terjadi pada ujung anterior lidah, tepitepi
lidah dan mukosa bibir. Ulser berlangsung selama 7-30 hari dengan peyembuhan
meninggalkan jaringan parut.
Berdasarkan pada kasus di atas pada pemeriksaan intraoral pasien ditemukan ulser
berbentuk oval, berjumlah dua buah dengan diameter bervariasi 5-7 mm ditutupi
pseudomembran kekuningan dikelilingi halo merah pada mukosa labial bawah maka di
diagnosa pada kasus tersebut yaitu Stomatitis apthosa rekuren SAR tipe mayor

Periodontitis
Pada scenario, diketahui gingiva pasien odematous, merah dan terdapat poket periodontal
pada gigi 46 dan 47 dengan kedalaman poket 7-9 mm yang menandakan adanya
periodontitis. Tanda-tanda klinis periodontitis adalah adanya inflamasi gingiva,
pembengkakan papila interdental, kerusakan tepi gingiva, terbentuknya pocket/ saku
gingiva dan resesi gingiva. Periodontitis adalah gangguan multifaktorial yang disebabkan
oleh bakteri dan gangguan keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan
destruksi jaringan. Proses terjadinya periodontitis melibatkan mikroorganisme dalam plak
gigi. dan faktor kerentanan pejamu. Faktor yang meregulasi kerentanan pejamu berupa
respon imun terhadap bakteri periodont opatogen. Tahap awal perkembangan periodontitis
adalah inflamasi pada gingiva sebagai respon terhadap serangan bakteri. Periodontitis
dihubungkan dengan adanya plak subgingiva. Perluasan plak subgingiva ke dalam sulkus
gingiva dapat mengganggu perlekatan bagian korona epitelium dari permukaan gigi.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam plak subgingiva seperti Porphiromonas gingivalis,
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela forsythia, Provotella intermedia dan
Treponema denticola akan mengaktifkan respon imun terhadap patogen periodontal dan
endotoksin tersebut dengan merekrut neutrofil, makrofag dan limfosit ke sulkus gingiva
untuk menjaga jaringan pejamu dan mengontrol perkembangan bakteri. eriodontitis.
Kerentanan pejamu dapat dipengaruhi oleh genetik, pengaruh lingkungan dan tingkah laku
seperti merokok, stres dan diabetes. Respon pejamu yang tidak adekuat dalam
menghancurkan bakteri dapat menyebabkan destruksi jaringan periodontal. Tahap
destruksi jaringan merupakan tahap transisi dari gingivitis ke periodontitis.
Destruksi jaringan periodontal terjadi ketika terdapat gangguan pada keseimbangan jumlah
bakteri dengan respon pejamu, hal ini dapat terjadi akibat subjek sangat rentan terhadap
infeksi periodontal atau subjek terinfeksi bakteri dalam jumlah yang besar. Sistem imun
berusaha menjaga pejamu dari infeksi ini dengan mengaktifasi sel imun seperti neutrofil,
makrofag dan limfosit untuk memerangi bakteri. Makrofag distimulasi untuk
memproduksi sitokin matrix metalloproteinases (MMPs) dan prostaglandin E2 (PGE2).
Sitokin MMPs dalam konsentrasi tinggi di jaringan akan memediasi destruksi matriks
seluler gingiva, perlekatan serat kolagen pada apikal epitel penyatu dan ligamen
periodontal. Sitokin PGE2 memediasi destruksi tulang dan menstimulasi osteoklas dalam
jumlah besar untuk meresorbsi puncak tulang alveolar. Kehilangan kolagen menyebabkan
sel epitelium penyatu bagian apikal berproliferasi sepanjang akar gigi dan bagian korona
dari epitelium penyatu terlepas dari akar gigi. Neutrofil menginvasi bagian korona
epitelium penyatu dan memperbanyak jumlahnya. Jaringan akan kehilangan kesatuan dan
terlepas dari permukaan gigi. Sulkus akan meluas secara apikal dan pada tahap ini sulkus
gingiva akan berubah menjadi poket periodontal.
Berdasarkan AAP 2017, kasus periodontitis ini termasuk dalam stage III (kedalaman
poket 7-9 mm) grade A.
2. Jelaskan rencana perawatan pada kasus tesebut!(IPM, Perio)
Penatalaksanaan dari SAR dibagi dalam dua tahap, yaitu pengobatan simtomatis suportif
dan pengendalian faktor predisposisi.
a. Pengobatan simtomatis dan suportif dilakukan karena pada penyakit SAR hingga saat
ini masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya, sehingga hanya mengobati
keluhannya saja. Tujuan pengobatan simtomatik adalah mengurangi gejala, megurangi
jumlah dan ukuran ulkus. Obat yang dapat digunakan antara lain: obat kumur antibiotika
(chlorhexidinegluconate 0,2%) atau kortikosteroid topikal (pada skenario digunakan
kenalog dan aloclair). Obat kumur chlorhexidine 0,2% dapat digunakan untuk meredakan
durasi dan ketidaknyamanan pada SAR. Kortikosteroid dapat mengurangi rasa sakit pada
peradangan yang ada. Perawatan suportif dapat dilakukan dengan instruksi pengaturan
diet, pemberian obat kumur salin hangat dan anjuran untuk beristirahat dengan cukup.
b. Pengendalian faktor predisposisi dilakukan sebelum memulai terapi yang spesifik.
Faktor predisposisi dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi tentang faktor
genetik yang kemungkinan berperan, trauma yang terlibat, faktor hormonal yang
berperan, juga kondisi stres dan faktor imunologi. Faktor sistemik perlu diperhatikan usia
penderita, pada lansia kemungkinan adanya keterlibatan kondisi sistemik lebih besar bila
dibandingkan pasien usia pertengahan. Faktor lokal perlu diperhatikan adanya trauma
ataupun faktor lain yang dapat mengiritasi mukosa, seperti tepi gigi, karies ataupun
tambalan yang tajam, perlu dihindari makanan yang keras dan merangsang. Oral hygiene
penderita juga penting diperhatikan.
Tidak ada perawatan kuratif untuk SAR. Perawatan ditujukan untuk menghindari trauma
lokal, mengurangi rasa sakit atau rasa tidak nyaman dan memperpendek durasi ulserasi
dengan menekan respon imun lokal, dan mencegah infeksi sekunder. Meskipun tidak ada
perawatan definitif untuk SAR, penggunaan antiinflamasi imunosupresif topikal, terutama
kortikosteroid, analgesik, atau kortikosteroid sistemik adalah cara perawatan utama.
Namun, pada skenario diketahui bahwa pasien merasakan tidak nyaman kalau memakai
obat yang berbahan kimia, maka dapat dipertimbangkan pemberian obat herbal yang lebih
alami dan mungkin lebih sesuai dengan preferensi pasien tersebut untuk mengurangi
ketidaknyamanan.2
 Rencana Perawatan Periodontitis
Perawatan gingivitis dilakukan melalui tahapan periodontal, yaitu lima fase perawatan
yang terdiri dari:
• Fase Prelimiary (emergency)
• Fase Etiotropik (Phase I/Nonsurgical Phase)
• Fase Pembedahan (Phase II/Surgical Phase)
• Fase Restoratif (Phase III/Restorative Phase)
• Fase Pemeliharaan (Phase IV/Maintenance Phase)

Skema 1. Urutan rencana perawatan3


Dalam penatalaksanaan kasus periodontitis sesuai kasus dapat dilakukan perawatan fase
etiotropik (fase I) dan fase maintenance (fase IV).
a. Fase Etiotropik (Phase I/Nonsurgical Phase)
Merupakan fase pertama dalam perawatan periodontitis yang memegang peranan penting
dalam keberhasilan perawatan. Fase ini bertujuan untuk mengeliminasi faktor-faktor
etiologi dan perdisposisi penyakit periodontal. Diketahui pasien pada skenario memiliki
gingiva odematous, merah, terdapat poket periodontal, dan OHIs yang buruk karena
pasien kesulitan menyikat gigi sehingga gigi tidak terbersihkan dengan optimal dan
menyebabkan penumpukan plak. Yang dapat dilakukan pada fase inisial adalah scaling
dan root planning berupa pembersihan plak dan kalkulus (supra maupun subgingiva),
mengeliminasi faktor lokal yang menyebabkan keadaan patologis pada jaringan
periodontal, dan pasien dapat diberikan edukasi (dental health education/DHE) dan
motivasi berupa cara menjaga oral hygiene (kontrol plak), serta kontrol diet bila perlu.
Untuk terapi antibiotik/antimikrobial lokal maupun sistemik, harus diberikan secara hati-
hati. Penyebab utama periodontitis ialah bakteri Porphyromonas gingivalis. menurut
Ardila, dkk penggunaan antibiotik yang kurang tepat dan berlebihan dapat mengakibatkan
bakteri Porphyromonas gingivalis resisten terhadap obat antibiotik yang telah diberikan.
Resistennya Porphyromonas gingivalis terhadap obat antibiotik memungkinkan
penggunaan obat herbal dari bahan alam menjadi salah satu alternatif lain dalam
perawatan periodontitis. Penggunaan obat herbal dari bahan alam secara umum dinilai
lebih aman daripada penggunaan obat modern, karena obat herbal sebagai obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern.
b. Fase Pemeliharaan (Phase IV/Maintenance Phase)3,4
Segera setelah menyelesaikan terapi fase I, pasien harus melanjutkan ke fase
pemeliharaan (fase IV) untuk mempertahankan hasil yang telah diperoleh dan mencegah
perburukan lebih lanjut serta kambuhnya penyakit. Kunjungan secara periodik diperlukan
untuk pemeriksaan plak dan kalkulus, kondisi gingiva, poket, dan inflamasi. Selain itu,
kunjungan recall pemeliharaan periodontal harus dilakukan dengan interval pendek (yaitu
setiap 2–3 bulan).

3. Jelaskan efek samping apa saja yang dapat terjadi pada penggunaan obat kimia
sehubungan dengan perawatan kasus diatas?(IPM)
Kenalog (Triamcinolone acetonide)
Efek samping umum yang terkait dengan penggunaan awal triamsinolon topikal
meliputi rasa gatal, terbakar, iritasi, atau kekeringan pada kulit. Gejala-gejala ini hilang
dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah penggunaan. Efek samping lainnya
mungkin termasuk sakit kepala, pusing, pembengkakan pada pergelangan kaki atau kaki,
atau perubahan pada buang air kecil atau penglihatan. Penggunaan glukokortikoid kronis
seperti triamsinolon dapat menyebabkan "Syndrom Cushing"; hipertensi, penambahan
berat badan, jerawat, striae, penipisan lapisan kulit dermal, osteoporosis, hiperglikemia,
amenore, imunosupresi, dan psikosis steroid (misalnya depresi atau mania).
Pasien dengan gagal jantung kongestif atau hipertensi berat mungkin mengalami insiden
edema dan penambahan berat badan yang lebih tinggi saat mengonsumsi triamsinolon.
Obat glukokortikoid harus dikurangi secara perlahan pada penggunaan kronis untuk
mencegah terjadinya insufisiensi adrenal (berisiko tinggi jika obat dihentikan secara tiba-
tiba, terutama pada pasien yang sakit parah).
Aloclair (Sodium hyaluronate)
Bahan aktif yang umum digunakan dalam produk seperti Aloclair adalah Sodium
hyaluronate. Efek samping dari penggunaan Aloclair umumnya tidak serius, tetapi bisa
bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Beberapa kemungkinan efek samping
atau reaksi yang dapat muncul melibatkan: Gel oral natrium hialuronat dapat
menyebabkan sensasi terbakar ringan di mulut pada area aplikasi. Ini biasanya bersifat
sementara dan akan hilang dengan sendirinya. Meskipun jarang, ada kemungkinan
seseorang dapat mengalami reaksi alergi terhadap salah satu bahan dalam formulasi,
seperti sodium hyaluronate.

4. Jelaskan sumber alami yang dapat diberikan untuk perawatan periodontal yang
bersifat antibakteri dan dapat meregenerasi jaringan periodontal!(Perio)
Pada skenario dikatakan bahwa gingiva pasien odematous, merah dan terdapat poket
periodontal pada gigi 46 dan 47 dengan kedalaman poket 7-9 mm, OHIs buruk, yang
menandakan adanya suatu inflamasi yang menyerang jaringan periodontal. Etiologi
penyakit periodontal multifaktorial dengan patogenesis yang kompleks, sehingga
penatalaksanaan periodontitis bersifat multiarah. Saat ini, produk herbal seringkali lebih
disukai dibandingkan obat konvensional karena aktivitas biologisnya yang kompleks,
profil keamanannya yang baik, biaya terapi yang lebih rendah, biokompatibilitas, dan
dampak yang rendah terhadap lingkungan. Selain itu, senyawa sintetik konvensional
biasanya menimbulkan lebih banyak efek samping, intoleransi, dan penggunaan yang
tidak bertanggung jawab, misalnya terapi antibiotik yang tidak berbasis bukti,
menyebabkan ancaman global jangka panjang seperti resistensi antibiotic. Tujuan terapi
utama adalah mengurangi perdarahan dan menghambat perkembangan penyakit.
Formulasi yang ideal harus menunjukkan sifat antibakteri, antioksidan, dan anti-inflamasi
untuk aktivitas melawan bakteri dan membatasi kerusakan jaringan periodontal yang
disebabkan oleh proses inflamasi progresif. Penghambatan proses inflamasi
meminimalkan risiko kerusakan jaringan periodontal. Konsep efek menguntungkan dalam
pengelolaan periodontitis mencakup efek antioksidan dari bahan tanaman yang
melindungi jaringan terhadap efek radikal bebas yang merusak.
a. Daun Sage (Salvia officinalis)
Salvia officinalis merupakan tumbuhan yang termasuk dala
famili Lamiaceae . Senyawa aktif daun sage adalah flavonoid dan glikosidanya,
terutama asam rosemary, asam ellagic, dan luteolin-7-glukosida. Bahan tanamannya
mengandung terpen dan terpenoidbornyl asetat, camphene, camphor, humulene
limonene dan asam ursolat. Daun sage banyak digunakan pada gangguan mulut untuk
obat kumur atau sebagai salah satu bahan dalam sediaan kompleks. Daun sage
memiliki efek anti-inflamasi yang berguna untuk pengobatan topikal penyakit
inflamasi. Minyak atsiri yang diisolasi dari sage merupakan sumber agen antibakteri
yang menjanjikan. Penggunaan ekstrak S. sclarea secara signifikan menghambat
proses inflamasi dengan menurunkan kadar IL-1β, IL-6 dan TNF-α, mengurangi
perubahan jaringan gingiva, dan menjaga resorpsi tulang alveolar pada periodontitis
yang diinduksi lipopolisakarida pada tikus.
b. Daun Pepermint (Mentha piperita)
Daun peppermint merupakan bahan baku tanaman yang dinilai memiliki aktivitas yang
terbukti. Mentha piperita ( Lamiaceae ) merupakan hasil budidaya hibrida
alami Mentha Aquatica dan Mentha spicata. Selain minyak atsiri, daun peppermint
biasanya mengandung 1,2–3,9% (v/b) minyak atsiri, berbagai flavonoid seperti
luteolin dan 7-glikosidanya, rutin, hesperidin, dan eriocitrin (eriodictyol 7- O -
rutinoside). Komponen lainnya termasuk asam fenolik, misalnya asam
rosemary. Minyak atsiri dan ekstrak spesies Mentha memiliki sifat antimikroba, anti-
inflamasi, dan antioksidan dengan aktivitas antimikroba melawan patogen yang
terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal

c. Rimpang Calamus (Acorus calamus)


Acorus calamus , juga dikenal sebagai sweet flag, cradle root atau muskrat,
merupakan tanaman milik Acoraceae , umum di Asia Tengah dan Eropa Timur [ 67 ].
Senyawa bioaktif utamanya adalah acorenon diikuti isocalamendiol yang
kandungannya bervariasi menurut varietas dan wilayah. Terdapat juga hidrokarbon
monoterpen, keton sequestrine, α- dan β-asarone, dan eugenol. Ekstrak rimpang
calamus dan minyak atsiri dapat digunakan untuk mengatasi periodontitis karena sifat
antibakteri, antioksidan, dan anti-inflamasinya. Aktivitas antibakteri terhadap bakteri
peripatogenik seperti Actinomyces odontolyticus , Eikenella
corrodens , Fusobacterium nucleatum , meskipun ada, lebih lemah dibandingkan
dengan ekstrak etanol sage atau kamomil. Minyak esensial pada tumbuhan
menunjukkan efek anti-inflamasi dan antioksidan.
d. Akar Kopiah Baikal (Scutellaria baicalensis)
Scutellaria baicalensis, juga dikenal sebagai kopiah Baikal atau kopiah Cina, dan
merupakan tanaman herbal dari keluarga Lamiaceae ( Labiatae ). Dapat digunakan
untuk mengobati periodontitis dalam gel dan obat kumur karena sifat antibakteri dan
antijamurnya. S. baicalensis memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap patogen
mulut, termasuk Streptococcus salivarius atau Bacteroides gingivalis. Baicalin
menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat mediator proses inflamasi
seperti metabolit asam arakidonat dari oksida nitrat. Baicalin menghambat ekspresi
reseptor seperti tol dan sinyal hilir serta mengurangi respon inflamasi dan hilangnya
tulang alveolar pada periodontitis tikus percobaan. Ekstrak Scutellaria
baicalensis secara signifikan menghambat resorpsi tulang alveolar, mengurangi
produksi ekspresi sitokin pro-inflamasi pada jaringan gingiva, dan juga meningkatkan
pemulihan struktur periodontal. Baicalin telah terbukti melindungi jaringan
periodontal dalam peradangan yang diinduksi pada model hewan. Baicalin secara
signifikan dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang dan tinggi tulang alveolar,
dan pengamatan histologis menunjukkan bahwa ia dapat meningkatkan perbaikan dan
regenerasi tulang.

e. Delima (Punica granatum L).


Punica granatum L dikenal sebagai buah delima milik keluarga Punicaceae. Bahan
baku yang digunakan adalah kulit buah dan kulit akar. Senyawa aktif utamanya adalah
flavonoid, ellagitannin, punicalagin, asam ellagic, vitamin dan mineral, serta alkaloid
seperti peletierine. Ekstrak buah delima menunjukkan aktivitas antiinflamasi melalui
penghambatan NF-κB, menurunkan kadar NO dan sintesis PGE2. Delima berpotensi
digunakan dalam pengobatan periodontitis karena aktivitas antioksidannya. Ekstrak
buah delima menangkal radikal bebas dan mengurangi stres oksidatif makrofag dan
peroksidasi lipid. Senyawa aktif yang ditemukan dalam bahan bakunya menunjukkan
tindakan antibakteri terhadap mikroba penyebab radang gusi. Oleh karena itu, obat
kumur delima memiliki efek antiplak dan efektif melawan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans , Porphyromonas gingivalis , dan Prevotella intermedia.

f. Teh Hijau (Camellia sinensis)

Teh hijau terbuat dari daun Camellia sinensis, dan kaya akan polifenol, terutama
epigallocationchin-3-gallate (EGCG), yang menunjukkan sifat antimikroba,
antiinflamasi, dan antioksidan. Ekstrak teh hijau telah diteliti potensinya dalam
menghambat pertumbuhan patogen periodontal, mengurangi peradangan dan
meningkatkan penyembuhan jaringan periodontal. Penggunaan katekin teh hijau
subgingiva selama scaling dan root planing (SRP) dapat meningkatkan pengurangan
kedalaman poket [26]. Efek positif telah dilaporkan untuk berbagai formulasi teh hijau
(teh sachet, strip, gel, permen karet, dan pasta gigi) terhadap indeks plak dan gingiva
perdarahan saat probing, dan pengurangan kedalaman poket. Konsumsi teh hijau secara
teratur dapat meningkatkan hasil perawatan periodontal.

g. Lidah buaya (Aloe barbadensis)


Lidah buaya (Aloe barbadensis) adalah tanaman sukulen dengan sejarah panjang dalam
penggunaan obat. Tanaman ini cukup populer karena sifat anti-inflamasi, antimikroba,
dan penyembuhan lukanya. Gel lidah buaya mengandung berbagai komponen bioaktif,
antara lain polisakarida, antrakuinon, vitamin, mineral, dan enzim. Selain itu, komponen
lidah buaya dapat menghambat produksi sitokin inflamasi dan oksida nitrat. Ini
merangsang proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen, mungkin membantu perbaikan
dan regenerasi jaringan.

h. Kurkumin (Curcuma longa)


Senyawa aktif pada akar kunyit adalah kurkumin (Curcuma longa). Ini menunjukkan
efek anti-inflamasi dan antioksidan yang kuat. Dalam konteks penyakit periodontal,
penelitian melaporkan potensinya untuk menghambat kerusakan jaringan, memodulasi
respon imun, menurunkan jumlah patogen periodontal, dan mengurangi peradangan
gingiva yang dikombinasikan dengan perawatan non-bedah Gel kurkumin menjanjikan
dalam pengobatan gingivitis dan periodontitis berkat sifat antiplak dan anti-inflamasi
serta efek samping yang jarang terjadi. Selain itu, pasien tampaknya lebih memilih gel
kunyit dibandingkan gel klorheksidin. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
kurkumin yang dimodifikasi, karena peningkatan bioavailabilitasnya, mempunyai
potensi untuk menghasilkan peningkatan klinis yang lebih besar bila digunakan dalam
perawatan periodontal

5. Kandungan yang harus terdapat pada obat yang berasal dari tanaman herbal untuk
merawat kasus diatas? Jelaskan!(BO,IPM, Perio)
a. Anti-inflamasi
Dari skenario diketahui bahwa pada terdapat ulser pada mukosa pasien, serta adanya gusi
bengkak, dan mudah berdarah disertai adanya poket periodontal yang menandakan adanya
inflamasi/peradangan pada mukosa dan jaringan periodontal pasien. Proses peradangan
melibatkan beberapa peristiwa dan mediator yaitu zat kimia poten yang terdapat pada
jaringan tubuh, seperti prostaglnadin, leukotrien, prostasiklin, limfokin, dan kemokin
seperti interferon-a (IFN-a), y, interleukin (IL)-1, IL-8, histamin, 5-hydroxytryptamine (5-
HT), dan faktor nekrosis jaringan-a. Mediator ini menghasilkan beberapa jalur dan
peristiwa kimia untuk membangkitkan respons yang saling melengkapi terhadap
rangsangan eksternal. Peradangan dapat semakin parah apabila tidak ditangani dengan
benar melalui pertolongan pertama serta diagnosis dan terapi obat yang tepat. Oleh karena
itu, terapi obat yang digunakan untuk melawan peradangan harus cukup memuaskan untuk
mengurangi tingkat keparahannya.Terdapat beberapa agen anti-inflamasi yang bisa
didapatkan dalam tumbuhan herbal, yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, tarpenoid,
senyawa fenolik, dan lain sebagainya.
b. Anti bakteri
Prinsip utama dalam perawatan ulser dan periodontitis pada pasien tersebut adalah
mengurangi peradangan dan menghentikan progresivitas penyakit. Bakteri dapat
merangsang terjadinya suatu peradangan dan dapat menyebabkan inflamasi menjadi
semakin parah. Oleh karena itu, diperlukan suatu zat antibakteri yang dapat menghambat,
mendenturasi, ataupun membunuh bakteri tersebut. Terdapat beberapa agen anti-
BAKTERI yang bisa didapatkan dalam tumbuhan herbal, yaitu alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, dan lain sebagainya.
c. Anti oksidan
Telah diketahui bahwa stres oksidatif merupakan penyebab penting kerusakan sel yang
terkait dengan permulaan dan perkembangan banyak penyakit kronis. Banyak penelitian
telah menunjukkan bahwa ROS (Spesien Oksigen Reaktif) mengatur pembentukan dan
fungsi osteoklas, yaitu aktivasi dan kemampuan resorpsi tulang. Resorpsi tulang yang
mengakibatkan hilangnya tulang alveolar dan akhirnya kehilangan gigi merupakan ciri
khas penyakit periodontal. Sistem NADPH oksidase berperan dalam patologi periodontal
dan keterlibatannya paling kuat pada periodontitis agresif. Oleh karena itu, untuk melawan
stres oksidatif, diperlukan suatu zat antioksidan yang bisa didapati pada tumbuhan herbal,
seperti alkaloid, tannin, fenolik, dan lain sebagainya.

6. Bahan tanaman alami yang manakah yang harus dipakai oleh pasien tersebut.(BO)
Tanaman herbal ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral,
vitamin, polisakarida dan komponen lain yang amat berguna bagi kesehatan. Selain itu,
lidah buaya berkhasiat sebagai anti-inflamasi, antifungal, antibakteri dan membantu
proses regenerasi sel.Agenanti-inflamasi yang dimiliki lidah buaya di antaranya adalah
asam salisilat,indometasin yang dapat mengurangi edema, menghambat enzim
siklooksigenase dan menghambat motilitas leukosit polymorphonuclear (PMN) yang bila
jumlahnya berlebihan dapat merusak jaringan), manosa-6-fosfat,B-sitosterol,juga
komponen lignin, saponin dan anthaquinone yang terdiri atas aloin, barbaloin, anhtranol,
anthracene, aloetic acid, aloe emodin merupakan bahan dasar obat yang bersifat sebagai
antibiotik dan penghilang rasa sakit. Dalam bidang kedokteran gigi, gel Aloe vera sudah
digunakan sebagai preparat untuk membantu pemulihan atau penyembuhan luka, sebagai
antiinfeksi atau sebagai anti-inflamasi,seperti gingivitis dan periodontitis. Sebagai
antiseptik, Aloe vera telah digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar dan poket
periodontal yang pada keadaan normal sulit dibersihkan,juga sebagai obat anti jamur pada
kondisi sariawan atau luka pada sudut mulut.Aloe vera juga telah diproduksi dalam bentuk
pasta gigi atau obat kumur.
Lidah buaya memiliki sistem penghambat yang menghalangi rasa sakit dan peradangan
serta sistem stimulasi yang meningkatkan penyembuhan luka. Pengujian laboratorium
independen tentang lidah buaya menunjukkan aktivitas lidah buaya dalam modulasi
antibodidankekebalan seluler.Lidah buaya dapat merangsang pertumbuhan fibroblas untuk
meningkatkan penyembuhan luka dan menghalangi penyebaran infeksi. Penggunaan lidah
buaya adalah didasari ataspertimbanganekonomi yang signifikan.
Lidah buaya tidak memiliki mekanisme tunggal. Lidah buaya mengandung asam amino
seperti phenylalanine dan trytophane yang memiliki aktivitas anti-inflamasi. Lidah buaya,
disamping memiliki efekpada reaksiinflamasi dan reaksi kekebalan, juga mengurangi
oksigen radikal bebas yang dihasilkan oleh PMN.Vitamin C pada lidah buaya
menghambat peradangan, mengambil oksigen radikal untuk memblok proses inflamasi.
Vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan juga merupakan komponen lidah buaya.
Efek-efek biologis dari karya orkestra A.vera bekerjasama dengan konduktor polisakarida
menghasilkan efek terapi yang berharga.

7. Sebutkan zat aktif fitokimia yang ada pada tanaman tersebut dan jelaskan fungsi
masing-masing dari zat aktif tersebut.(BO)
Tanaman lidah buaya (Aloe vera)
Tanaman lidah buaya (Aloe vera) termasuk tanaman tradisional dikenal digunakan
untuk bahan obat dalam mengatasi berbagai penyakit karena diketahui mengandung zat
yang bermanfaat untuk kesehatan terutama oleh karena adanya kandungan senyawa
fitokimia yang bersifat antibakteri seperti saponin, tanin, alkaloid, flavonoid, dan
antrakuinon yang merupakan hasil dari metabolit sekunder yang berkerja sebagai
antibakteri. Lidah buaya juga mengandung lignin dengan kemampuan absorbs yang
tinggi sehingga mempermudah dalam proses absorbs gel menuju dermis, dan juga
mengandung polisakarida (Acemannan) yang bisa memicu fagositosis bakteri dan
mengatasi inflamasi.
 Saponin yang merupakan zat alkaloid mempunyai mekanisme antibakteri dengan
kemampuannya menimbulkan kerusakan pada asam (DNA dan RNA) bakteri.
 Tannin sebagai antibakterial yaitu dengan kemampuannya melakukan inaktivasi adhesin
yang membuat sel epitel hospes tidak dapat menempel dengan bakteri dan mudah terikat
pada dinding sel karena bersifat lipofilik sehingga mengakibatkan kerusakan dinding sel
bakteri
 Flavonoid dimana mampu menimbulkan lisis dan menyebabkan proses terbentuknya
dinding sel menjadi terhambat
 Antrakuinon glikosida yang berasal dari getah kulitnya sebagai penghilang rasa sakit,
mengurangi racun, dan antimikroba
 Acemannan
Acemannan adalah senyawa polisakarida yang banyak ditemukan dalam lidah buaya,
yang mana merupakan komponen aktif yang banyak memiliki manfaat kesehatan.
Adapun manfaatnya, yaitu: Anti inflamasi, penyembuh

 Lectin
Lektin adalah senyawa pada jenis protein yang dapat terikat pada gula dan karbohidrat
tertentu, senyawa ini bisa ditemukan pada tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme.
Adapun manfaatnya, yaitu: Anti inflamasi, Mengobati luka, Anti kanker.
 Aloin
Aloin adalah senyawa aktif yang terdapat pada tanaman aloe vera terutama pada getah
tanaman tersebut, struktur kimia aloin terdiri dari berbagai senyawa termasuk dalam
kelompok antrakinon. Adapun manfaatnya, yaitu berpotensi sebagai anti mikroba dan
anti oksidan.

8. Jelaskan perbedaan dari obat bahan alami dengan obat sintetis (BO)
Obat Bahan Alami
Obat herbal adalah suatu bentuk pengobatan alternatif yang mencakup penggunaan
tanaman atau ekstrak tanaman yang berbeda. Ini adalah salah satu pilihan pengobatan
yang efektif dan relatif aman, digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Selain
untuk mengobati, herbal juga sering digunakan untuk pencegahan penyakit atau
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Seperti yang diketahui obat herbal
dapat menyembuhkan penyakit dengan efek samping yang minim karena dibuat dari
bahan-bahan yang alami, tidak seperti obat-obat sintetis yang dapat memberikan efek
samping baik secara langsung maupun setelah waktu yang lama. Obat-obatan herbal
adalah campuran dari banyak bahan aktif. Jenis obat herbal ada 3, yaitu:
a. Jamu (emphirical based herbal medicine)
Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan.
Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10
macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris, jamu juga harus memenuhi persyaratan
keamanan dan standar mutu.
b. Obat herbal terstandar (standardized based herbal medicine)
Obat herbal terstandar adalah obat yang simplisianya telah dilakukan standarisasi
dan telah dilakukan uji praklinik. Standarisasi simplisia merupakan upaya
menyeluruh dimulai dengan pemilihan lahan (unsur tanah) yang tepat untuk
tumbuhan obat tertentu, budidaya yang baik pasca panen (good agriculture
practices).
c. Fitofarmaka (clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat herbal yang telah dilakukan uji klinik secara lengkap.
Dengan uji klinik yang lengkap dan mengikuti prinsip-prinsip uji klinik yang baik,
maka fitofarmaka dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal karena
memiliki evidance based dan dukungan data ilmiah yang kuat

Kelebihan obat herbal:


- Efek samping relatif kecil jika digunakan secara tepat, tepat dosis/takaran,
tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan, tepat pemilihan bahan, tepat
telaah informasi, dan sesuai dengan indikasi penyakit tertentu.
- Kombinasi efek kandungan kimia dalam bahan obat tradisional, sepertiefek
komplementer, sinergisme, dll.
- Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit metabolic dan degeneratif.
Kekurangan obat herbal:
- Efek farmakologisnya lemah
- Bahan baku belum terstandar
- Bersifat higroskopis serta volumines
- Belum semua dilakukan uji klnik
- Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme

Obat Sintetis
Obat sintetis adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik dan digunakan serta
diresepkan dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu. Obat
sintetis adalah obat modern yang dibuat dari bahan sintetik atau bahan alam yang
diolah secara modern.1,2
1) Kelebihan obat sintetis:
- Reaksi obat sintetik atau kimia lebih baik digunakan karena reaksinya yang
lebih cepat dalam mengatasi gejala dan meredam rasa sakit.
- Tujuan pengobatan lebih efektif dan relatif cepat pada pasien dengan kasus
penyakit akut dan penyakit yang bersifat darurat.
- Obat kimia atau sintetik telah melewati uji praklinis dan klinis selama
pengujiannya dengan waktu penelitian yang lama serta melibatkan hewan uji
hingga pengujian pada manusia dan melewati tes kelolosan oleh badan
pengatur nasional seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia
serta Food and Drug Administration di Amerika Serikat sehingga boleh di
produksi oleh industri sebagai legal drug, sehinggga produk sintetik
memegang kepercayaan besar dan diketahui pasti khasiatnya.
2) Kekurangan obat sintetis:
- Memiliki efek samping, dimana obat–obat sintetik dapat berupa efek samping
langsung maupun tidak langsung terakumulasi, karena bahan kimia bersifat
anorganik dan kompleks. Penggunaan bahan kimia sebagai obat tubuh
mungkin tidak dapat dihindari, sehingga harus digunakan secara terbatas,
yang dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh.
- Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, beberapa penyakit memang
belum ada obatnya. Obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus
diminum seumur hidup. Beberapa penyakit juga belum diketahui
penyebabnya. Pasien umumnya diberi obat yang hanya mengurangi rasa sakit
tapi tidak menyembuhkan penyakit.
- Harga yang mahal, dimana obat–obat kimia untuk penyakit yang tergolong
berat umumnya mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat umum. Hal ini
terjadi karena untuk menghasilkan obat, dibutuhkan teknologi tinggi, biaya
investasi yang tinggi dan waktu penelitian yang panjang. Beberapa bahan
bahkan masih diimpor seperti bahan jadi, bahan baku obat, bahan pengemas
obat, teknologi, peralatan dan mesin–mesin, tenaga ahli dan tenaga terampil.
Tingginya harga juga terjadi karena impor menggunakan mata uang asing
yang berfluktuasi sesuai kurs.


DAFTAR PUSTAKA

1. Thantawi A, Khairiati, Nova MM, Marlisa S, Bakar A. Stomatitis apthosa rekuren (sar)
minor multiple pre menstruasi (laporan kasus). ODONTO Dental Journal 2014; 1 (2):
57-62.
2. Sulistiani A, Hernawati S, Ayu MP. Prevalensi dan distribusi penderita stomatitis aftosa
rekuren (sar) di klinik penyakit mulut rsgm fkg universitas jember pada tahun 2014. e-
Jurnal Pustaka Kesehatan 2017; 5 (1): 169-176.
3. Quamilla N. Stres dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). J Syiah Kuala Dent Soc
2016; 1(2): 161-8.
4. Yonenda A, Prihantini AM. Management od recurrent aphtous stomatitis mayor in
buccal mucosa. Proccedings Book FORKINAS VI FKG UNEJ 14th-15th 2016: 396-7.
5. Nurdiana, Jusri M. Penatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren mayor dengan infeksi
sekunder. Dentofasial 2011; 10(1): 43.
6. Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine. 9th ed., London:
ELSEVIER, 2017; 105–6.
7. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and carranza’s clinical
periodontology. 13th ed., Philadelphia: Elsevier, 2019: 373, 427–9.
8. Sidhu G, Preuss CV. Triamcinolone. [Updated 2023 Mar 24]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544309/ (diakses pada 4 Desember 2023).
9. Gicero AFG, Girolimetto N, Bentivenga C, Grandi E, Fogacci F, Borghi C. Short-term
effect of a new oral sodium hyaluronate formulation on knee osteoarthritis: A double-
blind, randomized, placebo-controlled clinical trial. Diseases 2020; 8(3):26.
10. Gościniak A, Paczkowska-Walendowska M, Skotnicka A, Ruchała MA, Cielecka-
Piontek J. Can Plant Materials Be Valuable in the Treatment of Periodontal Diseases?
Practical Review. Pharmaceutics. 2021 Dec 17;13(12):2185. doi:
10.3390/pharmaceutics13122185. PMID: 34959467; PMCID: PMC8705740.
11. Kharaeva ZF, Mustafaev MS, Khazhmetov AV, Gazaev IH, Blieva LZ, Steiner L.,
Mayer W., De Luca C., Korkina LG Efek Anti Bakteri dan Anti Inflamasi Pasta Gigi
dengan Jamu Swiss terhadap Pasien yang Menderita Gingivitis dan Tahap Awal
Periodontitis: Dari Khasiat Klinis hingga Mekanismenya. Lekuk. J.2020 ; 8 :10. doi:
10.3390/dj8010010.
12. Komite Produk Obat Herbal (HMPC) Monograf Herbal Komunitas pada Quercus Robur
L., Quercus Petraea (Matt.) Liebl., Quercus Pubescens Willd., Cortex. [(diakses pada 2
Desember 2021)]. Tersedia
online: https://www.ema.europa.eu/en/medicines/herbal/quercus-cortex [ Daftar
referensi ]
13. Karicheri R., Antony B. Aktivitas antibakteri dan antibiofilm minyak atsiri peppermint
(Mentha piperita Linn) dan mentol mint (Mentha arvensis Linn) pada Aggregatibacter
Actinomycetemcomitans yang diisolasi dari infeksi
orodental. euro. J.Pharm. medis. Res. 2016; 3 :577–581.
14. Loying R., Gogoi R., Sarma N., Borah A., Munda S., Pandey SK, Lal M. Komposisi
Kimia, Aktivitas Antioksidan, Anti-mikroba, Anti-inflamasi dan Sitotoksik In-vitro dari
Minyak Atsiri Acorus calamus L. Rimpang dari India Timur Laut. J. Esensi. Beruang
Minyak. Tanaman. 2019; 22 :1299–1312. doi: 10.1080/0972060X.2019.1696236.
15. Aparecida Procópio Gomes L., Alves Figueiredo LM, Luiza do Rosário Palma A.,
Corrêa Geraldo BM, Isler Castro KC, Ruano de Oliveira Fugisaki L., Cardoso Jorge AO,
Dias de Oliveira L., Junqueira JC Punica granatum L. Ekstrak (Delima): Studi In Vivo
Aktivitas Antimikroba terhadap Porphyromonas gingivalis pada Model Galleria
mellonella. Sains. Dunia J. 2016; 2016 :8626987. doi: 10.1155/2016/8626987.
16. Balappanavar AY, Sardana V., Singh M. Perbandingan efektivitas obat kumur teh 0,5%,
nimba 2%, dan klorheksidin 0,2% pada kesehatan mulut: Uji coba kontrol acak. India J.
Penyok. Res. 2013; 24:26 . doi: 10.4103/0970-9290.114933.
17. Bhat G, Kudva P, Dodwad V. Aloe vera: Nature's soothing healer to periodontal disease.
J Indian Soc Periodontol. 2011 Jul;15(3):205-9. doi: 10.4103/0972-124X.85661. PMID:
22028505; PMCID: PMC3200013.
18. Chhina S., Singh A., Menon I., Singh R., Sharma A., Aggarwal V. Sebuah studi klinis
acak untuk evaluasi komparatif kemanjuran obat kumur Aloe Vera dan 0,2%
klorheksidin glukonat pada pembentukan plak de-
novo. J.Int. sosial. Sebelumnya Penyok Komunitas. 2016; 6 :251–255. doi:
10.4103/2231-0762.183109.
19. Guimarães MV, Melo IM, Adriano Araújo VM, Tenazoa Wong DV, Roriz Fonteles CS,
Moreira Leal LK, Ribeiro RA, Lima V. Ekstrak Kering Matricaria recutita L.
(Chamomile) Mencegah Resorpsi Tulang Alveolar yang Diinduksi Ligatur pada Tikus
melalui Penghambatan Tumor Necrosis Factor-α dan Interleukin-1β J.
Periodontol. 2016; 87 :706–715. doi: 10.1902/jop.2016.150411.
20. da Silva PSL, Machado PYC, Catunda BT, Barbosa APN Efek klinis gel yang
mengandung Lippia sidoides pada pengendalian plak dan
gingivitis. euro. J.Penyok. 2013; 7 :28–34.
21. Gościniak A, Paczkowska-Walendowska M, Skotnicka A, Ruchała MA, Cielecka-
Piontek J. Can Plant Materials Be Valuable in the Treatment of Periodontal Diseases?
Practical Review. Pharmaceutics. 2021 Dec 17;13(12):2185. doi:
10.3390/pharmaceutics13122185. PMID: 34959467; PMCID: PMC8705740.
22. Sugiharti N, Jannah S, Yuwono T. Formulasi Gel Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera
Lamk) Sebagai Sediaan Antiinflamasi. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR).
2020;7(1):9 - 16
23. Tilarso DP, Muadifah A, Handaru W, Pratiwi PI, Khusna ML. AKTIVITAS
ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK DAUN SIRIH DAN BELIMBING WULUH
DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI. Chempublish Journal 2021;6(2): 63-74
24. Bhat G, Kudva P, Dodwad V. Aloe vera: Nature's soothing healer to periodontal disease.
J Indian Soc Periodontol. 2011 Jul;15(3):205-9. doi: 10.4103/0972-124X.85661. PMID:
22028505; PMCID: PMC3200013.
25. Chhina S., Singh A., Menon I., Singh R., Sharma A., Aggarwal V. Sebuah studi klinis
acak untuk evaluasi komparatif kemanjuran obat kumur Aloe Vera dan 0,2%
klorheksidin glukonat pada pembentukan plak de-
novo. J.Int. sosial. Sebelumnya Penyok Komunitas. 2016; 6 :251–255. doi:
10.4103/2231-0762.183109.
26. Wisesa NS. PENGARUH ALOE VERA PADA PENYEMBUHAN STOMATITIS
AFTOSA REKUREN MINOR. n Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Udayana
27. Bhat G, Kudva P, Dodwad V. Aloe vera: Nature's soothing healer to periodontal disease.
J Indian Soc Periodontol. 2011 Jul;15(3):205-9. doi: 10.4103/0972-124X.85661. PMID:
22028505; PMCID: PMC3200013.
28. Chhina S., Singh A., Menon I., Singh R., Sharma A., Aggarwal V. Sebuah studi klinis
acak untuk evaluasi komparatif kemanjuran obat kumur Aloe Vera dan 0,2%
klorheksidin glukonat pada pembentukan plak de-
novo. J.Int. sosial. Sebelumnya Penyok Komunitas. 2016; 6 :251–255. doi:
10.4103/2231-0762.183109.
29. Wisesa NS. PENGARUH ALOE VERA PADA PENYEMBUHAN STOMATITIS
AFTOSA REKUREN MINOR. n Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Udayana
30. Lau SHA, Herman, Rahmat M. Studi perbandingan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang obat herbal dan obat sintetik di Campagayya Kelurahan Panaikang Kota
Makassar. JFS 2020; 5(1): 33.
31. Pane MH, Rahman AO, Ayudia EI. Gambaran penggunaan obat herbal pada masyaarakat
Indonesia dan interaksinya terhadap obat konvensional tahun 2020. JOMS 2021; 1(1):
41.

Anda mungkin juga menyukai