Anda di halaman 1dari 7

Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

PENATALAKSANAAN RECURRENT APHTHOUS


STOMATITIS DISERTAI CHEILITIS DAN
ORAL CANDIDIASIS

Fitri Ayu Wulandari1 Iin Eliana Triwahyuni2


1Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2Bagian Oral Medicine, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37, Jember 68121
fitriayuwulandari91@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) adalah suatu lesi ulserasi
yang terjadi secara kambuhan pada mukosa mulut tanpa adanya tanda-tanda suatu
penyakit lainnya. Insiden RAS pada populasi dunia bervariasi antara 5% sampai 66%. RAS
ditandai oleh ulser rekuren, tunggal atau multipel, nyeri, berbentuk bulat atau oval, ditutupi
oleh pseudomembran putih sampai kuning atau abu-abu, berbatas jelas dan tepi berwarna
kemerahan. Etiologi RAS hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti, terdapat
beberapa faktor predisposisi yaitu defisiensi hematinik, hipersensitivitas terhadap makanan,
infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, stress psikologik, obat obatan dan trauma
lokal Tujuan: Mengetahui penatalaksanaan dari kasus RAS pada mukosa labial pasien
perempuan berusia 20 tahun. Kasus: Pasien perempuan berumur 20 tahun, suku Jawa,
dengan berat badan 45 kg dan tinggi 150 cm datang ke klinik bagian Oral Medicine RSGM
FKG Universitas Jember pada tanggal 31 Oktober 2019 dengan keluhan sariawan
berukuran besar pada bibir bagian dalam sebelah kanan dan kiri. Pasien menjelaskan
sariawan tersebut muncul sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa sakit dan rasa
panas pada sariawan tersebut. Terdapat 2 sariawan berukuran besar pada bibir bawah
bagian dalam dekat sudut mulut sebelah kanan dan kiri. Pasien menjelaskan pernah
mengalami sariawan sebelumnya di tempat yang berbeda dan tidak separah ini. Pasien
belum pernah mengobati sariawan tersebut. Pasien menjelaskan sariawan kambuh pada
saat pasien stress dan kelelahan. Pasien sedang sibuk dengan kegiatan kuliah dan ujian
akhir semester (UAS). Pasien juga menjelaskan sempat ke rumah sakit kaena menderita
tifus. Obat yang sedang dikonsumsi pasien adalah obat antibiotik serta penurun panas
sejak 1 minggu yang lalu. Kesimpulan: Diagnosa akhir yaitu recurrent aphthous stomatitis
disertai cheilitis dan oral candidiasis. Terapi yang diberikan kepada adalah terapi simtomatik
dengan memberikan aloclair gel dan salep OM, terapi kausatif berupa pemberian nystatin
oral suspension dan tongue cleaner, dan terapi supportif berupa pemberian multivitamin B
complex.

Pendahuluan menimbulkan rasa sakit, dan terjadi pada


Recurrent Aphthous Stomatitis interval waktu beberapa hari atau lebih
(RAS) adalah suatu lesi ulserasi yang dari 2-3 bulan [2].
terjadi secara kambuhan pada mukosa Insiden RAS pada populasi dunia
mulut tanpa adanya tanda-tanda suatu bervariasi antara 5% sampai 66% [3].
penyakit lainnya [1]. Ulserasi tersebut Berdasarkan usia, RAS paling sering
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

terjadi pada dekade ketiga kehidupan mukosa mulut, termasuk daerah-daerah


seseorang. RAS paling sering terjadi pada berkeratin [10-14]. Demam, disfagia
usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 46,4%. (kesulitan menelan), dan malaise
[4]. Berdasarkan jenis kelamin RAS lebih (perasaan tidak sehat, tidak nyaman, dan
sering terjadi pada perempuan lemas) biasanya dapat menyertai
dibandingkan pria. Penderita RAS terjadinya RAS mayor [15].
perempuan sebesar 55,4% sedangkan RAS herpetiformis adalah tipe
pria sebesar 44,6% [5]. RAS ditandai oleh ulserasi fokal kambuhan pada mukosa
ulser rekuren, tunggal atau multipel, nyeri, mulut yang jarang terjadi, hanya memiliki
berbentuk bulat atau oval, ditutupi oleh prevalensi berkisar 5-10% dari seluruh
pseudomembran putih sampai kuning atau kasus RAS [9]. Gambaran mencolok dari
abu-abu, berbatas jelas dan tepi berwarna RAS tipe ini adalah adanya ulser bersifat
kemerahan [6] multiple, yaitu 20 hingga 200 ulser,
Etiologi RAS hingga saat ini masih diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di
belum diketahui dengan pasti, sehingga sekitar ulkus eritematosus dan
pengobatan yang diberikan masih bersifat diperkirakan akan ada rasa sakit. Setiap
simptomatis [7] . Terdapat beberapa faktor bagian mukosa mulut dapat terkena RAS
yang dikatakan berperan dalam herpetiformis, tetapi khususnya terjadi
pemunculan RAS yaitu genetik, defisiensi pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah
hematinik, hipersensitivitas terhadap dan mukosa bibir. Ulser berlangsung
makanan, infeksi bakteri dan virus, selama 7-30 hari dengan peyembuhan
perubahan hormonal, stress psikologik, meninggalkan jaringan parut [16].
obat obatan dan trauma lokal [8].
Secara klinis RAS dibedakan atas Laporan Kasus
RAS minor, RAS mayor, dan RAS Kunjungan I
herpetiformis [7]. RAS minor merupakan Pasien perempuan berumur 20
bentuk RAS yang paling sering diderita tahun, suku Jawa, dengan berat badan 45
dengan prevalensi sekitar 75-80% [9]. kg dan tinggi 150 cm datang ke klinik
RAS minor ditandai oleh ulser bulat atau bagian Oral Medicine RSGM FKG
oval, dangkal, dengan diameter kurang Universitas Jember pada tanggal 31
dari 1cm, dan dikelilingi oleh pinggiran Oktober 2019 dengan keluhan sariawan
eritematus. RAS minor cenderung berukuran besar pada bibir bagian dalam
mengenai daerah-daerah nonkeratin sebelah kanan dan kiri. Pasien
seperti mukosa labial, mukosa bukal, dan menjelaskan sariawan tersebut muncul
dasar mulut. Ulserasi biasanya tunggal sejak 4 hari yang lalu. Pasien
atau berkelompok yang terdiri atas empat mengeluhkan rasa sakit dan rasa panas
atau lima dan akan sembuh dalam waktu pada sariawan tersebut. Terdapat 2
10 sampai 14 hari tanpa meninggalkan sariawan berukuran besar pada bibir
bekas [10-14]. bawah bagian dalam dekat sudut mulut
RAS mayor merupakan jenis RAS sebelah kanan dan kiri. Pasien
yang jarang terjadi tetapi lebih parah menjelaskan pernah mengalami sariawan
daripada RAS minor, prevalensi terjadinya sebelumnya di tempat yang berbeda dan
RAS mayor berkisar 10-15% [9]. Biasanya tidak separah ini. Pasien belum pernah
ulsernya lebih dalam dan lebih besar mengobati sariawan tersebut. Pasien
daripada SAR minor. Ulser ini berdiameter menjelaskan sariawan kambuh pada saat
kira-kira 1 sampai 3 cm, berlangsung pasien stress dan kelelahan. Pasien
selama 4 minggu atau lebih dan dapat sedang sibuk dengan kegiatan kuliah dan
terjadi pada bagian mana saja dari ujian akhir semester (UAS). Pasien juga
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

menjelaskan sempat ke rumah sakit (positif 3) dan bentukan hifa +3 (positif 3).
kaena menderita tifus. Obat yang sedang Berdasarkan pemeriksaan subjektif,
dikonsumsi pasien adalah obat antibiotik pemeriksaan objektif dan pemeriksaan
serta penurun panas sejak 1 minggu yang penunjang yang telah dilakukan, maka
lalu. pasien didiagnosis recurrent aphthous
Pemeriksaan ekstraoral pada bibir stomatitis disertai dengan cheilitis dan
atas dan bawah terdapat deskuamasi sel oral kandidiasis pada lidah.
epitel, multipel, eritematous, krusta, kasar
dan tidak sakit (Gambar 2a). Pemeriksaan Penatalaksanaan
intraoral pada mukosa labial bagian Terapi yang diberikan kepada
bawah terdapat ulser, multipel, sakit, pasien adalah terapi simtomatik dengan
berbentuk oval, diameter > 1cm, berbatas memberikan obat aloclair gel pada RAS
jelas, bagian tengah berwarna putih untuk menghilangkan rasa sakit, dan
dengan tepi berwarna kemerahan pemberian salep OM pada bibir sebagai
(Gambar 1). Pada mukosa pipi sebelah antiinflamasi dan untuk menjaga
kanan dan kiri terdapat papula, tidak sakit, kelembaban bibir. Terapi kausatif berupa
terdapat peninggian sepanjang gigi pemberian nystatin oral suspension dan
premolar sampai gigi molar. Pada gingiva tongue cleaner untuk menghilangkan
rahang atas dan bawah terdapat edema, faktor penyebab candidiasis yaitu
eritematous, bleeding dan sedikit Candida albicans dan terapi supportif
pembesaran. Pada lidah terdapat plak berupa pemberian multivitamin B
putih, batas tidak jelas, tidak sakit dan complex. Memberikan instruksi untuk
bisa dikerok (Gambar 2b). istirahat yang cukup, makan-makanan
bergizi, membersihkan lidah dengan
tongue cleaner dan mengaplikasikan obat
yang telah diberikan secara teratur.
Terapi yang dilakukan di RSGM
FKG Universitas Jember saat kunjungan
pertama adalah terapi dengan tahapan
sebagai berikut (1) Asepsis: pasien
diintruksikan untuk berkumur kemudian
Gambar 1. Ulser pada mukosa labial asepsis mukosa labial dengan
menggunakan cotton palate yang sudah
dibasahi povidone iodine, (2) Terapi RAS:
mengoleskan aloclair gel dengan
menggunakan cotton palate pada seluruh
ulser. Selanjutnya dilakukan (3) Terapi
Oral Candidiasis: diberikan nystatin oral
a b suspension sebanyak 0,5 ml ke lidah dan
Gambar 2. (a) Deskuamasi dan krusta pada diratakan dengan cotton palate. Dilakukan
bibir, (b) Plak putih pada lidah (4) Terapi Cheilitis: diberikan salep OM:
mengoleskan aloclair gel dengan
Pemeriksaan penunjang yang menggunakan cotton palate pada bibir.
dilakukan berupa pemeriksaan oral swab (5) Intruksi: pasien diinstruksikan untuk
di Laboratorium Mikrobiologi untuk tidak makan, minum, atau berkumur
menegakkan diagnosa, hasil oral swab selama 20-30 menit.
adalah terdapat bentukan spora +3
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

Kunjungan II sehingga pengobatan yang diberikan


Kontrol masih bersifat simptomatis. Faktor
Setelah dilakukan perawatan predisposisi diduga stress psikologik
selama 11 hari pasien datang lagi ke menjelang ujian akhir semester, kelelahan
RSGM FKG universitas Jember untuk karena padatnya kegiatan kampus, dan
kontrol. Pasien menjelaskan bahwa tidak konsumsi antibiotik. RAS adalah sariawan
terdapat rasa sakit dan sariawan sudah yang muncul secara periodik dan
sembuh. Pasien mengaku rutin merupakan kasus terbanyak dari
mengaplikasikan obat yang telah stomatitis [7].
diberikan selama ini. Manifestasi klinis dari RAS adalah
Pada pemeriksaan ekstraoral ulser, tunggal atau multipel, dangkal, bulat
pada bibir atas dan bawah tidak terdapat lonjong, dan sakit. Tipe RAS ada tiga
deskuamasi dan krusta (Gambar 4a). macam, yaitu RAS minor, RAS mayor,
Pemeriksaan intraoral pada mukosa labial dan jenis herpetiform [17]. Gejala yang
bagian bawah tidak terdapat ulser, dan muncul sebelum timbulnya RAS meliputi
tidak sakit (Gambar 3). Pada lidah tidak rasa yang tidak nyaman dan kemerahan
terdapat plak putih (Gambar 2b). selama 1-3 hari. Kemudian segera diikuti
ulser pada rongga mulut yang terasa
sakit. Lesi terjadi pada mukosa mulut
pada bagian yang berkeratin ataupun
seperti pada mukosa bukal, mukosa
labial, lidah, dasar mulut, palatum lunak,
dan uvula [2].
Pada kasus ini, diagnosa akhir
adalah RAS. Tipe RAS pada kasus ini
Gambar 3. Kondisi pasien pada saat kontrol adalah RAS Mayor karena ukuran ulser >
ke RSGM FKG UNEJ 1cm, demam, disfagia (kesulitan
menelan), dan malaise yaitu perasaan
tidak sehat, tidak nyaman, dan lemas [15].
RAS mayor merupakan jenis RAS yang
jarang terjadi tetapi lebih parah daripada
RAS minor, prevalensi terjadinya RAS
mayor berkisar 10-15% [9].
a b Beberapa peneliti telah
Gambar 4. Kondisi pasien pada saat kontrol membuktikan adanya hubungan yang
ke RSGM FKG UNEJ signifikan antara stresor psikologis
dengan pengaruh sistem imun, dimana
respon imun tubuh dapat dimodulasi oleh
Pembahasan
stresor psikologis. Pada kondisi stres,
Diagnosa akhir ditegakkan hipotalamus memicu aktivitas sepanjang
berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif aksis HPA (hypothalamus-pituitary-
dan pemeriksaan objektif yang berupa adrenal cortex). Aderenal korteks
pemeriksaan klinis ekstraoral, intraoral mengeluarkan kortisol yang menghambat
dan pemeriksaan penunjang oral swab. komponen dari respon imun. Kortisol ini
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh akan melepaskan glukokortikoid dan
diagnosa akhir yaitu recurrent aphthous katekolamin yang akan menyebabkan
stomatitis disertai cheilitis dan oral penurunan produksi INF-γ (sitokin tipe 1)
candidiasis. Etiologinya masih belum jelas
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

dan meningkatkan produksi IL-10 dan IL- yang telah mati dari mukosa [21,22].
4 (sitokin tipe 2) yang akan memicu Enzim brandykinase dalam
terjadinya perubahan keseimbangan aloevera dapat memecah bradykinin yang
sitokin tipe 1/tipe 2 yang lebih ke arah merupakan penyebab rasa nyeri di
respon tipe 2. Namun, penelitian terbaru mukosa sehingga rasa nyeri pada
menyatakan bahwa disregulasi dari mukosa tersebut dapat hilang, enzim
keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 inilah Brandykinase juga melawan aksi infiltrasi
yang memainkan peranan penting dalam terutama oleh sel neutrofil, limfosit, dan
menghubungkan pengaruh stres terhadap sel plasma. Selain itu magnesium laktat
sistem imun. Dalam upaya menghasilkan menghambat produksi dari histamin
homeostatis akibat stres sering dengan memblokade enzim histidine
menghasilkan kondisi patologis terhadap dekarboksilase. Aloevera gel juga
tubuh [18] Stres akibat stresor psikologis mengandung natural salisilat dan
dapat mengakibatkan perubahan tingkat beberapa substansi yang dapat
molekul pada berbagai sel menghambat produksi mediator
imunokompeten. Berbagai perubahan keradangan seperti seperti bradykinin dan
tersebut dapat mengakibatkan keadaan thromboksan. Asam krisophanat,
patologis pada sel epitel mukosa rongga seristanol, ester asam sinamat dalam
mulut, sehingga sel epitel lebih peka Aloevera bersifat antiseptik. Setelah 5 hari
terhadap rangsangan [19]. Berdasarkan terjadi regenerasi epitel yang mulai
hal tersebut, adanya stress diduga menutupi ulkus serta berkurangnya rasa
menyebabkan jaringan rentan terhadap nyeri yang ditimbulkan [21,23,24].
suatu ulser berupa RAS melalui berbagai Oral candidasis pada pasien
mekanisme. Pernyataan ini didukung oleh disebabkan oleh candida albicas. Pada
penelitian Abdullah yang didapatkan umumnya penatalaksaan dari kandidiasis
bahwa stress merupakan faktor rongga mulut adalah pemberian obat
predisposisi paling tinggi dibandingkan topikal golongan antifungal seperti
faktor lainnya, yaitu sebesar 43,3% [20]. Nystatin. Nystatin merupakan obat yang
Mekanisme penyembuhan RAS bekerja secara lokal untuk mencegah
Mayor dengan menggunakan Aloevera terjadinya kolonisasi jamur [25]. Nistatin
gel dimulai pada stadium ulseratif. pada konsentrasi tertentu membentuk pori
Kandungan lignin dan polisakarida pada pada bagian membran sel jamur sehingga
aloevera gel dapat mempercepat dapat mengakibatkan kebocoran kalium
peresapan aloevera gel tersebut kedalam dan kematian sel jamur. Nistatin memang
mukosa, sekaligus sebagai media dijadikan alternatif utama sebagai
pembawa zat - zat nutrisi. yang profilaksis infeksi jamur, namun
diperlukan oleh mukosa. Bersamaan penggunaan sebagai prosedur rutin masih
dengan itu, enzim – enzim yang terdapat memerlukan penelitian lebih lanjut [26].
dalam Aloevera seperti glukomannan dan Penatalaksanaan pada cheilitis
acemannan bekerja sama dengan enzim adalah adalah pemberian salep OM yang
oksidase, amilase, katalase, lipase dan mengandung hidrokortison, lanoline,
protease yang akan membantu Vaseline dan vitamin e. Hidrokortison
memecahkan jaringan mukosa yang nyeri digunakan secara luas untuk mengatasi
akibat kerusakan tertentu dan membantu kondisi inflamasi serta non-infeksius pada
memecah bakteri sehingga dapat kulit. Hidrokortison termasuk golongan
menstimulasi pertumbuhan dan perbaikan kortikosteroid, obat ini dapat melemahkan
mukosa kulit serta menghilangkan sel-sel sistem imun sehingga penggunanya lebih
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

mudah terkena infeksi baru atau yang cukup, makan-makanan bergizi dan
memperburuk infeksi yang sudah terjadi. seimbang, membersihkan lidah dengan
Untuk menghindari hal tersebut, menggunakan tongue cleaner dan
pengguna hidrokortison dianjurkan untuk mengaplikasikan obat yang telah
menghindari kontak dengan orang sakit diberikan secara teratur.
atau penderita infeksi. Selain memiliki
efek anti inflamasi, kortikosteroid juga Daftar Pustaka
memiliki efek anti pruritus, atrophogenic, [1] Glick, M. Burket’s Oral Medicine.
melanopenic, menyerupai hormon seks Twelth Edition. USA: People’s
dan immunosupresif pada kulit. Adanya Medical Publishing House, Ltd
efek tersebut menjadikan kortikosteroid 2015.
kerap digunakan untuk mengatasi [2] Apriasari, M. L. & Tuti, H.
berbagai macam kondisi inflamasi pada Stomatitis Aftosa Rekuren Oleh
Karena Anemia. Dentofasial
kulit [27].
Journal 2010. 9 (1): 39-46.
Vitamin B komplek yang terdiri dari [3] Neville, Damm, Allen, & Bouquot.
vitamin B1 (Thianin); B2 (Riboflavin); B3 Oral and Maxillofacial Pathology
(Niasin); B5 (Asam Pentatonat); B6 Third Edition. China: Elsevier Inc.
(Piridoksin); B7 (Biotin); B9 (Asam Folat); 2009.
B12 (Kobalamin) dan vitamin C (Ascorbic [4] Yogasenada, M. A. Mariati, N. W.
& Leman, M. A. Angka Kejadian
Acid) termasuk golongan vitamin larut air.
Stomatitis Apthosa Rekuren
Karena sifatnya yang larut dalam air, (SAR) Ditinjau dari Faktor Etiologi
kemantapan zat gizi bahan pangan Di RSGMP FK UNSRAT Tahun
vitamin ini mudah rusak dan mudah 2014. Jurnal e-GiGi 2015. 3 (2):
hilang dalam proses pengolahan. Salah 278-284.
satu fungsi yang paling penting dari [5] Saraf, S. Textbook of Oral
vitamin ini adalah penggunaannya dalam Pathology. India: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P), Ltd. 2006.
proses metabolisme tubuh [28].
[6] Jurge, S. Kufer R. Scully, C. &
Memberikan instruksi kepada pasien Porter, S.R. Recurrent Aphthous
untuk istirahat yang cukup, makan- Stomatitis. Oral Disease Journal
makanan bergizi dan seimbang, 2006. 12: 1-21.
membersihkan lidah dengan [7] Soetiarto, F. Maria, A. & Utami, S.
menggunakan tongue cleaner dan Hubungan Antara Recurrent
mengaplikasikan obat yang telah Aphthae Stomatitis dan Kadar
Hormon Reproduksi Wanita.
diberikan secara teratur.
Buletin Penelitian Kesehatan
2009. 37 (2): 79-86.
Kesimpulan [8] Permatasari, R. & Usman, M.
Tatalaksana SAR Minor Untuk
Berdasarkan hasil pemeriksaan
Mengurangi Rekurensi dan
diperoleh diagnosa akhir yaitu recurrent Keparahan. Indonesian Journal of
aphthous stomatitis disertai cheilitis dan Dentistry 2008. 15 (2): 147-154.
oral candidiasis. Terapi yang diberikan [9] Langlais, R. L. & Miller, C. S.
kepada adalah terapi simtomatik dengan Kelainan Rongga Mulut yang
memberikan aloclair gel dan salep OM, Lazim. Alih bahasa oleh drg. Budi
terapi kausatif berupa pemberian nystatin Susetyo. Jakarta: Hipokrates.
2012.
oral suspension dan tongue cleaner, dan
[10] Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan
terapi supportif berupa pemberian klinis penyakit mulut. Alih bahasa.
multivitamin B complex. Memberikan Wiriawan E. Jakarta : Widya
instruksi kepada pasien untuk istirahat Medika, 1998 : 48-49.
Wulandari, Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis Disertai Cheilitis…

[11] Tjahajani A, Widurini. Aloevera Program Pascasarjana


leaf anti inflamation’s activity Universitas Sumatera Utara. 2009.
speeds up the healing proccess of [21] Furnawanthi, I., 2006, Khasiat dan
oral mucosa ulceration. Journal of Manfaat Lidah Buaya si Tanaman
Dentistry Indonesia. 2011; 18(1) : Ajaib, Agromedia Pustaka,
17-20. Jakarta.
[12] Samet N, Laurent C, Susarla SM, [22] Greenberg, M.S., 1994, Burket :
Samet-Rubinsteen N. The effect Ilmu Penyakit Mulut, Binarupa
of bee propolis on recurrent Aksara, Jakarta.
aphthous stomatitis : a pilot study. [23] Syukur, C., dan Hernani., 2001,
Clin Oral Invest. 2007; 11 : 143-7 Budi Daya Tanaman Obat
[13] Jusri M, Nurdiana. Treatment of Komersial, Penebar Swadaya,
recurrent aphthous stomatitis Jakarta.
major with metronidazole and [24] Wynn,R. L., 2005,’ Aloe Vera Gel :
ciprofloxacin. Dent J. (Maj. Ked. Update For Dentistry’,
Gigi). 2009; 42 (3) : 109- 113. Pharmacology Today, hlm 1-4.
[14] Vivek V, Nair B.J. Recurrent [25] Pappas, P.G., Rex, J.H., Sobel, J.
aphthous stomatitis : current D., Filler, S.G., Dismukes, W.E.,
concepts in diagnosis and Walsh, T.J dan Edwards, J.E.,
management. Journal of Indian 2003, Guidelines for Treatment of
Academy of Oral Medicine and Candidiasis. Clinical Infectious
Radiology. 2011; 23(3): 232-36. Diseases. p161-189.
[15] Sarkar D, Dutta A, Das M, dkk. [26] Andriani, R dan Rundjan, L. 2010.
Effect of aloe vera on nitric oxide Nistatin Oral sebagai Terapi
production by macrophages Profilaksis Infeksi Jamur Sistemik
during inflammation. Indian J pada Neonatus Kurang Bulan.
Pharmacol. 2005; 37 (6) : 371- 5. Sari Pediatri. 6(11):p420- 427.
[16] Sulistiani, A. Hernawati, S. & [27] Inakanti Y, Thimmasharti VN,
Mashartini, A. P. Prevalensi dan Anupama, Kumar S, Nagaraj A,
Distribusi Penderita Stomatitis Peddireddy S, and Rayapati A.
Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik Topical Corticosteroids: Abuse
Penyakit Mulut RSGM FKG and Misuse. Our Dermatol Online
Universitas Jember ppada Tahun [serial on the internet]. 2015 [cited
2014. E-Jurnal Pustaka 2016 8 Mar]; 6(2):130- 134.
Kesehatan 2017. 5 (1): 169-176 [28] Sundari, D. & Efriwati. Kinetika
[17] Field A, Longman L. Tyldesley’s Vitamin B Komplek Pada Proses
oral medicine, 5thEd. Oxford; Pembuatan Tahu dan Oncom
2004. p. 154-6. Merah. Media Litbangkes 2015.
[18] Slebioda Z, Zsponar E, Kowalska 25 (3): 185-192.
A. 2014. Etiopathogenesis of
Recurrent Apthous Stomatitis and
The Role of Immunologic Aspects
: A Literature Review. Arch
Immunol Ther Exp. 63:205- 215
[19] Sulistyani E. Mekanisme
eksaserbasi recurrent aphthous
stomatitis yang dipicu oleh
stressor psikologis. J Dent (edisi
khusus temu ilmiah nasional III),
2003; 334-37.
[20] Banuarea, T. H. P. “Prevalensi
Terjadinya Stomatitis Aftosa
Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara Yang
Berpengalaman SAR.” Medan:

Anda mungkin juga menyukai